Tampilkan postingan dengan label Boja. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Boja. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 10 April 2021

Menguak Misteri Sejarah Kuno Margosari, Boja : Gowes Blusukan Situs Lapik Arca

Lapik Margosari, Boja

      Minggu, 11 April 2021. Berawal dapat informasi dari Mas Age Karisma, tentang keberadaan situs di daerah Boja. Terbersit ide, minta mas Age untuk guide pake sepeda. Sekali lagi duet Gowes blusukan. Namun ternyata karena kesibukan mas Age, akhinya niat tak kesampaian. Barulah ketika saya diberi titik koordinat, kemudian saya coba telusuri melalui Gmaps, yang ternyata dekat dengan Gonoharjo. Banyangan saya rute mengerikan bagi kaki berpen saya. Dengkul bisa protol. Namun lama tak gowes juga vakum blusukan menjadikan saya mengesampingkan perasaan ngerti itu. Akhirnya menemukan partner untuk saya ajak partner gowes. Maturnuwun Mas Siswo Handoyo, rekan SMA yang beberapakali gowas Bareng, apalagi saat saya menyampaikan keinginan saya, mas Siswo ini menyambut baik karena ternyata rute yang saya kirim lewat WA, sudah tahu dan sering lewat.

Singkat cerita, gowes kali ini juga sebagai yang terakhir sebelum puasa, tapi kalau blusukan? Tunggu saja.. apakah masih mampu? hehhe/.. (rekan blusukan di Komunitas Dewa Siwa dulu berseloroh “ BLusukan iso-iso kumu degan”…..). Berangkat jam 4.50 dari rumah menuju Gunungpati, kemudian kami melalui rute Gunungpati – Sekolo – sekopek – Bubakan – Cangkiran - ambil kiri.

Berhenti di Charlie Hospital, (Saya juga Panser Biru..hehehhe), kemudian lurus terus. Karena masih pagi, suasana juga masih sepi jadi udara sungguh segar. 

Beberapa Tanjakan lumayan sudah menyambut kami, namun banyaknya pegowes yang bertujuan kearah sama, menjadikan semangat kami menakhlukkan tanjakan. Sesampainya di Pertigaan Margosasi kami kemudian berhenti. Sesuai GMaps,  juga petunjuk dari Mas Age, Bahwa Lokasi yang saya tuju ini hanya 100m dari Kantor Desa Margosari. Didepan Kantor Desa Margosari, Boja :

Di Kantor Desa Margosari Boja

 Tak lama setelah itu, Sampailah saya..

Sempat ketemu dengan pemilik rumah, dan beruntungnya saya berkenan membagikan banyak cerita mengenai lapik Arca ini. 

Konon Lapik ini di dapat dari sawah beliau tak jauh dari rumah. “Waktu itu tujuan saya ingin menyelamatkan, makanya ketika saudara ingin menjualnya saya menentang keras. Karena saya tahu ini peninggalan kuno”, jelas Ibu Bu Siti.

“Selain Lapik ini, sebenarnya di desa ini ada batu-batu kotak besar yang saat ini disimpan warga”, tambah beliau. (bentuknya mirip dorpel setelah ibu Siti menjelaskan, tapi Maaf saya tak bisa memberitahukan dimana ---)

Peninggalan Kuno di Margosari, Boja

Bentuk Lapik Masih terawat, bersih. Namun tetap OCB seperti ini butuh perhatian. Apalagi jarak dengan kantor desa kurang dari 100m. Semoga pihak Desa, terutama Pak Kades segera tergugah untuk nguri-uri peninggalan yang ada di desa Margosari ini.

Fungsi Lapik sendiri (Baik Lapik Sajen Maupun Lapik Arca sebagai tempat menaruh sajen / tempat arca.

Close  up Lapik Margosari.


Hasil Lengkap ngobrol santai dengan Ibu Siti ada di channel Youtube saya ya… mampir juga di Link : 


Maturnuwun Mas Age, dan Mas Siswo….

