Tampilkan postingan dengan label Situs.. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Situs.. Tampilkan semua postingan

Minggu, 07 Mei 2017

Situs Gedong, Tlogopakis Kec. Petungkriyono Kab. Pekalongan.

Situs Gedong, Tlogopakis Kec. Petungkriyono Kab. Pekalongan.
     Minggu, 7 Mei 2017. Setelah penelusuran Yoni-Lingga di Situs Tlogopakis Petungkriyono Kab. Pekalongan, dimana tujuan kami selanjutnya adalah situs di pinggir jalan, dimana papan nama serta informasi situs terlihat jelas. "70m saja kok dari jalan", Bapak Ribut menginformasikan kepada kami.
Papan Informasi Situs Gedong
       Setelah berpamitan dan menghaturkan beribu terimakasih atas pengalaman yang tiada terhingga ini, kami menuju Situs Gedong. 
papan menuju Situs Gedong


       Kurang dari 5 menit saja, sampailah kami. 










Jalur jalan setapak menuju Situs Gedong
     Dan sesampainya disitus ini, tanpa mengurangi rasa hormat kami dengan ke-sakralan situs, karena badan sudah ndredek kelaparan. Akhirnya kami buka bekal. 
      Dan ternyata Lek Suryo dan Mas Imam alpha (sengaja) tak bawa bekal dari rumah. Padahal kemarin sudah sepakat, rule kita kali ini adalah “Blusukan kita ini bukan foya-foya, tapi menelusuri ulang jejak peninggalan leluhur”
   
Makan Bersama menjadi penguat nilai paseduluran : di Situs Gedong Tlogopakis Petungkriyono. (foto by lukman)
     Tapi malah ada hikmahnya, kami jadi tahu arti berbagi, makan seadanya bersama, berbagi tepak, bahkan tutup tepakpun dipakai untuk alas makan.



Situs Gedong, Tlogopakis Kec. Petungkriyono Kab. Pekalongan.
 Dan kami sepakat, dengan seperti ini berasa mengalahkan masakan resto., makan di tengah alam.


Secara administratif, situs Gedong berada di dusun Kembangan Desa Tlogopakis Kec. Petungkriyono Kabupaten Pekalongan. Batu lumpang diduga peninggalan kuno masa hindu klasik ini berjumlah dua buah dengan berbeda ukuran dan keadaan. 
Situs Gedong Petungkriyono
Lumpang besar masih utuh dengan lumut dihampir semua bagian, Tinggi 25cm dan diameter 30cm. 
Sementara lumpang yang kedua, tinggi 15cm diameter 10cm dengan kondisi yang pecah dibagian atasnya (bagian bibir lumpang). 
Petunjuk arah situs gedong
Semua jalan dan lantai situs terbuat dari batuan lempeng
Setelah selesai makan siang, kami melanjutkan penelusuran mengikuti papan informasi yang kami temui di pinggir jalan sebelumnya. 
Apresiasi yang tinggi kepada pembuat papan petunjuk ini.
Batu dimana Arca Ganesha berada
Selanjutnya adalah batu besar bekas Arca Ganesha diletakkan. Batu Alas (konon Dewa Ganesha ini) berukuran Tinggi 90cm Namun saat ini telah dicuri orang yang tak bertanggungjawab = mafia. Masyarakat sangat mensakralkan situs ini, yang bermanfaat pula demi kelestarian area situs termasuk pohon-pohon disekitarnya yang nampaknya berumur cukup tua.
Situs batu : penataan terpusat (Sistem religi jaman praseajrah)
Kurang dari 20m, adalagi peninggalan pemujaan jaman prasejarah berbentuk batu dengan penataan berpola memusat. Berada di pegunungan dengan ketinggian 1135,3 mdpl menjadikan udara sangat lembab, ditambah pohon yang berukuran besar yang menjulang tinggi sehingga lumut tumbuh subur disini, hampir 100% batu-batu ditumbuhi lumut.
Masih di kawasan situs ini, saat kami datang nampaknya sebuah gazebo/ rumat berteduh telah ambruk di jalan menuju ke Meja Batu. 
Sungai Larangan Situs Gedong Petungkriyono
Kemudian menyeberangi sungai Larangan (nama sungai tersebut memang "Larangan", entah kenapa... apakah ada hubungan dengan situs.. mungkin saja terlarang bagi sembarang orang atau terlarang melakukan suatu perbuatan tertentu., dengan air yang jernih dan segar.
Meja Batu Petilasan Kanjeng Sinuwun Bagus : Situs gedong
Kira-kira 100m kemudian di lereng sisi lain Meja Batu atau masyarakat lebih mengenal dengan Petilasan Kanjeng Sinuwun Bagus berada. 
Yang Unik di situs ini, dari posisi 2 lumpang di area depan situs sampai dengan meja batu ini jalan setapak banyak yang masih terbuat dari lempeng batu datar.
            Setelah kami rasa cukup serta waktu sudah cukup sore, kemudian kami memutuskan untuk mengakhiri Ekspedisi Lintas batas ini. 
     Sesuai kesepakatan kami, final destinasi  adalah Curug Sibedug. Sebenarnya pingin sekali beberapa situs namun bagi saya tak bisa. 
     Untungnya rekan yang lain memahami. Keluar dari Desa Tlogopakis Kec. Petungkriyono cuaca sangat mendukung, berbading terbalik ketika kami berangkat. Kali ini cuaca cerah. 
petungkriyono
     Sehingga kami disuguhkan jalur yang sangat indah. Pemandangan alam yang menakjubkan. 
    Saking menakjubkannya di salah satu jalur setelah tanjakan kami berhenti dan kompak mengabadikan momen keindahan ilahi ini.




