Tampilkan postingan dengan label Mijen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Mijen. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 16 September 2017

Situs Watu Lumpang Mijen, Semarang

Situs Watu Lumpang Mijen, Semarang
       Sabtu, 16 September 2017. Tawaran blusukan 3 hari yang lalu saat penelusuran di Situs Ki Demang Jatibarang Mijen, Semarang tak mampu kutolak. 
    Pujian pun tak perlu saya ungkap, karena mungkin malah mengurangi pahalanya.. heheheh. Sesuai tawaran, jam 1an saya dijemput dirumah, kemudian menuju lokasi. Tujuan utama penelusuran hari ini adalah runtuhan candi di Trisobo, Meteseh kec. Boja postingan rekan di grup WA dan FB. Walaupun.
Lumpang berada di seberang Warung Es Degan Mijen
     Informasi sangat terbatas dari pengupload,  namun kami berdua tak patah semangat. Tetap berpikir positif, mungkin belum terbuka hatinya berbagi info kepada kami (terutama susahnya info jika saya bertanya... maaf curhat).
      "Sebelum ke Trisobo, mampir dulu di Lumpang Mijen" , kata LekSur. Dari Gunungpati, kami lewat jalur alternatif yaitu SMPN 22 Semarang ambil kiri, Kaligetas, Duduhan (bertebaran situs di area Duduhan Jatibarang) tembus kubota/markas brimob bsb, kemudian ambil kiri melewati pasar Mijen.
     Petunjuk yang paling mudah, dari arah Semarang 100m sebelum Puskesmas Mijen, tepat diseberang warung es degan, "Mas Imam, di beri info rekannya", jelas Lek Suryo sesaat setelah parkir motor di lahan kosong.
Lumpang Mijen di Pojokan

     Lumpang tertanam ditanah dan  masih bertahan.
Situs Watu Lumpang Mijen, Semarang
     "Awalnya info yang saya terima lumpang kecil,  saat kutengok ternyata ada lumpang yang berukuran lebih besar pula",  Lek Sur menirukan cerita dari Mas Imam
      Kondisi lumpang nyaris tenggelam didalam tanah, hanya penampang atas yang terlihat. Lumpang juga telah terpotong 30%.
Secara visual asli orang awam seperti saya, lumpang ini nampaknya "benar-benar" ditinggalkan.
Situs Watu Lumpang Mijen, Semarang

     Didekatnya ada lumpang versi kecil. Dengan lubang lumpang nampaknya menyesuaikan ukuran. 
Situs Watu Lumpang Mijen, Semarang
    Hanya bisa menduga, jika lumpang yang besar mungkin adalah lumpang yang digunakan bersama untuk ritual orang sekampung pada masa itu, sedangkan yang kecil mungkin digunakan ritual pribadi (tentu saja bangsawan pada masa itu). 
      Maaf ini kesimpulan orang awam seperti saya yang tak punya background arkeolog atau sejenisnya... hanya seseorang yang cinta saja. 
       Dengan kerendahan hati menerima, pencerahan. Walaupun yang saya alami susah mendapatkan cerita dari yang katanya suhu... hahahhaha. Ilmu padi hanya retorika bagi mereka. 
      Maaf saya memang kecewa dengan beberapa oknum tersebut. Karena mungkin memang kisah di blog ini dianggap sebelah mata saja olehnya ... hehehhe, namun bagi saya.... ya memang begitu, saya terima dengan lapang dada, yang penting blusukan dan berbagi ikut meng-edukasi walaupun sepele saja yang saya lakukan. Abaikan jika kalimat tersebut agak lebay... Sesuai suasana... hahaha.

Video amatir :

The Partner, Lek Sur
Suryo Wibowo : di Situs Lumpang Mijen Semarang
Salam pecinta situs dan watu Candi.