Saya Mas Siswo dan warga Margosari Boja

Salam Pecinta Situs dan watu candi

Sampai Ketemu di blusukan berikutnya

Jumat, 13 November 2020

Kemuncak Candi di depan Rumah Warga : Gowes Menelusuri Jejak Peradaban Trisobo

Gowes blusukan bersama mas Age ini adalah yang kedua kalinya, setelah sebelumnya Gowes Blusukan ke Yoni Situs Salam Sari Limbangan Kendal seminggu yang lalu.  Masih blusukan pakai sepeda, sebelumnya saya sendiri mampir di situs : Situs Pandean GunugpatiSelain sama - sama cinta sejarah, kebetulan punya sepeda united. jadilah duet blusukan gowes united.. 
     Ceritanya saya dapat tawaran sekaligus Mas Age butuh guide untuk ke Candi Trisobo, singkatnya gowes meluncur lewat jalur Depan kantor kelurahan Mijen, melalui tanjakan yang cukup ekstrem (sebenarnya tak terlalu panjang namun lalu lintas sangat ramai, motor seperti road race saja... padahal di jalan kampung. 
Pertigaan Cangkiran
     Sebenarnya sudah beberapakali ke Candi Trisobo, selain ada lapik juga keberadaan Candi memang membuat saya tak bosan untuk kesini lagi. 
     Apalagi ini Simbiosis mutualisme, sama2 guide antara saya dan Mas Age, jadilah. Surprise, mengejutkan!. Lapik Arca kok jadi 2???? Kebetulan kali ini kami juga ketemu si empunya rumah. Jadi Banyak dapat cerita. (Terekam di video)
Bersama Pemilik Rumah
      Beberapa saat di lokasi ini, si empunya rumah datang dan malah cerita panjang lebar, “Dulu yang satu ada disisi lain, tertutup rerumputan”, jelas beliau.
Lapik Situs Trisobo
Lapik Trisobo, Boja Kendal
      Beliau juga mengakui bahwa kedua lapik ini juga berasal dari Candi Trisobo. 
     Setelah merasa cukup, kami kemudian lanjut ke OCB selanjutnya yang jadi tujuan utama gowes blusukan hari ini. Masih di desa Trisobo, setelah kantor Desa Trisobo kami terus sampai ke depan rumah warga yang menaruh sesuWatu (Obyek Cagar Budaya) di depan rumahnya. 
Link YouTube : 
    Gowes Situs Trisobo Part 1 :

   Tak jauh dari kantor desa, Mas Age memberi tanda untuk kami menepi. Dan... dipinggir jalan :
     Mirip Lingga, semu. Setelah beberapa dugaan dari lingga, kemuncak. saya mengira ini lingga pathok (maaf beda dari di video, mungkin saat itu spontan saking girangnya lama ga blusukan).... tapi monggo para ahli bisa menyampaikan analisanya, mencerahkan saya... 
   Jika ini Lingga pathok, berarti jumlahnya ada 8, yang berfungsi sebagai penanda terluar area suci Candi Trisobo.
    Lingga Pathok Trisobo, semoga diuri-uri.....


  Saat sedang asik mengamati Lingga Pathok ini, mas Age sekali lagi bergeser ke seberang rumah.... Terkejut 2 kali, ternyata ada OCB lagi. Malah lebih khas.... seperti kemuncak (bagian atas bangunan Candi) (obrolan dengan nenek pemilik rumah ada di video ya)
     

Beberapa foto Kemuncak Trisobo :







     Video "Gowes Situs Trisobo Part 2 + bonus Candi Trisobo" :
       Sampai ketemu di Penelusuran berikutnya 
#hobikublusukan 

Sabtu, 18 Mei 2019

Ke Gonoharjo? Jangan Lupa berkunjung ke Candi dan Petirtaan Argosumo Nglimut Gonoharjo, Boja Kendal

