Senin, 27 Februari 2017

Situs di Tegal Gogo Wujil Bergas : Watu Lumpang dan Watu Lesung

Watu Lumpang Tegal gogo Wujil








   
    












     Senin, 27 Februari 2017, Ketika saya ajak blusukan Minggu sehari sebelumnya ke Dsn. Lendoh Desa Leban Boja, si tukang nglimpe bin PHP-nan, ternyata oknum tersebut blusukan dewe. Untungnya masih ada setitik kebaikan di hatinya...hehehhe. Senin tanpa rencana saya diantar menuju lokasi, kami langsung berangkat, dan masih pakai seragam pula. Hujan gerimis tak menghalangi kami. 
      Lewat jalur keluar masuk desa di sepanjang lereng gunung Ungaran (karena tak bawa helm) melewati berbagai situs. Tujuan kami ini dikenal warga dengan daerah Tegalgogo masuk di wilayah Kelurahan Wujil Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. Sampai di desa Pagersari melewati SDN Pagersari 01 kira-kira 300m di jalan nanjak, ada jalan masuk ke kiri berpaving dengan L Paving 1m, jalan tanah. 
   Pemandangan di Area ini, menakjubkan ;
view dari Tegal gogo Wujil Bergas
     Kira-kira 1km, masuk jalan menyusuri persawahan di kanan dan kirinya, juga melewati 2 komplek makam. Di tengah- tengah antara makam ada 2 makam kuno yang berhadapan dipisahkan jalan.
makam Kuno
Dari Makam, kemudian perjalanan lanjut menyusuri pematang sawah. Penelusuran 1 Kami parkir di depan makam (alasan Mbah Eka, jalan licin sehabis hujan), sementara penelusuran kedua saya (jadi guide) kami parkir di lokasi yang lebih dekat dengan destinasi kali ini.
Tak sampai 5 menit menyusuri kebun pisang dan tanah tegalan warga, Sampailah kami. Yang terlihat pertama adalah watu lumpang :
Watu Lumpang tegal Gogo Wujil bergas

mata batu
Kondisi sudah tidak 100% mulus, dibeberapa lokasi terdapat ‘mata’ batu dan berlobang secara alami. 
Dimensi Diameter Lumpang 64cm, untuk tinggi belum saya dapat, karena prediksi kami lumpang ini terpendam separuh. 
Sementara, Lubang Lumpang berdiameter 26cm. dan kedalaman lubang 30cm. Bentuk Lumpang cukup unik, membentuk bidang kerucut, berbeda dengan lumpang yang biasanya kami temui.
lubang lumpang
Penetapan sebagai tanah Sima (perdikan), ritual tertentu seperti Upacara memulai masa panen serta memulai masa panen, atau untuk menumbuk sesajen menjadi diskusi kami ketika , menjadi diskusi ringan kami saat ketemu dengan situs Lumpang. 
Serta keunikan dan potensi keberadaan watu pendukung lain. 
Bahkan kadang berkhayal di area ini berada peradaban….. Sebuah tempat suci, dll.
 Di sampingnya, kurang dari 3m sebelah kanan ada watu Lesung yang tergeletak miring di “perengan”. 
Watu Lesung Tegal gogo Wujil Bergas
Watu Lesung, demikian warga menyebut batu disisi Lumpang tersebut. Mungkin saja karena mirip Lesung sehingga latah saja mirip Watu Lesung. 
Diskusi kami (Sangat Bingung)… dan tak menemukan jawaban atas fungsinya pada masa lalu… Entah sebagai tempat mandi bayi (kemungkinan kecil), atau tempat air suci yang dipakai untuk ritual di Lumpang. 
     Semoga ada guru yang mau berbagi ilmu kepada kami. 
Situs Tegal Gogo Wujil : Watu Lesung
Menurut informasi yang didapat Mbah Eka, tak ada lagi bantuan pendukung lain di sekitar situs ini (kami yakin belum terlihat, mungkin masih terpendam atau bagaimana--menjadi misteri).  
Namun bisa menjadi ciri petunjuk keberadaan situs ini berada di Gumuk (bukit), tak jauh ada sungai yang mengalir serta disebelah utara adalah gunung suci Ungaran.
Saran kami saat menelusuri jejak ke situs ini, sahabat menggunakan pakaian panjang dan sepatu boot (jangan sandal jepitseperti saya=menjadi jalan tak tenang ketika blusukan). Selain banyak nyamuk, rumput yang lebat serta rimbun pohon bambu adalah habitat alami ular.
Video Amatir. (Maaf Benar-benar Amatir):
(maaf masih nunggu sinyal wifi ok)

Watu Lesung Wujil
Penelusuran jejak Peradaban ke 1 Bersama Mbah Eka WP (guide),
Ayoo dilestarikan..... Kalo bukan kita siapa lagi?