Berlanjut penelusuran situs di Trisobo, Meteseh Boja.
#Takperlutenar

Rabu, 13 September 2017

Lingga di Situs makam Ki Demang Jatibarang Mijen Semarang

Lingga di Situs makam Ki Demang Jatibarang Mijen Semarang
      Rabu, 13 September 2017. Seperti tak ada petir namun hujan, itu juga perumpamaan penelusuran jejak purbakala ini. Bagaimana tidak, pulang dari kegiatan perpuseru di Muncul Banyubiru, sampai perpustakaan pusat jam 4-an. Dari kejauhan nampak sesosok orang yang familiar di mata saya. Hehehe... lek Suryo Wibowo. 
      Ternyata koordinasi alias nawarin blusukan kemisan luar kota. Sayangnya saya tak bisa.... sambil ngobrol ngalor ngidul & ngopi... tiba-tiba  terlintas dalam pikiran saya ide lain. "Karo ngrasakke motor anyar, aku diterno ning Lingga Ki Demang Jatibarang ra sah selamatan wis... Wkwkkwkw".
    Alhasil jadilah, walapun alarm durasi mepet, tapi pantang mundur. Singkat cerita jam 5 start dari Ungaran menuju Mijen Jatibarang, Lewat Gunungpati, kemudian polaman ambil kiri lewat kaligetas tembus langsung Jatibarang. 
Situs Makam Ki Demang Jatibarang : Lingga dan Kemuncak
    Lokasi sangat mudah, dekat dengan SMK Palapa dan di sebelah Masjid. Makam Ki Demang berada di tengah area makam umum.
Lingga Jatibarang Mijen


         Tak menunggu lama, saya segera mendokumentasikan jejak peradaban masa lalu di area ini karena matahari sudah mulai tenggelam alias diburu gelap.
      Lingga merupakan manifestasi dari Dewa Siwa, penyatuan dengan Yoni sebagai bhumi pertiwi melambangkan kesuburan dan kemakmuran. Informasi yang didapat rekan lain : Mas Imam (Apa Kabar di sana mas? dah dapat perawan Kalimantan belum? wkwkwk) mendapatkan informasi tentang keberadan Yoni di belakang makam ini. 
      Konon dulu ada Yoni yang diduga adalah pasangan dari Lingga, dimana ukuran lingga dikatakan sama dengan bagian bawah lingga, yang saat ini jadi nisan makam Ki Demang ini. 
     Saat ini Yoni tersebut sudah hilang, raib tak ada yang tahu rimbanya. 
    Secara umum, kondisi Lingga masih baik. Sebagai bahan bacaan untuk mengenali dan memahami Lingga ini, saya ambilkan dari web Site BPCB:

