Tampilkan postingan dengan label sumowono. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sumowono. Tampilkan semua postingan

Rabu, 03 Juli 2019

Petirtaan Situs Lanjan, Sumowono

Petirtaan Situs Lanjan, Sumowono
     Rabu, 3 Juli 2019. Saya mencoba menceritakan kisah sebelum penelusuran kali ini. 
     Setiap lewat jalur Sumowono - Kaloran saat sampai tanjakan sekaligus tikungan dan pertigaan (ikonik banget) ada misteri yang selalu membuat saya menengok ke arah pohon besar di belakang kantor desa Lanjan Sumowono. 
Pohon beringin keramat, di sendang  Lanjan, Sumowono

     Sampai kemudian, ada postingan rekan yang 'keceh' di sendang di belakang Kantor Desa Lanjan. Dari gambar tersebut, Akhirnya terjawab kenapa selalu menarik hati. Ada peninggalan (situs) yang masih terlihat.
     Dan baru hari ini, bersamaan dengan penilaian lomba perpusdes tingkat. Kabupaten Semarang. Di sela-sela istirahat saya menyelinap ke belakang. 

    Jadilah... 


Petirtaan Situs Lanjan, Sumowono
      Belum ada cerita yang bisa sampaikan saat ini, dua warga yang saya temui hanya cerita tentang Sendang ini tak pernah kering walaupun kemarau panjang. 
Petirtaan Situs Lanjan, Sumowono

      Menurut rekan, sendang ini dari dulu memang sudah menjadi sumber air utama bagi warga. Adanpula sebuah makam di makam Lanjan, tak jauh dari lokasi sendang. Kira kira 500 m arah Jambu. Sebelah kanan, dengan naik anak tangga (makam berada di puncak bukit), konon yang dimakamkan adalah pejuang (Pengikut Pangeran Diponegoro) yang gugur saat bertempur melawan VOC. Makam dari batuan candi yang ditata membentuk Nisan. : Link situs Makam Lanjan

     Memunculkan dugaan sederhana saya, bila saya hubungkan. Bangunan suci masa Hindu klasik umumnya berada di tempat tinggi.... Kemudian ada tempat pensucian (pertirtaan) ... Dan mungkin sendang ini, walaupun jejak tinggalnya hanya berupa batu kotak yang tinggal beberapa saja... itu menjadi point keterkaitan.

     Sementara bila dikaitkan dengan posisi Gedung songo (saya meyakini Gedong Songo menjadi pusat tempat suci... Dari pandangan awam saya) jadi area Lanjan ini mungkin menjadi 'kota satelitnya'... Tapi saya tentu saja menerima pencerahan ....
    Di Bawah Beringin, menjadi tempat berkumpulnya air..... (saat saya kesini masih tertutup terataii


      Sampai ketemu di kisah selanjutnya Salam pecinta situs watu candi.
Petirtaan Situs Lanjan, Sumowono













#hobikublusukan




    Sumber bacaan tambahan : /situs-lanjan-makam-syech-abdurrokhman.html

Kamis, 27 Juni 2019

Umpak Situs Logong, Jubelan Sumowono : Blusukan Silaturahmi 1440H

It's been a long day ...
without you, my friend ...
and i'll tell you all about it when i see yo again
----
Cuplikan Lagu Wiz Khalifa-Charlie Puft berjudul See You again, sangat mempengaruhi jalan pikiran saya akhir-akhir ini.... termasuk cara saya menulis kisah kali ini....
Umpak Situs Logong, Jubelan Sumowono 

