Minggu, 23 Juli 2017

Blusukan Syawalan 1438 Komunitas DEWA SIWA : catatan Perjalanan

Poster Blusukan Syawal 1438H by Wahid Cahyono
     Minggu, 23 Juli 2017. Kegiatan bertajuk "Blusukan Syawalan 1438H" ini adalah gawe dari Komunitas Pecinta Situs dan Watu Candi DEWA SIWA yang rutin diadakan. Penelusuran rame rame para anggota komunitas. Didahului dengan rembugan  destinasi oleh Tim kecil, didapatlah 11+ situs di area Boja Kabupaten Kendal. Yang tentunya pada masa itu mungkin tak ada sekat batas wilayah karena masih satu wilayah kerajaan kuno di masa Hindu Klasik.
     Setelah pengumuman dibuat, kali ini kreatif si pembuat poster "Dengan konsep natural hasil inkripsi", kata Lek Wahid. Padahal kami yakin penyebabnya bukan itu, haghahhag... Kumpul di Rumah rekan Anggota komunitas yang memang rumahnya di area Boja mas Beny. Jam 8 pagi, Walaupun pada kenyataannya, waktu memang belum bisa kami kalahkan.... hahahha... Dengan korlap Mas Imam alias Raden Naya Genggong.
     Dengan inisiatif beberapa rekan, janjian dan memilih rute sendiri sebelum kumpul di rumah mas Beny, saya juga menawari bagi yang memilih rute lewat Gunungpati, saya persilahkan transit di rumah saya. Kemudian mampir di Yoni Pragulopati
Dan Hari H
     Jam 8 pagi lebih 20 menit bu Noorhayati asal ambarawa muncul di rumah, kemudian disusul Mas Romi yang berdomisili di Mranggen Demak. Beberapa saat menunggu rekan lain; Eka WP Ungaran... yang beberapa saat kemudian Ternyata putranya meriang disusul istri dan ibu nya, sehingga mengurungkan keikutsertaan, semoga cepat sembuh kang..., beberapa rekan lain belum ada kabar.
     Karena sudah siang, kami memutuskan untuk berangkat menuju titik kumpul. Kali ini saya formasi lengkap ; saya istri dan kedua anak (apa boleh buat, tak enak rasanya liat ekspresi si kecil jika ditinggal dan dititipkan, walaupun nanti terlihat paling rempong). Dari rumah, sesuai janji saya mampir dulu ke situs Yoni Pragulopati.
di Pragulopati : Romi dan Noorhayati
     Detail ada link di naskah ini : Situs Yoni PRAGULOPATI.
     Dari Situs Pragulopati, arah menuju Rumah mas Beny sama dengan arah menuju wisata berkuda Santosa Stable.  (--- dan Beberapa situs link 1 dan 2) yang menjadi destinasi kali ini.
selfi by Bu Noorhayati
di apit Istri saya dan istrinya Mas Hendrie
      Kurang dari 15 menit kemudian kami sampai, yang ternyata kami adalah rombongan pertama.
yang duduk di luar rumah : Istri mas Hendrie
foto by suryo
    Sambil berbincang dan menghabiskan sajian, selfie dulu, request bu Noorhayati.