Petirtaan Argosumo
     Sabtu 18 Mei 2019. Puasa bagi banyak orang memang mempengaruhi aktifitas di luar ruangan, namun bagi kami… “Ngelak-Ngelih… Wani!”. Sebelumnya saya akan bercerita dulu, layaknya intro sebuah lagu.
     Lama tidak melihat watu, ternyata berpengaruh bagi saya pribadi. Entah karena padatnya pekerjaan hingga terasa penat. Beberapakali merencanakan blusukan namun gagal terus karena berbagai hal. Padahal destinasi mudah sudah direkomendasikan oleh pak Nanang (sampai koordinatpun sudah jelas). Rasa gemas karena gagal blusukan, ditambah lagi saat sehari sebelum puasa kedatangan 2 rekan yang ‘njanur gunung’ alias ndengaren kalau di terjemahkan kurang lebih tumben Mas Eka Budi dan Mas Widjatmiko sudah didalam rumah saya plus tertawa ngekek. Sempat kaget, apakah ini mimpi (lebay)… 
Mas Widjatmiko, Saya dan Mas Eka budi
  Mereka berdua nampaknya sedikit pamer (mungkin tahu) dari Candi Argosumo plus ke petirtaan di dekatnya (saya 3 kali ke sana ga ketemu), “Sekalian padusan”, jelas Mas Eka Budi Nampak pura-pura polos…. Wkwkwkkw. --- Link Cerita Mas Eka budi : (Link Blog cerita Mas Eka Budi)
   Sampai kamis kemarin, disaat hampir putus asa (bukan melebih-lebihkan, tapi suasana hati saya memang demikian), eh... Mas Age Kharisma ngajak saya menelusuri jejak peninggalan di area Nglimut Gonoharjo. 
   Tanpa pikir panjang segera ku terima dan mencoba lobi (3 hari lobi akhirnya istri acc…. Wkwwk) juga ngajak beberapa kawan, Pak Nanang dan Mas Eka Budi, juga lempar ajakan di grup WA. Namun Akhirnya…. hanya kami, (Saya Mas Age dan Pak Nanang - Bu Nanang sing puasa Ngelak Ngelih... Wani! Blusukan)
Tiket Gonoharjo
  Sampai di Tiket box sekitar jam 14.30, Segera kami beli tiket, (18/5/2019 @Rp.12.500,-.) kami kemudian berjalan pelan menyusuri turunan tangga. Dasar tidak beruntung, kira-kira 500m jalan, eh Hp saya malah ketinggalan. Jadilah saya balik arah. Tapi pantang menyerah karena kepalang tanggung.
   Kami sepakat berjalan pelan-pelan untuk menyimpan energi. Hari ini sangat sepi, pengunjung nampaknya hanya kami berempat. Saat melewati Kolam renang, struktur kemuncak yang berada dibawah pohon kresen tak ada lagi (Pohon kresen juga telah ditebang) Baca link naskah saya saat kesini (saat struktur kemuncak itu masih ada). Semoga pihak terkait yang menyimpan. Pengelola mengamankan, bukan mebuang nya di jurang seperti banyak struktur yang terlanjur berserakan dibawah kolam renang ini. Semoga.
   Kami terus berjalan, beberapakali istirahat. Tentu puasa memang mempengaruhi laju kami. Tapi kami bertekad tetap kuat. “Ngelih-Ngelak… Wani! Blusukan.
   Di sebuah jalan menanjak, masih seperti dulu mulai ada beberapa struktur batu candi yang berserakan. Teringat cerita Mas Miko-Mas Eka tentang keberadaan Jaladwara yang terpotong (saluran air) di tempat dulu saya dan Mas Setiawan (kawan dari Kediri) saat ini memang lebih terlihat jelas. Struktur Batuan Candi di sepanjang jalan menuju Candi Argosumo :


   Di Naskah saya dulu, kami (Saya dan Mas Setiawan) sempat mereka-reka bagian saluran air ini... cek di link : baca juga ya, klik tulisan ini

   Teringat dengan cerita Mas Eka Budi, Kami kemudian mencoba sedikit menelusuri bagian lebih atas, di area datar.  Saya yakin dulu belum ada :
   Kami kemudian melanjutkan perjalanan… Sampai di Candi Argosumo, kami melepas lelah dan mendokumentasikan. 
Candi Argosumo, Boja
   Bersyukur sekali arca Ganesha yang dulu glimpang di tengah jalan saat ini berada dekat dengan (reruntuhan) Candi Argosumo. Oia lewat tulisan ini saya ingin ngajakk rekan-rekan yang peduli untuk bersama-sama (donasi) membuat papan nama plus papan peringatan BCB. Melihat tulisan Candi Argosumo yang patah ditengah rasanya miris. Ingin melakukan sendiri tapi tak mampu….
   Setelah cukup. Kami kemudian mencari dimana Petirtaan berada. “Maju arah Air Terjun 50m ambil kanan. 
Petirtaan Argosumo