     Kamis 27 Juni 2019, tanpa perencanaan yang panjang, karena tujuan sebenarnya memang hanya silaturahmi 1440H. Blusukan hanya bonus saja, nomor buntut ke sekian. Saya memang awalnya rasan-rasan  dengan Pak Nanang untuk silaturahmi, "Lha sekalian saja ke Pak Mustain saja", cetus beliau. Idem, tanpa pikir panjang langsung saya WA Pak Mustain. Segera saya lempar ajakan Blusukan "Silaturahmi" lewat Grup WA.
     Janjian jam 1, beberapa rekan berdatangan. Tentunya karena hari ini Kamis, pastinya banyak pula yang ga bisa. Tapi sekali lagi, ini Blusukan Silaturahmi 1440 untuk yang longgar dan bisa... yang terbentur kerjaan tentu saja silaturahmi sendiri bisa kapan saja... (asal niat pasti bisa), saya hanya mengajak bareng bareng di barengke dengan blusukan.
     Pak Nanang-Bu Nanang, Mas Seno dan Anak, Saya, Mas Amin-Ageng (salam kenal mas), dan Mas Dhany. Kami lewat jalur Berokan, Doplang Ambarawa-Bandungan- Sumowono. Kemudian bertambah satu sodara yang gabung : Mas Artdie yang sudah standby di pertigaan Banyukuning.
     Tujuan Sillaturahmi ke Bapak mustain, salah satu senior yang telah meninggalkan dunia hitam (baca  rambutnya telah memutih) ... jadi saya pribadi merasa perlu untuk prioritas didatangi.. hehehhe. Nyuwun Pangapunten nggeh pak... hehehe.
      Sampai dirumah beliau, kemudian berbincang santai sebentar, bercanda.. saat saat seperti inilah yang sangat saya rindukan.... Sekian lama memang Dewa Siwa tak lagi bisa seperti ini. Semoga dengan silaturahmi, ketemu langsung bisa menambah rasa paseduluran. Bukan hanya berteman di Medsos tapi ketemu pun ogah2an. "Perbanyak silaturahmi menambah rezeki', sesanti yang tentu sayapun sayang percaya dan meyakini kebenarannya.
Blusukan Silaturahmi 1440H
   Pak Mustain, banyak menawari situs untuk jadi bonus sillaturahmi ini. Namun sayangnya saya terbatas jam blusukan. Durasi.
     Setelah perdebatan panjang, sambil beberapa rekan nggasak beberapa toples kripik bayem... (yang nantinya saya baru ngeh ada yang bungkus satu plastik di umpetke didalam tas... dimakan di sepanjang perjalanan blusukan---- moga-moga Pak Mustain gak kapok... wkwkwk) akhirnya dipilih satu situs .. di daerah Jubelan...
Jubelan Sumowono
    Berada di tengah persawahan warga yang ditanami sayuran, juga bunga mawar. Yang cukup membuat kami kesulitan berjalan karena beberapa kali jaket atau celana tersangkut duri.
     Sampailah kami...
"Nggeh Namung niki mas...., riyen wonten saking dinas kados e survey lan badhe ngaman ke niku", jelas bapak2 petani yang interest dengan rombongan penggila watu ini. 
Umpak Situs Logong, Jubelan Sumowono 
    Senang jika sudah seperti itu....  umpak sebuah tiang menjadi topik diskusi kami.
Umpak Situs Logong, Jubelan Sumowono
close up 

Skala ukuran seadanya




     Karena penasaran dengan dugaan dugaan, kami kemudian mencoba membersihkan rumput-rumput dan sampah disekitar Umpak ini. 
Bagian bawah  Umpak Situs Logong, Jubelan Sumowono 

      Juga menata ulang tanah dan batu penyangga umpak. 
     Surprise, ternyata dibagian bawah juga terdapat cerukan yang mirip kuncian... diskusi kami semakin seru.
--
    Karena saya dan mas Dhany terkena sawan durasilah, akhirnya kami, terburu buru....-- 
     "80m kebawah ada batu struktur candi berpelipit", seperti petir tanpa mendung komentar Mas Jahat Eka WP.
---
      Tak ingin berlarut dalam kekecewaan saat menulis kisah ini, Akhirnya yang bisa saya katakan... pemandangan di lokasi ini menakjubkan....-- serasa fresh pikiran dan plong batin saya. Hamparan sayuran, warna merah mawar dan air yang mengalir seperti oase pengobat stress kerjaan.
        Setelah merasa cukup, kami kemudian berlalu.. Disinilah Malapetaka terjadi... Saya beranjak paling akhir... Karena ingin memotong jalur... saya melompat dan byur... kaki kiri saya tenggelam seukuran dengkul..... segala sumpah serapah saya gumamkan.... sial berlipat ketika si pemilik tertawa paling jahat ada di area cukup dekat. Seperti batin saya, dia berlari tapi swear tidak menolong.. malah memvideokan... jahat bukan? saat itu rasanya ingin ngapyuk lumpur ... dendam kusumat... rasane pingin ta jorokke...----
    Saat tulisan ini saya buat dan belum dipublish, video itu masih belum diedarkan luas, katanya belum di edit.... Mungkin karma bagi saya, biasanya dalam cerita naskah blog, rekan yang kujadikan bahan...sedikit membully, eh kali ini musibah saya akan jadi bahan mereka tersenyum terbahak-bahak (mugo mugo keselek!)
   Yang saya ratapi adalah sandal jepit swallow hijau, yang setia menemani saya selama lebih dari 3 tahun.... tak mampu saya temukan.... ah...jika ada yang bisa menemukan akan saya anggap saudara wis... benak saya---
Video Paling Jahat : (by Dhany Putra)

