Tampilkan postingan dengan label gonoharjo. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label gonoharjo. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 18 Mei 2019

Ke Gonoharjo? Jangan Lupa berkunjung ke Candi dan Petirtaan Argosumo Nglimut Gonoharjo, Boja Kendal

Petirtaan Argosumo
     Sabtu 18 Mei 2019. Puasa bagi banyak orang memang mempengaruhi aktifitas di luar ruangan, namun bagi kami… “Ngelak-Ngelih… Wani!”. Sebelumnya saya akan bercerita dulu, layaknya intro sebuah lagu.
     Lama tidak melihat watu, ternyata berpengaruh bagi saya pribadi. Entah karena padatnya pekerjaan hingga terasa penat. Beberapakali merencanakan blusukan namun gagal terus karena berbagai hal. Padahal destinasi mudah sudah direkomendasikan oleh pak Nanang (sampai koordinatpun sudah jelas). Rasa gemas karena gagal blusukan, ditambah lagi saat sehari sebelum puasa kedatangan 2 rekan yang ‘njanur gunung’ alias ndengaren kalau di terjemahkan kurang lebih tumben Mas Eka Budi dan Mas Widjatmiko sudah didalam rumah saya plus tertawa ngekek. Sempat kaget, apakah ini mimpi (lebay)… 
Mas Widjatmiko, Saya dan Mas Eka budi
  Mereka berdua nampaknya sedikit pamer (mungkin tahu) dari Candi Argosumo plus ke petirtaan di dekatnya (saya 3 kali ke sana ga ketemu), “Sekalian padusan”, jelas Mas Eka Budi Nampak pura-pura polos…. Wkwkwkkw. --- Link Cerita Mas Eka budi : (Link Blog cerita Mas Eka Budi)
   Sampai kamis kemarin, disaat hampir putus asa (bukan melebih-lebihkan, tapi suasana hati saya memang demikian), eh... Mas Age Kharisma ngajak saya menelusuri jejak peninggalan di area Nglimut Gonoharjo. 
   Tanpa pikir panjang segera ku terima dan mencoba lobi (3 hari lobi akhirnya istri acc…. Wkwwk) juga ngajak beberapa kawan, Pak Nanang dan Mas Eka Budi, juga lempar ajakan di grup WA. Namun Akhirnya…. hanya kami, (Saya Mas Age dan Pak Nanang - Bu Nanang sing puasa Ngelak Ngelih... Wani! Blusukan)
Tiket Gonoharjo
  Sampai di Tiket box sekitar jam 14.30, Segera kami beli tiket, (18/5/2019 @Rp.12.500,-.) kami kemudian berjalan pelan menyusuri turunan tangga. Dasar tidak beruntung, kira-kira 500m jalan, eh Hp saya malah ketinggalan. Jadilah saya balik arah. Tapi pantang menyerah karena kepalang tanggung.
   Kami sepakat berjalan pelan-pelan untuk menyimpan energi. Hari ini sangat sepi, pengunjung nampaknya hanya kami berempat. Saat melewati Kolam renang, struktur kemuncak yang berada dibawah pohon kresen tak ada lagi (Pohon kresen juga telah ditebang) Baca link naskah saya saat kesini (saat struktur kemuncak itu masih ada). Semoga pihak terkait yang menyimpan. Pengelola mengamankan, bukan mebuang nya di jurang seperti banyak struktur yang terlanjur berserakan dibawah kolam renang ini. Semoga.
   Kami terus berjalan, beberapakali istirahat. Tentu puasa memang mempengaruhi laju kami. Tapi kami bertekad tetap kuat. “Ngelih-Ngelak… Wani! Blusukan.
   Di sebuah jalan menanjak, masih seperti dulu mulai ada beberapa struktur batu candi yang berserakan. Teringat cerita Mas Miko-Mas Eka tentang keberadaan Jaladwara yang terpotong (saluran air) di tempat dulu saya dan Mas Setiawan (kawan dari Kediri) saat ini memang lebih terlihat jelas. Struktur Batuan Candi di sepanjang jalan menuju Candi Argosumo :


   Di Naskah saya dulu, kami (Saya dan Mas Setiawan) sempat mereka-reka bagian saluran air ini... cek di link : baca juga ya, klik tulisan ini

