Kamis, 05 November 2015

Situs Watu Lumpang Dukuh Jatisari Mijen Semarang

Watu Lumpang Dukuh Jatisari
Kamis, 5 November 2015
     Setelah berhasil masuk area peternakan ayam untuk menengok Candi Tempel. Kami Berlanjut ke Situs Watu Lumpang Dukuh, Jatisari mijen. Informasi yang kami dapatkan adanya 3 buah watu lumpang yang sangat berdekatan.
     Beruntungnya kami, karena sehari sebelumnya Rekan Dewa Siwa (Lek Wahid --- walaupun gagal masuk Candi Tempel), tapi tetap berkenan memberikan informasi dan foto petunjuk menuju watu lumpang itu.
petunjuk 1
   Dari Candi Tempel, Kami keluar gang kemudian ambil kanan. Sampai di pertigaan kemudian jalan ke kiri. Sampai di perempatan kecil ambil jalan kekanan (jalan berpaving sebentar kemudian tanah), saat saya kesini sedang proses pembangunan perumahan, Ketemu lagi dengan jalan berpaving dan kemudian sobat perhatikan area pinggir jalan di kebun sengon (petunjuk 1).
Watu Lumpang 1 : Situs dukuh Jatisari
    Situs Berada di Dukuh, Desa Jatisari Kecamatan Mijen Semarang. Berjumlah 3, Watu Lumpang sebelah kiri jalan / area 1 
     Watu lumpang ini, erat kaitan dengan budaya masa lalu yang agraris. 
     Watu Lumpang Situs Jatisari Mijen ini kondisinya memang memprihatinkan. Terendam tanah, hanya terlihat penampang atas. Saat kami kesini banyak pula sampah yang berserakan. Walau masih nampak ada beberapa sisa pembakaran Dupa.
Watu Lumpang 1 : Situs dukuh Jatisari

     "Konon air di watu lumpang itu tak pernah habis", cerita kang Mas Roso. Dan disini, saat kami mendokumentasikan Watu lumpang ini. kami kedatangan seorang pemuda yang tertarik dengan aktifitas kami.          
    Setelah berpanjang lebar dan ternyata-oh ternyata beliau Kang Mas Roso itu, yang selama ini hanya bercakap lewat FB. 
Watu Lumpang 2 : Situs dukuh Jatisari
       Tak jauh dari Watu Lumpang area 1, di seberang jalan/ ada 2 watu lumpang pula. 

Watu Lumpang 2 : Situs dukuh Jatisari
     Namun dengan kondisi yang berbeda (dibanding dengan watu lumpang 1). Selain air nampak sudah mengering, di sisi luar watu lumpang nampak kerusakan. 
Watu Lumpang 3 : Situs dukuh Jatisari
      Nampaknya aura di Watu lumpang yang ini tak lagi sekuat watu lumpang yang pertama. 
    Berjarak sekitar 2m saja, ada lagi watu lumpang yang ketiga. Namun, kondisi Watu Lumpang yang ketiga lebih mengenaskan lagi, hanya tinggal kepingan. 
Watu Lumpang 3 : Situs dukuh Jatisari
     Yang masih nampak bekas lubang di watu lumpang tersebut.
    Banyak batuan kecil, yang nampaknya adalah sisa hasil perusakan Watu lumpang yang ketiga.
     Pecahan watu identik bekas watu lumpang yang ke - 3
Watu lumpang 2 & 3 : Situs Watu Lumpang Dukuh Jatisari Mijen
    Ngobrol dengan Kang Mas Roso menambah informasi keberadaan situs di area Sekitar Mijen. "Purun dadi guide nggeh mas?" tanya saya. Ya... Hanya waktu yang nanti menjawab... hehehehe

Video Amatir saat berada di sini : 

Di watu Lumpang Dukuh Jatisari : area 1
Di watu Lumpang Dukuh Jatisari : area 2
Save This Not Only a Stone....
Mari Kunjungi dan Lestarikan