     Personel yang bergabung, setelah itu sekaligus berturut turut datang ke rumah mas Beny : Saya+, Mas Romi, Bu Noor hayati, Mas Hendri+, Suryo Dona, Mas Imam, mbak Derry+. (+ berarti dengan keluarga)
Belakang : ben, Derry, Jagad, Suryo, Romi, Hendri, nafis, Imam, Saya, maria, Bhumi
foto by istrinya Mas Hendrie
di Depan Rumah Mas Beny
     Sepengginang waktu, kemudian kami memutuskan untuk memulai blusukan sambil memantau jalur komunikasi barangkali lek Wahid dan lek Trist serta yang lainya ada  menyusul :
Destinasi 1 :
     SITUS CANDI SURINGGONO alias Waktu Pande. Saya hanya akan menyajika kisah blusukan lebih banyak dengan gambar. Untuk detail lokasi dan sebagainya klik link nya ya.... (soalnya sudah secara pribadi saya kunjungi).
Menuju Watu pande ; Beny, Noorhayati, Romi, Derry, Imam dan Suryo : foto by Beny
     Sementara rekan lain dengan gagah berani, melalui medan terjal Saya dan keluarga serta mas Hendri menyerah, dan menunggu di bawah. 
    Kalo saya jelas motor tak akan mampu plus momong 2 bocah tak tega rasanya ninggal istri handle sendiri. 
     Kalo alasan Mas Hendrie... hmmmm.  Tanya sendiri.... wkwkwkw.
     Di Situs candi Suringgono, yang menuju lokasi ; Mas Beny + , Suryo Dona, mas Imam, Mas Romi, Mbak Derry+.
Motornya Suryo Dona
     Hot pic.... entah apa maksudnya motor blusukke di lubang tengah jalan berlumpur. 

"Mungkin dia lelah"



Bu Noorhayati








ini apa lagi, selfie njuk kon pie? ga ngrewangi malah ceria senyumnya... liato ekspresi jaket biru : suryo dona ?







Yang sampai Watu Pande, 
Belakang : Imam, Suryo, Noorhayati, Nafis, Romi, Gilang, Derry.
Selfie by Beny
di Situs Watu Pande
Sementara saya : 
Istri, Bhumi dan Jagad



















judulnya Bahagia itu sederhanya 

Lanjut,
Destinasi 2 :
     YONI SITUS PASIGITAN, kali ini  saya+ tak mau ketinggalan, kemudian Mas Hendri, Mas Imam,  mba derry+, Mas Beny+, Mas Romy+, bu Noorhayati.
Selfi by Beny, Posisi Belakang : ki-ka Gilang, Jagad, Noorhayati, Romi, Hendrie
with tongsis : Beny,
DepanImam, Suryo, Derry, Nafis, Saya
     Tak ada kejadian iconik di sepanjang jalan menyusuri pematang sawah walau salah satu dari kami biasane nyemplung, ngglundung, atau sejenisnya. Padahal saya sudah on shoot camera ... dan ini yang menyebabkan baterai hp saya mati. 













Yang saya dapat cuman 2 foto itu 

Destinasi 3
     YONI KLIRIS, sayangnya dilokasi ini Mas Hendrie+ harus pulang menyudahi blusukan rame2 ini, karena panggilan pak lurah katanya saat berpamitan dengan Suryo Dona,  "sayang mas... padahal +nya njenengan belum akrab dengan watu... belum addicted"
Yang Moto gilang, di Yoni Kliris : Berdiri  ki-ka : Noorhayati, Suryo Dona, Romi, Imam
Duduk : Jagad, Saya-Istri dan bhumi, Beny+nafis
     
     Di sini pula kami, dapat kabar dari seberang, lek Wahid urung ikut serta karena anake rewel minta ke situs bermain, ... ke Taman Unyil Ungaran, padahal katanya sudah rencana menuju Rumah Mas Beny.. Yach... si pembuat poster kreatif itu tak ikut. 
      Beberapa kecewa namun memahami... karena anak e ki mesti dikon mboke... lha po wani vs mboke? Nasib mu lek....  wkwkwkkw.




hot pic,  
Gilang, derry, Beny, Noorhayati, Suryo, Romi, Imam
di Situs Kliris
     Kumpul, ngemil dan istirahat bareng, sunggung suasana yang bikin kami sering merindukan kebersamaan.

lanjut, 

Destinasi 4
 Beny, Nafis dan Imam di Masjid Tambangan : foto by Imam
     YONI TAMBANGAN, Yoni yang teraniaya . Bagaimana tidak cermat dirusak, penumpang atas di semen, di cat dan alih fungsi untuk pasang bambu lampu penjor (hias). Mungkin itulah penyebab mengapa tak ada satupun dalam pantauan saya yang berfoto dengan Yoni ini. 
     Kecewa pastinya, laper mungkin atau malu bisa juga. Saat di sini memang banyak orang. Tapi apa iya cah DS jika sudah ketemu watu candi masih tahu dimana malu itu berada????

