Jumat, 27 November 2015

Watu Lumpang Situs Setra Tambangan Mijen Semarang

Watu Lumpang Setra Tambangan Mijen
27 November 2015
    Kisah blusukan Sambungan dari Situs Watu Lumpang Bubakan a.k.a Mbah Bathok ra. Kami keluar lagi ke arah jalan Gunungpati - Cangkiran, ambil arah kiri. Di sebelah kanan (saat kami ke sini, sedang dibangun perumahan elit: Teras Bali). Setelah Perumahan tersebut, sobat pelan-pelan... Di Sebelah kanan ada gang masuk, ikuti gang tersebut. (Petunjuk arah menyusul---kemarin ta sempat)
     Ketemu dengan perumahan baru, dengan jalan berpaving, jalan masuk tadi beraspal. ada Pos kampling ambil kiri. telusuri gang lurus (konon jalan tembus je Jatiombo). Pemandanga yang menari, unik (sayangnya saya tak bisa ambil gambar)...: Di kabel Listrik di atas pertumahan... berjejer baris ribuan pohon pipit. Saat kesini sekitar jam 4 / 5 sore.
gambar 1
     Di Pojokan perumahan Situs Watulumpang Ke Setra Berada, (gambar 1 : saya ambil posisi sejajar dengan watu lumpang, dengan arah ke perumahan)
   Watu Lumpang dibuatkan peneduh ala kadarnya oleh warga sekitar, dan nampaknya masih digunakan untuk ritual tertentu
Situs watu Lumpang Setra Tambangan
    Masih di'muliakan' dengan bukti sisa-sisa pembakaran dupa, kemenyan dan bekas lilin (yang mungkin digunakan untuk penerangan pelaku ritual-yang biasanya malam hari)

Watu Lumpang Setra Tambangan Mijen

     Watu Lumpang Setra Tambangan Mijen terlihat dari atas masih nampak mulus, lubangnya pun masih nampak aura berwibawa.
   Namun sama sekali tak kami dapatkan sekelumit sejarah / legenda ataupun mitos dari warga disekitar. karena memang Situs ini jauh dari pemukiman warga kampung asli. Hanya dari cerita Kang Mas Roso, rekan dewa siwa yang pernah 'tirakat' di tempat ini, beliau mendapat informasi adanya petilasan kuno di sini. "Saat nyepi di Situs Watu Lumpang ini, malah ditemui penunggu yang berwujud wanita cantik, yang menunjukkan di sekitar situs dulunya ada petilasan. Hanya itu yang saya dapat". Jelas Kang mas Roso.

      Karena Blusukan kali ini masih bersama Kang daru lelana saya cuplikkan lagi hasil diskusi saat berada di Situs sebelumnya :
"Watu Lumpang pada masa Hindu-Buddha digunakan sebagai piranti untuk penetapan tanah Sima. Yaitu semacam tanah yang disucikan, di mana hasil pertanian dari tanah tersebut digunakan untuk memelihara suatu bangunan suci. Jadi semacam tanah wakaf untuk masjid, pada era sekarang. Watu Lumpang disebut juga "Sang Hyang Kalumpang", dipergunakan oleh pemimpin penetapan tanah Sima (Makudur) untuk memecahkan telur dan sebagai landasan memotong leher ayam. " urai Mas daru Lelana.

Video Amatir saat di Situs 

     Blusuk Bersama.... lek Wahid, Saya, Kang Daru Lelana dan Mas Beny
Dewa siwa di Situs Watu Lumpang Setra Tambangan Mijen
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi....

Save This Not Only A Stone...
Mari Lestarikan....

Watu Lumpang Situs Mbah Batok r.a. Bubakan Mijen Semarang

Watu Lumpang Situs Bubakan Mijen Semarang
27 November 2015

    Awalnya dapat informasi dari kawan SMA, Tq lek Wisnoe Novianto lewat percakapan komentar di FBnya. Sebenarnya sudah beberapa bulan yang lalu, namun baru hari ini saya bisa Menelusuri watu lumpang. 
petunjuk 1
     Itupun setelah temen Dewa Siwa lain telah berhasil menelusuri : Mas Beny  semangat terus mas..... heheheheh.
    Jalur yang saya tempuh, Saya Lewat Jalan Gunungpati-Boja. Sesampainya di Kantor Kecamatan Mijen (lama) di Bubakan ada pertigaan ke kiri (Petunjuk 1) menuju Makam Mbah Bathok ra.
     Masuk jalan itu, yang bisa sampai ke area Gonoharjo Nglimut. Jalan Kira-kira 500m ada Gapura Gang (Petunjuk 2) di sebelah kiri.
petunjuk 2 (foto by beny)
     Jalan yang sama menuju Makam Mbah Bathok ra. Info yang saya dapat memang persis berada di belakang Makam ini, kira-kira 100m arah belakang di tengah sawah.
Makam Sunan Bathok RA.
     Makam Sunan Bathok RA., atau warga familiar dengan 'mbah bathok' minimnya sumber informasi mengenai beliau menjadikan kami tak bisa bercerita banyak. Kami hanya dapat, beliau adalah orang suci penyebar agama Islam di daerah ini. Satu jaman dengan Walisongo. Yang dimakamkan Selain Sunan Bathok RA, juga istri beliau.
     Berita mengenai makam Sunan Bathok ra. : koran Wawasan, 22 Juli 2013 
     ----
   Mbolang kali ini, bersama guide Mas beny dan Lek Wahid janjian di pertigaan Bubakan. Kemudian juga Kang Daru Lelana yang tak mau tertinggal, ikut pula.
         Dan Inilah Keunikan Watu Lumpang Situs Bubakan...
Watu Lumpang Situs Bubakan

     Beruntungnya kami, karena mas Daru Lelana berlatar belakang Sejarah (unnes-mahasiswa----). Kami jadi bisa mendapatkan beberapa wawasan baru. "Watu Lumpang pada masa Hindu-Buddha digunakan sebagai piranti untuk penetapan tanah Sima. Yaitu semacam tanah yang disucikan, di mana hasil pertanian dari tanah tersebut digunakan untuk memelihara suatu bangunan suci. Jadi semacam tanah wakaf untuk masjid, pada era sekarang. Watu Lumpang disebut juga "Sang Hyang Kalumpang", dipergunakan oleh pemimpin penetapan tanah Sima (Makudur) untuk memecahkan telur dan sebagai landasan memotong leher ayam. " urai Mas daru Lelana.
Watu Lumpang Bubakan
     Watu Lumpang identik pula dengan peradaban masyarakat yang agraris.
      Sumber yang lain, Watu Lumpang pada jaman itu dipakai pula untuk ritual penyiapan sesajen pada masa awal panen. 

Video Amatir saat di Situs





Watu Lumpang Situs  Bubakan Mijen




















     Saat kami sedang meng-eksplor lebih dekat watu lumpang, beberapa warga memperhatikan dari jauh (pas nya di area makam), kira-kira jarak dengan kami 100m. Agar tak ada kesan aneh2 kami putuskan untuk mendekat dan memberitahu apa yang kami lakukah. Sambil mencoba Menggali informasi tentang Watu Lumpang tersebut.
    Satu kakek yang kami ajak ngobrol tak tahu, sejarah dan bagaimana watu lumpang itu. Karena konon katanya sedari kecil watu lumpang itu ada disitu dan ta dihiraukan orang.
    Beliau malah bercerita mengenai Siapa Mbah Bathok.... " Penyebar Agama Islam, yang sejaman dengan walisongo. Dulu ditemukan oleh seorang kyai dari kediri" jelas beliau. 
    Sebelum Pulang, Beliau malah memberikan informasi menarik... Sambil telunjuknya mengarah ke Gunung Ungaran..... "Di Kliris sana wonten watu kotak, luwih sae timbang watu lumpang niku" Kata Kakek itu. Spontan mas beny menjawab... " ya aku tahu kliris... coba besok pas pulang ke mertua ......" --Sebuah Informasi yang berharga bagi kami..... Tunggu saja hasilnya....
     Blusuk Bersama, dari Kiri ke kanan... saya, Lek Wahid, mas Beny dan Kang Daru Lelana beserta adik-adik manis warga sekitar yang penasaran ..... 
Dewa Siwa on Situs Bubakan

     Perjalanan Kami Lanjutkan menuju Kesetra, Masih di area  yang dekat Bubakan, Tetangga desa yaitu masuk wilayah Desa Tambangan. Kali ini yang menjadi guide adalah Mas Daru lelana. "Keberadaan watu lumpang di Kesetra masih di 'muliakan'... tutur Mas Daru.

Tunggu kisahnya.....

   Salam Pecinta Situs dan Watu Candi....

Save This Not Only A Stone...
Mari Lestarikan....

Senin, 23 November 2015

Yoni Situs Duwet Tambangan

Situs Yoni Duwet Tambangan Mijen
Senin, 23 November 2015
    Berawal dari info postingan mas Pra Vlatonik, tanggal 23 November 2015, dan postingan susulan serta kesediaan  Mas Daru Lelana jadi guide blusukan, kebetulan beliau sedang KKN di area Kelurahan Tambangan. Akhirnya gayung bersambut. Jadilah saya meluncur minta bantuan Mas Daru Lelana.
Kantor Kelurahan Tambangan : petunjuk 1
    Janjian di Kantor kelurahan Tambangan Mijen (posko KKN beliau)--petunjuk 1. 
petunjuk 2 : menuju situs duwet
  Tanpa berbasa-basi, setelah bersua kali pertama, kami langsung meluncur. Selain waktu yang terbatas, rasa penasaran saya menambah ingin cepat ke lokasi. Dari Kantor Kelurahan Tambangan, 50m kearah BSB/ Ngaliyan. Pas di perempatan ambil ke kanan, ikuti jalan gang tersebut. Kira-kira 500m ada jlan bercabang yang ditengahnya ada poskamling. Ambil kanan lagi, 100m ada gang sebelah kiri berpaving (petunjuk 2). Masuk gang ini, sobat jalan pelan-pelan saja sampai ketemu dengan rumah (petunjuk 3) ini, ada jalan di samping rumah.
Petunjuk 3
Saya Parkir di belakang rumah tersebut. dari Belakang rumah tersebut Yoni terlihat di posisi kiri.

    


   
     Dan Sampailah Kami di Situs Duwet Tambangan Mijen Semarang.
Yoni Situs Duwet Tambangan Mijen

    Oleh pemilik lahan, situs ini dibuatkan semacam penanda plesteran mengelilingi Yoni- tumpukan watu candi yang kotak berukuran besar. 
bersama ibu pemilik lahan
   "Biar orang tahu mas, watu ini peninggalan leluhur. Jadi bukan watu sembarangan", jelas Ibu pemilik lahan yang saat kesini sedang berladang.
     Kondisi Yoni sudah tanpa lingga serta cerat yang telah rusak/ gumpil, Selain Yoni, di sekelilingnya ada 5 buah watu kotak berukuran besar. 
Cerat yoni Duwet Tambangan
    Saya sendiri sampai bosan mengungkapkan perasaan kecewa, saat lagi... lagi.. dan lagi menemui Yoni yang (di)rusak cerat tempat lingga berada.      Pada Penampang Atas Yoni selain terdapat lubang dimana Lingga di tempatkan. Ada juga di pinggiran yoni pembatas agar air yang mengalir tak tumpah namun mengalir melalui lubang di cerat.
Penampang Atas Yoni Duwet Tambangan Mijen

    Air yang dimaksud adalah air suci yang disiram ke lingga yang digunakan saat ritual pemujaan.
  Lubang tempat lingga Yoni Situs Duwet Tambangan Mijen ini berbentuk persegi. "Air di tengah watu itu dipercaya warga bisa mengobati sakit gigi mas", jelas ibu pemilik lahan. 
Air di Lubang Lingga : Yoni Tambangan
 "Namun itu dulu saat jaman kakek saya, kalau sekarang memang mmasih ada orang yang 'menyepi' di sini namun tujuannya berbeda", tambahnya.


    Lingga yang merupakan simbol perwujudan dewa siwa setelah berpasangan dengan Yoni (Shakti dewa siwa) menjadi lambang kemakmuran. 
Yoni dan watu kotak : sebuah  kesatuan bangunan suci
     Khalayak umum emngenal simbol Yoni sebagai simbol wanita sementara Yoni lambang laki-laki.
    Keberadaan Watu candi, kotak berukuran besar membuktikan adanya sebuah bangunan suci yang dulu dijadikan pemujaan para pemeluknya.
    Ada dua kemungkinan, bisa berwujud bangunan batu seutuhnya (yang saat ini orang familiar dengan menyebut candi) atau batu hanya dipakai sebagai pondasi/ alasnya saja. Sementara bagian atasnya terbuat dari kayu atau bahan lain. 