   Teringat dengan cerita Mas Eka Budi, Kami kemudian mencoba sedikit menelusuri bagian lebih atas, di area datar.  Saya yakin dulu belum ada :
   Kami kemudian melanjutkan perjalanan… Sampai di Candi Argosumo, kami melepas lelah dan mendokumentasikan. 
Candi Argosumo, Boja
   Bersyukur sekali arca Ganesha yang dulu glimpang di tengah jalan saat ini berada dekat dengan (reruntuhan) Candi Argosumo. Oia lewat tulisan ini saya ingin ngajakk rekan-rekan yang peduli untuk bersama-sama (donasi) membuat papan nama plus papan peringatan BCB. Melihat tulisan Candi Argosumo yang patah ditengah rasanya miris. Ingin melakukan sendiri tapi tak mampu….
   Setelah cukup. Kami kemudian mencari dimana Petirtaan berada. “Maju arah Air Terjun 50m ambil kanan. 
Petirtaan Argosumo

   Gila!.... 3kali saya ke Candi Argosumo dan 1 kali melewati jalan menuju Air Terjun kok bisa tak mengetahui Petirtaan ini. Berarti mungkin saya kurang peka. 
   Seingat saya dulu tak ada jalan menuju petirtaan, juga di area ini rumput sangat lebat. Tapi segera move on saya kemudian mencoba merekontruksi ulang cerita Mas Miko yang menjelaskan bagaimana dugaan bentuk bangunan pentirtaan ini. Tapi memang yang pasti saling berhubungan dengan Candi Argosumo. Konon setiap ritual suci yang dilakukan, dimulai dengan bersuci di petirtaan.
   Terlihat jelas sisa tatanan struktur batu petirtaan yang masih tertata, yang memberikan gambaran imajinasi kemegahan bangunan ini dimasa lalu.



    Agak keatas, terlihat jejak longsornya tanah diarea ini. Dugaan kami, bangunan utama sudah -longsor. Atau jangan-jangan Candi Argosumo ini bangunan insitunya berada terletak di petirtaan ini? 
    Sebuah pertanyaan yang misteri jawabnya. Namun saya memang butuh pencerahan. Sambil nunggu narasi komplet dari Mas Widjatmiko.....
Age Kharisma, Bu Wahyuni, Pak Nanang  dan Saya : 
    Terimakasih kepada kawan blusukan puasa, “Ngelih-ngelak…Wani!.
    Sampai ketemu di kisah blusukan situs selanjutnya... 
Petirtaan Argosumo Nglimut Gonoharjo, Boja Kendal
Salam PecintaSitus dan Watu Candi
#hobikublusukan

