Rabu, 15 Februari 2017

Ciccio, Italiano yang respek dengan Peninggalan Purbakala Kita : Kisah Menjadi petunjuk jalan

Cerita saya ini berawal dari inbox facebook messanger yang sudah lumayan lama saya cuekin karena saya pikir pesan ini spam atau seperti yang sudah sudah hanya percobaan penipuan secara acak yang dilakukan WNA. Namun…. Ternyata. Itu pikiran negatif saya… Setelah saya perlihatkan kepada penerjemah pribadi saya alias istri, ternyata berbeda… Sambil berharap jawaban saya tak terlalu terlambat.
Isi pesan itu :
Singkat cerita setelah beberapakali berbalas pesan, (tentu dengan bantuan penerjemah), akhirnya hari ini 15 Februari 2017, (entah beruntung atau takdir, awalnya saya berniat cuti, namun Bapak Presiden ternyata menetapkan hari ini ibur nasional…. Haghaghag). Kami janjian untuk bertemu. Karena ini pengalaman pertama saya mengantar seorang WNA ke situs, selain istri, juga saya minta tolong tetangga saya (Di naskah Situs Cabean Kunti yang menjadi penunjuk arah) agar percaya diri menjadi guide. Hehehehehe. Saya pun melempar ajakan ke beberapa rekan, yang saya perkirakan serius konfirmasi dan  bukan hanya PHP saja.
Ketemu di Pasar Cepogo Boyolali, Kemudian dengan petunjuk Dari Gunawan, Kami langsung menuju Situs Cabean Kunti. (Saya tak akan lagi membahas sejarah maupun mitos-legenda yang berkembang di masyarakat, namun hanya pengalaman saya mendampingi WNA Italia ini). Saat sampai disini, ternyata mas Yogga Wahyudi punggawa dari Tlatah Pengging ikut gabung bersama kami. 
Cabean Kunti 1
Setelah berkenalan, bertanya kabar. Kami langsung mendampingi Signore “Ciccio”, menjelaskan sebisa saya, sesuai pengetahuan saya, tak terlalu detail memang.  Saat di sendang 1,2,3,4,5 Petirtaan Cabean Kunti ini, saya merasa bangga sekali, Orang Asing ternyata mengagumi Hasil Karya leluhur kita.
Perjalanan berlanjut, Dari sendang 1-5 kami meneruskan ke Sendang 6-7 (Sendang Sembojo), Hanya berjarak kurang dari 100m.
Sendang Sembojo, Cabean Kunti, 
Suamimu punya Hobi yang bagus, jarang anak muda hobi menelusuri jejak peradaban seperti ini” Jelas Istri saya, ketika mendapat pujian dari Mr. Ciccio.
Kami sangat terkejut melihat antusiasme Signore Cicio mendokumentasikan relief, presisi dan uniknya serta eksotis batu petirtaan, tapi dalam benak saya malah bersedih, beliau yang ribuan kilometer di belahan bumi eropa sana sampai terbang menuju kemari untuk mengagumi, tinggalan kuno heritage ini, sementara banyak dari kita?? Hampir semua malah… acuh. Tak peduli bahkan ada yang tega memperdagangkan!
Setelah tuntas, 7 Pertitaan kami eksplor bersama Signore Cicio, Orang Italia ini. Saya tawari untuk mampir juga ke Candi lawang dan Candi Sari. Karena masih di satu area Cepogo juga, jadi sayang untuk dilewatkan…. 
Candi lawang :
Candi Lawang Boyolali
Saya beruntung sekali Gunawan, tetangga saya itu bisa ikut… Tak bisa membayangkan kalau dia tak ada.. jalan gang kampung, keluar masuk dan puluhan arah tentu akan menghambat guide  ini. (maturnuwun).
Selanjutnya Di Candi Sari, sebelumnya saya pameri dengan bonus “Merapi mountain active Volcano is beautiful view from here”… Sayangnya saat sampai disini, kabut menyelimutinya. 


 Namun itu tak cukup mengurangi Signore Ciccio untuk terlihat excited, kagum dengan Candi Sari.

 Kami sempat ngobrol sebentar si Candi Sari ini, Ternyata Signore Ciccio ini memang tertarik dengan Candi di Indonesia, Tujuan utamanya ke Candi Borobudur, Prambanan, Boko dan sekitarnya. Saat mencari informasi tentang Borobudur dan candi lain itulah, buka Blog saya ini dan akhirnya kami bisa bertemu dan saya berkesempatan menemani WNA yang tentunya entah kapan lagi bisa saya ulang.
Boyolali
Jangan Lupa kabarkan keindahan Indonesia kepada Orang Italia, dan lain waktu, dilain kesempatan semoga saya bisa menemani anda lagi Signore Ciccio” pesan perpisahan kami. Dan Bagi saya, rasa bangga ini tak akan tergantikan…. Walau ternyata sampai jam 4 ini kami belum makan siang. Jadi kami putuskan untuk mencari tempat makan (Kami Bawa bekal sendiri hehehehehe) di dekat taman didepan rumah arca Boyolali, jadilah berasa piknik keluarga minus Bhumi, si kecil.
Semoga ini menjadi setitik cerah, Orang asing saja peduli, kita orang nusantara malah acuh???? 
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi…. Salam Peradaban.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar