Rabu, 25 Mei 2022

Jejak Peradaban Candi Dampu, Kalongan Ungaran Timur

Yoni Situs Candi Dampu, Kalongan Ungaran Timur : sumber foto wiyono

        Kamis, 26 Mei 2022. 

      Berat. Kata kunci blusukan kali ini. Menulis cerita blusukan yang berat memang sungguh berat. Bingung? Berat yang pertama... Saya sudah menulis 50% di catatan hp eh karena salah pencet menghilang. Padahal susah payah saya nulis cerita versi sebelum ini.. sungguh pengalaman pahit namun terulang terus. Jadi berat yang pertama adalah berat menulis ulang, dengan mencoba lagi memunculkan kembali ide butuh usaha lebih banyak. : adalah sakit tak berdarah.

Pie kabare Lek? 

     Berat yang kedua, cerita ini sungguh berat dalam arti sesungguhnya. Selama blusukan baru kali ini sangat berat drama menuju lokasi penelusuran. Semoga tak mengecewakan hasil nya terutama bagi diri saya pribadi. 

         Okelah, semoga pembaca bisa menikmati. 

      Dimulai ketika salah seorang Sahabat DS share informasi lama yang direpost ulang, tentang sebuah jejak keberadaan kampung kuno bernama Candi di Ungaran timur. Ms Wiyono rekan yang membagikan foto Yoni di sebuah aliran sungai. 

     Singkat cerita, kami kemudian janjian di Alun -alun lama ungaran, tanpa saya duga sebelumnya, 2 dedengkot tokoh persilatan DS turun gunung, Mas Dhany yang biasanya punya seribu alasan melewatkan blusukan bareng padahal cuma 1 penyebabnya, dia lupa jemur keset... Wakakak. Mas Eka WP pun sebelas dua belas. 

tombo kangen DS
      Padahal hujan sangat deras, saya datang paling akhir, Mas Wiyono, Mas Dhany dan Mas Eka sudah ngumpul di Gerobak nasi kucing yang belum buka di depan perpustakaan. 

menuju sanggar Condro Winoto
       Ngobrol, sebentar sambil nunggu hujan berhenti, setelah mereda kami berencana mampir silaturahmi ke eks rekan blusukan watu yang sudah 'tobat' , sayangnya beliau entah kebetulan atau tidak gagal kami temui, hahaha. Ya sudah kami lanjut ke tujuan blusukan. 

     Lewat Kalirejo, di jalur alternatif menuju Dampu, masuk terowongan di bawah jalan tol, kemudian lewat kantor perkebunan tak berapa jauh dengan jalan aspal rusak, sekitar 2 km kemudian sampailah kami di Dampu. 

     Sebelum Kantor Desa Kalongan ada sebuah sanggar seni budaya. Posisi di gang sebelah kiri, mas wiyono ternyata telah janjian dengan warga lokal dan berkenan menjadi pemandu penelusuran kami.

      Hujan sudah reda saat kami start dari sanggar. Namun mas Eka tetap bawa payung yang menulari saya, endingnya saya bawa jas hujan saya salah prediksi pula, pakai sandal yang tak cocok... hehe. Oia dekat  sanggar sebenarnya ada watu kuno, namun karena bukan tujuan kali ini saya lewati dulu saja. Saya simpan untuk blusukan tipis2 kapan kapan. 

      Tanah yang berlumpur bekas hujan, dicampur cairan hijau (kanan kiri di awal perjalanan banyak kandang sapi... Weeek), awalnya daya menetapkan untuk tetap pakai sandal kondangan. Tapi lama kelamaan, berlumpur. Menjadikan ide mas Dhany untuk mengembunyikan sandal di tumpukan rumput disamping pohon pisang kutrima. Jalan tanah cukup licin, beberapakali terpeleset menjadi bahan candaan. 

      Jadilah kami bertelanjang kaki, awalnya biasa saja... Namun beberapasaat berjalan kaki mulai menyusuri jalan setapak yang tertutupi ilalang perasaan mulai was was. Ilalang mulai terasa agak tajam, kadang duri putri malu menusuk ujung kaki, juga perasaan kawatir disela sela rumput ada yang menjulurkan lidah merayap pelan... Imajinasi kemana mana. Sambil bercerita, tak terasa berubah vegetasinya,yang sebelumnya tanaman palawija dan buah buahan kini berganti alas Jati. 