     Tak Jauh dari situs ini, kira-kira 2m ada tumpukan watu candi yang identik dengan watu candi...




     video amatir di lokasi Situs Duwet Tambangan Mijen.

     Saat berbincang dengan Ibu Pemilik Lahan tersebut (Saya lupa namanya). kami dapat Informasi keberadaan Watu Lumpang Di daerah Kesetra Masih di Kelurahan Tambangan ini. Karena Waktu tak memungkinkan, saya nunggu mas Daru Lelana survai saja.... hehehehe

Mblusuk Spesial : 
saya dan mas daru lelana

Save This, Not Only a Stone
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi
Mari Kunjungi, Hargai dan Lestarikan.....

Sabtu, 14 November 2015

Yoni Situs Cangkiran A.K.A. Mbah Badur

Yoni situs Cangkiran Mijen Semarang


14 November 2015
Depan Terminal Cangkiran : Petunjuk 1

      Awalnya mendapat kabar diajak mblusuk bersama wartawan media nasional di lokasi ini. 
     Namun beberapa hari sebelumnya memberi kabar urung dilaksanakan, karena ada keperluan yang mendadak. Beberapa rekan yang awalnya tertarik ikut namun waktu menunjukkan jam 09.00  tak satupun nampak batang hidungnya.
Gerbang Gang Badur : Petunjuk 2

   Akhirnya hanya kami berdua (Saya dan Lek Trist) yang hampir 1 jam menunggu di Depan terminal Cangkiran.
      Kami putuskan untuk segera ke lokasi. Dari Terminal Cangkiran, situs ini sangat dekat sekali. 
Gang Badur : Petunjuk 3
         




     Dari tempat nongkrong kami, sambil sarapan arem2 dan bubur kacang ijo.... Gambar petunjuk 1 saya ambil.
     Menuju Lokasi masuk Gang perkampungan tepat disamping Indo****(Gambar petunjuk 2).
  Masuk jalan perkampungan tersebut. Kira-kira 100m, kemudian akan ketemu dengan tugu 10 Program Pokok PKK RT 02 RW III Cangkiran. tepatnya di Gang Badur (Petunjuk 3).
     Sampai di Petunjuk 3, Sahabat ambil kiri, gang sedikit naik jalan berpaving tersebut. Kira-kira 500m ketemu dengan TPQ Assalam. Situs Yoni Cangkiran persis ada di belakang TPQ ini.




     Inilah Situs Yoni Cangkiran itu: 
Yoni Situs Cangkiran a.k.a Mbah Badur

    Situs ini tepatnya berada di RT 02/ III Kelurahan Cangkiran Kecamatan Mijen Semarang. Masyarakar sekitar lebih mengenal dengan 'Watu Cangkir' Mbah Badur. dan konon karena mirip dengan Cangkir (Gelas untuk minum/ mug) jadilah nama daerah ini menjadi "Cangkiran".
        Penggambaran Siwa selain sebagai manusia, seringkali digambarkan dalam bentuk lingga. Lingga yang digambarkan sebagai kelamin laki-laki biasanya dilengkapi dengan Yoni sebagai kelamin wanita. Persatuan antara Lingga dan Yoni melambangkan kesuburan. Dalam mitologi Hindu, yoni merupakan penggambaran dari Dewi Uma yang merupakan salah satu sakti (istri) Siwa.
     Yoni merupakan bagian dari bangunan suci dan ditempatkan di bagian tengah ruangan suatu bangunan suci. Yoni biasanya dipergunakan sebagai dasar arca atau lingga. Yoni juga dapat ditempatkan pada ruangan induk candi.
Watu Cangkir : Cikal Bakal nama Cangkiran
     Bentuk Yoni bujur sangkar, sekeliling badan Yoni terdapat pelipit-pelipit, seringkali di bagian tengah badan Yoni terdapat bidang panil. Pada salah satu sisi yoni terdapat tonjolan dan lubang yang membentuk cerat. Pada penampang atas Yoni terdapat lubang yang berfungsi untuk meletakkan lingga. 
     Pada sekeliling bagian atas yoni terdapat lekukan yang berfungsi untuk menghalangi air agar tidak tumpah pada waktu dialirkan dari puncak lingga. Dengan demikian air hanya mengalir keluar melalui cerat. 
Yoni Cangkiran
     Bagian-bagian yoni secara lengkap adalah nala (cerat), Jagati, Padma, Kanthi, dan lubang untuk berdirinya lingga atau arca.   Saat sampai kesini, kondisi pagar digembok.        
    Beruntunglah saya, beberapa hari sebelumnya lek Trist, pernah kesini.... (ceritanya ini mbolang guide), dari pengalaman-nya pula. Kami minta tolong ibu-ibu yang rumahnya didepan Situs cangkiran untuk meminjamkan kunci. 
      Singkat cerita, akhirnya kami bisa masuk, untungnya ada "turahan jajan", jadi bisa untuk si kecil (anake ibu tadi).... biar gak kapok minjamkan kunci. hehehehe.
    Di situs ini terdapat 2 Yoni yang berbeda ukuran dan berbeda kondisi pula. Yoni yang besar tanpa lingga, sementara Yoni yang sedikit lebih kecil masih dengan Lingga namun sudah rusak/ tak utuh lagi, pecah.
    Yoni yang besar ;
Yoni Situs Cangkiran Mijen Semarang
     Yoni Yang besar kondisinya cukup terawat, Masih mulus walau ada sedikit retakan di ceratnya. Sehingga warga berinisiatif membuatkan penyangga cerat Yoni. Yoni ini unik karena terdiri dari Pasangan perbagian, bukan Yoni satu kesatuan.
Penampang atas bagian yoni Situs Cangkiran
   Penampang atas Bagian Yoni, terdapat lubang lingga dan bidang lekukan batas penahan air...
Lubang Yoni, tempat Lingga
    Kondisi Masih mulus, secara overall nampak terawat. Di bagian Penampang Atas Yoni, terdapat Lubang tepat seharusnya Lingga berada. 
    Namun Warga sekitar geleng kepala saat kutanya keberadaan lingga. warga hanya menyebut dulu ada 'alu'-nya tapi sekarang hilang.        Keunikan Yoni Cangkiran : Lubang Lingga cenderung bulat.
Bagian tengah yoni
     Bagian Badan Yoni / Bagian tengah yang terdapat bidang panil/ berpola sederhana.
   Beberapa bagian nampak sudah 'gumpil'. Namun terlihat masih baik kondisinya. 
     Perbedaan warna sekilas menandakan perbedaan lamanya sinar matahari, hujan dan hasil terpendam di tanah. Di Badan Yoni ini nampak sedikit cerah, dibandingkan penampang atas Yoni yang kehitaman.
Bagian Bawah Yoni
     Bagian bawah Yoni, berupa pasangan yang terpisah. Keunikan lain Yoni Situs Cangkiran. Kondisi sekitar Yoni Cangkiran ini relatif baik. Nampak rapi dengan lantai yang diplester. Lumut pun jarang terlihat. Salut!
Yoni Cangkiran
   Detail sambungan seperti 'lego' antara bagian atas dan bawah yoni.






     Cerat Yoni, Tempat mengalirnya air suci yang disiram ke Lingga.

Cerat Yoni Cangkiran
     Di Bagian cerat ini diberi penyangga oleh warga, karena nampaknya ada sedikit keretakan, yang bila dibiarkan tentunya cerat menjadi patah.
Penyangga cerat Yoni Cangkiran
   Penyangga cerat yang retak, sekaligus untuk menutupi retak itu warga memberi semen alias di plester. (maksudnya baik memang, walau nilai artistiknya berkurang)
    Keunikan lain, Yoni Cangkiran ini hiasan pada Ceratnya. Selain sederhana, namun masih terlihat detail keindahanya. 
Hiasan cerat Yoni Cangkiran
    Hiasan Cerat Bagian Bawah,









   Hiasan Cerat Bagian atas, unik.
relief sederhana di cerat yoni cangkiran    

  Yoni yang lebih kecil ;
  


Yoni yang satu ini, masih sama dengan Yoni yang berukuran besar. Terdiri dari beberapa bagian alias bukan satu kesatuan.