Sabtu, 31 Oktober 2015

Petirtaan Gonoharjo

Petirtaan Gonoharjo
31 Oktober 2015
     Masih saat menemani mas Awan (arek kediri) di Gonoharjo Nglimut Boja, Setelah dari Air terjun 2 dan Candi Argosumo 1 dan 2, Kami kembali menuju Area Sumber Air panas, Karena kata mas Awan, "Setelah capek, diakhiri berendam di air panas... badan pasti terasa nyaman".       
di area ini petunjuk bakul tersebut : ada watu lumpang
       Namun sebelum ke lokasi kami mampir terlebih dahulu di warung yang berjejer. Tujuan kami membasuh dahaga dengan 'es teh'. Saat ngobrol dengan Ibu bakoel warung inilah, "Di Bawah kolam renang itu juga ada mas, watu candi. Dulu masih ada watu lumpangnya" jelas Ibu itu sambil menunjuk arah di lereng bawah depan warung persis tepat di bawah kolam renang air dingin.
berjalan menuju bekas petirtaan
     Segera setelah Es Teh tandas dan beberapa gorengan tertelan, kami segera turun, rasanya seperti tak sabar ingin cepat menelusuri. Ambil jalan memutar, kami mengelilingi Kolam renang air dingin dengan tujuan atau petunjuk di bawah pohon Kresen.
    Sebelumnya mohon maaf jika membaca judul diatas, mungkin terbayang pemandian putri raja yang eksotis... karena Petirtaan Gonoharjo ini tak lagi tersisa, walaupun cuma ingatan itupun sudah terkikis. 
Watu candi sisa petirtaan Honoharjo
    Dan apa yang kami lihat ini benar-benar mencengangkan!!!!  
    Terlihat dengan jelas watu candi, yang sementara ini saya menyebut 'kemuncak'.
   Langsung semangat berlipat-lipat. Segera kami turun ke area luar pagar yang nampaknya penuh misteri (rapatnya rumput ditambah tanah lembek aliran air juga tak kalah banyak sampah berserakan), jadilah petualangan seru kami mulai. 
     Penuh Tantangan.
     1 meter dari pagar, terlihat banyak watu candi berukuran besar yang berpola. Sebagian yang berhasil tertangkap kamera
  Nampak lama tak terjamah manusia.
     Dari cerita Bakoel makanan tadi, watu candi bekas petirtaan ini memang sengaja di 'pancali', di buang ke lereng ta terpakai ini.
     Saat menelusuri ini memang sangat memacu adrenalin, takut ular, menginjak rumputpun sangat pelan-pelan karena salah-salah bisa terperosok lumpur sampah bahkan 'guling kebawah' karena ini nampaknya lereng cukup curam. Yang Terlihat karena rapatnya tanaman liar.
     Perlu alat bantuan, selain tongkat tentu saja sabit... pertimbangan itulah yang menjadikan niat kami mencari sampai ketemu info keberadaan watu lumpang disini kami tunda.... Barangkali watu lumpang itu telah tertutupi rumput atau malah terguling sampai bawah (sungai). Jika nunggu kering juga tak mungkin. Karena sumber mata air terus mengalir, belum lagi air panas belerangnya.
      Mau kami teruskan sangat beresiko. Akhirnya kami menutuskan untuk menyudahi, barangkli suatu saat suatu waktu dengan tambahan personil bisa lebih detail lagi dalam menelusuri.... bagaimana kawan-kawan????
Foto-foto by awan dilangit : 


watu candi : kuncian khas bangunan masa lalu












     
Suryo masih terperangah : melihat berserakan terabaikan watu candi di dekat kolam renang gonoharjo ini.
Save This, Not Only A Stone
Mari hargai, Kunjungi dan Lestarikan

Salam Pecinta Situs dan Watu candi

Ekspedisi Candi di Gonoharjo Boja Kab. Kendal : sebuah catatan perjalanan



meet... 
1 November 2015

    Sugeng rawuh Mas Awan Dilangit... Tulisan ini saya buat untuk mendokumentasikan cerita mbolang bersama. 

           Saya kebetulan bisa mendampingi beliau yang asli Kediri mblusuk situs-candi di area Boja. Dimulai dari Situs Duduhan, Mijen Semarang tempat kami janjian ; saya, mas trist dan Awan Dilangit. Estafet pendampingan istilah saya. Setelah mas Awan nginap di rumah Mas Tris dimalam sebelumnya. Giliran Tugas saya untuk mengantar kemana saja. hehehehe. Walaupun sebenarnya beliau hanya 'manut' saja. Okelah... akan ku buat lempoh saja.      