      Selain digambarkan dalam berbagai wujud antropomorfik, Siwa juga digambarkan dalam wujud an-iconic sebagai lingga. Pada dasarnya lingga adalah pilar cahaya (the column of light), yang merupakan simbol benih dari segala sesuatu yang ada di alam semesta ini berasal. 
Lingga semacam ini disebut Joytirlinga. Siwa sendiri merepresentasikan dirinya ke dalam wujud pilar api pada mitologi Linggotbhawa murti.
    Selain Joytirlinga, terdapat juga manusa lingga, yaitu lingga yang merupakan simbol dari organ maskulin. Cirinya adalah mempunyai tiga bagian, terdiri atas bagian yang paling bawah, berbentuk persegi, disebut brahmabhaga; bagian tengah yang berbentuk segi enam yang disebut wisnubhaga; dan bagian yang paling atas, berbentuk silendris, disebut rudrabhaga. Pada bagian rudrabghaga-nya terdapat hiasan garis melengkung yang disebut brahmasutra.
    Sebagai simbol organ maskulin, lingga mengandung energi penciptaan. Akan tetapi energi tersebut akan berfungsi apabila disatukan dengan energi shakti, yang disimbolkan dalam wujud yoni, untuk memberikan kekuatan bagi energi penciptaan tersebut. Dengan demikian, penyatuan antara lingga sebagai organ maskulin dengan yoni yang merupakan simbol organ feminin akan menghasilkan energi penciptaan, yang merupakan dasar dari semua penciptaan. 
(Sumber :http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjateng/2016/02/15/lingga-yoni/)
     Terlihat jelas bagian segi empat paling bawah yang tertanam semen lantai makam, hanya bagian atas yang sedikit aus dimana lambang guratan Bhrahmasutra hanya terlihat disisi yang menghadap tembok saja (dengan sedikit usaha mengambil gambar dengan HP, terlihat relief melengkung tersebut). (Nunggu sebentar saya uplod ya....)
       Disisi lain nisan, ditanam kemuncak,
Kemuncak Makam Jatibarang
     Keberadaan Lingga, Yoni yang telah hilang dan bukti kemuncak ini tak bisa dibantah. Menjadi bukti keberadaan sebuah bangunan suci masa lalu (=yang sekarang dikenal dengan candi)
Kemuncak Jatibarang Mijen
     Karena hari sudah mulai petang, suasana komplek makam umum ini mulai syahdu. Kami memutuskan untuk mengakhiri penelusuran mendadak dangdut ini. Semoga informasi yang saya nantikan lebih lengkap mengenai legenda atau mitos bisa di-japri lewat akun medsos saya. 
     "Konon niku demang era majapahit yg bertugas di situ tetua kampung yg meng ilhami jati barang/arti seniman dlm mengapai kehalusan budi", cerita dari kang mas Roso
    Aktor intelektual penelusuran kali ini : Tanpa beliau naskah ini hanya mimpi saja ; Lek SUR
Lek Sur : Suryo Wibowo di Makam Ki Demang Jatibarang Mijen Semarang
    Salam Pecinta Situs dan Watu Candi.
SSDRMK : situs Ki Demang Jatibarang
#Takperluterkenal