Yoni Cangkiran
     Dengan Kondisi yang telah pecah di beberapa bagian. Oleh warga penataan bagian atas dan bawah dipisah karena penampang atas yoni telah pecah. Bahkan Cerat nampak telah patah dan ditaruh di antara tumpukan.

lingga situs cangkiran
Lingga 
     Dalam Lingga Purana di jelaskan makna lingga adalah simbol Dewa Siwa (Siwa Lingga). Seperti filosofis yang terkandung di dalamnya. Semua wujud diresapi oleh Dewa Siwa dan setiap wujud adalah lingga dan Dewa Siwa dalam hal ini sebagai simbol pemujaan terhadap Tuhan itu sendiri yang diyakini sebagai Sang Pencipta. Kemudian di dalam Siwarti kalpa di sebutkan lingga merupakan simbol siwa yang di puja untuk memuja siwa. Kitab Siwa Purana dan Siwaratri Kalpa karya Empu Tanakung ini semakin memperkuat pemujaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam perwujudan sebagai Siwa.

Dapat di tambahkan seorang intelektual Hindu Swami Harshananda pada Sri Ramakrisnha Ashrama menyebutkan Lingga dan Yoni sebagai Simbol Tuhan God dan umat Hindu yang universal: secara literal Siva artinya keberuntungan dan Lingga artinya satu tanda atau satu simbol. Dari sini Sivalingga adalah satu simbol Tuhan yang agung dan semesta yang sepenuhnya adalah keberuntungan.


      Ada juga yang menyebutkan bahwa Lingga lambang api, sebagai lambang dari kekuatan atau kekuasaan, sedangkan Yoni merupakan melambangkan bumi, keduanya itu saling bertolak belakang, namun bila keduanya bersatu akan melahirkan kekuatan atau energi, itulah makna pertemuan antara lingga dan yoni.

   Adapula yang menjelaskan bahwa bersatunya Lingga Yoni melambangkan Kesuburan.
     Lingga Yoni merupakan salah satu bentuk ikon Siwa yang paling banyak digunakan, ditemukan hampir di semua mandir Siwa.      Bentuknya bundar, eliptik, citra aniconic, biasanya diletakan di atas dasar bundar, atau pitha. 
cerat yoni yang patah
     Sivalinga adalah simbol paling kuno paling sederhana dan Siva, khususnya Parasiva, Tuhan di luar semua bentuk dan sifat-sifat. Pitha merepresentasikan Parashakti, kekuatan Tuhan
cerat yoni patah   








 Di depan, yoni, terselip ada Lapik Arca berbentuk padma,

lapik arca
    Keberadaan Lapik Arca ini, menegaskan adanya bangunan suci pemujaan di situs ini. Untuk informasi arca apa yang dulu diletakkan di atasnya, saya tak bisa mendapatkan secara pasti. Entah masih terpendam, rusak ataupun sudah hilang di'curi' orang.    
     Dari seorang warga yang tertarik dan mendatangi kami, saat mendokumentasikan situs ini, Kami dapat cerita, "Mbah Badur-lah yang membuat watu cangkir ini mas..., bisa dibilang seniman nya. Jika digali masih banyak watu candi yang terpendam. Alu itu bahkan dulu ada ditengah lorong jalan itu (sambil menunjuk jalan di samping TPA), karena di tengah jalan gang tersebut, sering mengganggu karena kadang warga 'tersandung', akhirnya diangkat dan dipindah ke lokasi yang saat ini.", jelas Beliau.
Di situs Mbah Badur : Mas trist, anak pengambil kunci dan bapak informan

      Makam mbah Badur yang berada di sebelah, nampak masih dirawar dan dijaga kebersihan, "Ya sebagai penerus kita harus menghargai leluhur mas, apalagi Mbah Badur ini cikal bakal Cangkiran ini", tambah beliau.


Video Amatir saat di Lokasi : Situs Cangkiran.




Mbolang weekend bersama kang trist



Salam Pecinta Situs dan Watu Candi

Mari Kunjungi, Hargai dan Lestarikan