       Bahkan mereka mengedit video ini? jahat bukan? Link nya

Kalo ini Video Blusukan di Channel Youtube saya...versi orang normal...: nunggu link you tube. :)
---
      Sekian cerita kali ini, warna-warni blusukan bersama, silaturahmi bagi saya tetap yang terbaik. Bukan hanya lewat WA/Messanger/facebook saja... Ketemu langsung bisa segalanya.... --- Komunitas itu wadah bukan arena!
Paseduluran kui sing utama
   Sementara yang lain lanjut, saya meluncur pulang... padahal tepat saya pulang ada yang nyusul, Mas Wi.. awalnya masuk tahap destinasi Silaturahmi ke dua, karena menyimpan rahasia sangat indah.... next plan target dirimu mas....    Blusukan Silaturahmi 1440H ;   
      Sampai Ketemu di kisah selanjutnya... "See You Again, mantan Partner... lagu ini untukmu... wkwkwk. Lebay!
#hobikublusukan

Jumat, 22 Maret 2019

Watu Lumpang Dusun Tegal Dlimas Sumowono : Bonus Festifal Gedongsongo 2019


Festifal Gedong Songo 2019

       Jumat, 22 Maret 2019. Cerita blusukan kali ini, saya awali dengan sebuah cerita dari keikutsertaan Komunitas Dewa Siwa dalam Kegiatan Festival Gedong Songo 2019. Sebagai pengingat bagi kami, sekaligus memberitakan kiprah Komunitas Dewa Siwa, alangkah baiknya saya bagikan detail segala hal yang sempat saya rekam. Mulai dari poster kegiatan, dan denah stand :

Rapat persiapan.
Setting stand Dewa Siwa, saat malam dingin berkabut.