Pemandangan Alam Petungkriyono : Menakjubkan

      Setelah pemandangan alam yang tiada terkira tersebut, kami menuju Curug Sibedug. 
      Sebenarnya kami rada gelo juga ketika disini tapi tak menuntaskan semua curug yang fenomenal seperti curug Bajing di Petungkriyono dan 20 curug yang lain. 
di curug Sibedug
    Bagi saya pribadi sangat ingin kembali kesini bersama keluarga tentunya, kasihan ditinggal. sementara kami berdua senang2 menikmati pemandangan alam. Semoga bisa kesini lagi....
Bersama istri di Curug Sibedug Petungkriyono
Kumpul bersama. Salam Paseduluran!
ki-ka : saya, Suryo, Lukman, Imam dan Max Trist di Situs Gedong
Mari Kunjungi dan lestarikan...
Situs Gedong Tlogopakis Kec. Petungkriyono Kab. Pekalongan.
Salam Peradaban

Minggu, 24 April 2016

Menelusuri jejak Candi Dudak di Dusun Dudak

Candi Dudak di Dusun Dudak
    Minggu, 24 April 2016. Lanjutan blusukan bareng crew Dewa Siwa setelah dari Petirtaan kuno Cangkiran Mijen Semarang.  Dari petirtaan kami menuju area Jatibarang. Dimana bertebaran beberapa situs, bahkan beberapa waktu lalu ada proses eskavasi di area Jatibarang. 
    Dari Cangkiran menuju BSB/Ngaliyan, sebelum mako Brimob Semarang ambil kanan,masuk jalan ber-paving kira-kira 300m ada pertigaan ambil kanan lagi... bila kiri menuju Duduhan (dusun fenomenal di Semarang karena banyak watu candi) :  watu candi di warung Mie Ayam, Yoni di wumah warga, Yoni di kebun warga dan bekas eskavasi Candi Duduhan. 
gambar 1 ( ipal komunal mijen)
     Ikuti jalan gang kampung, cari dusun Dudak (saat ini berganti nama menjadi Sidodadi, Kelurahan Mijen Kecamatan Mijen Semarang/ cari petunjuk gambar 1. 
    Dari petunjuk tersebut, motor kami tinggal di rumah bulik nya Mas Imam ; "Kita jalan kurang lebih 1 km menyusuri saluran air, melewati pematang sawah dan menapaki jalan setapak di ladang warga", pandu mas Imam. Untuk selengkapnya jalan menuju lokasi kami dokumentasikan dalam bentuk video amatir, hape lek Suryo.. 
Part 1 :












Part 2


     Singkat cerita, setelah kami jalan kaki cukup lama, akhirnya sampai juga....
 Candi Dudak di Dusun Dudak
     dari penelusuran wawancara mas imam ke beberapa tetua masyarakat, didapatlah kisah tutur tinular : "Alkisah, pada jaman dulu tersebutlah nama Raden 'Wonoyudo", beliau kasmaran pada seorang putri dari kerajaan sebelah... saat ingin melamar putri raja tersebut.... Raden wonoyudo dibegal (rampok). (Saat ini dikenal dengan nama kampung dungbegal), karena kalah segalanya Raden wonoboyo terbunuh dan kemudian dimakamkan di dusun Dudak ini warga. 