Lanjut,
Destinasi 5
     YONI CANGKIRAN, saat rombongan datang yoni cangkiran terkunci gerbang. Namun pertolongan ajaib datang dari rumah di depan situs. "Yang bawa kunci rumah depan sana mas", tunjuknya. 
Romi selfie dengan 2 anak kecil yang membantu kami
    Dua orang anak,kecil tersebut dengan bu Noorhayati yang tampil terdepan meminjam kunci. Soalnya yang lain sudah yakin kemampuannya... pasti dipinjami lah. 
     Karena kebaikan tersebut, saya memutuskan untuk masing-masing satu striker kebanggaan : DEWA SIWA, yang tanpa saya diduga langsung ditempel di kaca rumahnya : terlihat difoto selfi mas Romi.

Ssdrmk : direbut Bhumi
Maaf ya saya foto disini.

berdiri ki-ka : Beny, imam, Gilang, derry, Suryo
duduk ki-ka : Romi, Nafis, Maria, Jagad, Saya, bhumi,  adik lokal, Noorhayati
di Situs Cangkiran
     Berfoto di sini dulu, dibantu salah satu adik tersebut...
Dhany Putra
     
     Saat kami keluar gang dan menunggu Pak Yopie, eh juragan keset datang... : Mas Dhany+. 
      
     Karena mas Dhany datang tepat didapatkan akan melanjutkan perjalanan, kami mendapuk Mas Beny untuk menemani kembali ke Yoni Cangkiran, sementara yang lain melanjutkan perjalanan.

"Nasibmu Mas, Hanya Melihat dari luar... tapi lumayan lah dapat menyentuh cerat ...."


















Destinasi 6
     YONI KARANGMANGGIS, beberapa kali kesini mungkin yang menjadikan empunya rumah sangat ramah kepada kami, dimana yoni berada di halaman. Tambahan crew datang satu lagi, sugeng, pripun kabare pak Yophie, beliau senior yang penuh semangat. Masih Pakai seragam, dan konon setelah blusukan akan kerja lagi. wow., semangatnya 110%.
ki-ka ; beny, Dhany, Derry, Romi, Gilang, Suryo Dona, Noorhayati, Nafis, Yophie, Saya dan Imam : foto by beny 

Derry Aditya : di yoni Situs Karangmanggis
      Hot pic, ternyata tak bisa menahan lapar beliau, hmmm Gilang anake makan kripik singkong, (tertutup sebagian siku) sementara mbokne makan nasi ayam... tega banget..wkwkwk : 










lanjut, 
Destinasi 7
     SITUS CANDI NGLIMUT, situs yang hampir 95% ini tertutupi lumut tetap menarik hati bagi kami.


Lanjut,
Destinasi 8
     PETIRTAAN GONOHARJO, awalnya destinasi terakhir atau puncak tujuan Blusukan Syawalan 1438H ini adalah Candi Argosumo berbonus Air Terjun. Namun kenyataan tak mampu dipungkiri. Ternyata mayoritas dari kami tak mampu.
Berendam di Air Panas
     Akhirnya kami sepakat untuk merevisi tujuan kami, petirtaan gonoharjo. Dalam perjalanan, mbak derry walau sudah sepertiga jalan ternyata balik arah. Mungkin takut kaki bergerak tak terkontrol akhirnya menggelundung... mungkin lo ya. 
      Soalnya saya tak tahu alasan yang sebenarnya.
      Jadilah hanya beberapa yang bertahan di destinasi akhir ini. Saya+, Mas Beny+, Mas Imam, Pak Yophie, Suryo Dona, Gilang anaknya mba derry,  Mas Romi dan Bu Noorhayati.