      Jalan masih banyak curam, rasa takut bertambah, tumpukan daun jati membuat mata saya tak bisa berhenti mengawasi. Mungkin saja ada yang meringkuk, melingkar di bawah daun, ketika saya injak balas menyakiti. 

Wiyono , Dhany , Eka Wp , saya : Pose lengkap meuju Candi Dampu kalongan 

      Sampai kemudian berganti lagi menjadi rumput yang sangat lebat, kadang rumput berduri yang ditempat saya di kenal ridrendet. Jika kena kulit menancap dan berderet2 sangat sakit. Tiba tiba terdengar celetukan, "Jalannya tertutup semua, nampak berubah" guide lokal bingung. Kami semakin nelangsa. Sudah segini berat medan, eh ditambah tersesat. Mau balik kanan kepalang tanggung, cukup lama kami memutar tak jelas, tujuannya menemukan jalur ke sungai, berulangkali menerabas rumput berduri, akar, sulur, namun yang kami temui lagi lagi tebing curam. Bila diumpamakan indikator baterai, mungkin hanya tinggal 5 % saja. Energi sudah terkuras ditambah ketidakpastian lokasi. 

      Setelah berhasil turun di sungai, tantangan berbeda menghadang kami, teringat pesan ibu warung tadi kadang sungai tiba tiba banjir walau panas karena hulu sungai hujan deras. Ternyata butiran tanah berbatu yang kami pijak pun sangat tajam mirip pecahan batu wungkal. Belum lagi kalau diinjak ambles dan bergerak. Di sepanjang aliran sungai batuan besar dan tajam, belum lagi tebing rawan longsor. Komplit pokoknya. 

     Akhirnya, teriakan khas Mas Dhany menggema, kami sudah sampai , 

Yoni Situs Candi Dampu, Kalongan Ungaran Timur

     Konon ini dulu berada dari atas bukit, longsor kemudian sedikit terbawa arus, 

Yoni Situs Candi Dampu, Kalongan Ungaran Timur

       Gerimis mulai berubah deras, saat kami sampai di lokasi. namun tak menyurutkan kami untuk segera mengabadikan, eksplor peninggalan kuno yang merupakan jejak peradaban. Bukti cerita legenda yang mungkin mendekati kebenaran. bahwa nama daerah candi memang berasal dari keberadaan bangunan pemujaan jaman Hindu klasik.

Yoni Situs Candi Dampu, Kalongan Ungaran Timur

      Kondisi Yoni sudah sudah tak utuh lagi. di beberapa bagian nampak aus dimakan hujan dan panas. Pertanda belum tersentuh pelestarian. 

     Lubang Lingga berbentuk kotak persegi, penampang atas sudah rusak total, dimana yang biasanya bagian atas Yoni terdapat pola memutar (sedikit menonjol untuk mengarahkan air suci agar keluar dari lubang cerat sudah rusak total tak nampak. 

     Begitupula cerat sudah tak berbentuk lagi. Namun dari bekas dupa, masih terlihat jejak orang yang 'menghargai', dan tahu ini benda apa. Walaupun memang kadang bukan sesuai peruntukkan ketika jaman dahulu Yoni dibuat. 

Dari cerita guide, dulu pernah ada diambil orang tak bertanggungjawab, namun kemudian dikembalikan lagi. Sebelumnya memang pernah ada seseorang yang berusaha menguri-uri Yoni ini. Namun karena terkendala beberapa hal urung dilaksanakan. Dari cerita-cerita beliau, semoga akan ada perhatian dari masyarakat. Terutama pemerintah desa.     

      Versi video lengkap petualangan ada di channel youtube

      Maturnuwun para rekan dan bapak guide lokal. Maturnuwun Pak, mohon maaf sampai saya pulang belum tahu nama beliau, saking lelahnya....

Mas Dhany, Guide dan saya di Candi Dampu, Kalongan Ungaran Timur

         Beberapa saat kemudian, setelah merasa cukup kami kemudian kembali, walaupun  lelah namun bagaimanapun blusukan terus berlanjut. Yang bikin ketawa kecut, kami mencoba jalan lain. Yang ternyata tembus sangat dekat. Hanya selemparan tangan saja. hahahahahhaha. biarlah... pengalaman ini.... -----
   Sampai ketemu dipenelusuran berikutnya.