Gumuk Candi Dudak Mijen Semarang
    "Dulu gumuk itu banyak sekali batu bata yang berukuran besar, ada hiasan, relief bahkan banyak patungnya", cerita Mas Iman, seperti yang dituturkan kakek tetua masyarakat dusun Dudak. "Ada juga tatanan batu yang menyerupai lantai/ pondasi, namun banyak yang di bawa pulang, dipakai untuk pawon, pondasi rumah." tambahnya"Seiring berlalunya waktu, tumpukan batu batu itu secara alami tertimbun tanah dan lapuk, ajur sedemikian rupa seperti yang terlihat sekarang", 
   Ada berbagai kisah, sejarah yang beredar mengenai Candi Dudak ini, agar takk membingungkan cukup satu aja (diatas) tentang Raden Wonoyudo yang saya selipkan... Sambil menunggu kajian historis dari pihak berwenang. 
     Tak jauh dari Candi Dudak ini, ada pula Candi Duduhan yang baru di eskavasi beberapa bulan yang lalu. Jika ditarik garis lurus tak sampai jauhnya melebihi 100m. Dugaan saya pribadi masih ada kaitan. Entah itu sebuah kompleks bangunan suci atau malah sebuah area istana. Bila pula melihat ciri khas sebuah  Candi, biasanya ada pelengkap yang disebut perwara, mungkin juga .
     Kemungkinan-kemungkinan yang perlu dikaji mendalam..... 

Yang masih jelas nampak :

   Blusuk Mingguan Bersama Komunitas Dewa Siwa : 

Save This Not Only a Stone!!!!
Mari Kunjungi.... Lestarikan dan Selamatkan


Salam Pecinta Situs dan Watu Candi

Jumat, 27 November 2015

Watu Lumpang Situs Mbah Batok r.a. Bubakan Mijen Semarang

Watu Lumpang Situs Bubakan Mijen Semarang
27 November 2015

    Awalnya dapat informasi dari kawan SMA, Tq lek Wisnoe Novianto lewat percakapan komentar di FBnya. Sebenarnya sudah beberapa bulan yang lalu, namun baru hari ini saya bisa Menelusuri watu lumpang. 
petunjuk 1
     Itupun setelah temen Dewa Siwa lain telah berhasil menelusuri : Mas Beny  semangat terus mas..... heheheheh.
    Jalur yang saya tempuh, Saya Lewat Jalan Gunungpati-Boja. Sesampainya di Kantor Kecamatan Mijen (lama) di Bubakan ada pertigaan ke kiri (Petunjuk 1) menuju Makam Mbah Bathok ra.
     Masuk jalan itu, yang bisa sampai ke area Gonoharjo Nglimut. Jalan Kira-kira 500m ada Gapura Gang (Petunjuk 2) di sebelah kiri.
petunjuk 2 (foto by beny)
     Jalan yang sama menuju Makam Mbah Bathok ra. Info yang saya dapat memang persis berada di belakang Makam ini, kira-kira 100m arah belakang di tengah sawah.
Makam Sunan Bathok RA.
     Makam Sunan Bathok RA., atau warga familiar dengan 'mbah bathok' minimnya sumber informasi mengenai beliau menjadikan kami tak bisa bercerita banyak. Kami hanya dapat, beliau adalah orang suci penyebar agama Islam di daerah ini. Satu jaman dengan Walisongo. Yang dimakamkan Selain Sunan Bathok RA, juga istri beliau.
     Berita mengenai makam Sunan Bathok ra. : koran Wawasan, 22 Juli 2013 
     ----
   Mbolang kali ini, bersama guide Mas beny dan Lek Wahid janjian di pertigaan Bubakan. Kemudian juga Kang Daru Lelana yang tak mau tertinggal, ikut pula.
         Dan Inilah Keunikan Watu Lumpang Situs Bubakan...
Watu Lumpang Situs Bubakan