juga beberapa situasi stand pada saat pameran, 



dan tak terlupa adalah saat beres-beres di hari terakhir.
      Saya sendiri, penuh liku-liku untuk kegiatan ini. Mulai dari Istri yang berada di Jakarta selama 2 Minggu (otomatis momong 2 anak), kemudian selama 3 hari sayapun dapat tugas mengikuti Bintek di Magelang selama 3 hari (20-22) pas hari H-1 dan sampai penutupan. Walhasil, resiko tetap saya hadapi. Pergi Pulang selama 3 hari Magelang-Ungaran-Gedong Songo tetap saya lakukan. Walaupun dapat dibayangkan bagaimana remuknya badan… namun resiko ikhlas saya tanggung. (Maaf saya tak bermasud apapun saat nulis kisah ini—hanya sebagai pengingat saya pribadi untuk dimasa yang akan datang). Quote yang saya pilih sebagai penyemangat … “Banyak orang memilih menikmati hasil dan abai saat dibutuhkan dalam proses”.
 Walaupun ditengah keterbatasan SDM yang bisa turut serta guyub rukun gotong royong ‘merias” stand tapi ‘show must go on’…, menurut pandangan saya kegiatan ini merupakan ‘humas’ bagi Komunitas Dewa Siwa untuk menunjukkan kiprahnya dalam usaha turut serta melestarikan situs Cagar Budaya dengan cara unik.. yaitu blusukan situs… --- = edukasi langsung ke masyarakat di sekitar situs adalah hal yang paling saya sukai.
Hari Jumat, hari terakhir pameran sekaligus kukutan stand. Saya ngajak kedua anak. Niat saya sekaligus piknik candi sambil momong, tapi ternyata sampai dilokasi (dapat kabar dari WA Grup, semua materi pameran sudah diberesi oleh Mas WI_yono (saya baru face to face ketemu hari ini). Setelah parkir saya kemudian ke toilet mum dulu, dalam perjalanan melewati kantor BCB Gedong Songo, ada panggilan… namun ku abaikan… soalnya fokus saya toilet. 
Apalagi sekilas dalam pandangan saya tak ada yang saya kenal.  
yang terlihat asing itu adalah mas Seno dengan potongan cepak ala tentara… hehehe. Selain mas Seno, Ada Pak Nanang Mas Wiyono dan Pak Ngatno dari BCB Gedongsongo. Singkat cerita saya gabung dan ikut obrolan seru.
Saat sepakat pulang, eh kami ditawari blusukan Lumpang Twins di dekat rumah beliau… tanpa berpikir saya menyahut. 
Wani… walaupun cuaca mendung gelap menggantung dilangit… namun slogan yang dulu pernah ramai di Komunitas Dewa Siwa “Udan tambah edan, banjir ora mlipir”, masih tersisa dalam benak kami.
Dari Candi Gedong Songo, kami kemudian menuju daerah didekat rumah Pak Ngatno.
Kalau tidak salah daerah Tegal Dlimas, dimana dekat pula dengan rumah Pak Mustain di Watu Gandu Sumowono.
Watu Lumpang Dusun Tegal Dlimas Sumowono
Berada di bawah rimbunan bambu berjalan kaki menuju lokasi yang kami tuju melewati sawah warga (yang ditanami sawi).
Watu Lumpang Dusun Tegal Dlimas Sumowono
Karena rumput sangat lebat, sempat mbabati  dulu karena rumput benar-benar tinggi. 
Untung Pak Yono tadi sempat meminjam sabit dari tetangga yang beliau temui. 
Akhirnya kami temukan juga, yang memang sebelumnya tertutup rerumputan.
Dua Lumpang berdekatan,
“Dulu sebenarnya ada 3 watu lumpang, namun yang satu hilang (sudah cukup lama)”, cerita Pak Yono kepada kami.
Keunikan watu lumpang di Dusun Dlimas Sumowono ini adalah salah satu watu lumpang berbentuk yang oval.
Watu Lumpang Dusun Tegal Dlimas Sumowono
Mohon maaf bagi para sahabat yang meluangkan waktu membaca cerita blog kali ini. 
Karena beberapa HP yang turut serta blusukan baterainya habis… waktu juga mulai malam, ditambah mendung gelap sehingga beberapa gambar nampak tidak jelas… semoga dilain waktu saya bisa kembali dan mengulangi kembali. 
Agar sahabat bisa menikmati dua watu lumpang ini lebih detail.
Hujan mulai deras saat kami putuskan untuk berpamitan. Namun sebelum berpamitan saya teringat undangan dari pak Mustain, hari ini di desanya ada ‘sadranan’, banyak makanan katanya… 
Walhasil saya dan pak nanang tetap mampir sementara Mas Seno dan Mas Wi pulang dengan tak gembira karena di Hape ada miscall beberapakali (terciduk, walau disembunyikan saaat menerima = jelas terlihat ekspresi mereka berdua… eh jadi teringat sama Mas Dhany, salam keset.. hhehe. 
Apa kabar mas? Lama ga kelihatan/... pertemanan di FB dihapus ya? Kesete gatel e tenanan po? Hehehhe
Pesta sadranan di rumah  Pak Mustain… Terimakasih kepada semua pihak yang terlibat blusukan hari ini.. tanpa kalian hari ini takkan ada cerita untuk blog ini…
Walaupun sebenarnya ada rasa mengganjal, saat di Gedong Songo… lewat naskah ini saya bener-benar bertanya… apakah tukang parkir Gedong songo memang dilatih ketus? Hehehe. 
3 kali parkir (3 hari berurutan) 20-22 maret 2019 dengan 3 kali orang berbeda ketus semua… hehhe. 
Padahal saya ya gak minta karcis juga… semoga kedepan bisa ramah plus dikasih karcis… heheh. 
Watu Lumpang Sumowono 
Salam Pecinta situs dan watu candi.
Watu Lumpang Dusun Tegal Dlimas Sumowono
#hobiku blusukan

