Rabu, 27 Maret 2019

Ekspedisi Kembang Kuning Cepogo Boyali : Kolaborasi #1 Watu Lumpang - Watu Lesung

Ekspedisi Kembang Kuning Cepogo Boyali : Kolaborasi #1 Watu Lumpang - Watu Lesung
        Rabu, 27 Maret 2019. Akhirnya bisa juga.... terus terang kisah ini terjadi karena saya memaksa dengan sangat mengancam kepada Mas Eka Budi Z, pemilik Blog Karungrungan. Bagaimana tidak dipaksa... sekian tahun beliau hanya PHP saja setiap ku ajak blusukan. ---
      Awal ketertarikan saya menelusuri jejak sejarah Kembang Kuning tentu saja nama desa Kembang Kuning yang eksotis. Apalagi rekan yang berkesempatan mengikuti kegiatan blusukan bersama komunitas ‘Mboja_lali’ (sebuah komunitas yang juga concern dengan situs di area Boyolali) mengunggah foto-foto beliau saat berada di situs. Mata saya langsung tak bisa lepas dari keberadaan jejeran watu Lumpang. (Pak Nanang selalu saja berhasil pamer dan membuat saya merasa wajib menelusuri ulang)
   Alhasil, segera saya coba merencanakan strategi untuk penelusuran ke Desa Kembang Kuning ini. Sebuah Ekspedisi yang sepertinya akan menantang, penuh perjuangan, karena (musim) hujan tentu saja mengintai, belum pasti dapat partner… namun hari Rabu ini adalah kesempatan saya untuk free durasi (karena istri luar kota… dan besok sudah pulang…heheh—)
    Jadilah saya melempar ajakan ke beberapa rekan pecinta situs, walaupun saya menyadari tak akan mudah karena ini hari kerja. Untungnya Mas Seno bersedia menemani karena beliau masuk kerja shift malam, sayangnya calog guide andalan absen karena keduluan janji dengan orang lain. Tapi beliau berjanji memberikan detail petunjuk lengkap menuju lokasi, dan tentu saja Mas Eka Budi.
       Bagi saya pribadi.. blusukan kali ini terasa spesial karena saya sudah sejak lama berangan-angan bisa blusukan kolaborasi 2 blogger plus 2 youtuber (spesial situs).. hehehe… tidak bersaing namun saling menguatkan. Saya sendiri salut dengan Mas Eka Budi yang konsisten untuk terus ngevlog, sementara saya ngot-ngotan.
     Selain ingin mendapatkan petunjuk arah, atas saran dari Mas Yohanes, saya memberanikan diri mencoba menghubungi senior komunitas Pecinta Situs Boyolali “Mbo'ja_lali, Pak Pak Ody Dasa. Yang ternyata diluar dugaan luar biasa ramah, saya pribadi sampai melonjak gembira karena petunjuknya sangat lengkap bahkan sampai titik koordinat. Bahkan ada rekan yang dijawil pak Ody untuk mendampingi kami. Bagi kami ini sungguh keberuntungan tiada terkira. (Walaupun sayangnya pak Budi Wiyono terkendala teknis : mungkin kita belum berjodoh pak… berarti saya lain kali akan datang kembali, dan mencari njenengan untuk duduk ngopi bareng nggeh…)
     Bahkan dari Pak Ody Dasa pulalah, saya dapat akses ke Pak Kades Kembang Kuning, Bapak Yarmanto tapi terus terang saya ga berani… sangat sungkan untuk ngrepoti. "Matursembahnuwun Bapak, sudah dibalas WA saya, sebenarnya saya sudah didepan rumah... tapi... sungkan, rikuh walaupun hati ingin mendapatkan banyak cerita dari Bapak..."---

   Saya masih menunggu kiriman Gambar Embung Kembang Kuning, karena saat saya kesana terlalu fokus pada situs... juga keburu hujan.--semoga beliau berkenan...
     Langsung saja ya… cerita eksotisme Desa Kembang Kuning ini….. ---

Watu Lumpang - Lesung Desa Kembang Kuning
       Sebelumnya saya ceritakan dari awal Mula, berangkat dari Ungaran, jemput dulu ke rumah anak manja, Mas Eka Budi.. kemudian langsung ke lokasi kedua dimana Mas Sabaku Seno Menunggu di SPBU Bawen.
       Kami tancap gass menuju Cepogo. Setelah Pasar Ampel melewati jembatan langsung ambil kanan. Terus saja lurus sampai ketemu dengan Desa Kembang Kuning.
    Sayang sekali rencana saya untuk mengambil gambar Embung saat pulang (nanti gagal karena hujan). Padahal sangat eksotis… Embung Kembang Kuning sungguh sebuah destinasi wisata yang elok. Apresiasi kepada pemerintah Desa yang dipandegani Bapak Kades Yarmanto, menjadikan embung yang tujuan awal untuk pertanian menjadi sebuah tempat wisata desa yang natural, indah…sangat eksotis… dengan taman bunga (Ini saya lihat saat perjalanan menuju menjadi destinasi utama kami.… sebuah keselarasan tercipta)
     Koordinat pemberian Pak Ody Dasa yang kami pasangkan di GMaps mengarahkan kami untuk melewati Embung Kembang Kuning dan berbelok di jalan berbeton 50 meter sebelah kiri. 