SALAM PERADABAN.
     Saatnya mengakhiri.... bukan berapa situs tujuan kami... tapi keluarga menjadi muara misi kami. SALAM nyandi.
wajah lempoh
belakang : ki-ka, Dhany, Beny, Derry, gilang, Yopie, Saya, Suryo Dona
Depan,  Noorhayati, Nafis, Imam, Romi

Jagad di boncengke Suryo Dona : Matursembahnuwun
Nb : 


  1. Ada satu lagi keluarga dewa siwa yang pada saat hari H tak ada kabar kenapa tak ikut....padahal beberapa hari sebelumnya semangatnya nggegirisi.. semua merindukan dia.... maksud saya teh kotak nya..... haghaghag.
  2. Saya melalui catatan ini mengucapkan terimakasih kepada Suryo Dona... yang sudah ikhlas saya repoti untuk mboncengke jagad. Semoga kebaikanmu dibales yang kuasa lek...
  3. Trimakasih juga kepada Mas Romi, selama berendam sudah berkenan Momong si cilik tapi gendhut Bhumi 
Bumi digendong Mas Romi





---Tamat.---

Kamis, 20 Juli 2017

Situs Makam Banyukuning, Bandungan : Part 1 - Makam Pertama

Lingga diSitus Makam Banyukuning

Kamis, 27 Juli 2017. Masih di blusukan tiap hari Kamis. Untuk menjadikan cetarrr... beberapa rekan menyebut kemisan bahkan ada yang ngemis. Berkat rekan : Suryo Dona yang emnjadikan istilah Kemisan sering berlalu lalang di tiap kamis. maturnuwun Kang Dona... 
Kalo bagi saya pribadi si, karena hari Kamis ini memang paling bisa melarikan diri dan dimaklumi Double mumpung ; 1, mumpung absensi belum memakai sidik jari, hahaha.., 2. Juga masih bisa, karena nampaknya mulai minggu depan tugas Ternak (nganter anak) pulang sekolah jam 1 mesti menjadi kendala karena durasi menjadi mepet sekali. 
Sayangnya, yang bikin aneh... seringkali tiap blusukan hari hari Kamis destinasi situs berlokasi di makam umum, jadi ketika warga mengirim doa keluarga yang mendahului, kami malah klinteran mengganggu konsentrasi. Maaf ngelantur.
Kembali ke ritual kemisan, awalnya hari ini kami ingin meluncur menuju kota Tembakau : Temanggung. Namun karena terlihat awan menghitam menggelayut di sisi gunung ungaran disekitar Kaloran Temanggung. Kemudian kami mengubah tujuan.
Saat mencari lokasi yang ingin kami telusuri inilah, saya teringat janji Bapak Mustain Mardzuki tentang janji beliau untuk menjadi guide. Walaupun saya sebenernya lupa beliau menawari mengantar yang mana...xixiix saking banyaknya situs yang kepingin ditelusuri. By the way, Ini adalah naskah ke 185 situs khusus kab. Semarang yang telah berhasil saya telusuri dan masih banyak lagi yang belum.
Sesaat setelah berangkat, diperjalanan kami teringat pula sebuah blog yang menampilkan watu candi berceceran  di makam Banyukuning, dimana beberapa tahun yang lalu saya pernah menelusuri Situs Watu Gentong Banyukuning, akan tetapi tidak menyangka, didekatnya ada pula banyak struktur batuan candi yang lain.
Info juga saya dapat dari rekan senior di Komunitas Dewa Siwa ; Mba Derry. "Sisi masjid sebelah kiri masuk, di makam belakang masjid ", begitu bunyi pesan Whatshapp nya.
Beberapa rekan yang kami hubungi, angkat tangan ; ada yang takut hujan, ada yang kesetnya kehujanan ada yang takut goreng gembusnya jadi gosong.... jadilah hanya saya dan Suryo Dona yang melanjutkan ritual Kemisan.
Menuju Banyukuning, sangat mudah. Sebelum ke arah Gedongsongo/ sebelum SPBU ada jalan masuk kiri, papan petunjuk nama Banyukuningpun ada. Ikuti jalan tersebut, kurang dari 1km gang pertama sebelah kanan (gapura berbentuk seperi rudal), masuk saja ikuti jalan,tersebut, sampai ketemu dengan Masjid yang di depan kedua sisi ada Watu gentong.
Sayangnya, kami dislokasi info... kami ambil jalan kiri tangan kami bukan kiri masjid. Sempat bertanya kepada warga, setelah mendapatkan penjelasan lebih detail, yang ternyata ada dua makam. kemudian kami menuju gumuk di makam Kyai Kuning berada. Dan kami di sisi jalan yang tidak sepenuhnya salah.
Menuju Gumuk makam Kyai Kuning, sing Bubakyoso  Banyukuning ;
Gumum Situs Makam Banyukuning 