   Gila!.... 3kali saya ke Candi Argosumo dan 1 kali melewati jalan menuju Air Terjun kok bisa tak mengetahui Petirtaan ini. Berarti mungkin saya kurang peka. 
   Seingat saya dulu tak ada jalan menuju petirtaan, juga di area ini rumput sangat lebat. Tapi segera move on saya kemudian mencoba merekontruksi ulang cerita Mas Miko yang menjelaskan bagaimana dugaan bentuk bangunan pentirtaan ini. Tapi memang yang pasti saling berhubungan dengan Candi Argosumo. Konon setiap ritual suci yang dilakukan, dimulai dengan bersuci di petirtaan.
   Terlihat jelas sisa tatanan struktur batu petirtaan yang masih tertata, yang memberikan gambaran imajinasi kemegahan bangunan ini dimasa lalu.



    Agak keatas, terlihat jejak longsornya tanah diarea ini. Dugaan kami, bangunan utama sudah -longsor. Atau jangan-jangan Candi Argosumo ini bangunan insitunya berada terletak di petirtaan ini? 
    Sebuah pertanyaan yang misteri jawabnya. Namun saya memang butuh pencerahan. Sambil nunggu narasi komplet dari Mas Widjatmiko.....
Age Kharisma, Bu Wahyuni, Pak Nanang  dan Saya : 
    Terimakasih kepada kawan blusukan puasa, “Ngelih-ngelak…Wani!.
    Sampai ketemu di kisah blusukan situs selanjutnya... 
Petirtaan Argosumo Nglimut Gonoharjo, Boja Kendal
Salam PecintaSitus dan Watu Candi
#hobikublusukan

Kamis, 19 Juli 2018

Mengunjungi Yoni di Makam Keramat Ki Ajar Bontit : Sang Legenda

Yoni di Makam Keramat Ki Hajar Buntit 

Kamis, 19 Juli 2018. Dua hari sebelumnya, postingan informasi mengenai Yoni yang berada di Makam Ki Hajar Buntit dari rekan komunitas yang jarang ketemu tapi sekali memberi infomasi di facebook, langsung mengunci destinasi blusukan. Maturnuwun ‘Kang Mas Roso”, hari ini kami telusuri…
Beberapa rekan saya ajak untuk turut serta, tapi ya itu mungkin mereka sibuk… hehehe. Tapi maklum karena saya memang memilih jam pagi (durasi jam 1)… partner kali ini adalah rekan yang lama absen pula, terakhir nyaris blusukan sebelum putar haluan (baca link cerita ke Situs : Petirtaan Kali Puring, Tengaran)… Semangat golek keringat Mas Eka WP.
Janjian jam 9, start di Perpustakaan Ungaran. Saat saya menuju Lt 1, (ruangan saya ada di Lt2), saya dicegat rekan. Ada orang yang mencari, pikir saya Mas Eka WP, eh ternyata orang lain. 
 Beliau memperkenalkan diri dari pegiat googleMaps , ingin ngobrol tentang blusukan. Tak mau panjang lebar, saya langsung ajak beliau 'Pak Yon'… “Tapi tunggu sebentar ya, ada rekan lain yang tertarik ikut”, jelas Pak Yon.
Singkat cerita, kami kemudian berangkat ber4. Bagi saya dan Mas Eka seperti menemukan semangat lebih, ketika orang diluar komunitas kami tertarik turut serta, bahkan mungkin kami bisa turut numpang tenar pula… siapa tahu,,, wkwkwk.
Blusukan kali ini berempat, kompak dengan motor plat merah (taktik, karena kami nanti akan melewati jalur perkebunan cengkeh, karena sedang panen maka banyak penjaga yang berlalu lalang. Jika memakai plat hitam cenderung susah… heheheheh). Lewat Alun-alun lama arah Kalisidi, setelah sebelumnya singgah terlebih dahulu di Situs Setoyo, tepatnya di Al Madina. Dimana ada 1 Umpak (dugaan sementara) unik.
Kemudian, kami menuju Simeri (letaknya berada di tengah perkebunan Cengkeh - Durian Zansibar, satu jalur dengan Curug Lawe. Setelah melalui daerah Simeri, kemudian langsung menuju Ngumpul, Pasigitan Boja Kendal.
Jalan Melewati aliran air sungai yang sangat jernih dan dingin, (kalau musim hujan ketinggian air lebih tinggi);