Kamis, 26 April 2018

Situs Watu Kenong Bantir, Sumowono

Situs Watu Kenong Bantir, Sumowono
       Kamis, 26 April 2017. Istilah sepakbola khas liga Inggris yang “Hit n Run”, sepertinya cocok dengan strategiku blusukan kali ini dan seterusnya (mungkin). Karena apa?, faktornya tentu banyak yang paling utama tentu saja Durasi Jemput Anak, kemudian tak lagi punya duet maut yang w.o.w… (tapi blusukan tetap harus berlangsung)… Seperti cerita ‘Kemisan’ ini….
Situs Watu Kenong Bantir, Sumowono
      Periode sekitar tahun 2014 sepertinya saya membaca postingan dari seseorang yang tak saya kenal (disebuah grup FB) tentang batu dan sumur kuno di daerah Bantir Sumowono, yang mengingatkan kembali tentang keberadaan Lingga situs Kunto Bimo Bantir dan watu kodok yang diatas bukit (lupa nama bukit itu yang posisi nya berada persis didepan barak militer, namun belum bisa saya telusuri—konon medan sangat terjal). Sekian waktu lamanya, kemudian kenal dengan Bapak Mustain Marzuki…. Maturnuwun Pak, info situs dan rela rutin terus direpoti menjadi guide ke beberapa situs yang ternyata malah situs yang saya maksud terlewat. Sampai ketika saya tak sengaja membuka simpanan file screenshoot di Laptop. 
      Saat saya tanyakan, beliau sepertinya mengerti daerah tersebut, rekan beliau ditanya, ...eh ternyata posisinya ada di bawah sawah rekan Pak Mustain…., 
     Jadilah…. Setelah sehari sebelumnya mendapatkan kepastian beliau punya waktu luang walaupun ini ketigakalinya Pak Mustain kelokasi ini…. 
     --- Hit n Run yang saya maksud adalah… waktu saya maksimal hanya 3 jam, mulai berangkat dari Ungaran sampai kembali lagi ke Ungaran, maksimal jam 2 harus sudah di Ungaran. Jam 11.30 saya start menuju Sumowono rumah Bapak Mustain, sempat ngabari rekan (bukan maksud pamer Mas Eka WP, namun siapa tahu gasspoll terus ngoyak…. Karena diburu waktu sekitar jam 12an sampai. Padahal tadi pagi hanya sempat sarapan Pop Mie, lapar ku ganjal dengan teh bukan bulat n xxxroti rasa coklat, biar tetap stabil (dan gak terlihat kelaparan oleh Pak Mustain.. hehe. 
    Setelah dzuhuran terlebih dulu kemudian kami meluncur menuju lokasi. Start dari Watu Gandu (rumah Bapak Mustain) jam 12.30, melewati pasar Sumowono, kemudian Barak Militer Bantir ambil kiri.. sampainya disini saya lupa belokan yang mana, menuju lokasi … (karena banyak gang). Namun jika mengulangi lagi sepertinya ingat, tentu saja sebelumnya harus di beri asupan yang bergizi. Hehehe…
    Kalau Bapak Mustain jangan ditanya, beliau jajahanya daerah sini, lha wong sawah beliau ya disekitar area ini (yang kami lewati). Saat melewati jalan tanah yang lumayan mblethok, pak Mustain terlihat takut mbonceng terlihat dari berulangkali minta “jalan saja sudah dekat!”, (njenengan dereng nate mbonceng Mas Dhany pak! = niku kados siksaan teng griya di prenguti bojo gara2ne blusukan ra wayahan … walaupun tetep kalah level!.... Jeh teles tur gatel mas Dhany? Wkwkwkwk
      Parkir motor di ladang warga, karena jalan hanya setapak dan melewati pematang sawah. Kurang dari 200m sampailah…. Jam tepat pukul 1 siang. 
     Warga menyebut dengan Watu Kenong, 
Situs Watu Kenong Bantir, Sumowono
     Tak banyak cerita dari warga, namun konon ada 3 batu yang saling berkaitan, selain Watu kenong, ada watu yang mirip dengan alat pemukul kenong dan lumpang di area ini. Sayangnya kedua batu lain entah dimana rimbanya, lumpang dulu oleh warga diglimpangke ke sungai. 
Watu kenong, dokumentasi :