Minggu, 24 April 2016

Menelusuri Situs Tlogo Mijen Semarang

Menelusuri Situs Tlogo Mijen Semarang
     Minggu 24 April 2016, Blusukan kami lanjut mengikuti panduan dari Mas Imam, Dari Candi Dudak Mijen, Kami keluar menuju arah Jatibarang. Melewati Situs Duduhan depan mie ayam langganan kami, jalan ke bekas Eskavasi Candi Duduhan, Yoni Duduhan, Yoni Lumpangsari Duduhan, dengan tujuan Desa Tlogo masih di Kelurahan Jatibarang Kecamatan Mijen.      
     Pertigaan ambil ke kiri, kira-kira 500m ada gang sebelah kanan (gang sebelum arah Gunungpati, bila lurus arah Kaligetas). Saat kami sampai disini, terasa ada yang janggal... Ya teman rombongan blusukan kami tak nampak.... Lek Max Trist .... Kami mencoba balik arah, bahkan kami semua...... hmmm entahlah...semoga ga kenapa-kenapa/ barangkali mampir di rumah 'mboknom' kata rekan ... hahahaha. Tinggalah kami ber-empat.
    Sibuk nyari Lek Trist itulah, saya tak sempat ambil gambar petunjuk arah. Mohon Maaf.
Lapik Arca Situs Tlogo Mijen Semarang
    Karena Mas Imam sudah pernah menelusuri Situs Tlogo ini, kami tinggal menuju lokasi. Lapik Arca berada di depan rumah seorang warga. Bapak ..... (nunggu info mas Imam). Saat sampai, tak ada orang di rumah tersebut. Jadilah kami minta ijin kepada depan rumah alias tetangganya. Satu ibu-ibu dan anak gadisnya..... "Meh dibaleni pora lek suryo?neg ra ta baleni dewe lho....? hahahah!"
Lapik Arca Tlogo : Diatasnya dulu ada Arca
    Untuk menjawab rasa penasaran ibu dan anak gadisnya tersebut, kami berinisiatif menjelaskan tentang aktifitas dan kami berasal dari Komunitas DEWA Siwa alias pecinta Situs dan Watu Candi. "Oooo, watu itu pindahan dari sendang sebelum kampung ini", jelas Ibu tersebut --jalan menuju yoni duduhan--end--.
    Sayangnya kami terlupa tanya nama beliau. Kami sempat memberikan kenang-kenangan Stiker dewa Siwa, namun sayangnya yang tertulis di belakang stiker bukan no hp satu diantara kami..... heheheheh.
     "Di belakang rumah ini, juga ada batu kuno mas, tapi kami tak tahu apa.... "lanjut ibu itu.
 Segera kami meluncur, ditambah rasa penasaran kami, "Watu ne alus berbentuk hampir persegi" jelas Mas Imam. Seketika, beribu pertanyaan hinggap di pikiran kami, mungkinkah Menhir????.
    Di belakang rumah persis MENHIR itu berdiri miring.....
Menhir Tlogo Mijen Semarang
Menhir, adalah batu tunggal, biasanya berukuran besar, yang ditatah seperlunya sehingga berbentuk tugu dan biasanya diletakkan berdiri tegak di atas tanah. Istilah menhir diambil dari bahasa Keltik, dari kata men (batu) dan hir (panjang). Menhir biasanya didirikan secara tunggal atau berkelompok sejajar di atas tanah, namun pada beberapa tradisi juga ada yang diletakkan terlentang di tanah. Menhir, bersama-sama dengan dolmen dan sarkofagus, adalah megalit. Sebagai salah satu penciri utama budaya megalitik, pembuatan menhir telah dikenal sejak periode Neolitikum (mulai 6000 Sebelum Masehi)...(sumber : wikipedia)
 Situs Tlogo Mijen Semarang
     Menhir di Tlogo ini terlihat ada sedikit usaha perusakan, "Ooia, grompal watu itu dulu ada yang berusaha memecah untuk dijadikan material pondasi, namun yang memecah itu sakit dan tak dilanjutkan, takut kuwalat katanya..." jelas Ibu tersebut.
    Posisi Menhir tepat di sebelah pondasi...nampaknya menjadi pertanda..... tak lama lagi Menhir ini bernasih seperti yang sudah-sudah.... semoga hanya kekawatiran saja... karena yang terjadi... menhir ini di lindungi!!!
     Blusukan Bareng Dewa Siwa minus Lek Trist yang raib entah kemana :
Di Situs Tlogo Mijen : Lek Suryo, Saya, Mas Imam dan Mbah Eka
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi
Foto bersama Menhir :














Mari Kunjungi dan Lestarikan
@ssdrmk di Tlogo Mijen Semarang
    

     Karena hari sudah beranjak sore, saya berpamitan kepada rekan lain... untuk mendahului pulang..... Sepertinya mereka berencana tetap melanjutkan ke beberapa situs lagi.....
---- to be continue--- perjalanan menelusuri sejarah berikutnya.

nb : dan kisah menular pada saya.... sebenarnya saya ambil gambar Menhir lebih dari 10x...namun tak satupun yang bisa clear... semua terlihat blur... foto saya yang jelas itu hasil jepretan lek Suryo.... Menhir ini jadi saksi....Kamera saya rusak.... dan Menhir Tlogo Mijen menjadi jepretan terakhir kamera saya....---- ach...  padahal saya sudah minta ijin----