Saya sarankan saat kesini hindari musim durian, / panen cengkeh, karena akan banyak tatapan curiga dari penjaga/ bahkan sahabat akan dipersulit. Padahal saya yakin sahabat bukan durian yang menjadi destinasi, tapi pasti dicurigai...hehehehe. --itu mengapa kami pakai plat merah.... untuk memudahkan saja. 
 Tapi tentu saja, tergantung nasibe awak, kadang yo kalau tampang melas pastinya lolos dengan mudah.. hehehehe (intermezzo).
Mengunjungi Yoni di Makam Keramat Ki Hajar Buntit
 “Sekitar dua tahun lalu kesini, kompleks makam belum seperti ini. Dan saya yakin belum ada yoni itu”, terang mas Eka WP. Bagaimana cerita sejarah Ki Ajar Bontit sendiri Sahabat baca di sini ya : https://myimage.id/khoul-ki-ajar-bontit/), Bagi saya pribadi dibanyak versi ini yang paling sesuai logika. --- 
Yoni yang berada di pojokan dekat dengan jalan kearah toilet/ sebelah kiri pintu masuk makam ini nampaknya memang baru diletakkan di lokasi ini. Kami (saya dan mas Eka wp) menduga pindahan dari tempat lain. Juga Lingga dan Yoni bukan pasangan yang asli. Karena nampak tak pas. Saya pribadi menduga dua benda sakral ini dari dua tempat yang berbeda. 
Yoni di Makam Keramat Ki Ajar Bontit
 Bahkan mas Eka WP, yakin Yoni ini berasal dari sebuah kampung kuno yang di akhir 1920-an warganya dipaksa untuk pindah karena desanya dibuat perkebunan. 
     Nama desa Kuno itu Desa Tejomanik, yang kira-kira posisinya ada tak jauh dari Makam Ki Hajar Buntit ini.
Cerat Yoni Makam Ki Ajar Bontit, 
Cerat Yoni di Makam Keramat Ki Ajar Bontit
Yoni nampak terpisah menjadi 2 bagian, entah tapi tentunya bukan knockdown
     Cerat sudah tak jelas ditambah ternyata ada plester di lubang Lingga (karena mungkin lingga berbeda ukuran, sehingga untuk aman diplesterlah…..










Lingga, Yoni Makam Ki Hajar Buntit :
Lingga di Makam Keramat Ki Hajar Buntit 
Saat saya kesini, sekitar 1 jam… juru kunci tak nampak, walaupun sebenarnya saya ingin sekali mendengar bagaimana cerita mengenai Yoni ini. Semoga lain waktu bisa ketemu.
Kearifan Lokal, 

Video amatir (nunggu edit ya)

.  Kami berselfie dulu,
Saya, Pak Yon, Eka WP dan teman Pak Yon (lupa namanya)
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi
Yoni di Makam Keramat Ki Ajar Bontit

#hobiku blusukan


nb : 
Atas Perkenan Pak Yon, inilah hasil blusukan dengan pegiat Googlemaps.... Link lokasi plus ulasan singkat :  https://goo.gl/maps/ggriBW3XWeu





Minggu, 15 Juli 2018

Yoni Pasar Karetan Dusun Segrumung Desa Meteseh : Bonus Keseruan Kegiatan Diskusi Sejarah di Pasar Karetan Meteseh Boja.

Diskusi Budaya Dewa Siwa di pasar Karetan

      Komunitas Dewa Siwa Kembali mengadakan kegiatan edukasi Situs sejarah kepada masyarakat. Kali ini bertempat di “Pasar Karetan”, Desa Meteseh, Boja Kabupaten Kendal. Bekerjasama dengan Genpi, kegiatan yang dilangsungkan mengikuti jam operasional Pasar Karetan, yaitu dari Jam 6 pagi sampai dengan jam 12 siang. 
Pasar Karetan