Menuju Situs Makam, melewati Tangga. Iseng saja saat naik saya juga menghitung anak tangga ; berjumlah 62. jadi tidak terlalu tinggi,
Langsung disajikan pemandangan :


Watu candi di "pemakaman".... Dijadikan makam. Banyaknya struktur batu berbentuk kotak, beberapa berpola menguatkan dugaan kami disinii dulunya ada sebuah bangunan suci (= candi). Apalagi ciri geogrfia letaknya ; di ketinggian, tanah yang subur dan dengat dengan lokasi pusat religius masa lalu : Gunung Ungaran = Gedong Songo)

 Seperti sebuah ratna, puncak candi :

















Batu Batu yang kami duga kuat adalah bagian dari bangunan suci masa lalu (Semua foto by Suryo Dona ):







    Makam Kyai Kuning, Di buatkan rumah cungkup makam, 
Alhamdulillah nya tak dikunci, 
Makam Kyai Kuning, Banyukuning Bandungan

Di dalam lingkup, makam kyai Kuning sendiri, masing masing patokan,  setelah kain mori (penutup) kami buka :



menurut hemat kami adalah sepasang Lingga.
Lalu dimana Yoninya???? entahhlah, semoga saja masih terpendam, bukan digepuk... seperti yang sudah - sudah. Lingga yang merupakan pasangan dari Yoni dan diletakkan diatas (penampang bagian atas Yoni) yang terdapat lubang.
Lingga seperti nyawa dari sebuah media manifestasi dewa siwa. Sebagai sarana memuja dewa, Lingga menjadi faktor penting sehingga yang sering yang hilang atau dirusak duluan adalah Lingga. Bersyukur Lingga ini tak akan mungkin hilang. 




Saat proses membuka kain mori penutup ini, entah kenapa saya merinding sekali ditambah gemetar. Padahal saya hanya melihat alias menonton saja. "Haallah paling kono ngelih", Suryo Dona mencoba menentramkan hati saya (yang sudah mau lari keluar kalau tak inget malu.. wkwkwk).
Beberapa batu berelief yang tertangkap mata kami :













Video amatir penelusuran : (nunggu Proses Uplod di You Tube)
Bersama Suryo Dona "Sang Partner Kemisan" :
Suryo Dona

Yuk, Kita Lestarikan
Di Situs Makam Banyukuning

Salam peradaban.
Mohon maaf tulisan saya ini hanya berupa catatan perjalanan. Saya bukan ahli sejarah... jika banyak kesalahan mohon maklum dan mohon dimaafkan. Salam.