     Jika merunut tinggalan batu yang mirip, dugaan ini adalah umpak. Tapi kok Cuma 1 saja? Trus batu pemukul tadi nampaknya seperti lingga (dari mengira bentuknya seperti yang digunakan oleh para waranggono, kemudian yang oleh warga dikira lumpang adalah Yoni. 
---ini dugaan saya pribadi saja----
      Tanah subur, dekat dengan mata air kemudian berada di dekat pusat religi masa itu (konon… — Gedongsongo yang berada di sisi lain gunung Ungaran adalah pusatnya religi Masa silam). Dua kemungkinan memang peradaban pernah ada di area ini.
gas alam di Situs Watu Kenong Bantir, Sumowono
      Di atas Watu kenong ini, ada semburan gas alam yang dulu pernah dimanfaatkan warga untuk memasak selamatan, : ‘lemah murup’, bahkan diawal-awal penemuan gas itu area ini ramai dan menjadi lokasi wisata dadakan, sayangnya potensinya tak tergarap maksimal…. 
      Saat ini lubang gas tersebut telah ditutup dengan cor-coran. Kembali kebawah, menyusuri aliran sungai kira-kira 20m dari Watu Kenong akan menemukan Sumur yang Misteri. 
Sumur kuno bantir Sumowono
     Bagaimana tidak… ditengah sungai ada lubang sumur, Lubang yang berbentuk bulat agak oval tadi menembus bebatuan, dengan kedalaman yang menurut Bapak Mustain “Kecemplung mesti blabas”. 
     “Mungkin dulunya area ini pernah dilanda kekeringan yang cukup lama, solusi warga ya membuat lubang ditengah aliran air…. Karena jika proses alam tak kan mungkin berbentuk bulat agak oval dengan kemiringan sungai hampir landai, kecuali jika air terjun…Namun bentuk lubangnya pun pasti tak beraturan sesuai volume air yang jatuh".
Dulu pernah menjadi warung saat ramai di watu kenong
      Pada akhirnya, sangat saya sayangkan potensi ini terabaikan, dibiarkan lumut yang mengekploitasinya… padahal sejarah panjang dulu pastinya pernah bersemayam disini… 
      Semoga setelah saya ada yang menelusuri dan menemukan titik terang bagaimana fungsi Watu Kenong pada masa lalu… agar kita semua tercerahkan…. 
     Jam menunjukkan pukul 13.33, saya kemudian memaksa untuk mengakhiri blusukan kali ini, walaupun Pak Mustain menawari 3 lokasi lain yang masih di area Sumowono. Namun karena rule: Hit n Run,   jadilah kami harus menyudahinya. 
    Sudah terburu-buru, namun Pak Mustain memaksa untuk tahu jalur ekstreem… konon dijalur ini (sebelah kanan jurang—beberapa bulan sebelumnya ada motor terjun bebas, ibu-ibu pemula yang bermaksud berangkat pengajian dengan motor matic, bermaksud memotong jalan, secara heroik terselamatkan pohon kopi, jika tidak tersangkut pasti terbang ke sana, padahalnya pohon kopi tersebut tak terlalu besar….--- Benar saja… saya melewati jalur tersebut dengan adrenalin yang cukup tinggi. 
     Karena harus jam 2 sampai Ungaran kembali, saya pulang sejadi-jadinya kencang, mohon maaf pengendara lain jika saat Kamis sore 26 April 2018 (sekitar jam 2 kurang) di jalur Sumowono-Ungaran, ada motor Supra 125 plat merah yang pecicilan… maaf….--- Jam 2 tepat sampai di Ungaran!.. dan Hit n Run sungguh di kehidupan nyata saya! Sampai ketemu di blusukan yang mirip….