     Beruntungnya kami, karena mas Daru Lelana berlatar belakang Sejarah (unnes-mahasiswa----). Kami jadi bisa mendapatkan beberapa wawasan baru. "Watu Lumpang pada masa Hindu-Buddha digunakan sebagai piranti untuk penetapan tanah Sima. Yaitu semacam tanah yang disucikan, di mana hasil pertanian dari tanah tersebut digunakan untuk memelihara suatu bangunan suci. Jadi semacam tanah wakaf untuk masjid, pada era sekarang. Watu Lumpang disebut juga "Sang Hyang Kalumpang", dipergunakan oleh pemimpin penetapan tanah Sima (Makudur) untuk memecahkan telur dan sebagai landasan memotong leher ayam. " urai Mas daru Lelana.
Watu Lumpang Bubakan
     Watu Lumpang identik pula dengan peradaban masyarakat yang agraris.
      Sumber yang lain, Watu Lumpang pada jaman itu dipakai pula untuk ritual penyiapan sesajen pada masa awal panen. 

Video Amatir saat di Situs





Watu Lumpang Situs  Bubakan Mijen




















     Saat kami sedang meng-eksplor lebih dekat watu lumpang, beberapa warga memperhatikan dari jauh (pas nya di area makam), kira-kira jarak dengan kami 100m. Agar tak ada kesan aneh2 kami putuskan untuk mendekat dan memberitahu apa yang kami lakukah. Sambil mencoba Menggali informasi tentang Watu Lumpang tersebut.
    Satu kakek yang kami ajak ngobrol tak tahu, sejarah dan bagaimana watu lumpang itu. Karena konon katanya sedari kecil watu lumpang itu ada disitu dan ta dihiraukan orang.
    Beliau malah bercerita mengenai Siapa Mbah Bathok.... " Penyebar Agama Islam, yang sejaman dengan walisongo. Dulu ditemukan oleh seorang kyai dari kediri" jelas beliau. 
    Sebelum Pulang, Beliau malah memberikan informasi menarik... Sambil telunjuknya mengarah ke Gunung Ungaran..... "Di Kliris sana wonten watu kotak, luwih sae timbang watu lumpang niku" Kata Kakek itu. Spontan mas beny menjawab... " ya aku tahu kliris... coba besok pas pulang ke mertua ......" --Sebuah Informasi yang berharga bagi kami..... Tunggu saja hasilnya....
     Blusuk Bersama, dari Kiri ke kanan... saya, Lek Wahid, mas Beny dan Kang Daru Lelana beserta adik-adik manis warga sekitar yang penasaran ..... 
Dewa Siwa on Situs Bubakan

     Perjalanan Kami Lanjutkan menuju Kesetra, Masih di area  yang dekat Bubakan, Tetangga desa yaitu masuk wilayah Desa Tambangan. Kali ini yang menjadi guide adalah Mas Daru lelana. "Keberadaan watu lumpang di Kesetra masih di 'muliakan'... tutur Mas Daru.

Tunggu kisahnya.....

   Salam Pecinta Situs dan Watu Candi....

Save This Not Only A Stone...
Mari Lestarikan....

Rabu, 02 September 2015

Watu Lumpang Lendoh Bedono Jambu

Watu Lumpang Lendoh Bedono Jambu
Rabu, 2 September 2015
  Berawal info dari Mas Achmad 'Najib' Hidayatullah beberapa bulan yang lalu ketika ketemu di perpustakaan Ambarawa. Setelah beberapa kali tertunda karena kecocokan waktu yang tak ketemu. Akhirnya takdir mempertemukan kami.... Mas Najib berkunjung ke perpustakaan, juga mas Wrong way pinjam buku. Akhirnya dengan sedikit paksaan akhirnya meluncurlah kami bertiga. 
soto kudus bedono : gang sebelahnya menuju watu lumpang
     Dari Perpustakaan Ambawara, meluncur menuju Jambu/ arah Jogja. 100m setelah pondok milik syekh Puji, atau setelah SPBU tak tajuh dari tikungan. 
Gang masuk 
      Jalan masuk menuju Watu lumpang ada di sebelah kanan, pas nya di sebelah persis warung soto kudus itu. 
sanitasi warga : petunjuk mudah keberadaan watu lumpang lendoh
     Kira kira 100m, ketemu dengan sanitasi umum warga.