Situs Duduhan : saya, awan dan mas trist

       Lokasi pertama adalah Situs Duduhan, tepatnya di depan Mie Ayam dekat kantor Kelurahan Jatibarang. Kali pertama kami bertatap muka secara langsung, dan ternyata mas Awan Dilangit masih muda sekaleee... Saat terakhir kesini, (baca kisah situs duduhan link diatas) posisi Nandi, lapik masih berjarak dengan aspal. Namun saat ini sudah dipinggir tanpa batas. Saya juga berkesempatan mengambil dokumentasi watu candi yang dulu belum sempat saya ambil gambar.
kemuncak situs duduhan
Ada di pojokan warung mie ayam. Setelah istirahat sebentar, sarapan sate lontong khas Tugu Semarang.. Kami siap berlanjut. Target kedua kami adalah Yoni di Lumpangsari Duduhan Mijen Semarang. Mas Trist masih bisa mendampingi kami, jadi kami tetap bertiga.
Lokasi kedua
    Dari Situs Duduhan, kemudian kami berlanjut ke lokasi Situs Lumpangsari Duduhan Mijen. Rute klik link tersebut.
   Sambil kami memandangi lebih dekat yoni yang Pecah ini. Max Trist bercerita tentang cerita yang dia dapat saat blusukan kesini beberawa waktu sebelumnya. "Memang sengaja dirusak, agar tidak dijadikan sebagai media nyembah kemusyrikan. Konon sudah dirusak sejak jaman wali", kata Max Trist menirukan cerita dari warga yang ia temui. "Dulu, umpak sempat pula dicuri orang namun entah kenapa dikembalikan lagi", tambah Max Trist.
Awan Di Langit di Situs Lumpangsari Duduhan Mijen
     Sambil diskusi dan share segala kemungkinan tentang Yoni ini, kami ngobrol santai di Situs Lumpangsari Duduhan Mijen Semarang.      Walaupun ngobrolnya terkesan agak sedikit kaku, mungkin baru ketemu. jadi masih jaim belum 'bocor'..hehehehe. Di Yoni Situs Lumpangsari ini, Max Trist kemudian berpamitan untuk kerja, tugas guide di estafet ke saya.
      Lokasi ketiga 
Awan Dilangit in action
      Tujuan kami adalah Situs Candi Duduhan (proses nulis) yang beberapa saat lalu di eskavasi.
Setelah kami rasa cukup, dan menuju lokasi ini kami berpisah, saya tetap dengan Mas Awan Dilangit, sementara Max Trist menuju tempat'ngupoyo upo'.
di gumuk itu Candi duduhan dipendam : foto panorama by awan dilangit
     Saat sedang ambil beberapa gambar di sinilah, kami dapat informasi lagi. Ada seorang Bapak yang sedang berladang, "Di dekat rumah saya ada watu yang mirip watu lumpang pecah itu mas, malah ada ukir-ukirannya, dulu pindahan dari lokasi sekitar sana", jelas beliau. Pikir kami langsung nyaut... wah ini pasti yoni yang dikabarkan hilang itu. Setelah minta arah dan petunjuk kami lalu bergegas kesana..
    Tulisan mengenai Eskavasi Situs Duduhan saya coba tuliskan di link  Dewa Siwa di Lokasi Eskavasi Candi Duduhan Mijen : Dari Hari ke hari (proses nulis, nunggu kontributor foto dan video lengkap karena butuh bantuan hibah dokumentasi dari rekan yang lain)

Berita tentang situs Candi Duduhan Mijen :
Lokasi Keempat 
Yoni Situs Duduhan : hasil pindahan

Di Yoni Sius Duduhan
     Yang dimaksud Bapak itu adalah Yoni, masyarakat memang latah menyebut watu berlubang adalah watu lumpang. 

     Tak dapat info dan cerita atau sisik melik keberadaan Yoni di depan rumah warga. 
      Siapa yang memindah, untuk apa dipindah kami belum tahu pasti. Tuan rumah yang saat kami ijin ambil gambar langsung masuk lagi kedalam setelah mengiyakan.



Perjalanan berlanjut.....