Candi Tempel, Jatisari Mijen Semarang

Candi Tempel, Jatisari Semarang
Kamis, 5 Nopember 2015
    Berawal dari 'iming-Iming' Beliau Pak Tri Subekso, pecinta Sejarah sejati.... yang memposting berita di koran Radar Semarang,  jadi Gatal saya ingin segera kesana. Berita tersebut : http://www.radarsemarang.com/2015/11/02/lagi-temukan-situs-candi-di-jatisari.html.
    Awalnya di 'warning', jika tak beruntung susah masuh area Situs. "Ada di tengah Peternakan". Tapi terkadung suka mbusuk, patut kami coba dulu, nothing to lose, cuma mengandalkan keberuntungan saja, serta ijin yang berkuasa tentunya.
     Segera, tiga hari sebelum hari H, saya membuat postingan ajakan beserta info lengkapnya, Setelah berkomunikasi ada beberapa rekan yang tertarik. 
lekker isi mie
Gambar petunjuk 1 (foto by wahid)
   Berangkat dari perpustakaan Ambarawa, saya dan lek Suryo pilih Jalur memutari Gunung lewat Sumowono, Limbangan Boja. kemudian transit di masjid Tambanan Mijen, Sambil nengok yoni yang ada di depan masjid. Sambil nunggu, ada jajanan anak kecil yang menggugah selera, Lekker isi mie... hehehe. Lumayan pengganjal perut.
            Beberapa waktu menunggu... ternyata beberapa Rekan DEWA siwa membatalkan keikutsertaanya... Akhirnya kami langsung meluncur ke petunjuk kedua "Pasar Ace Jatisari Mijen", sambil Menunggu Rekan Lain : Kang Trist. 
     Dari arah Boja menuju Semarang, Saat di Pasar Ace  Jatisari Mijen ini, Ambil Gang ke Kiri. (Gambar petunjuk 1), 

Gambar petunjuk 2.
Kemudian ikuti gang tersebut. Sampai ketemu dengan Masjid Dusun Tempel yang diseberangnya ada gang (Gambar petunjuk 2). 
   Area peternakan ada di Ujung gang ini.

    Saat mencari keberadaan ternak inilah, kebetulan saya tanya warga yang ada di pinggir jalan waktu itu. "Wis ayo bareng karo aku, mengko ta terke", sambil beliau mbonceng motor saya. "Omahku kulone" Tambah Beliau. Singkat cerita, nama beliau Bapak Ahmadi, rumahnya sebelum peternakan berjarak 20m (3 rumah). 
Restricted area!
     Setelah sampai, beberapa saat kami menunggu diluar, teringat cerita dari Pak Tri Subekso yang mungkin saja masuknya sulit, juga pengalaman rekan yang gak bisa masuk, saya Cuma pasrah saja. Apalagi Bapak Ahmadi mengetuk dengan keras berulang kali tak ada jawaban.
    Dan, keberuntungan kami akhirnya datang. Istri dari Bapak Ahmadi datang sambil membawa peralatan untuk mencari makanan ternak. "Ewangi golek rambanan pak ning njero ternak"..., setelah beberapakali mencoba berteriak kembali, kemudian dari dalam tampak ada seorang yang mendekat, membuka pintu... dan kemudian bisa-lah kami masuk. 
hasil ngitip
Gambar diambil melalui lubang pintu
    Sempat mengintip melalui lubang di pintu, nampak candi tempel di tengah area peternakan. 
    Masih dengan sikap tak ramahnya pula sambutan kepada kami. Walaupun sudah dijelaskan oleh Bapak Ahmadi Tujuan kami. Bahkan Bapak Ahmadi dengan serius, "Mereka tak jamin, wong mung tilek watu candi kok ga oleh... udah ayo mas nyantai saja..." Ajak beliau meyakinkan kami. Kami jadi bersemangat dan lebih percaya diri dengan keberadaan Bapak Ahmadi. Niatnya kami baik, sama sekali ga mengganggu area ternak. Cuma niliki candi saja kok..... semoga si pemilik ternak memahami maksud kami. 
    Walaupun begitu kami tetap tak tenang, kawatir pemilik ternak datang dang mengusir kami. Sambil berharap-harap cemas Kang Trist Segera datang dan bergabung. Karena kesempatan langka nan terbatas ini.
Yoni Candi Tempel
      Segera saya ambil gambar, terasa sekali saya terburu-buru, clingak-clinguk takut yang punya datang.
     Candi yang kini hanya tinggal reruntuhan saja,  terdiri atas 1 yoni utuh, 1 patung nandi, 4 umpak, 4 kemuncak candi dan sejumlah batu yang diperkirakan bagian dari dinding penyusun candi. Melihat bentuknya, sejumlah batu bisa diperkirakan sebagai sudut penampang candi. Patung nandi di tempat ini dalam kondisi patah di bagian kepala, namun patahan tersebut masih ada.
Bapak ahmadi dan Yoni Candi tempel
    Yoni 