Makam Desa Kembang Kuning
       Kami kemudian parkir di depan makam desa. Setelah itu mencoba cek barangkali ada sahabat komunitas Mboja_lali yang merapat…  Kami kemudian memutuskan untuk bertanya kepada beberapa warga dimana keberadaan Situs Lumpang Kembang Kuning.
     “Mlebet mawon teng suket gajah niku”, tunjuk warga pembawa rumput sambil tangan beliau mengarah ke area dimana suket Gajah setinggi kami. Nafas panjang, melenguh atau istilah lain yang sepadan menjadi ekspresi spontan kami bertiga. Namun pantang pulang sebelum blusukan. Akhirnya kami terobos.

     Sampailah...

Ekspedisi Kembang Kuning Cepogo Boyali : Kolaborasi #1 Watu Lumpang - Lesung

      Sampai tak bisa berkata-kata, deretan 9 watu lumpang dan 6 watu lesung langsung memaku pikiran saya, berbagai kemungkinan, berbagai dugaan melintas dalam pikiran saya. Apakah ada orang yang telah mengumpulkan jadi satu? atau sudah sejak dulu memang ada di area ini?
Eka Budi Z
      Semoga ada pencerah, (masih Menunggu cerita Dari Pak Ody Dasa dan Bapak Budi tentang cerita dari sini. Saking semangatnya kami, eh.... mas Eka Budi malah rebahan di suket.... rebah dengan cantik...
     Masing -masing kami langsung asik sendiri, mengabadikan dengan gadget masing masing. 
      Sial bagi saya, pinjaman kamera SLR ternyata terlupa memory card nya.... padahal bawanya sudah repot sekali.... (kejadian kedua dalam masa blusukan saya.... sial sekali. Alhasil saya dokumentasi seadanya dengan memory dan baterai yang terbatas.
     Keberadaan 9 watu lumpang dan 6 watu lesung sangat bisa menajdi sebuah bukti, keberadaan peradaban di Desa Kembang Kuning ini dulu pernah bersemayam dan maju pada masanya. Dugaan saya erat kaitannya dengan daerah agraris.... (karena banyak ahli memberikan penjelasan mengenai salah satu fungsi kedua watu ini untuk pertanian).     Close Up Watu Lumpang dan Watu Lesung (sebagian saja)




Watu Lesung Bundar
Watu Lesung Kotak
Ketebalan salah satu Watu Lumpang Kembang Kuning





























       Mulai Blusukan kali ini, saya mulai lagi ngeVlog :
     Tapi maaf saya masih amatir.... dengan segala keterbatasan...
Mas Seno, Mas Eka Budi Z, Saya (ssdrmk) di Watu Lumpang Watu Lesung Kembang Kuning
     Kami, 'Bila Kami bersama... Nyalakan tanda bahaya....(superman is dead) menjadi tagline.... heheheh.
     Foto saya dibawah ini berkat Mas Seno yang heroik, menjadi martir "berubah menjadi manual humandrone alias manjat pohon.... Edyan tenan ...makasih sekaligus salut..... (walaupun akhirnya Gantian Mas Eka Budi yang manjat untuk mendapatkan gambar mas Seno pula. 
manual humandrone : wkwkkwk

      Saya? jadi penyemangat saja plus berdoa mereka tak digigit semut ngangkrang...wkwkwkkw
saya di Watu Lumpang - Lesung Desa Kembang Kuning Cepogo Boyolali
      Jika dari atas, pemandangan jejeran Watu Lumpang dan Watu Lesung sungguh menggetarkan jiwa.... elok.... joss pokoknya :
Situs Watu Lumpang  dan Watu Lesung Kembang Kuning  Cepogo (sumber foto : Seno/eka budi z)
    Salam Pecinta Situs dan Watu Candi, Berlanjut ke Destinasi kedua. : Yoni Desa Kembang Kuning (setelah naskah jadi segera terhubung lewat link)
#hobikublusukan

nb : 
  1. Maturnuwun kagem Bapak Kades Yarmanto, Bapak Ody Dasa, Pak Budi Wiyono, Mas Yohanes dan Pak Nanang yang berkenan memberikan support, motivasi dan petunjuk detail. Salam sembah sungkem untuk sedulur Mbo'ja Lali.
  2. Duet Blusukan KOLABORASI dengan Master Blogger Eka Budi ZjelajahKarungrungan.blogspot.com Silahkan baca juga kisah kami di blog beliau.... Juga di Channel Youtub beliau : https://www.youtube.com/watch?v=CBOs4sE5OJ0&feature=share