Lokasi Kelima
    Saya kemudian memilih beberapa situs arah ke Gonoharjo.
    (Tujuan utama Mas Awan ke Semarang ini salah satunya ya pemandian air panas tersebut.
Yoni tambangan Mijen
         Jadi saya putuskan untuk mencari jalur yang melewati beberapa Situs. Salah satunya Yoni Situs Tambangan Mijen.
     Sebenarnya saya 'ampirke' di situs ini pingin tahu respon mas awan.... namun ternyata hanya datar saja. Mungkin di Kediri sana ada pula yang seperti ini... entahlah....
     Ada keinginan pribadi untuk mencoba mengamankan, dan merawat Yoni ini tapi terkendala keberanian... Selain warga yang cenderung abai, juga saya duga tak tahu ihwal sebenarnya ini watu apa..... Sungguh sayang sekali.
    Menurut sumber lain yang saya dapat, di dekat masjid, tepatnya dibelakang nya disekitar sungai dulu ada watu yang hampir mirip dan berukuran lebih besar.
      Hanya Sebentar di sini, Kami lanjut ke Tujuan selanjutnya....
Lokasi keenam
ada watu lumpang di dalam pabrik ini
      Dari masjid Tambangan, kami meluncur melalui jalan Semarang Boja. Di tengah perjalanan kami sebenarnya di lingkungan Pabrik ada pula situs watu Lumpang. (link url situs nunggu konfirmasi mas trist) Namun dari sekian banyak Crew Dewa Siwa yang berhasil masuk hanya Mas Trist. Yang lain di tolak mentah-mentah ditambah tak ramahnya petugas security.
Yoni Campurrejo
        Setelah Jembatan tikungan Letter S, kemudian kira-kira 200m ada gang sebelah kiri. Ikuti Gang tersebut, melewati SDN Campurrejo 01. Maju kembali 50m di sebelah kanan ada rumah bidan praktik (lupa namanya), di Samping rumah Bidan tersebut ada jalan masuk ke kanan menuju Mushola Al Hadi Dukuh Kenteng Desa Campurrejo. Yoni berada di halaman Masjid ini.
     Perjalanan masih berlanjut....
Lokasi ketujuh
         Dari Campurejo, menuju lokasi berikutnya yaitu Situs Yoni Karangmanggis. (jalurnya sama pula dengan petunjuk di Link url tersebut. Lokasi situs ada di depan rumah warga, oleh beliau berinisiatif dibangunkan rumah-rumahan untuk Yoni. Namun beberapa waktu lalu atapnya roboh, dan belum diperbaiki sampai saat ini.--sama sekali belum terinventarisir situs ini oleh instansi manapun----
    Kalo Awan di langit bilang, "Yoninya mau bebas kehujanan dan tersinari matahari... semakin tua semakin lapuk, tak mau ditutupi".... ada sindiran sehalus sutra di kata-katanya. hehehehehe.
   Karena pemilk rumah kosong, kami hanya sebentar. Bergegas ke tujuan berikutnya.
   Lokasi Kedelapan
Candi Nglimut
      Situs selanjutnya adalah Candi nglimut. Manut dengan saran mas Awan. "Sekalian aja sebut candi, kalo situs orang tak akan menoleh apalagi tertarik".
       Nampaknya anggukan alias saya setuju dengan sarannya. Saat beberapakali saya kesini, warga sekitar nampak acuh tak peduli sama sakali. Entah menganggap Candi Nglimut ini tak penting lagi dan tak ada artinya bagi mereka atau yang lain saya sama sekali saya tak paham. 
    Padahal potensi wisata nya sangat bagus. Sekaligus apa salahnya melestarikan tinggalan leluhur. Budaya beda dengan agama seharusnya.... itu menurut saya pribadi.
indahnya penyangga cerat Yoni candi Nglimut
      Ukuran tentu besar dan candi yang indah dari bentuk relief yoni serta banyaknya tinggalan serta sebaran watu di berbagai lokasi. Saya sendiri surprise... kedatangan yang ketiga kali ini malah melihat tatanan bekas watu candi sampai di belakang rumah. Saat terakhir kesini, rumput masih tinggi, jadi saya tak kepikiran untuk menelusurinya.
Saya dan mas Awan Dilangit
     "Pasti dulu ini candi Induknya, posisi sana ada perwara, entah  satu atau dua... di dekat sini tentu dulu ada petirtaan..." Yakin Mas Awan dilangit, sambil nunjuk arah mata angin perkiraan dia. Saya ta membantah karena masih terbawa perasaan surprise "ternyata banyak lagi tatanan watu candi itu di samping rumah. 
totality blusukan : panjat pohon