      Pasar Karetan sendiri adalah konsep wisata kuliner yang sangat unik, dimana dikawasan ini setiap pengunjung yang masuk, jika ingin membeli kuliner tradional yang tersedia uang harus ditukar dengan girik. 
Games Ular Tangga oleh Dewa Siwa

      Setiap stan kuliner berdiri terpisah di gazeboo, suasana alami pedesaan masih khas, rekomendasi bagi yang suka kekunoan yang berkarakter!
       Dengan semangat itulah, ditambah niat edukasi situs kepada masyarakat seluas-luasnya. 
Narasumber Diskusi Budaya : Tri Subekso Pra Vlatonik dan Ihsan DS
     Dewa Siwa Mengadakan : Diskusi Budaya “Menguak Sejarah Boja dan Sekitarnya”, selain diskusi Budaya, juga Pameran foto situs cagar budaya di sekitar Boja plus games 'Ular Tangga' dan kegiatan akan kami akhiri dengan Blusukan bersama ke Candi Trisobo yang memang tetangga desa Pasar Karetan ini.
      Dari diskusi ini, beberapa kenyataan kami dapat simpulkan, bahwa memang banyak orang yang tak menyadari disekitarnya ada peninggakan yang masih terabaikan.
      Foto bersama sebelum blusukan bersama, 
Foto bersama Dewa Siwa setelah Diskusi di Pasar karetan Boja
      
    Saat diskusi inilah, Bu Nanang Klisdiarto dengan sangat mengagetkan kami semua. Beliau berkata, “Di perjalanan menuju Pasar Karetan ini ada Yoni di sebelah kanan jalan!”, “Sekitar 200m dari lapangan”, tambah beliau. 
           Jadilah, setelah kami berbarengan naik odong-odong, ternyata benar. Kami semua ternyata tak jeli, terlewat, tentu saja kecuali 2 orang : Pak dan Bu Nanang. 
        Destinasi 1, Yoni Situs Segrumung Desa Meteseh Boja, 
Yoni Pasar Karetan Dusun Segrumung  Desa Meteseh
        Kondisinya sangat memprihatinkan, 
Yoni Pasar Karetan Dusun Segrumung  Desa Meteseh Boja
     Yoni sudah rusak dibagian penampang atas. Namun masih terlihat jelas sisa lubang kotak dimana Lingga seharusnya berada, cerat juga nampak walaupun samar.
     Sayangnya kondisi Yoni memilukan, sebagian besar bagian atas yoni rusak, tak berbentuk lagi. 
     Selain Lingga sudah tak ada, arca Nandi sudah luput pula dari pandangan kami. 
     Saat Mas Imam minta ijin sebelum rombongan Dewa Siwa datang, ke Yoni situs Pasar Karetan ini mendapatkan cerita bahwa, “Yoni ini pindahan dari tengah gumuk di perkebunan karet itu”, jelas Mas Imam kepada kami. Surprise sekali, ternyata dekat dengan Pasar Karetan.
Yoni Pasar Karetan Dusun Segrumung  Desa Meteseh 
      Saat tiba di sini, selain kondisi Yoni sendiri memprihatinkan, tak kalah ngerinya adalah pecahan beling (bekas mangkok dan piring) yang bertebaran di sekitar Yoni, bahkan sebelumnya menumpuk di lubang lingga. 
     Semoga…. dengan tulisan ini warga sekitar tahu bagaimana sakralnya batu ini di masa lalu. Punya nilai dan makna yang sepatutnya kita dilestarikan. 
    Bukan harus di perlakukan istimewa, tapi tolonglah ditempatkan di lokasi yang layak…. 
     Semoga pengelola pasar karetan ataupun desa Meteseh pernah membaca blog saya ini, dan tergerak hatinya. 
      Potensi besar Meteseh, selain pasar karetan punya pula benda cagar budaya, potensi wisata sejarah….. 
     Seperti biasa, sebelum melanjutkan penelusuran foto bersama dulu,
Yoni Pasar Karetan Dusun Segrumung  Desa Meteseh : Dewa siwa 
      Setelah merasa cukup kami kemudian melanjutkan Blusukan bareng-bareng ini ke Trisobo, dimana ada 2 tinggalan purbakala. 