    Yoni adalah landasan lingga yang melambangkan kelamin wanita. Pada permukaan yoni terdapat sebuah lubang di bagian tengah untuk meletakkan lingga. 
     Yoni merupakan bagian dari bangunan suci dan ditempatkan di bagian tengah ruangan suatu bangunan suci tersebut. 
Yoni Candi Tempel Jatisasri Mijen
   Bentuk Yoni berdenah bujur sangkar, sekeliling badan Yoni terdapat pelipit-pelipit, seringkal di bagian tengah badan Yoni terdapat bidang panil. 
     Pada salah satu sisi yoni terdapat tonjolan dan lubang yang membentuk cerat. Pada sekeliling bagian atas yoni terdapat lekukan yang berfungsi untuk menghalangi air agar tidak tumpah pada waktu dialirkan dari puncak lingga. 
    Dengan demikian air hanya mengalir keluar melalui cerat. Bagian-bagian yoni secara lengkap adalah nala (cerat), Jagati, Padma, Kanthi, dan lubang untuk berdirinya lingga atau arca
     Arca Nandi, Patah di leher, namun kepala masih ada didekatnya

Arca Nandi Candi Tempel Jatisari Mijen Semarang




      Nandi atau Nandiswara adalah lembu yang menjadi Wahana dewa Siwa dalam mitologi Hindu. Dia juga merupakan juru kunci Siwa dan Parvati. 
Arca Nandi  Candi Tempel : kepala arca patah

     Candi/ Bangunan suci yang mempunyai arca Nandi dikategorikan sebagai candi untuk pemujaan agama Hindu Siwa. Nandi juga adalah guru dari 18 Master/  Siddha.
   Arca Nandi biasanya di posisi menghadap Yoni (tuan-nya).
Arca Nandi Candi tempel Jatisari Mijen Semarang
      Umpak.
Umpak di Candi Tempel Jatisari Mijen
         Di Candi Tempel Jatisari mijen ini juga masih tersisa umpak. Yang membuktikan dulunya ada sebuah bangunan suci. Yang kemungkinan dengan tiang kayu sebagai penyanggga atap bangunan tersebut.
    Kemuncak
Kemuncak Candi tempel
          Kemuncak candi,  dan sejumlah watu candi lain yang juga unsur sebuah bangunan suci.
   Selain kemuncak, yang tersisa dari peninggalan Candi Tempel ini banyak batu berpola. 
     Menurut Bapak Ahmadi, saat kecil dulu lebih banyak lagi watu bertumpuk di area ini. "Dulu sebelum ada peternakan ini, saya sering bermain di sekitar tumpukan watu candi ini. Banyak sekali watu yang ada reliefnya. Tempat ini kata simbah saya wingit dan dijauhi oleh warga. konon karena itulah dijual kepada pengusaha ternak ini", jelas Bapak Ahmadi.
     "Air yang ada di Tengah lubang Yoni, dulu dipercaya warga berkhasiat untuk mengobati rasa sakit", Tambah Bapak Ahmadi. Namun saat kami kesini air di lubang Yoni ta nampak bekasnya. Mungkin efek kemarau panjang (tapi yoni/ lumpang lain kemarau panjang sekalipun air kok masih ada ya? Rasa penasaran dalam hati saya----), ataupun sudah hilang energi positif Yoni tersebut.
     Masih Bapak Ahmadi Bercerita, "Saat ramai togel beberapa tahun lalu, hampir tiap malam ada saja yang ritual disini." Warga juga menyayangkan perilaku tersebut, wong ini tempat suci kok di pakai untuk seperti itu. namun Kami ta sanggup untuk melarang...." Imbuh beliau.

    Sebagian watu Candi berpola itu, 



watu berpola di Candi tempel

   Dilihat dari sisa-sisa yang masih tersimpan di area peternakan Tempel jatisari mijen ini, Nampak nyata keindahan Bangunan suci tersebut.
Foto selfie by maxtrist

      


 Lewat tulisan ini, saya ingin ucapkan terimakasih kagem beliau Bapak Ahmadi yang menemani kami, mendampingi kami dan menjadi narasumber kami. "Matursembahnuwun bapak.... sanesh wedal sowan teng ndaleme panjenengan...."



Keterangan foto selfie : Paling depan ke belakang berurutan : Max Trist, bapak Ahmadi, @SSDRMK dan Lek Suryo.