Penelusuran jejak Peradaban ke 2 Bersama Lek Suryo dan Mas Nungki Arfi (Saya Jadi guide)



Salam Peradaban ;

Minggu, 26 Februari 2017

Jejak Peradaban di Dsn. Lendoh Desa Leban Boja Kabupaten Kendal

Situs Lendoh, Leban Boja
     Minggu, 26 Februati 2017. Akhirnya, setelah lama tak blusukan (menelusuri jejak peradaban), saat 'melepas dahaga' situs datang juga. 
    Berawal dari candaan yang saya lempar mengajak blusukan dengan alternatif berapa destinasi yang baru (bagi saya), coba kutawarkan. Namun ternyata banyak yang PHP saja. Untungnya mas Beny stand by dirumah (yang ternyata dirumah karena motornya ngambek-- untung--- hehehehe) karena situs yang menjadi tujuan kali ini, selain dekat dengan Rumah Mas Beny, juga pemberi informasi. 
    Selain Situs di makam Lendoh ini, di dekatnya di arah yang berbeda di gumuk yang lain, Ada Candi gunung Suring, yang beberapa waktu yang lalu kami (dan beberapa rekan yang lain) sudah kami telusuri jejaknya. Penanda yang mudah adalah lokasi ini berada dekat dengan Santosa Stable. Untuk lebih jelas hub saja : mas beny
     Situs berada di makam Dusun lendoh, dulu saya sering lewat makam ini karena sering bertandang dirumah saudara, "Apa Kabar Endar?", hehehehee. Namun ya itu tak menyangka. Untung saja ada Mas Beny.
Watu candi di Dsn. Lendoh Ds. Leban Boja
   Setelah parkir motor, kemudian masuk komplek makam. Suasana khas makam langsung terasa (baca= bulu kuduk berdiri, Saya merinding) namun tekad saya bulatkan, niat saya pastikan untuk niat baik, tidak macam-macam. Hanya ingin menelusuri jejak peadaban yang tertinggal di Makam Lendoh ini.
     50m dari gerbang masuk makam, Mas Beny Menunjukkan watu yang terpendam dan hanya keliatan bagian atasnya.
     "Tak ada warga yang tahu sejarah keberadaan watu  ini mas, tahunya warga sudah ada sejak kakek buyutnya, konon watu ini berasal dari Gunung Suring sana mas", ungkap Mas Beny ikhwal Watu ini. 
      "Awalnya saya tak mengira, watu ini adalah tinggalan purbakala. Padahal 3m dari watu ini ikut gali lubang jenazah, mungkin belum jodoh", lanjut Mas Beny.
Lapik Sajen Dsn. Lendoh Desa Leban Boja
   Ketika masih terpendam, dan hanya kelihatan bagian atas batu ini, maklumlah orang tak menyangka. 
       
      Karena lupa membawa alat ukur, Dimensi Lapik sajen ini belum bisa kami uraikan. 
     Detail bentuk Lapik Sajen sederhana dan tak terlalu besar.  
     Semoga muncul lagi jejak-jejak peradaban yang lain. Kemudian kami berjalan ke bagian atas makam, dimana menurut mas Beny ada 2 batu yang sangat istimewa.
      Kami naik lagi sekitar 7 trap, menuju lokasi yang kedua, dibawah rimbunan pohon bambu,
Situs di makam Lendoh, Ds. Leban boja