Destinasi ke 2, 
Lapik Trisobo : buka link Situs Lapik Trisobo
Lapik Trisobo
      Awalnya, karena saya sudah merasa pernah saya pribadi lewati saja, tapi alangkah terkejutnya ketika sekarang ada 2 lapik arca.
Lapik Trisobo
     Seperti kembar. Ya sudah..... saya nikmati saja gambar kiriman dari rekan...
     Konon lapik ini pindahan dari Candi Trisobo, destinasi selanjutnya blusukan bareng bareng kali ini.

Destinasi ke 3, : Candi Trisobo
Candi Trisobo
       Kunjungan kali ke tiga saya pribadi, sangat spesial tentu saja karena kali ini banyak teman blusukan. Sayangnya karena sudah di amankan PuslitArkenas? 2 arca yang berada di Candi Trisobo sudah tak bisa kami lihat. 1 arca sebenarnya belum saya telusuri, tapi kemungkinan sudah dibawa pula.
      Foto bersama, destinasi utama kegiatan ini.....
dewa Siwa di Candi Trisobo, Boja
Destinasi 4,






       Setelah dari Candi Trisobo, kami kemudian balik arah menuju Lapangan (parkir) pasar karetan, kemudian lurus ke Dusun Slamet. Dimana ada peninggalan Keramik yang belum lama ini (sekitar Desember 2017: baca link berita dibawah naskah).
      Kebetulan salah satu rombongan adalah saudara dari penemu keramik ini, yang diduga peninggalan dinasti Ming. “Dulu ditemukan saat menggali pondasi saat akan membuat warung di depan rumah”, cerita ibu pemilik rumah.
       Karena waktu sudah beranjak sore, badan saya juga sudah mulai goyah, maka saya sendiri ijin untuk pulang, sedangkan banyak rekan yang lain melanjutkan penelusuran ke Situs Yoni Cangkiran.
    Beberapa rekan juga ada yang pulang. Karena Bapak Budi Susilo rumahnya yang terjauh, kemudian saya tawari ikut ke Cangkiran atau saya temani untuk mampir di Yoni Pragola Pati.

     Jadilah Destinasi selanjutnya saya bagi 2… hehehehe.

Destinasi 5A, 

        Di Situs Cangkiran, karena saya tak dapat cerita serunya jadi hanya lewat gambar saja yang akan bercerita sendiri.
Situs Yoni Cangkiran
Destinasi 5B, 
Bapak budi Susilo di Yoni Situs Pragola pati

      Seperti tawaran saya, Bapak Budi Susilo saya antar ke Yoni yang berada di Komplek Makam Pragolapati.      Walaupun mata sudah berkunang-kunang, badan sudah gemetar. Tapi karena Bapak Budi Susilo saat saya ke rumahnya dibonusi 6 situs, (baca kisah dolan Magelang 1-6), ingin rasanya membalas guide, namun saya dengan sangat menyesal hanya bisa menemani satu destinasi saja. “Maturnuwun Pak Budi Susilo purun mampir teng gubug kulo”.
     Walaupun tepat sesaat beliau starter motor, pulang.... saya mutah2... masuk angin - pusing. Tapi saya rasa sepadan bahkan saya tak menyesal bisa turut serta di kegiatan hari ini.
    Sekaligus istri tak jadi manyun karena saya sakit… hahahahha. Berkah…. Seru! saya tertawa menertawakan diri saya sendiri, sudah menaklukkan keset yang katanya gatel…. "Apa kabar juragan keset? Lama ga ketemu?"--- (maaf ini memang untuk satu rekan itu, jangan terlalu serius dibaca ya…)

     Salam Pecinta Situs dan Watu Candi.

      Sampai ketemu di Kegiatan Komunitas Dewa Selanjutnya…Segera!

#hobikublusukan

     
Salam Pecinta Situs dan Watu candi
Nantikan Even Komunitas Dewa Siwa Yang lain...

NB:



  1. Semua foto saya sertakan adalah dokumentasi di Album Grup FB DEWA SIWA.
  2. Dimuat pula di media online https://www.indopos.co.id/read/2018/07/15/144226/pasar-karetan-kehadiran-tamu-mancanegara
  3. Berita Penemuan Keramik https://radarsemarang.jawapos.com/radarsemarang/read/2017/12/18/34116/mangkok-keramik-diduga-dari-era-dinasti-ming