Mbolang bersama : Saya, Kang Trist, Lek Suryo

Salam Pecinta Situs

Save This Not Only a Stone....
Mari Kunjungi dan Lestarikan

Rabu, 04 November 2015

Situs watu lumpang Kalongan

watu lumpang situs kalongan ungaran
4 November 2015
          Butuh 2 kali survey untuk menelusuri Watu Lumpang Situs Kalongan Ungaran ini. Awalnya informasi dari teman kerja, di Dekat Kuburan desanya ada watu Lumpang. Saat itu Senin tanggal 2 November saya mencoba survey terlebih dahulu. Seperti biasa, saya cari sumber informan warga terdekat untuk mengetahui lokasi persis. kali ini Warung di seberang jalan. Sambil beli minuman, saya bertanya, " Oh iya ada mas, diantara rumput liat itu", sambil menunjuk ke arah lahan tak terurus. "Dulu itu lahan punya bapak saya, kemudian dijual. Dulu saat kecil, lahan itu ditanami kopi dan saya tahu ada watu lumpang itu disana". tambah beliau. "Lha mas, mau apa? kok nyari-nyari watu seperti itu?" tanya nya lagi. "Tak usahlah saya jelaskan jawaban saya, bosan saya..... hehehehe."

    Walaupun sudah mblasuk-blasuk ilalang setinggi saya, Sampai tak perlu menunduk untuk melewati, bahkan saya berdiripun kalah tinggi. Tak menghiraukan lagi ada hewan liar, walau juga takut ada ular. Tapi karena banyak burung 'Gemak' berterbangan saya jadi yakin tak ada ular.   
    Sampai sepatu saya tak berwarna hitam lagi, tetap watu lumpang itu ga ketemu, karena selain waktu sudah mepet, badan juga terasa gatal-gatal. Akhirnya kuputuskan untuk melanjutkan lain hari dengan informasi lokasi pasti yang lebih jelas.
    Dari pengalaman kemarin, kali ini saya buat postingan terlebih dahulu, ngajak Kawan DEWA SIWA yang lain, biar kalo gagal ketemu bisa ada teman senasibnya.... heheheheh. Kali ini yang merespon adalah kawan hendri Samosier dan Suryo Idein. Sebenarnya ada lagi satu rekan cewek yang tertarik ikut. Namun tak ada kabar lagi.
     Setelah sebelumnya saya memastikan posisi Watu lumpang kepada rekan kerja, (Kebetulan beliau sehari sebelumnya tahlilan di makam di samping watu lumpang ini, sempat mencari serta ketemu pula)
    Akhirnya kami janjian jam 4 di area dekat Kuburan kalongan. Kebetulan saya sampai terlebih dahulu, kemudian langsung menelusuri jejak Watu lumpang itu. Kali kedua saya kesini, ada nampak bekas pembersihan dan rumput kering yang dibakar. Mengurangi usaha saya menuju lokasi alias jalan lebih mudah. Walaupun nambah bekas arang di baju saya, tapi itu sudah resiko.
     Dan inilah, Watu Lumpang Kalongan itu
watu lumpang kalongan

     Berada di Desa kalongan, Kecamatan Ungaran barat Kabupaten Semarang. 
watu lumpang kalongan
     Tepatnya di samping kuburan desa di tengah lahan kosong bekas pabrik penggergajian kayu (masih ada bekas tembok di sekelilingnya.
      Setelah coba saya singkirkan rumput kering yang menutupi watu lumpang, terlihat lebih segar watu lumpang ini; 
watu lumpang Kalongan
      Watu lumpang, pada jaman dahulu sebagai bagian kehidupan masyarakat yang agraris/ pertanian. Difungsikan untuk menumbuk padi dan digunakan pula dalam ritual setelah panen padi, yang berfilosofi syukur atas karunia melimpah dari Dewi Sri.
Watu Lumpang kalongan
    "Selain syukur atas karunia Yang kuasa, bergandengan dengan tampah, orang jawa ketika memilih beras yang akan dimasak 'ditapeni'" .... selalu yang ditumbuk adalah pilihan. Dan apa yang dipersembahkan adalah yang terbaik, sehingga panen kedepan akan jauh lebih melimpah...
     Kondisi Watu Lumpang, Situs Kalongan Ungaran ini menggambarkan lamanya terakhir kali dipakai untuk ritual persembahan. Jangankan ritual, diperhatikan pun tak pernah barang sekali. Terlihat dari kondisi dan posisi watu lumpang ini, ditutupi tertutup tanah, rimbunan ilalang mati dan banyak warga yang tak tahu. Saya beberapakali tanya anak muda, walaupun sudah bisa ditebak jawabnya. "Tak tahu". 
Situs Kalongan Ungaran
   Padahal keberadaan Watu lumpang ini, bisa menceritakan sejarah area kalongan in. Dulunya Agraris, pertanian, subur dsb. Lupa sejarah... itu yang terjadi..... ---
    Semoga usaha yang sekecil ini bisa memberitahukan ke masyarakat pentingnya mengetahui, menghargai dan kembali ke jatidiri kita sendiri..... Budaya kita sendiri apapun pasti lebih baik.....--daripada niru-niru.
   Mblusuk Bersama Lek Hendrie Samosir dan Lek Suryo Idein
Save This, Not Only a Stone!!!
Mari hargai dan Lestarikan, Salam Pecinta Situs dan Watu Candi