Saya di Situs Candi Dampu, Kalongan Ungaran Timur
      Salam Pecinta Situs dan watu candi

      #hobikublusukan

Minggu, 10 Oktober 2021

Arca Keramat tinggalan Masa Hindu Klasik di Bogoreco,Kec. Guntur Demak

Arca di Situs Bogoreco, Guntur-Demak
     Minggu 10 Oktober 2021. Pandemi membuat segalanya menjadi berat, mulai dari pembatasan mobilitas sampai yang terberat kehilangan rekan blusukan, menjadikan semangat ngedrop pula. Berimbas dengan hasil blusukan yang tertunda bahkan hampir hilang.
     Butuh usaha keras mengingat kembali cerita blusukan yang sudah dilakoni, bagaimana tidak? sudah hampir setahun, naskah tak saya tulis. Saya mulai coba menggali informasi tentang blusukan terakhir yang belum tertulis, sampai memeriksa satu-persatu folder di komputer, laptop dan google drive. Setelah perjuangan, akhirnya ketemu satu lokasi .... dokumen Situs Bogoreco, Kecamatan Guntur kabupaten Demak. Juga menghubungi kembali mas Romi (guide blusukan saat itu) untuk mendapatkan informasi penting yang barangkali terlewat.
Diskusi setelah resik resik situs Tugu, Semarang : Saya, ssdrmk kaos Hitam, Mbak erni Mas Luthfan dan Mas Romi (yang berselfie)
     Kisah dimulai ketika, obrolan saat ketemu di resik-resik situs Watu Tugu, Jrakah Semarang. Saat itu disela-sela ngobrol, kami mendiskusikan ada sebuah informasi dari Mas Romi tentang hasil penelusurannya di dekat kampung halamannya (=dekat mranggen). 
    Saat itu, ditengah mepetnya waktu ketika ada keperluan mendesak di area Pucanggading. Saya melihat celah kesempatan waktu, hit n run .... saya janjian jam 4 dan rencana saya langsung meluncur, dan mas Romi kok kebetulan berkenan....
     Singkat cerita, jam 4 sudah berada di titik awal petunjuk menuju rumah Mas Romi, yang entah mengapa setiap ke rumah mas Romi saya selalu kesasar... aneh. Dari Mranggen, kami kemudian meluncur menuju kecamatan Guntur, motor sata bawa agak laju karena pertimbangan hari mendekati petang. 
   Arah maupun petunjuk benar- benar terlupa, pingin minta tolong mas Romi untuk mencari titik di google map satelite sangat rikuh... heheheh. jadi saya lompati saja ya.... (tapi entah nanti barangkali beliau berkenan memberikan titik di google map... nanti saya update).
     Yang saya ingat, kami masuk di jalan menuju persawahan, saat itu banyak tatapan tanda tanya dari warga. Kemudian kami parkir di sela-sela rimbunan Bambu, tepat dimana tujuan kami sudah ada di depan mata. 
Demak
Situs Bogoreco, Bogosari guntur Demak
    Berada di Dusun Bogoreco Desa Bogosari, dimana kemungkinan asal nama dusun ini karena keberadaan arca ini ( jawa = reco). Sementara di google baik kamus sansekerta maupun kawi tak ada arti untuk kata bogo.  Semoga sahabat ada yang berkenan memberikan pencerahan. 
     Walaupun di vlog nanti kami lebih mengarah arca ini Dewi Durga, namun kami tak juga menutup kemungkinan arca ini Rsi Agastya.  Ciri khas durga menginjak Kerbau (setelah lebih seksama tak nampak) tak ada. namun sekali lagi saya menerima pencerahan, bukan apa-apa... minim dokumentasi dan detail gambar menjadikan tulisan ini jauh dari kata layak.  Jadi semoga banyak lagi blusuker yang mengupas arca ini agar warga masyarakat menjadi tahu.
     "Lupa juga", kata Mas Romi saat saya tanya posisi Arca ini saat ini dimata warga ; bagaimana, legenda/ sejarah yang berkembang .. mungkin saya harus kembali lagi kapan-kapan untuk melengkapi lagi cerita saya ini. Selain banyak yang terlewat, HP saya juga mati, alhasil 90% dokumentasi di Bogoreco saya meminjam HP mas Romi.
     Versi Video vlog amatir di : https://youtu.be/qBx6j_Ezq_s