Watu Lumpang Situs Wonolopo Mijen Semarang

Watu lumpang Wonolopo Mijen
     Minggu, 24 April 2016, setelah dari Pertitaan kuno Cangkiran, tujuan penelusuran selanjutnya yaitu ke double Lumpang di Jatisari Mijen (pengulangan bagi saya pribadi), di area ini kami juga melewati Candi Tempel Mijen yang berada di dalam lokasi ternak ayam. Namun karena tak menjadi destinasi blusukan 'Mingguan" kali ini jadi kami hanya melewatinya, selain prosedur masuk area ternak yang ribet bin susah tentunya. Maka kami berlanjut ke Watu Lumpang pecah di dekat area Pondok Baitusalam Wonolopo Mijen Semarang.
    Dari Lumpang Jatisari, kami meluncur arah ke Ngaliyan, kita-kira 100m sebelum pasar Mijen ada gang sebelah kiri, sebelum XXXMart. Ikuti jalan tersebut. (mohon maaf foto petunjuk yang saya ambil hilang entah kemana, ada secercah harapan, nampaknya Kang Mas Roso bersedia membantu saya untuk mengambil gambar petunjuk, rumah beliau dekat area ini..jadi tunggu saja.. Plus saya juga dijanjikan untuk dapat dongeng yang berkembang secara turun temurun di Wonolopo ini..... tak sabar rasanya,...).  
Begini ceritanya..... 
     Dongeng Seorang tua kepada anaknya...
    Konon, Pada masa itu..... (tersebutlah zaman Kerajaan Demak)...
     Saat itu...Sunan Kalijaga mencari Kayu Jati yang akan digunakan untuk tiang Masjid Agung Demak, di area Jatibarang.... Setelah menemukan pohon Jati yang sangat lebar (Jati Ombo), Sunan Kalijaga dan cantrik nya istirahat melepas lelah, kemudian saat istirahat tersebut, Sunan Kalijaga mengadakan syukuran "slametan'  atas keberhasilanya mencari kayu jati yang dibutuhkan. 
     Saat "selamatan' tersebut, suan Kalijaga melihat banyak petani yang sedang menjaga padi dari serangan burung 'emprit', alias pipit. Sunan Kalijaga kemudian memerintahkan cantriknya untuk mengundang para petani untuk istirahat sebentar dan ikut makan. 
    Namun jawaban petani, Jika ikut undangan 'selametan', nanti padinya akan habis dimakan burung. Merekapun sudah bawa bekal sendiri.
     Jawaban yang menyepelekan tersebut akhirnya membuat Sunan Kalijaga berujar, memang benar... burung-burung pipit itu jika warga wonolopo siap panen akan datang terus, sehingga para petani harus menjaga tiap hari jika tidak padi nya akan habis.
      Entah kebenaran atau saktinya ucapan Sunan Kalijaga, sampai hari ini burung pemakan padi siap panen ribuan jumlahnya.
    Masih di Wonolopo, Sunan Kalijaga di suatu malam ingin membangun Sebuah Masjid dalam satu malam. Hanya satu malam karena selain manusia juga bangsa jin yang ikut membantu membangun. Namun saat proses pembangunan belum selesai, ada pengganggu, dari Dusun Sebelah, dusun Sadeng membunyikan alu, seperti bunyi waktu subuh. Karena waktu dikira sudah subuh, pembuatan masjid dihentikan, padahal belum selesai.
Setelah tahu ternyata itu hanya perbuatan iseng, Sunan Kalijaga berujar, ooo perawan yang membunyikan alu tadi akan sampai tua perawane..., 
     Karena dua kejadian tersebut, daerah ini kemudian dinamakan Wonolopo. Wono = alas. Lopo = prihatin
    ---Kurang lebih begitu dongeng tutur tinular Asal Muasal Wonolopo----

     Sementara, sampai gambar petunjuk saya dapat, cari Pondok Baitussaalam Wonolopo Mijen. Untuk Lebih Mudah saya sarankan tanya saja kepada warga, keberadaan Watu Lumpang ini.
Watu Lumpang Situs Wonolopo Mijen SemarangAdd caption