      



     Tepat di seberangnya, Watu lumpang berada di samping rumah Bapak Mardi RT 04 RW II











     Dan inilah penampakannya, Watu Lumpang yang tinggal setengahnya saja itu...




















     Secara Administratif, Watu Lumpang berada di Dusun Lendoh Desa Bedono Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang.     
watu lumpang Lendoh bedono
    Masyarakat sudah 'lost history' tentang watu lumpang ini, beberapa warga yang sempat kami korek informasi mengenai watu lumpang ini hanya menjawab, "Itu batu sudah lama sekali dan kondisinya memang sudah tinggal separuh".
     Watu lumpang erat kaitannya dengan ritual tertentu masyarakat jaman dulu yang agraris. 
    Digunakan untuk menumbuk campuran sesajen yang akan digunakan untuk ritual sedekah bumi, atau ritual lain seperti penyembahan kepada para dewa masa itu. (Hindu klasik), Seperti upacara kepada Dewi Sri.
       2m dari Watu lumpang, ada batu bongkahan yang identik pecahannya. walaupun bentuknya sudah tak sama, namun masih jelas terlihat potongan lubang yang persis. 
      Anasir lain yang biasanya menjadi ciri khas tinggalan neneg moyang, selain berada di 'gumuk', tanah yang subur juga dekat dengan mata air. Dan memang benar. kira kira 50 meter di arah timur, di tengah kebun milik warga ada sendang yang masih tersisa air jernih.
    Warga mengenal dengan Sendang Kaligandu
Kaligandu Lendoh Bedono
      "Saat kecil saya, airnya masih bening dan segar. Banyak warga yang memanfaatkan untuk mandi maupun nyuci, namun saat ini sudah hampir dilupakan", cerita mas najib. Hanya beberapa pompa penyedot milik warga dan milik syekh Puji yang terlihat terus mengambil sumber air sendang ini. Biasanya, karena tergerus perubahan zaman. Alam yang ta dipedulikan; seperti penebangan pohon yang membabi buta, terutama pohon besar penyedot dan penahan air seperti Bringin, Bendo atau pohon lain. Juga pengambilan air dengan penyedot otomatis (artesis)  menjadikan Sendang turun temurun ini musnah. Tak Lama Lagi.

     Mbolang bersama Wrong Way@ssdrmk dan Mas najib
Watu Lumpang Lendoh Bedono

   Penelusuran kemudian kami lanjutkan ke Makam bedono dan Ndog Gunung yang berada tak jauh dari lokasi. Namun, Saat di makam Lendoh yang kami temui adalah nisan 'unik' namun terasa energi yang besar bagi kami. (kami tak berani ambil gambar). Nisan peninggalan masa Kolonial. Tertulis di nisan tahun 1914-1915 dengan tulisan berbahasa kompeni.
     Karena hal inilah saya dan Wrong way memutuskan untuk menyudahi Mbolang hari ini. Dan Penelusuran ke Ndog Gunung lain hari lain waktu...semoga... karena ada info lain lagi tak jauh dari sini, ada reruntuhan candi di rumah seorang warga.

Save This, Not Only a Stone


    Sampai ketemu di kisah Mbolang Situs selanjutnya... Mari Kunjungi dan Lestarikan.... 
Gabung yuk...di Grup FB Pecinta Situs DEWA SIWA

Senin, 27 Juli 2015

Situs Sawah Reco Bergas Lor Kabupaten Semarang

Arca di Sawah Reco Bergas Lor
     
      Kamis 2 Juli 2015.
Sebenarnya, Sawah reco ini mbolang ngabuburit cadangan, Ceritanya begini : 
     Siang sebelumnya, saya dapat informasi dari beliau Bapak Ris Winner di Daerah bergas lor ada Makam Pejuang Wanita Laskar Diponegoro, yang makamnya berasal dari batuan Candi lepas.
    Respon datang dari lek Trisno, setelah bersepakat. Kami janjian ketemuan di depan SDN Bergas Lor 01. Sambil nunggu, saya mencoba survey.... informasi yang ternyata saya gagal fokus.... dari percakapan messanger fb saya dengan beliau :
      Karena saking semangatnya saya langsung mencari petunjuk itu. Setelah 'pradaksina' muter-muter 3 kali... kok ga ketemu makam tersebut.... Rada mutung... rada ngomel2... tapi setelah saya cermati percakapan dengan beliau.... ternyata salah saya sendiri...... apes.... Pangapuranipun ingkang kathah bapak....
     Karena tak ketemu, Untung Saya menyiapkan PlanB, obat kecewa pula pada Max trist, saya teringat inpo dari Koh Singo tentang keberadaan potongan Arca pematang sawah di Bergas Lor. Petunjuk dari koh Singo. Arah bandungan, Setelah Indomaret ada gang sebelah kanan. Masuk 10m... ada gang kecil/jalan setapak... ikuti jalan tersebut.
batuan candi lepas : Sawah reco Bergas lor
       Namun yang kami dapat berbeda.... beberapa warga yang ku tanya, dimana jalan menuju Sawah reco hanya geleng kepala,    Namun, pandangan mata kami tertuju sebuah batu kotak besar berpola : 