Situs Lumpang Watu Gandu : Watu Sikebrok

Situs Lumpang Watu Gandu : Watu Sikebrok
           Kamis, 20 Juli 2017, Setelah Situs Makam Banyukuning Part 1 dan Part 2, kami kemudian menghubungi Pak Mustain Marzuki, yang berdomisili di Watugandu Sumowono. 
    Dari Banyukuning kami menuju Sumowono, tapi terlebih dulu mencari warung Mie Ayam.
      Yang ternyata setengah benar ucapan Suryo Dona, saya dredek karena lapar. Setelah Mie Ayam dan segelas es teh tandas ternyata lambung jadi stabil dan badan jadi tegak. Tapi dalam hati kecil saya, lapar plus bener-bener takut. Entah kenapa. Semoga tak kenapa-kenapa.
      Kesempatan ini adalah pertamakali nya kami bersua Pak Mustain Marzuki, beliau seorang pemerhati watu candi. Yang semangatnya menjadi salah satu inspirasi kami. Kebetulan beliau adalah Bapak RT, jadi blusukan di Lokasi selanjutnya yang merupakan desa beliau jadi cukup mudah (tanpa banyak tatapan curiga warga).
     Setelah mampir dirumah beliau, bersilaturahmi, kemudian kami diguide menuju Watu Sikebrok. Cukup dekat dengan rumah beliau yang berada di seberang masjid Watu Gandu. Kami keluar gang ambil kanan... kemudian ketemu dengan mushola. Situs berada di lereng bawah mushola tersebut, di antara rimbunan bambu petung.
Watu sikebrok berada : Lumpang Watugandu
    Watu Sikebrok, begitu warga masyarakat Watu gandu menyebutnya demikian. Kebiasaan masyarakat mencuci jarit dan pakaan ibu melahirkan di sini. Di Batu Lumpang ini dan kemudian menimbulkan suara brok .. brok saat di kucek dan dibersihkan.
      Batu Sikebrok, adalah watu lumpang yang telah berestorasi alias berubah bentuk karena masa usia dan perlakuan. Di beberapa watu tinggalan, sering dijadikan batu untuk mengasah alat petanian, dan tidak menutup kemungkinan pada masa itu setelah terbengkalai lama tak digunakan menjadi alat untuk mengasah pedang atau alat perang lain (mungkin=imajinasi.)
     

      Berada di dekat mata air, Watu Lumpang ini insitu yang menandakan keberadaan peradaban masa yang silam. Watu Lumpang yang digunakan untuk media ritual penyembahan.


      Penambahan bukti penguat, fakta keberadaan peradaban di Watu Gandu. Dimana peradaban silih berganti dengan keberadaan tinggalan megalitikum (watu gandu = dolmen), Kemudian Masa Hindu Klasik dengan keberadaan Reruntuhan candi, Watu Lumpuk dan Watu Lumpang Sikebrok ini. Tak jauh dari sini Candi asu, Situs Nglarangan Serta pusat religi masa lalu : Candi Gedong Songo.
Bonus Cerita dari Pak Mustain Marzuki  :
Cerita tentang watu lumpang dan warga yang bunuh diri di dekatnya.
     Sekitar tahun 2009, tersebutlah seorang keluarga muda. Sang pemuda berasal dari dsn. Suruhan yang menikahi gadis Daerah Bringin. Singkat cerita, setelah setahun menikah , kemudian sang istri hamil.
      Sang suami yang masih muda tersebut pekerjaannya sebagai buruh/ kuli serabutan dengan penghasilan yang tak tentu. saat syukuran 1 bulan (puputan) kelahiran sang anak, pemuda tersebut tak punya uang sama sekali. Kemudian mencari pinjaman 1 juta dari tetangganya.
    Malam saat syukuran tersebut, sang pemuda menghilang setelah terjadi keributan kecil dengan keluarganya. 
     Setelah (warga mengira minggat) tiga hari sang pemuda hilang, warga yang mandi di sumber air sikebrok mencium bau bangkai (dikira tikus mati)
     Bertahun-tahun kemudian, saat warga mulai melupakan kejadian "terciumnya bau bangkai tikus", Setelah dua tahun saat pemilih bambu ingin menjual bambunya, ketika hendak memotong salah satu bambu, tanpa sengaja kakinya menginjak seperti kelapa. Namun karena aneh, penasaran kemudian diambil dan ternyata Tengkorak manusia.
    Kemudian melaporkan ke perangkat desa. Tentu saja penemuan Tengkorak manusia ini langsung menghebohkan. Setelah visum polisi, ternyata diketahui bahwa jasad  ini adalah pemuda yang dulu menghilang saat acara syukuran kelahiran anaknya. Ditamba ciri kaos baju yang dipakai. Disamping jasad, ditemukan pula bungkus racun tikus yang diduga oleh polisi diminum pemuda tersebut untuk bunuh diri. 
    Semenjak di temukan jasad di sekitar pancuran Watu Sikebrok/  Watu lumpang sangat jarang di gunakan untuk mencuci atau mandi karena takut dan seram. Mohon maaf cerita ini jika menyinggung. (sumber Cerita : Bapak Mustain Marzuki)