Maturnuwun mas Romi
Mas Romi, Mranggen
     Salah satu partner andalan, yang sering menuruti permintaan saya.. hehee... kapan-kapan njenengan ku antar kemana mas? heheheh ..
     Salam pecinta Situs dan watu Candi!
Spiritmu tetap kubawa kawan #lektrist
#hobikublusukan

Kamis, 23 September 2021

W.OW. Ada Kemuncak Candi di belakang Hotel Wahid Salatiga


Kemuncak Pungkursari Salatiga

   Kamis, 12 Agustus 2021. Disela-sela WFO, ada durian runtuh… bagaimana tidak, seseorang dengan jarak yang cukup jauh menawari untuk jemput. Dari Bawen ke Ungaran, dibonceng diajak blusukan kemisan ke area Salatiga. Mas Seno, Maturnuwun. Walaupun tak melupakan jasa Mas Eka Budi yang turut berjasa pula membawakan Jaket, helm, juga tambahan peran yang absurd… wkwkwk. Singkat cerita beberapa destinasi area Salatiga saya amini. –diakhir blusukan ternyata saya baru nyadar, mereka berdua sudah pernah penelusuran---

     Biar gak ganjil, kami menyambangi dulu rekan Salatiga yang juga dedengkot blusukan Dewa Siwa, Mas Yohanes. Silaturahmi Kopi sambil cerita ngalor ngidul, lama gak bersua. Terakhir blusukan bareng bersama mas Yohanes sekitar tahun 2018 di Yoni Situs Yoni Ampel Boyolali.
     Ngopi dulu,
     Oia  sebelum blusukan, Mas Seno sedekah mie ayam, menghidupkan kembali roh kemisan ... Cukup mie ayam sudah tegar blusak sana blusuk sini .... Lupa nama warung mie ayamnya.... Yang pasti dekat rumahnya mas Yohanes
  Berempat kemudian kami menuju destinasi pertama, berada ditengah kota, dekat (belakang) hotel Wahid.     Dari cerita yang saya dapat di sekitarnya banyak tinggalan yang tersebar berada di beberapa gedung Pemerintahan maupun milik swasta, tentu akses tidak mudah untuk sekedar mengunjunginya.         Berada di dalam gang perkotaan, tepatnya di Pungkursari RT 01 RW 03.
     Situs Kemuncak Pungkursari Salatiga,
     Warga nampaknya sudah mengetahui peninggalan kuno ini, dengan dibuatkan taman dan kolam yang Nampak asri. Melegakan, bila melihat beberapa perlakuan situs yang lain…. Salut untuk warga.
   Konon dulu saat ditemukan saat seorang warga membuat sumur, selain Kemuncak ini juga ada beberapa batu yang identik dengan struktur candi. “Posisi sebelumnya dipinggir jalan tak jauh dari lokasi yang sekarang, namun karena agak menghalangi jalan dan agar didapat estetika serta pelestarian warga sepakat ketika mebuat taman, kemuncak ini di tempatkan disini”, jelas salah seorang warga. Yang kemudian malah menjadi titik fokus orang yang berkunjung / lewat.
      Dugaan yang lain, bahwa kemuncak ini dulu pindahan dari situs Petirtaan Kalitaman, (ada salah satu jejak yang sempat saya temui—walau update terakhir sudah tak ada) yang mendasari dugaan itu adalah jarak yang dekat, kemudian ciri identik dengan kemuncak/ bagian atas bangunan pembatas petirtaan. 
   Info samar lain keberadaan beberapa arca di sekitar area ini. (Karena masih samar saya tak berani mengungkapkan-salah satunya ada di komplek perkantoran pemerintahan)
   Taman Kemuncak Pungkursari,
Kemuncak Pungkursari
    Umpak, diduga masih terkait Kemuncak…
    Adapula Batu yang cukup besar yang menarik hati kami karena berbeda bentuknya. Namun karena baterai HP saya mepet, saya meminta tolong Mas Seno… Eh, belum sempet copy, foto2 di hape hilang…. Apes…. (karena semua dokumentasi blusukan di area selanjutnya di hape Mas Seno semua)
     Video mini reportase saat di Situs Pungkursari Salatiga (prodes edit)
     Maturnuwun Mas Seno, Mas Eka Budi dan Mas Yohanes….,  
Mas Seno, Mas Eka Budi, Mas Yohanes dan warga Pungkursari
    Berlanjut ke Yoni Di Mapolres Salatiga.
    Salam Pecinta Situs dan Watu Candi.