     Masyarakat selama ini hanya mengetahui, ini adalah makam kuno yang sudah aja sejak jaman kakek buyut mereka. Mereka pun tak berani mengganggu. 
     Bentuk lapik sajen ini (maaf saya masih menyimpulkan Lapik sajen = untuk opsi lain, seperti lapik arca atau bagian bawah kemuncak saya kesampingkan dulu = faktor dangkalnya pengetahuan saya) ada hiasannya.
Lapik Sajen 2 Ds. Leban Boja
      Sayangnya, separuh bagian sudah rompal, dan hampir 90% di semua bagian ditutupi lumut. Memang kondisi di area ini sangat lembab, karena rimbunya pohon Bambu yang menutupi pancaran sinar matahari.
Penampang atas
   Terlihat detail indahnya, lapik sajen yang kedua. Ada hiasan kelopak bunga teratai.
Tubuh Lapik, Dsn. Lendoh

   Di bagian tubuh lapik ada pelipit, sangat eksotis. Hiasan detail sungguh menyiratkan tingginya sentuhan masa lalu. Di dekatnya ada kemuncak, (Sebagian rekan meyakini ini adalah bagian atas lapik). 
Kemuncak Lendoh, Ds. Leban.
      Kondisi kemuncak, sama dengan lapik. Tertutup lumut dan dibeberapa tempat rompal. Melihat dari bentuk dasar kemuncak ini saya meyakini ini bagian sendiri bukan terpasang diatas lapik.
      Keberadaan Lapik Sajen (lebih dari 1) dan kemuncak ini menjadi muncul dugaan saya sebuah bangunan suci pernah berada di area ini. 
     Apalagi, menurut informasi Mas beny juga, di puncak bukit ada 2 watu lumpang tepat berada di dekat makam kuno. Saya belum sempat bisa menelusuri karena kendala waktu dan tenaga. semoga segera.
Suryo Wibowo on lokasi : Situs Lendoh

      ---saya sertakan dokumentasi rekan yang sudah pernah menelusuri sampai puncak bukit Gunung Sari Dsn. lendoh, Desa Leban Kec. Boja.
      Sampai saya nulis ini saya tak dapat informasi lebih jelas, sejarah baik mitos legenda maupun cerita tutur-tinular.
Bersama Sang Guide - Pribumi asli Lendoh;
Mas Beny : guide menuju Dsn Lendoh Ds. Leban Boja

Salam Peradaban, 
Sasadara manjer kawuryan

     Semoga saya bisa kembali menelusuri Gumuk, di atas makam ini.... continue    


Rabu, 15 Februari 2017

Ciccio, Italiano yang respek dengan Peninggalan Purbakala Kita : Kisah Menjadi petunjuk jalan