Video Amatir :



Suryo Dona dan Pak Mustain Marzuki, 
Suryo Dona dan Pak Mustain marzuki
Penelusuran berlanjut ke Makam Lanjan Sumowono.


Salam Peradaban

Situs Makam Banyukuning, Bandungan : Part 2 - Makam Kedua

Antefik, Makam Situs Banyukuning
     Kamis, 20 Juli 2017. Sambungan dari Penelusuran Makam Banyukuning part 1Dari makam desa Banyukuning 1, kemudian kami balik lagi arah masjid. Dimana info awal dari mba Derry kami dapat. 
      Sisi kiri masjid, jalan kecil berpaving menuju makam. Terdapat antefik dan batuan candi di permakamkan. 
     Didalam Masjidpun, Mimbarnya konon juga sangat kuno ;
Masjid Bnayukuning









     Sambil menahan lapar, kami segera bergegas. 
   Ternyata antefik berada dekat dengan gerbang masuk makam. Tengok saja 2 makam yang spesial berhiaskan antefik di bagian atas maesan. Nampaknya yang dimakam adakah pasangan suami istri. 
      Detail antefik.... sekali lagi fokus saya antefiknya, Bukan makamnya.










      Didekatnya, beberapa makam memakai hiasan batu candi berbentuk Kotak. 
Watu Candi di Makam Banyukuning

      Setelah saya rasa cukup, kemudian saya istirahat di deket bangunan yang pikir saya awalnya adalah gudang tempat krenda berada. Sementara Suryo Dona, keliling area makam, mencari kemungkinan batu candi lain. 
       Beberapa struktur batu candi :












    




    Tersebarnya struktur batuan candi di Makam ini menguatkan dugaan keberadaan sebuah bangunan suci masa lalu (=candi), yang pada prosesnya di zaman itu berganti fungsi. 
      Beberapa saat setelah istirahat, kebetulan ada warga yang selesai ziarah kubur, kemudian saya minta izin dan menjelaskan maksud kami. 
      "Ya dulu memang banyak mas, tinggal-an jaman wali. Kalo aslinya makam yang bubakyoso ya disini, kemudian waktu itu ada keributan kecil / rebutan. Akhirnya makam dipindahkan ke atas, di makam yang berada di gumuk", jelas Bapak tersebut. 
(Jika pembaca punya versi lain tentang sejarah banyukuning, bolehlah dibagi di komentar naskah ini ya).
      Tanpa diduga, beliau membuka pintu bangunan (yang awalnya saya pikir tempat menyimpan krenda), "Ini lho mas, makan Kyai", kata beliau. 
Makam Banyukuning
     Terpukau, sangat terpana dengan yang saya lihat. 
Yang menjadi patokan kemuncak. Bagian atas sebuah Bangunan. 
      "Kyai asli daerah sini, sementara istri beliau orang Yaman Timur Tengah", tambah Bapak tersebut.
      Detail Tinggalan yang berada di area cungkup makam (bangunan tertutup) :








Video Amatir :

      Foto partner Blusukan :
Suryo Dona
Salam peradaban