     Di Candi nglimut ini, relatif paling lama dari lokasi ekspedisi sebelumnya, bahkan baru kali ini saya ikut/dampingi rekan blusukan sampai serius dalam mengabadikan Candi, istilah saya "Totality prove".
          Watu candi yang menyebar di samping rumah, berlanjut menuju Tujuan utama kami, di Kawasan Gonoharjo Nglimut.
      Bertebaranya watu candi ini, malah menjadikan kami berdua yakin.... ada watu candi pula di rumah kosong dekat candi Nglimut ini.
     Berjalanan Berlanjut ke Gonoharjo.
     Hanya berjarak kurang dari 500m, dari Candi nglimut ini, kami memasuki kawasan wisata Air Panas Gonoharjo. Menuju lokasi air panas, kami berjalan terlebih dulu kira-kira 500m dengan medan naik turun, cukup menguras tenaga. Namun pemandangan alami dan udara segar menjadi penawarnya.
     Sampai di area pemandian air panas, saya dan mas Awan beristirahat sejenak di warung, mengurangi dahaga dengan "Es Jeruk Manis" , sambil menunggu rekan DEWA SIWA lain yang katanya nyusul. Benar saja, sambil 'ngoss-ngoss an... Suryo idein dengan sebatang rokok di jarinya (nampak menyala) menjadi tambahan rekan perjalanan kami. jadilah Mie Ayam (saya dan lek suryo) dan Mas Awan Nasi Goreng Ceplok.
air terjun gonoharjo 1
    Setelah kami rasa cukup mengisi perut, kami melanjutkan perjalanan, menelusuri jalan setapak, menuju Candi Argosumo. Sambil menikmati pemandangan, kemudian melewati gemericik air terjun 1 yang tingginya kurang lebih 5m. kami diskusi santai, saat perjalanan di jalan setapak, saya beberapakali mengambil gambar watu-watu yang berserakan. 
Suryo mengamati ceceran watu candi di pinggir jalan setapak
    "Ini mungkin masih ada hubunganya dengan Candi Argosumo mas" ujarku. "Masih jauh?, kalau masih jauh ini mungkin struktur bangunan sendiri." kata Awan menimpali. 
     Seperti tersadar, saya jadi penasaran kemudian 'blasakan'/ mencoba menerabas beberapa area dan ternyata, (menjadi Lokasi Kedelapan kami). 
    Untuk sementara kami menyebutnya Candi Argosumo 2.           (Usulan mas awan untuk memakai nama kejepang2an malah menjadi lucu, Mosok Candi Doraemon, Candi Naruto mas? wkwkwkwk... Mentang-mentang ada kata sumo).
Candi Argosumo 2 : saya dan mas awan, melihat secara detail
      Saat ada warga pencari kayu, kami bertanya,"Di sini dulu memang ada candinya mas... selain yang disana", sambil beliau nunjuk arah Candi Argosumo. Otomatis terbelalak mata ini, dan tanpa komando kami langsung menyebar, Sempat berdiskusi sebentar ingin ngumpulkan watu-watu yang berceceran menjadi satu, namun kendala tenaga dan personel. Usulnya mas Awan bagus juga... (maaf masih kusimpan rapat usul itu---). Selengkapnya di naskah sendiri link diatas.
     lanjut ke lokasi kesembilan
Candi Argosumo
     Tujuan paling utama ya Candi Argosumo 1 ini. hanya berjarak kurang dari 30 meter dari watu candi berceceran di sepanjang pinggir jalan tadi, candi ini teronggok aka Candi Argosumo 2. (Saya gunakan istilah memelas itu karena benar adanya menggambarkan keberadaannya). 
     Orang yang lewat karena hanya ingin ke Air terjun, ta pernah singgah. Mungkin hanya melirik saja. Ya... Candi Argosumo tanpa papan nama sekali saat saya kesini. Padahal beberapa waktu lalu saat kesini, masih ada papan tertera coretan tangan nama Candi. Hal ini juga yang menjadi bahan diskusi kami.
Candi Argosumo
   Saat saya kesini, tulisan itu sudah lapuk.... inilah yang menjadi ganjalan di hati kami.... "Ada ide kawan-kawan?".... 
      Dari candi ini, terdengar suara gemericik air.... Awalnya saya kurang begitu tertarik, namun akarena tugas mulia ngantar saudara jauh...ya lanjut ke Air terjun yang kedua...
    Ketinggian air terjun 3x dari air terjun pertama tadi. Kira-kira 15m lebih. Pemandangan masih alami, udara segar namun ya itu, lagi-lagi kesini pada nyampah. "Kaosnya saja My trip My Adventure"... tapi lagaknya.... tetep nyampah!!!