Cerita saya ini berawal dari inbox facebook messanger yang sudah lumayan lama saya cuekin karena saya pikir pesan ini spam atau seperti yang sudah sudah hanya percobaan penipuan secara acak yang dilakukan WNA. Namun…. Ternyata. Itu pikiran negatif saya… Setelah saya perlihatkan kepada penerjemah pribadi saya alias istri, ternyata berbeda… Sambil berharap jawaban saya tak terlalu terlambat.
Isi pesan itu :
Singkat cerita setelah beberapakali berbalas pesan, (tentu dengan bantuan penerjemah), akhirnya hari ini 15 Februari 2017, (entah beruntung atau takdir, awalnya saya berniat cuti, namun Bapak Presiden ternyata menetapkan hari ini ibur nasional…. Haghaghag). Kami janjian untuk bertemu. Karena ini pengalaman pertama saya mengantar seorang WNA ke situs, selain istri, juga saya minta tolong tetangga saya (Di naskah Situs Cabean Kunti yang menjadi penunjuk arah) agar percaya diri menjadi guide. Hehehehehe. Saya pun melempar ajakan ke beberapa rekan, yang saya perkirakan serius konfirmasi dan  bukan hanya PHP saja.
Ketemu di Pasar Cepogo Boyolali, Kemudian dengan petunjuk Dari Gunawan, Kami langsung menuju Situs Cabean Kunti. (Saya tak akan lagi membahas sejarah maupun mitos-legenda yang berkembang di masyarakat, namun hanya pengalaman saya mendampingi WNA Italia ini). Saat sampai disini, ternyata mas Yogga Wahyudi punggawa dari Tlatah Pengging ikut gabung bersama kami. 
Cabean Kunti 1
Setelah berkenalan, bertanya kabar. Kami langsung mendampingi Signore “Ciccio”, menjelaskan sebisa saya, sesuai pengetahuan saya, tak terlalu detail memang.  Saat di sendang 1,2,3,4,5 Petirtaan Cabean Kunti ini, saya merasa bangga sekali, Orang Asing ternyata mengagumi Hasil Karya leluhur kita.
Perjalanan berlanjut, Dari sendang 1-5 kami meneruskan ke Sendang 6-7 (Sendang Sembojo), Hanya berjarak kurang dari 100m.
Sendang Sembojo, Cabean Kunti, 
Suamimu punya Hobi yang bagus, jarang anak muda hobi menelusuri jejak peradaban seperti ini” Jelas Istri saya, ketika mendapat pujian dari Mr. Ciccio.
Kami sangat terkejut melihat antusiasme Signore Cicio mendokumentasikan relief, presisi dan uniknya serta eksotis batu petirtaan, tapi dalam benak saya malah bersedih, beliau yang ribuan kilometer di belahan bumi eropa sana sampai terbang menuju kemari untuk mengagumi, tinggalan kuno heritage ini, sementara banyak dari kita?? Hampir semua malah… acuh. Tak peduli bahkan ada yang tega memperdagangkan!
Setelah tuntas, 7 Pertitaan kami eksplor bersama Signore Cicio, Orang Italia ini. Saya tawari untuk mampir juga ke Candi lawang dan Candi Sari. Karena masih di satu area Cepogo juga, jadi sayang untuk dilewatkan…. 
Candi lawang :
Candi Lawang Boyolali
Saya beruntung sekali Gunawan, tetangga saya itu bisa ikut… Tak bisa membayangkan kalau dia tak ada.. jalan gang kampung, keluar masuk dan puluhan arah tentu akan menghambat guide  ini. (maturnuwun).
Selanjutnya Di Candi Sari, sebelumnya saya pameri dengan bonus “Merapi mountain active Volcano is beautiful view from here”… Sayangnya saat sampai disini, kabut menyelimutinya. 


 Namun itu tak cukup mengurangi Signore Ciccio untuk terlihat excited, kagum dengan Candi Sari.

 Kami sempat ngobrol sebentar si Candi Sari ini, Ternyata Signore Ciccio ini memang tertarik dengan Candi di Indonesia, Tujuan utamanya ke Candi Borobudur, Prambanan, Boko dan sekitarnya. Saat mencari informasi tentang Borobudur dan candi lain itulah, buka Blog saya ini dan akhirnya kami bisa bertemu dan saya berkesempatan menemani WNA yang tentunya entah kapan lagi bisa saya ulang.
Boyolali
Jangan Lupa kabarkan keindahan Indonesia kepada Orang Italia, dan lain waktu, dilain kesempatan semoga saya bisa menemani anda lagi Signore Ciccio” pesan perpisahan kami. Dan Bagi saya, rasa bangga ini tak akan tergantikan…. Walau ternyata sampai jam 4 ini kami belum makan siang. Jadi kami putuskan untuk mencari tempat makan (Kami Bawa bekal sendiri hehehehehe) di dekat taman didepan rumah arca Boyolali, jadilah berasa piknik keluarga minus Bhumi, si kecil.
Semoga ini menjadi setitik cerah, Orang asing saja peduli, kita orang nusantara malah acuh???? 
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi…. Salam Peradaban.


Kamis, 09 Februari 2017

Jejak Peradaban di Mluweh Ungaran timur

 Februari 2017, 
Kamis Blusukan alias Kemisan stiil go on,  penelusuran ini berkat Rekan The Real National Treasure  KangWidjatmiko alias Miko yang berasal dari ratusan kilometer dari ungaran, kearah timur jauh… tapi beliau malah punya segudang informasi komplit. Sayangnya tak mau berbagi kecuali beliau sudah menelusur… hehehehehe…. “Yopora kang?”.
Dewa Siwa blusukan
     Dan untung saja rekan kami dari Dewa Siwa berkesempatan menemaninya saat penelusuran di area ini. Jadi kali ini gantianlah si oknum paling nakal (uyeng-uyeng di kepala 2 loh) ora bagus dewe ini menjadi penunjuk jalan kami.
Kumpul di perpusda Ungaran (alun-akun lama), yang kebetulan saya kerja di sini… (Lumayan, wis mbonceng, dipethuk sisan)…. 
 Personel yang turut serta berturut-turut, sesuai kedatangan : Lek Trist, mas Dhany dan Mas Iwan ( Putra), Lek Suryo, mas Eka Double (Ucrit dan ucrot) -B dan WP.
Kami kemudian melucur menuju lokasi melewati wanawisata Penggaron (Katanya akan dikembangkan jadi Kebun Binatang ya? Jateng Park???. 
Saat mengambil gambar di depan gerbang Penggaron, kami kedatangan tambahan blusuker Ibu-Ibu sosialita (=baca rempong), Salah satunya Bu Noorhayati... Yang entah berminat ikut atau dipaksa/ tapi kami tetap apresiasi tinggi. Mari bu blusuk…. Ketahui dunia masa lalu tanpa harus mahal!
Wanawisata Penggaron