#hobikublusukan

Selasa, 21 September 2021

Yoni di Mapolres Salatiga

    
 Kamis, 12 Agustus 2021. Dari Situs Kemuncak Pungkursari Salatiga, kami berlanjut ke Yoni yang pernah viral. Bukan karena dirusak atau hilang, namun di’selamatkan’, dan dilestarikan oleh Polisi. Ya Kesatuan di Mapolres Salatiga. Beberapakali saya melihat liputan di media massa baik online maupun cetak, saat itu walaupun hanya bisa menyimak namun ikut bangga. Maturnuwun pak Polisi. salah satu berita yang terdokumentasi : Link berita : 
     Sampai di lokasi, sebenarnya sudah pesimis karena dihalaman Mapolres banyak pejabat Polisi yang sedang bersiap apel. Mungkin ada sebuah acara (nampaknya sertijab) namun kepalang tanggung kata mas Eka Budi dan Mas Yohanes, Kami kemudian mencoba ijin ke Pak Polisi yang sedang bertugas di Pos Penjagaan. Tapa saya duga samasekali, ternyata boleh dan jawabannya sangat ramah… ---(entah kenapa setiap masuk saya takut..heheheh, tapi sedikit terbuyarkan dengan keramahan bapak Polisi tadi). Hanya berkata, “Tidak lama kan? Cuma foto sebentar tidak apa-apa, itu belum mulai kok”… Seribu terimakasi plus senyum lebar langsung secepatnya kami ke lokasi.
     Sayang sekali Baterai HP mepet, jadi tak puas mendokumentasikan. Mas Seno Menawari memakai HP beliau… namun ternyata …. HPnya kena musibah, sebelum saya sempat copy…..
     Alhasil, dokumentasi seadanya.
     Namun apa yang saya temui ini sangat super tidak hanya seadanya. Bisa menjadi inspirasi instutisi yang lain….. Sekali lagi maturnuwun Buat Mapolres Salatiga
     Maturnuwun Mas Seno, Mas Eka Budi dan Mas Yohanes…., Blusukan Berlanjut 
     Salam Pecinta Situs dan Watu Candi.

Rabu, 16 Juni 2021

Arca Ngampin Ambarawa, Masih Terjaga dengan Baik.


Arca Ngampin Ambarawa
      Rabu 16 Juni 2021. Disela PPKM darurat, saat WFO 50% tiba tiba teringat pengalaman blusukan penelusuran situs beberapa tahun silam. Dimana hasil blusukan ada yang melarang untuk mem-publish, bahkan dengan ancaman... padahal saya belum melakukan apa apa di medsos baik IG, FB maupun twitter, naskah di blog juga belum kepikir. Waktu itu blusukan di area Ngampin Ambarawa, dua destinasi. Pertama di salah satu penginapan dan yang kedua dikebun warga. Oknum tersebut katanya juga memiliki penginapan tersebut (penginapan keluarga---).
     Eh ditambah orang lain yang ternyata dibelakang saya ngrasani bahwa blog saya ini banyak menyebabkan hilangnya situs... Heheheh ... Padahal biasanya sebelum saya datang banyak yang sudah posting di medsos.... Entahlah.... Mungkin maruk, pingin dikuasai sendiri, padahal jika bergerak bersama sama akan terasa mudah. Itu pikiran saya. Tapi Karena sudah ilfill dengan para pelaku itu, ya sudah saya skip, akhinya foto dan video hasil penelusuran itu saya simpan di folder dengan judul ada ancaman.
       Berlalu-nya waktu, karena lama tak blusukan, kangen nulis pula di blog, saya ingin membagikan kisah blusukan itu, walaupun kisahnya ada pahitnya 'tentang sebuah arca di dekat kolam ikan Ngampin  Kulon Ambarawa'. Sialnya.. foto dan video sampai tulisan ini saya buat tak ketemu. Ya sudah....
     Serba kebetulan, saat bertugas di Ambarawa, terlintas dibenak untuk WA rekan blusuker aktif Ambarawa. Bu Noorhayati, guide dan jadi teman bincang2 di lokasi situs. Rencana saya bikin podcast ringan di lokasi. Eh gayung bersambut, beliau berkenan menemani.
     Link podcast di channel youtube mampir yaaa!!!... :