Video Amatir (Nunggu proses Upload ya)

Maturnuwun Pak Mustain Marzuki
Bapak Mustain Marzuki













Salam Pecinta situs dan Watu Candi.
ssdrmk di Situs Watu Kenong Bantir, Sumowono
#hobikublusukan

Jumat, 20 Oktober 2017

Menengok keberadaan jejak purbakala Hindu Klasik di Makam Sawah Gondang Sumowono

Lingga di Makam Sawah Gondang Sumowono
Jumat 20 Oktober 2017. Nampaknya tradisi layanan perpusling disambi blusukan, sudah menjadi ritual saya pribadi. Jumat berkah istilah jaman now, ceritanya begini: ini sudah kedua kalinya saya minta tolong Pak Mustain Marzuki untuk guide blusukan. 
Lingga berada di area makam keluarga ini
Sambil layanan perpusling di lokasi beliau yang kebetulan juga ketua RT, jadilah melaksanakan tugas pekerjaan juga hobi tetap terlaksana, peribahasa sekali dayung dua pulau terlampui. 
Nampaknya ritual ini akan tetap eksis melihat banyaknya informasi yang beliau dapat, (semoga berkenan jadi guide rutin.. hehehehe).
Setelah layanan perpusling usai, segera kami blusukan, saya diboncengkan beliau, menuju sebuah makam di dusun Sawah Gondang Sumowono
Makam Sawah Gondang Sumowono
 Dari Posisi kami, Watugandu Sumowono kami keluar arah kanan melewati pasar Sumowono. Gang sebelah kiri sebelum masjid masuk. Cari saja makam Sawah Gondang.
Kurang dari 5 menit, sampailah kami :
Lingga di  Makam Sawah Gondang Sumowono
Berada di kompleks makam umum dusun, di satu sisi ada area khusus makam yang nampaknya sengaja dipisah, yang tertulis di gerbang adalah Makam keluarga Abdulloh, hampir semua area makam ini tertutup rumput Jepang.
Dan di antaranya, disalah satu makam,  ada potongan lingga yang dijadikan patokan. Nampak berbeda, karena patokan di sisi lain seperti patokan jaman now.
Sayang sekali terpotong, namun masih terlihat bagian atas yang mulus, oval, dan bagian sisi 8 masih terlihat jelas walau terpotong.
Saat disini, salah seorang warga yang berziarah tertarik dengan aktivitas kami. Bagi saya malah kesempatan... bertanya perihal makam ini.... "Konon ini makam Syekh Khotib, tapi detail sejarahnya saya kurang paham hanya warga disini mengeramatkan makam, salah satunya dengan rutin satu kali merti dusun tiap bulan Agustus di makam ini", jelas warga tersebut
Lingga Patok di  Makam Sawah Gondang Sumowono
Ternyata dunia selebar daun kelor, karena warga tersebut adalah pengurus perpus dusun Sawah, Gondang yang juga dikelilingi layanan perpusling oleh rekan saya. ---
Keberadaan Lingga di makam ini memunculkan pertanyaan, Yoni sebagai pasangannya dimanakah geranganya? 
Melihat lokasi memang potensi bangunan masa lalu sangat nyata.
Terbukti di makam lain masih di area makam keluarga, beberapa makam lain menggunakan batu kotak yang saya duga menjadi bagian dari struktur bangunan suci masa lalu.
Beberapa bukti nyata :
"Dibagian, makam sebelah sana ada patokan yang berpola", tunjuk Pak Mustain, sembari memberi tanda kepada saya agar mengikutinya.
Struktur batu candi di Makam Sawah Gondang Sumowono
"Disana malah patokan yang dipakai, watu kotak di posisi tengah ada lubangnya, mirip fungsi kuncian di batu candi" tambah Pak Mustain.

Video amatir, :

(mohon maaf karena rekan andalan alpha sehingga swa shooting), maka hasilnya pun seadanya...

Salam nyandi...
Lingga di Situs Makam Sawah Gondang Sumowono
Mari ketahui dan lestarikan....
#raperlutenar