Dalam perjalanan menuju situs, Kami sempat pula menengok makam yang berada di puncak bukit, di bawah wanawisata penggaron.  Tak kami temui yang ingin kami telusuri dimakam ini, kami kemudian melanjutkan perjalanan menuju Kantor Desa Mluweh, 
Kantor Desa Mluweh Ungaran Timur
Ada Arca Nandi (nandi ke 1) di Halaman Kantor Desa Mluweh, Dekat dengan Papan nama : 
Arca Nandi di kantor Desa Mluweh. 

Dari informasi yang diperoleh Mas Eka Budhi, Arca Nandi ini sudah tak insitu lagi. Melainkan pindahan dari sebuah gumuk didepan Kantor desa ini (sekitar 500m). 
Arca Nandi di kantor Desa Mluweh. 
Kondisi arca Nandi yang terpenggal sudah lama sekali dan tak ada yang tahu ikhwal terpenggal serta dimanakah gerangan kepala arca Nandi ini. Mungkin memang sudah terlalu lama.
Ekor Arca Nandi yang melingkar dibadan masih terlihat jelas.
Arca Nandi di kantor Desa Mluweh. 
Posisi nandi duduk njerum, atau kaki sebelah kanan arca ditekuk kedalam. 
Arca Nandi di kantor Desa Mluweh. 
Arca Nandi detail di kantor Desa Mluweh. 
Arca Nandi  Mluweh Ungaran timur

Arca Nandi  Mluweh Ungaran timur
#Paulodybalamask style di Arca Nandi Kantor desa Mluweh Kecamatan Ungaran Timur. 

Arca Nandi  Mluweh Ungaran timur
Blusuk Kemisan dengan personel paling rame, seru, rempong… hehehehehe… 
Arca Nandi  Mluweh Ungaran timur

Arca Nandi adalah wahana (kendaraan) dari Dewa Siwa, umumnya bila ada arca Nandi, ada pula Lingga Yoni, Pendamping Yoni dan Struktur Bangunan Suci bahkan sering pula arca Siwa/ Durga... –candi yang lain. Namun sampai saat saya nulis kisah penelusuran kami ini kami belum memperoleh secercah cahaya.
Perjalanan Kami lanjutkan menuju destinasi kedua, masih di Desa Mluweh kira kira kami berjalan sekitar 300m.


Lumopang Tegalsari Mluweh
 Ada Lumpang di depan rumah warga, Tepatnya didusun, tegalsari Desa Mluweh Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Tak banyak cerita yang kami dapat dari si pemilik rumah, satu-satunya tinggalan cerita bahwa lumpang ini dulu dibawa oleh kakek buyutnya dari gumuk dekat rumah.
Lumopang Tegalsari Mluweh

Lumpang yang bisa berfungsi macam-macam pada jaman dulu, masa peradaban hindu kuno ditanah jawadwipa ini antara lain berfungsi; Penetapan wilayah sima, ritual keagamaan tertentu, sesajen kepada dewi padi, Dewa kesuburan dan bahkan tempat menaruh benih yang akan ditanam.
Lumopang Tegalsari Mluweh
 Kondisi Lumpang secara keseluruhan relatif bagus, hanya di satu bagian atas Lumpang nampak rompal (mungkin tak sengaja terkena platokan kapak), serta tak ketinggalan lumut tumbuh disisi sebelah luar dimana lumpang ini terimbas air hujan.
#Paulodybalamask style di Watu Lumpang Tegalmiring Desa Mluweh Kecamatan Ungaran Timur. 


