      Ngampin sendiri mempunyai jejak peninggalan masa lalu yang spesial, beberapa masih dapat dilihat. Seperti : Candi Ngentak, Lumpang, Kala. Lapik di Situs penginapan Ngampin, kemudian pasti banyak lagi yang disembunyikan. 
    Menuju lokasi kurang dari lima menit,, petunjuknya disebrang SPBU, di jalan gang tepat di samping kolam renang, ikuti jalan tersebut. Menyeberangi Rel KA, Arca Berada di samping rumah warga dekat kolam ikan.
      Sayangnya saat sampai di lokasi kami tak ketemu beliau yang punya rumah. Terakhir saat blusukan beberapa waktu lalu, orangnya super ramah, walaupun sekilas kebetulan hanya berpapasan saat beliaunya mau pergi. Namun kesan 'monggo' nya tulus dan ramah beda 180derajat dengan destinasi sebelumnya.

       Kedatangan kali ini juga ingin mengungkap secara jelas rasa penasaran saya, tentang ini arca apa. Dulu saat kesini diskusi belum secara detail. Tapi dengan obrolan dengan Bu Noorhayati di Podcast memnuat sedikit terang. Dugaan saya bisa : arca AwalokiteÅ›wara, salah satu Bodhisatwa yang paling dimuliakan. Selain satu kaki dibawah, ciri lain ada bunga teratai (=juga di beri gelar padmapani). Mencoba compare ddengan arca di Candi Mendut : sumber https://www.sasadaramk.com/2011/11/candi-mendut-peninggalan-bersejarah.html
Sumber foto dari blog ini juga
       Sementara Mungkin Juga arca ini adalah Manjusri. Dalam agama Buddha Manjusri dekenal sebagai Bodisattwa yang mempunyai sifat bijaksana, atau dikenal sebagai “yang mengajarkan kebijaksanaan”. Manjusri selalu digambarkan sebagai anak muda, sehingga tidak pernah digambarkan mempunyai sakti. Ia merupakan Bodisattwa yang populer dan dipuja di seluruh negeri yang menganut agama Buddha. Foto perbandingan dengan Arca Manjusri sumber dari : http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjateng
       Arca Manjusri temuan dari Ngemplak Simongan : sumber http://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/cagarbudaya

     Sayangnya ciri-ciri antara Awalokistwara ataupun Manjusri yang memang mirip sudah hampir musnah perbadaannya, terutama kepala arca yang raib. 
      
   Sampai saya tulis cerita ini saya masih diliputi Keraguan, walaupun  menjadikan saya mencari tahu...
      Kondisi Arca masih sangat baik, walau tentu butuh perhatian, baik dari masyarakat sekitar maupun pemerintah. Pujian tulus kepada pemilik lahan yang tetap menempatkan arca dilokasi asli 'insitu', lewat tulisan ini saya coba mengetuk warga sekitar atau pemerintah untuk membuatkan tempat yang layak tanpa memindah ke lokasi lain, Kami dari Komunitas Dewa Siwa pun siap bila dijawil, apapun baik urun rembug, turut menyumbang tenaga dan masih banyak lagi. 
      Beberapa foto arca Ngampin Ambarawa :


Arca Ngampin Ambarawa dari belakang

Arca Ngampin Ambarawa  dari Atas

    Maturnuwun senior Bu Noorhayati, pencerahannya menakjubkan.
Bu Noorhayati Dewa Siwa
      Sampai ketemu di penelusuran berikutnya :
     Salam pecinta situs dan watu candi
#hobikublusukan