      Fotonya blur.... Lek tris Grogi pas ambil gambar, ada cewek bening lewat.
   

     Beruntungnya kami, setelah agak kebingungan, ada seorang nenek mendekat, karena tertarik dengan aktivitas kami jepret2 di batu candi ini. Singkat cerita, malah beruntung, karena kami jadi punya sumber informasi.
   Menurut empunya rumah, seorang nenek (Saya lupa tanya nama) yang bawa dulu  Bapaknya."Batu ini dulu di 'Bopong' oleh swargi bapak saya mas". Berarti itu sudah lama sekali, Masih kata beliau "Riyen Kathah watu kotak, malah wonten ingkang benthuke kados kursi teng Sawah Reco mriko, teng telecek... saiki ning dhi, mboh  ilang di gowo sopo... " jelas nenek itu dalam bahasa jawa medhok-nya.
    Bertemu dengan nenek tersebut (yang kebetulan didepan rumah ada watu candi, menjadikan setitik cahaya cerah keberadaan arca yang saya cari. Setelah mendapatkan penjelasan, Saya dan Max Trist kemudian melanjutkan penelusuran. Keluar menuju jalan Bandungan lagi, kami kembali menuju arah Semarang. Arah yang ditunjukkan kepada kami : Jalan setapak di seberang Kuburan setelah Jembatan yang menikung, 100m dari indomaret.
         Informasi yang kedua, seorang Bapak yang kami temui... memberikan tambahan semangat, "Ya di sawah itu, tepatnya di Pematang ada Sisa Arca bagian Bawah".
Sampailah Kami....
Situs Sawah Reco Bergas Lor
      Sawah Reco, dari namanya saja membuat kami membelakkan mata.... Reco berasal dari kata Arca. Kami berdua bersepakat..."Berarti dulunya di Sawah itu ada Arcanya!" saat kami mendekat... sempat berdiskusi namun akhirnya kami setuju. bahwa ini adalah potongan bagian bawah Arca Ganesha.
Situs Sawah Reco Bergas Lor
    Kami, berani menyimpulkan sisa bagian bawah arca ini Ganehsa didasari beberapa hal :
1. Samar-samar ada relief masih bisa diraba seperti ujung belalai.
2. Area Bergas Lor ini banyak dikelilingi Arca Ganesha.
Situs Sawah Reco Bergas Lor
    Hasil penelusuran kami, di belakang tak jauh dari arca ini ada beberapa sisa batuan candi lepas yang ditumpuk menjadi penguat pematang sawah 


      Mbolang ngabuburit bersama, akhirnya buka puasa ya on lokasi... 
saya dan max Trist di Situs Sawah Reco BergasLor Bergas
      Mblusuk kedua, mengumpulkan di satu lokasi. Temuan batuan candi di sekitar situs: 
Tampak Mas Eka dan Lek Trist di Situs Sawah reco Bergas Lor


Save This Not Only A Stone!

@ssdrmk di Situs Sawah reco bergas Lor


Nb :.
     Segera akan berlanjut menelusuri informasi makam 2 pejuang wanita laskar P. Diponegoro... informasi dari Beliau bapak Ris Winner. Yang tak jauh dari situs ini.... (berharap beliau saged guide... hehehehe)


_______
Salam Pecinta Situs

Sampai ketemu di kisah Mbolang Situs selanjutnya...
Mari Kunjungi dan Lestarikan.... 


Gabung yuk di Grup FB Pecinta Situs DEWA SIWA