              Melanjutkan penelusuran kami kedestinasi ketiga, kali ini di rumah seorang warga dengan petunjuk didepan MI Diniyah, (setelah masjid) 
Tegalsari Mluweh
Lapik Sajen (bisa arca), masih berdebat diantara kami. (16)
Lapik (1) tegalsari Mluweh
                  Lapik berada di dalam kamar mandi seorang warga, bapak…. . Kami beruntung tuan rumah sangat ramah khas desa…. Malah disarankan untuk membawa keluar disisi lain di salah satu ruangan rumah.
Lagi-lagi nihil cerita mengenai lapik ini, masih sama dengan sebelumnya.

Lapik (1) tegalsari Mluweh
Lapik ini dibawa oleh buyutnya dari Gumuk kemudian dirawat secara turun-temurun sampai sekarang. 
Secara keceluruhan Kondisi Lapik masih aman dari lumut, mungkin karena berada dikamar mandi dan setiap saat terpantau. Salut kepada pemilik rumah yang tetap merawat. 
Semoga Mulia.

Lapik (1) tegalsari Mluweh
 Walaupun sederhana namun lapik masih terlihat indah dengan sisa-sisa relief, sebagian dari kami menduga malah inkripsi / tulisan, sebagian lagi adalah ukiran.



Lapik (1) tegalsari Mluweh

     Foto bersama saat berdiskusi, terlihat raut bahagia—bahagia itu bagi kami sederhana, Melihat warga turut merawat Situs yang berada di area rumahnya!
Lapik (1) tegalsari Mluweh
                Dan penelusuran berlanjut, Kami berjalan kaki melewati jembatan (jalan desa) hanya 10m dari jembatan kemudian masuk melewati sebelah rumah penduduk dan ketemu dengan ,
Arca nandi yang Kedua,


                Diletakkan diatas batu alam, dengan bentuk batu yang pas sekali dengan Arca Nandi. Masih berada di Dusun Tegalsari (dulu namanya tegalmiring). Dan seperti sudah biasa, dan lagi-lagi kepala arca Nandi ini musnah, dipenggal… entah dijaman apa sudah tanpa kepala arca. Ibarat Manusia tanpa kepala, kehilangan arti manusia tersebut.
      Bagian kaki juga terlihat kerusakan, entah karena apa kami tak paham.
Posisi khas Arca Nandi, Njerum
Arca Nandi (2) Tegalsari Mluweh
                Saat ketemu dengan tuan tumah, hanya cerita nandi ini tak pernah pindah, malah sempat dibeli tapi si pembeli tak berani. “Untung dikembalikan!, jadi tak putus sejarah desa ini!!. Kami semakin penasaran ketika dibelakang rumah terlihat gumuk… Rasa penasaran kami mengalahkan segalanya. (Beberapa dari kami akhirnya menelusuri keatas Gumuk, namun sementara ini hasilnya masih zhoonk).

#Paulodybalamask style di Arca Nandi kedua di Dusun Tegalsari Desa Mluweh Kecamatan Ungaran Timur. 
Arca Nandi (2) Tegalsari Mluweh
     Berpose lengkap, mengerubungi Arca Nani, #Bahagiaitusederhana #Ketahuidanlestarikan

Arca Nandi (2) Tegalsari Mluweh
                Saat kami akan melanjutkan, seorang bapak melambaikan tangan, kode untuk kami mendekat. Dan….. Ada Lingga jadi Umpak tiang rumah (kandang) kambing. @#$@$#@@!!.

Ada Lingga, (26)
Lingga Mluweh
        Sayang sekali Lingga yang tersisa hanya bagian Bawahnya saja, Namun masih terlihat jelas ciri Lingga, Segi empat kemudian sambung dengan segi enam.