     Watu Lumpang Wonolopo ini, konon ditemukan warga saat akan membangun masjid. Saat itu pembangunan dipimpin oleh Kyai Kasmuri, wilayah ini erat kaitanya dengan perjalanan Sunan Kalijaga saat mencari Jati, singgah pula di area ini. Dari cerita yang beredar di kalangan para tetua masyarakat, dahulu ada bangunan suci (candi) namun kurangnya kesadaran warga, banyak unsur batuan candi yang di jarah, digunakan untuk pondasi, talud, dsb. bahkan ada yang dibuang begitu saja. Sumber cerita : interview messanger with kang mas roso. (masih nunggu dongeng lanjutan: sabar ya kawan....)
   Saat musim toto gelap beberapa tahun yang lalu ... tiap malam suasananya seperti pasar malam saja disini", kata seorang warga, menggambarkan saking ramainya pelaku ritual.  
Watu Lumpang Situs Wonolopo Mijen Semarang
     Walaupun Watu Lumpang ini sudah pecah, namun auranya masih sangat berwibawa sekali. Bahkan masih banyak warga yang ritual di sini. "
    Dari obrolan kami ini, saya jadi mendapatkan kesimpulan.... Apakah kerusakan ini dikarenakan penyalahgunaan "Watu Lumpang" ini ya? seribu pikiran membingungkan... padahal Watu lumpang ini adalah wujud benda suci sebuah upacara masa lalu.
     Penetapan Sima (Tanah perdikan), atas jasa kepada penguasa setempat. Setelah upacara penetapan Sima, Watu Lumpang juga kerap digunakan untuk ritual Suci Pra-tanam padi ataupun masa setelah panen....
Watu Lumpang Situs Wonolopo Mijen Semarang
   Sungguh jika hanya itu alasannya kemudian di rusak.... Bukankah itu kebodohan manusianya saja... bukan salah wujud batu karya leluhur ini??? (Mung dremimil bathin)

    Watu Lumpang Wonolopo dari belakang.

    Untuk Video amatir, lagi-lagi menunggu kedatangan Lek Suryo membagikan file viedo di memori hapenya.... maaf.

Blusukan Bersama Komunitas DEWA SIWA

Dewa Siwa di Jatisari Mijen Semarang
Save This Not Only A Stone
Mari Kunjungi, Selamatkan!
@ssdrmk in Watu Lumpang Situs Wonolopo Mijen Semarang

Salam Pecinta Situs dan Watu Candi

Menelusuri jejak Candi Dudak di Dusun Dudak

Candi Dudak di Dusun Dudak
    Minggu, 24 April 2016. Lanjutan blusukan bareng crew Dewa Siwa setelah dari Petirtaan kuno Cangkiran Mijen Semarang.  Dari petirtaan kami menuju area Jatibarang. Dimana bertebaran beberapa situs, bahkan beberapa waktu lalu ada proses eskavasi di area Jatibarang. 
    Dari Cangkiran menuju BSB/Ngaliyan, sebelum mako Brimob Semarang ambil kanan,masuk jalan ber-paving kira-kira 300m ada pertigaan ambil kanan lagi... bila kiri menuju Duduhan (dusun fenomenal di Semarang karena banyak watu candi) :  watu candi di warung Mie Ayam, Yoni di wumah warga, Yoni di kebun warga dan bekas eskavasi Candi Duduhan. 
gambar 1 ( ipal komunal mijen)
     Ikuti jalan gang kampung, cari dusun Dudak (saat ini berganti nama menjadi Sidodadi, Kelurahan Mijen Kecamatan Mijen Semarang/ cari petunjuk gambar 1. 
    Dari petunjuk tersebut, motor kami tinggal di rumah bulik nya Mas Imam ; "Kita jalan kurang lebih 1 km menyusuri saluran air, melewati pematang sawah dan menapaki jalan setapak di ladang warga", pandu mas Imam. Untuk selengkapnya jalan menuju lokasi kami dokumentasikan dalam bentuk video amatir, hape lek Suryo.. 
Part 1 :