Sabtu, 31 Oktober 2015

Petirtaan Gonoharjo

Petirtaan Gonoharjo
31 Oktober 2015
     Masih saat menemani mas Awan (arek kediri) di Gonoharjo Nglimut Boja, Setelah dari Air terjun 2 dan Candi Argosumo 1 dan 2, Kami kembali menuju Area Sumber Air panas, Karena kata mas Awan, "Setelah capek, diakhiri berendam di air panas... badan pasti terasa nyaman".       
di area ini petunjuk bakul tersebut : ada watu lumpang
       Namun sebelum ke lokasi kami mampir terlebih dahulu di warung yang berjejer. Tujuan kami membasuh dahaga dengan 'es teh'. Saat ngobrol dengan Ibu bakoel warung inilah, "Di Bawah kolam renang itu juga ada mas, watu candi. Dulu masih ada watu lumpangnya" jelas Ibu itu sambil menunjuk arah di lereng bawah depan warung persis tepat di bawah kolam renang air dingin.
berjalan menuju bekas petirtaan
     Segera setelah Es Teh tandas dan beberapa gorengan tertelan, kami segera turun, rasanya seperti tak sabar ingin cepat menelusuri. Ambil jalan memutar, kami mengelilingi Kolam renang air dingin dengan tujuan atau petunjuk di bawah pohon Kresen.
    Sebelumnya mohon maaf jika membaca judul diatas, mungkin terbayang pemandian putri raja yang eksotis... karena Petirtaan Gonoharjo ini tak lagi tersisa, walaupun cuma ingatan itupun sudah terkikis. 
Watu candi sisa petirtaan Honoharjo
    Dan apa yang kami lihat ini benar-benar mencengangkan!!!!  
    Terlihat dengan jelas watu candi, yang sementara ini saya menyebut 'kemuncak'.
   Langsung semangat berlipat-lipat. Segera kami turun ke area luar pagar yang nampaknya penuh misteri (rapatnya rumput ditambah tanah lembek aliran air juga tak kalah banyak sampah berserakan), jadilah petualangan seru kami mulai. 
     Penuh Tantangan.
     1 meter dari pagar, terlihat banyak watu candi berukuran besar yang berpola. Sebagian yang berhasil tertangkap kamera
  Nampak lama tak terjamah manusia.
     Dari cerita Bakoel makanan tadi, watu candi bekas petirtaan ini memang sengaja di 'pancali', di buang ke lereng ta terpakai ini.
     Saat menelusuri ini memang sangat memacu adrenalin, takut ular, menginjak rumputpun sangat pelan-pelan karena salah-salah bisa terperosok lumpur sampah bahkan 'guling kebawah' karena ini nampaknya lereng cukup curam. Yang Terlihat karena rapatnya tanaman liar.
     Perlu alat bantuan, selain tongkat tentu saja sabit... pertimbangan itulah yang menjadikan niat kami mencari sampai ketemu info keberadaan watu lumpang disini kami tunda.... Barangkali watu lumpang itu telah tertutupi rumput atau malah terguling sampai bawah (sungai). Jika nunggu kering juga tak mungkin. Karena sumber mata air terus mengalir, belum lagi air panas belerangnya.
      Mau kami teruskan sangat beresiko. Akhirnya kami menutuskan untuk menyudahi, barangkli suatu saat suatu waktu dengan tambahan personil bisa lebih detail lagi dalam menelusuri.... bagaimana kawan-kawan????
Foto-foto by awan dilangit : 


watu candi : kuncian khas bangunan masa lalu












     
Suryo masih terperangah : melihat berserakan terabaikan watu candi di dekat kolam renang gonoharjo ini.
Save This, Not Only A Stone
Mari hargai, Kunjungi dan Lestarikan

Salam Pecinta Situs dan Watu candi