      kang Suryo Takut air, Nangkring di Pohon...
Suryo idein










Awan dilangit, "wis tuwo jeh seneng keceh"
awan dilangit
@ssdrmk

     Setelah berpuas mandi air terjun (hanya awan saja), kami turun.... Melanjutkan ke Wisata air panas.... 
     Di Sini pula, Jam Suryo idein habis... katanya sih mo jemput adiknya... tapi adik yang mana saya tak tahu..... 
    Petualangan berlanjut, masih kami berdua...
     Selain berendam di air panas, tentu saja saya kembali mendokumentasikan situs arca dwarapala di pancuran air panas belerang
Lokasi kesembilan
yang tersisa dari Petirtaan Gonoharjo
     Kami kembali menuju Area Sumber Air panas, Namun sebelum ke lokasi kami mampir terlebih dahulu di warung yang berjejer. Tujuan kami membasuh dahaga dengan 'es teh'. 
     Saat ngobrol dengan Ibu bakoel warung inilah, "Di Bawah kolam rencang itu juga ada mas, watu candi". Lek Suryo menunda kepulanganya .... hahahahaha, eman2 katanya... ingin jadi saksi pula.
     "Dulu masih ada watu lumpangnya" jelas Ibu itu sambil menunjuk arah di lereng bawah depan warung persis tepat di bawah kolam renang air dingin.
     Petirtaan Gonoharjo, kami menyebutnya demikian. Walaupun yang tersisa hanya (nampaknya) kemuncak sebuah bangunan.
     Beratnya medan penelurusan menjadikan terbatasnya watu candi yang berhasil kami lihat.
      Mendegar cerita Ibu Bakoel di warung tadi, "Banyak watu candi, kotak dan besar berceceran disitu. Ada Watu Lumpangnya pula", 
    Selain Rumput liar yang sangat den rapat dan tinggi, medan berlumpur dan penuh sampah menjijikkan menjadi pertimbangan kami, "Paling wedi Ulo aku", teriak suryo saat berhenti ketika mimiknya berubah takut. 
      Padahal hati ingin terus menelusuri sampai watu lumpang itu ketemu.
salaman sik sakdurunge bali yo mas suryo. hehehehe
     Tapi kaki tak mampu bergerak. sinyal ketakutan rupanya. Atau malah teringat warning Ibu tadi, "Awas lho mas... nanti di temui Peri cantik berambut panjang. Tak Bisa pulang nanti." Cukup membuat keder juga.
       Dan tibalah benar-benar tinggal kami berdua. Dan memang tinggal tujuan terakhir yaitu Air Panas Belerang Gonoharjo, Nglimut.
Lokasi Ke Sepuluh
         Dari Kolam renang, kemudian kami menyinggahi bilik pancuran. Nampaknya Awan Dilangit juga penasaran dengan postingan saya beberapa waktu lalu tentang adanya arca Dwarawapa di Pancuran.
    Adanya patung ini dipancuran, memunculkan beberapa dugaan kami. Adanya sebuah bangunan suci yang menjadi tempat ritual keagamaan disini. Karena Dwarapala biasanya sebagai Patung penjaga bangunan.
   Setelah beberapa saat mengeksplor secara dekat. Arca Dwarapala ini. Kami bergerak menuju kolam berendam air panas tak jauh dari bilik pancuran ini. Nampat Raut girang di wajah capek mas awan dilangit. 
awan dilangit : bayangke dadi pangeran...
     Karena saya tak bawa ganti... juga takut terlihat gemuk ya... saya cukup berendam kedua kaki saja. (Alibi waktu itu kaki saya gatal)... hahahahahha---
   Setelah senja mulai datang, kami beranjak pulang.... Kebetulan Mas Awan Berkenan nginap digubug saya di daerah Gunungpati. 
   Motifnya...  biar suatu saat jika saya ke kediri tak keleleran bingung cari penginapan.... hehehehe. gantian.. "Ampun Kapok nggeh mas.."
sayonara
       
Dan kisah Petualangan kami usai disini, semoga suatu saat, suatu waktu gantian kami yang menyambangi ke KEDIRI......
    Dan Lagu ini tak usahlah diputar..... hahahahaha.... malah tak jadi pulang.... (selingan ben indah kenangan ekspedisi bersama)     lirik awalnya begini "Bukan perpisahan yang kutangisi....."
  
 Bagi Kawan-kawan yang menemani mas Awan di hari Minggu, jika berkenan membagi kisah dan gambarnya bisa di kirim email/inbox ke saya......

     Sampai ketemu di kisah Mbolang Situs selanjutnya...

Mari Kunjungi dan Lestarikan....


Gabung yuk...di Grup FB Pecinta Situs DEWA SIWA