Part 2


     Singkat cerita, setelah kami jalan kaki cukup lama, akhirnya sampai juga....
 Candi Dudak di Dusun Dudak
     dari penelusuran wawancara mas imam ke beberapa tetua masyarakat, didapatlah kisah tutur tinular : "Alkisah, pada jaman dulu tersebutlah nama Raden 'Wonoyudo", beliau kasmaran pada seorang putri dari kerajaan sebelah... saat ingin melamar putri raja tersebut.... Raden wonoyudo dibegal (rampok). (Saat ini dikenal dengan nama kampung dungbegal), karena kalah segalanya Raden wonoboyo terbunuh dan kemudian dimakamkan di dusun Dudak ini warga. 

Gumuk Candi Dudak Mijen Semarang
    "Dulu gumuk itu banyak sekali batu bata yang berukuran besar, ada hiasan, relief bahkan banyak patungnya", cerita Mas Iman, seperti yang dituturkan kakek tetua masyarakat dusun Dudak. "Ada juga tatanan batu yang menyerupai lantai/ pondasi, namun banyak yang di bawa pulang, dipakai untuk pawon, pondasi rumah." tambahnya"Seiring berlalunya waktu, tumpukan batu batu itu secara alami tertimbun tanah dan lapuk, ajur sedemikian rupa seperti yang terlihat sekarang", 
   Ada berbagai kisah, sejarah yang beredar mengenai Candi Dudak ini, agar takk membingungkan cukup satu aja (diatas) tentang Raden Wonoyudo yang saya selipkan... Sambil menunggu kajian historis dari pihak berwenang. 
     Tak jauh dari Candi Dudak ini, ada pula Candi Duduhan yang baru di eskavasi beberapa bulan yang lalu. Jika ditarik garis lurus tak sampai jauhnya melebihi 100m. Dugaan saya pribadi masih ada kaitan. Entah itu sebuah kompleks bangunan suci atau malah sebuah area istana. Bila pula melihat ciri khas sebuah  Candi, biasanya ada pelengkap yang disebut perwara, mungkin juga .
     Kemungkinan-kemungkinan yang perlu dikaji mendalam..... 

Yang masih jelas nampak :

   Blusuk Mingguan Bersama Komunitas Dewa Siwa : 

Save This Not Only a Stone!!!!
Mari Kunjungi.... Lestarikan dan Selamatkan


Salam Pecinta Situs dan Watu Candi

Sabtu, 09 April 2016

Watu Lumpang Situs Polaman Mijen Semarang

Watu Lumpang Situs Polaman Mijen Semarang
     Sabtu, 9 April 2016. Awalnya saya mendapat beberapa info dari Kang Mas Roso melalui Percakapan di Messanger Fb. Ketika saya ngajak beberapa rekan responnya belum pasti, kebetulan cuaca pun tak bersahabat, alias hujan sederas-derasnya. Pikir saya tak kan ada rekan yang akan datang. Eh, ternyata.... saat mulai reda, tapi tetap rintik-rintik...Mbah Eka nongol di depan Rumah. 
    Jadilah kami Blusukan weekend, karena start sudah sore, kami sepakat hanya menelusuri 1 lokasi saja. Yaitu di area polaman, tepatnya watu Lumpang di Makam Kyai Ori. Dari Rumah saya, perjalanan melewati Pasar Gunungpati, terus ke arah Boja. kira-kira 5 menit, ada Puskesmas Polaman, di seberang jalan ada ****mart. 
Puskesmas Polaman