Lingga Mluweh
                Ukuran Lingga yang cukup besar menjadikan kami gelisah, Dimanakah rimbanya Yoni???? “Sudah dihancurkan mas dibuat material jalan!!!”, langsung teriris hati kami, bukan lebay…. Malah tersayat perasaan kami. Sedih hanya bisa menyesal tanpa mampu mencegah. “Belum ada 5 tahun ini watu kotak berlubang tengah yang di gepuk itu”, lanjut Beliau menambah retak hati kami. 
Lingga Mluweh : potongan










                










      Walaupun terlambat namun kami yakin belum sepenuhnya, kedatangan kami dengan cukup banyak personel ini menarik perhatian. Aktivitas dokumentasi kami sampai di kandang kambing semoga dipahami oleh warga. Orang bukan asli sini saja menghargai tinggalan leluhur ini, masa yang asli abai… semoga tumbuh pikiran-pikiran itu.
                Ya, tujuan kami adalah edukasi…. Karena hanya itu kemampuan kami, cukuplah biar Negara (BPCB )yang menangani selanjutnya…..

#Paulodybalamask style di Lingga Dusun Tegalsari Desa Mluweh Kecamatan Ungaran Timur. 
Lingga Mluweh
Dengan langkah gontai kami mengikuti sang guide, ayo terakhir ke Lapik Arca sekalian pulang, jalur kita lurus nanti tembus heavenhill.
Tak sampai 1 menit, sampailah kami. Di pos ini (yang bikin gila, Pos ini dulu tempat saya dan Lek Suryo bertanya kepada warga ketika akan menuju Situs Kebontaman…. Dan di seberangpos ini tujuan kami terakhir. GILA!!!! 
pos kamling mluweh
Terlebih dulu minta ijin kepada pemilik rumah, dan ternyata yang mendampingi kami adalah anak dari yang punya rumah yang baru saja meninggal. Cerita yang masih sama, ini adalah tinggalan buyut beliau dan tak tahu darimana berasal. Sudah sejak kecil ada di rumah ini. Juga Tak pernah diceritakan asal muasalnya.
Lapik (sajen), 


Lapik (2) Mluweh

Overall kondisi Lapik masih bagus, tanpa lumut karena terlindung dari panas dan hujan, berada di teras rumah. Detail nya lebih rumit dari lapik sebelumnya, juga berukuran sedikit lebih besar.
Lapik (2)  Mluweh
Saat kami ngobrol dan mendengarkan si ibu bercerita, tiba-tiba sebuah mobil berhenti (silver-mobilsejutaumat), penumpang turun dengan topi koboi berteriak ”Apa yang kalian lakukan???!!!”, Saya Pemilik Rumah!!!!,Jangan Macam-macam, Siapa Kalian!”, berondongan amarah ini memperlihatkan kualitas Bapak ini. Sambil mendekati kami, dan dengan mata memerah…. Nafas ternyata berbau alkhohol…. Achhh. Kirain apa, ternyata XXXXXX….. Kami mencoba menjelaskan aktifitas kami Bahwa kami Komunitas Pecinta Budaya, Situs dan Watu Candi. Generasi Muda yang ingin napak tilas, nguri-nguri kebudayaan leluhur. Dan tak bermaksud sedikitpun jelek. 
lapik (2) Mluweh
Masih dengan nada mengancam, “Apa kalian mahasiswa KKN? Dari kelurahan mana….?!!, “Akhirnya kami sadar percuma berbicara dengan panjang lebar menjelaskan dengan bapak mabuk ini… Kami mencoba tak terlalu menanggapi, karena percuma. Kami fokus saja dengan Lapik yang berharga ini…. Tak berapa lama berlalu pergi 
Oh itu adik saya mas”, jelas ibu yang menemani kami. Ya Sudahlah…. Beginilah suka duka kami… warna-warni kehidupan nyata. Tapi tetap tak membuat kami kapok. 
Lapik (2) Mluweh
Untuk selalu Bergerak….. Masih banyak yang menerima dengan tangan terbuka dan apresiasi dengan aktivitas Kami. Semoga Lapik ini tetap mulia sebagaimana sebelumnya…. Rahayu…rahayu… 


Saatnya pulang dan kembali ke kehidupan kami yang ramah…. Dan tak sabar segera membagikan dengan kalian, kisah kami dihari ini yang seru ini….

#Paulodybalamask style Lapik kedua Dusun Tegalsari Desa Mluweh Kecamatan Ungaran Timur.
 
Salam Pecinta Situs dan Watu candi!

nb : Karena kendala teknis saat publish naskah ini, dimensi serta data lain (dari Mas Eka Budhi)... akan saya tambahkan lain hari.... Maturnuwun