Selasa, 01 Juni 2021

WOW... Pernah Ada Harta Karun di Situs Watu Dandang Karangjati


      Rabu, 2 Juni 2021. Awalnya memang saya tak tahu menahu ada jejak peninggalan istimewa di Karangjati ini selain Ganesha Congol dan Petirtaan Kalinjaro. Padahal 2015 saya awal kali pertama ke situs Ganesha Congol, dan setelahnya entah puluhan kali lebih riwa-riwi area ini (selain situs juga main ke rekan blusukan paling gila-). 
Ketemu pegiat Sejarah Karangjati 
   Hari inipun sebenarnya niatnya menyambangi rekan ini, selain silaturahmi lama tak bersua juga ada project Komunitas DEWA SIWA. Di Lokasi Lembah Gana, (di Blog saya ini Ganesha Banjarsari) ternyata juga ada rekan komunitas lokal rekan dari Mas Dhany, dan surprise ada si tukang limpe... Mas Seno... heee.. 
      Situs Ganesha Congol, kondisinya saat ini, sangat membanggakan. Para pemuda dengan komando Kak Dhany sebagai sesepuh menjadikan Ganesha ini cukup hidup, mulia. Apresiasi dan salut, masih ada para pemuda yang mau nguri-nguri.
Lembah Gana, Karangjati
     Setelah mengungkapkan rencana cangkrukan, sayapun  berpamitan, karena waktu sudah sore, ternyata selain saya Mas Seno juga ikutan pulang. Eh mas Dhany turut serta, keset di jemuran belum kering katanya. Kami bertiga beriringan menyusuri pematang sawah, tiba-tiba mas Seno berbelok memisahkan diri. "Niliki Situs Watu Dandang", saya terbengong. Eh entengnya mas Dhany bilang, "Mosok rung reti?", sambil khas ngekek setan. "Kok umpetke kok!", sambil tanpa dikomando saya langsung berbelok mengikuti arah Mas Seno. 
     Benar juga....

    Konon masyarakat menyebut nama Watu dandang ya karena bentuknya mirip alat untuk menanak nasi. Yang lebih menakjubkan adalah sebaran peninggalan di area ini, pernah ditemukan Guci berisikan perhiasan emas, kelat bahu, giwang, kalung, koin. Namun sudah tukarkan uang, sayangnya penjual sudah menghadak yang kuasa, sehingga tak bisa mengorek cerita dan tak tahu rimbanya kemana harta karun peradaban Kangjati tersebut. Eman2 tenan!

    Link Video amatir di Channel Youtube Jangan lupa mampir ya ke :

https://www.youtube.com/watch?v=z9ATQ551SFw

     Sampai ketemu lagi di Penelusuran berikutnya.

saya, Kak Dhany dan Mas Seno

   Terimakasih Mas Seno Atas Pinjaman HP nya.... juga kirim file dengan kuotanya... hehehhe. 

Watu Dandang Karangjati
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi. 

     #hobikublusukan

Minggu, 11 April 2021

Dewa Ganesha bertebaran... Muncul Lagi Arca Ganesha di Bergas Lor.

Arca Bergas Lor, kabupaten Semarang
     Senin 12 April 2021, Kadang level pertemanan akan diuji oleh kesalahpahaman, level tertinggi dalam persahabatan adalah hujatan super dasyat, level saudara tertinggi dengan pamer sekaligus ngece super dewa.
     Tapi saya hanya akan membahas 2 oknum, yang bagaimanapun berperan besar menjadikan naskah ini bisa saya tulis. Walupun tak elok ketika cerita sumpah serapah kepada rekan dibaca orang lain. Kesannya saya tak berakhlak, namun saya akan mencoba jujur. Foto pamer :

     Oknum pertama, pamer. Adalah salah satu keahliannya, ilmu yang pasti tak didapat di perkuliahan tentu, hehe. Namanya Mas Eka WP, ketika sedang leyeh-leyeh istirahat habis gowes blusukan (link cerita Lapik Margosari Boja), tanpa merasa rikuh, atau berdosa membuat orang lain sakit hati, tatap matanya dalam foto ini seperti ingin mengatakan “Iri Bilang Bos!”, ditambah teknik limpe yang seperti tikitakanya klub decul, malesi tenan… Di WA, saya tulis ucapan yang benar benar terdalam waktu itu. Tapi karena gengsi, saya tetap pura-pura tak interest sama sekali (walau dalam hati perih….). 
     Saat mencoba melupakan, eh keesokan harinya Mas Dhany Putra dengan s*nt8l9y6ny5 sambil mrenges, nawari, “Cedak omahku, terke pora?”, ingin mengesampingkan alias cuma read saja. Tapi antara hati, pikiran dan jemari tak terkoordinasi, tak satu kata. Jari tanpa sadar menyambutnya. Sebenarnya Cuma 5 huruf? Tapi berarti banyak…."kapan"... Yang berarti runtuh tembok besar permasalahan… wkwkwkwk. Asli, serius yen diwedar permasalahannya akan setebal ensiklopedi, merembet kemana-mana. Namun berkat kedewasaan Mas Dhany yang ternyata masih menyimpan sedikit kebaikan… nawari juga.. hahahaha. (baik= menyuguhkan kopi ketika ke rumahnya). Sekalian curhat, entah kenapa hanya gara-gara watu sampai sekarang malah ada satu yang belum cair. Bekunya melebihi hati x pokoke hahahahha….. (itu juga ada sumbangsih mas Dhany…. Oknum ini Komplit pokoke yo kadang malaikat seperti hari ini tapi kadang …… ra tegel nulis…wkwkwkk)
     Diluar dugaan ternyata, tak sepenuhnya ngeterke.. heheh. Mas Dhany janjian dengan komunitas barunya… Lembah Gana, berkumpul dan ingin menelusuri situs seputaran Bergas. Diawal, saya seperti obat nyamuk, apalagi tampilan beliau-beliau sangar, totalitas, mantap pokoknya. Jadi ngerasa kambing congek, newbie alias pemula. Tapi saya mencoba menekan sampai dasar perasaan minder itu, karena arca dengan kepala palsu sangat membuat hati kepincut. Akhirnya saya mengekor...
      Dari Rumah Mas Dhany, yang didekat pasar Karangjati, lokasi tujuan tak sampai 5 menit. Benar dibelakang rumahnya ditarik garis lurus tapi pakai penggaris dilihat Peta. Maturnuwun Mas Dhany dan segenap Anggota Komunitas Lembah Gana, saya diijinkan untuk menyusup.
     Kemudian sampailah, 
     Bersama pemilik:

      “Dulu disimpan Bapak didalam rumah, kemudian saya pindah ke tempat yang sekarang”, buka mas Joko. Konon oleh Bapak Beliau ditemukan sekitar tahun 1989-an di sawah miliknya di area Gebugan, tak jauh dari tempat tinggal beliau. Niatnya merawat kemudian dibawa pulang. Alm. Bapak martono, nama beliau.
     “Saat ditemukan sudah tanpa kepala, tapi saya juga tak tahu kapan tepatnya dibuatkan kepala arca baru itu”, tambah beliau. 
     Dugaan sementara, arca ini adalah Ganesha dari ciri Khas Perut yang gendut, kemudian 4 tangan, 2 didepan dan 2 dibelakang, di badan juga terselempang tali. Kurang lebih itu yang akhirnya memunculkan dugaan Ini Arca Ganesha. 
    Tempat duduk, berbentuk teratai :
     Tampak dari belakang :
Dari gambar, apakah arca ini mengisi relung sebuah bangunan? 

         Di Area Bergas ini banyak sekali Arca Ganesha, …. Berarti apaa ini?!! Dewa Ganesha atau Bathara Gana adalah juga dewa Pengetahuan, kecerdasan, kebijaksanaan… apakah dahulunya banyak kaum cerdik pandai, pertapa, orang yang berilmu diarea ini? Atau malah area ini jadi tempat pusat pendidikan? Sebuah dugaan liar saya pribadi. Yang sudah saya dokumentasikan : Arca Mbah Dul Jalal, Arca Ganesha Pondansari, Ganesa Congol, Ganesha Sidomuncul, kemudian dugaan Arca yang Hilang di aliran sungai dusun Kenangkan depan Sidomuncul. Selain tentu banyak lagi wujud peninggalan lain yang seabrek banyaknya. 
     Belum lagi yang sudah beralih tangan dengan uang … infonya di sekitar perhutani depan Gereja (nama dusunya pendem) dulu ditemukan pula Arca Ganesha yang utuh dan indah, sayangnya penemunya butuh uang… jadilah waktu itu tahun 90an seharga 50rb..(namun ini saya dapat info tutur tinular, entah kebenarannya).
     Untuk berbagai cerita tentang Ganesha, siapa dia tugasnya apa dsb, sahabat cari di google ya.. banyak kok, soalnya naskah ini spesial semi curhat.. Tentang dua oknum yang ternyata memang saudara… sedulur saklawase. Terakhir, maturnuwun poro konco…. Mugo2 seduluran nambahi awet umur lan akeh rejeki. ----
Seperti Dewa Ganesha... Kita harus bijaksana....
    Untuk 2 oknum lain, sengaja tak saya munculkan. Satunya raja PHP, satunya dewa limpe : ternyata menyimpan info dahsyat…..
Maturnuwun mas :
     Link cerita video singkat di channel youtube ya….
     Salam Pecinta Situs dan Watu Candi
     Sampai ketemu di Blusukan Berikutnya…

Nb: nunggu bayar piutang diterke pas puasa, mengulang saat blusukan puasa beberapa tahun lalu. Colek Oknum pertama!