   Karena saat itu jalan ramai sekali, akhirnya saya memutuskan untuk memutar di dekat makam (sebelum SPBU), Saat memutar itulah saya sempatkan untuk menelusuri 'apakah ada tinggalan purbakala' di makam, karena khas pohon besar dan mata air di area makam ini, setiap saya lewat jalur ini selalu penasaran. Makam yang kami singgahi : makam Sebumi
    Setelah beberapa saat, kami cari yang kami maksud untuk sementara nihil. Kemudian kami bertanya pada ibu yang jualan di warung depan makam. "Di sana malah ada makam kuno, Makam Kyai Aji, Kalo Kyai ori dekat ****mart, di sampingnya ada rumah jelek, lha di belakang rumah itu mas", jelas Ibu tersebut, tentunya dalam bahasa jawa. 
    Kami segera menuju lokasi, kami tanya arah kepada bapak tukang ojek, tanpa kami duga, malah beliau berkenan mengantar kami. Video Amatir Makam Kyai Aji: 

        Warga masyarakat percaya, Kyai Aji ini dulunya yang merencanakan, membangun dan mengurus tata pengairan jaman dulu. Yang konon area Polaman ini menjadi lahan subur gemah ripah loh jinawi. 
    Beberapa saat kami di makam Kyai Aji, kami tak menemukan tinggalan purbakala berujud watu (seperti yang kami maksud), kemudian kami menuju lokasi berikutnya, 100m dari "makam kyai Aji" kami parkir di halaman toko xxxxmart tersebut, kemudian 'kulonuwun' ke empunya rumah sebelah toko ini --maksud saya yang kulonuwun mbah eka--- saya menyerahkan urusan ini sepenuhnya kepada beliau... hhahahahaha, alibi saya yang sebenarnya takut bin sungkan alias males ber-birokrasi---
     Beberapa waktu nego, akhirnya kami diperbolehkan mengunjungi Watu Lumpang yang tepat berada di belakang rumah beliau (kira-kira hampir seperempat jam Mbah eka ini negoisasi). "Awalnya sempat tak diperbolehkan, namun dengan jurus pamungkas luluh juga bapak tersebut", jelas Mbah Eka
    Kyai Ori sendiri, seperti yang dituturkan Pak Jarot Kepada kami adalah seorang ulama yang 'bubak yoso' alias babat alas mendirikan sebuah pemukiman yang saat ini dikenal dengan Polaman, sambil menyebarkan agama Islam. "Kyai Ori juga guru Mengaji", jelas Pak Jarot yang konon dulunya jagoan desa.
     "Makam kyai ori sebenarnya secara pasti belum diketahui letaknya, bahkan kyai atau sesepuh setempat "Kyai Rosyad"juga masih ragu, namun memang berada di sekitar area makam yang sekarang", jelas Bapak Jarot.
     Watu lumpang menurut penjelasan dari Bapak Jarot, pindahan dari  desa sokorame Gunungpati. Ditempatkan di pojokan area makam. "Dulu saya buatkan bangunan peneduh untuk makam Kyai Ori, namun beberapa waktu lalu roboh", jelas Bapak Jarot. "Karena tak ada yang merawatnya (merawat dalam artian luas)",  tambah beliau.
Watu Lumpang Situs Polaman Mijen Semarang

     Menurut Ibu yang mendampingi kami (kami lupa tanya apakah Ibu ini anak/istri Bapak Jarot). Hingga saat ini, selain banyak yang ziarah di Makam Kyai ori, ada pula yang ritual di watu Lumpang Polaman ini.
Watu Lumpang Situs Polaman Mijen Semarang
    "Ada yang ritual cuci muka menggunakan air dari watu lumpang, ada pula yang membersihkan watu lumpang kemudian mengisi dengan air yang berasal dari beberapa mata air", tambah Ibu tersebut.
 

    
    Video Amatir Watu Lumpang Polaman : 



     Blusuk "weekend" Bersama Mbah Eka, sang Peluluh Hati: 
Mba eka di Watu Lumpang Situs Polaman Mijen Semarang

     


















     Mari Kunjungi dan Lestarikan...

@ssdrmk di Watu Lumpang Situs Polaman Mijen Semarang
     



















    Salam Pecinta Situs Watu Candi, Save This Not Only a Stone!!