Candi Telo, Cepogo Boyolali



Candi Telo, Cepogo Boyolali
Rabu, Maret 2019, Destinasi blusukan terakhir. Candi Telo. Saya memberanikan diri untuk mencoba memberanikan diri bertanya kepada Bapak Kades tentang dimana lokasi Candi Telo ini. Terus terang sebenarnya selain bertanya lokasi, saya pribadi ingin menggali cerita sejarah dan cerita lain dari situs yang berada di Desa Kembang Kuning ini, termasuk “Candi Telo” (Semoga dilain kesempatan kami bisa silaturahmi langsung dengan Bapak kades).
Ketika mendengar kali pertama keberadaan ‘Candi Telo’ dari Pak Nanang Klisdiarto, menjadikan saya menduga-duga kenapa Candi ini di kenal dengan Candi Telo?
Saat akan beranjak ke Candi Telo, gerimis mulai menghalangi kami, namun  tanggung… kepalang basah… hujan-hujanan sekalian saja pikir kami…. ‘udan sansoyo edan blusukan’, begitu kira-kira sesanti untuk motivasi kami. Walaupun tak ada jaminan nanti sampai dirumah tak masuk angin lalu kerokan.. hehehehe…
Dari Yoni Embung Kembang Kuning, kami kemudian menuruni jalan desa, pertigaan ambil kanan. Masih menelusuri peta GMaps kiriman dari Pak Ody Dasa yang mengarahkan kami melewati jembatan, jalan menanjak kemudian kami ternyata (keblabasen) sampai di Pasar Desa Tumang. Yang mengingatkan kami pada sebuah batu yang bertuliskan angka tahun. Hasrat hati ingin sekali namun…. Karena tak ada guide akhirnya kami urungkan.. hehhehe. Dari Pasar Tumang kemudian kami balik arah. Tepat sebelum turunan tajam kami ambil kiri. Ternyata kami memasuki perkambungan perajin wajan (perkakas memasak). Ingin sebenarnya bawa oleh-oleh buat istri… tapi malu dengan rekan …wkwkwkkwkw. Sempat bertanya dua kali untuk memastikan sekaligus tidak terkena sorot mata curiga. Sampailah kami di Poskampling. Kami Sarankan motor parkir di sekitar Poskampling tersebut, jalan selanjutnya jalan sangat curam, paving berlumut., Saya dengan scopy, roda sempat mleset tak bisa berhenti.
Berhenti di rumah terakhir sebelum sungai, lanjut dengan jalan kaki. Menyeberangi sungai (untung tidak banjir). Beberapa saat clingukan mencari…   akhirnya ketemu juga Candi Telo.
Candi Telo, Cepogo Boyolali







      













 Telo saya artikan sebagai salah satu jenis tanaman ubi saja…. Bukan umpatan. Hehehehe. Telo yang oleh orang kota dikenal dengan nama Ketela pohon, saya cari di sekitar Candi Ini ternyata tak ada. Saya kira karena pengaruh rimbunnya bambupetung di sekitar area ini.
Dugaan saya malah dulu di reruntuhan bangunan suci (=candi) ini dulu ada satu atau beberapa batu yang berbentuk mirip Telo…. Apakah lingga atau ornament/struktur? Saya malah percaya itu… Karena biasanya penamaan atau penyebutan warga terhadap sesuatu biasanya mirip dengan benda atau makhluk di sekitarnya.
Bila melihat keberadaan Bangunan suci yang dekat dengan aliran air (sumber air= saya yakin dulu ada sumber air disekitar sini atau bahkan malah ada petirtaan dan bangunan ini pasti tak berdiri sendiri. Namun letak yang tak berada di puncak, timbul pikiran saya… Bangunan ini menjadi tempat sebelum ke  Bangunan Utama. Atau istilah yang (kayaknya kalau tidak salah) ‘Damasala’
Begini imajinasi saya… :  Warga atau pemimpin ritual keagamaan, sebelum beribadah… Mensucikan diri dulu di petirtaan. Kemudian menyiapkan segala sesuatu termasuk kesucian jiwa di Bangunan ini (di Candi Telo), setelah itu berlanjut beribadah ke Bangunan Utama diatasnya.
Mohon maat itu adalah imajinasi saya pribadi, untuk merekontruksi logika saya pribadi. Tentunya lemah dalam pembuktian, jadi saya menerima pencerahan…..
Namun satu yang pasti, Adanya bekas Papan peringatan  BCB, membuat saya sedikit tercenung… Berarti sudah pernah diperhatikan… namun kenapa kini enggak?
----  Semoga pihak desa tergerak…. Potensi natural alamnya sangat dahsyat. Semoga tetap bersih suci dan lestari.
Nampak mirip dengan watu lumpang…
Milip Watu Lumpang di Candi Telo, Cepogo Boyolali
Close up Candi Telo, Jejak struktur Bangunan Suci itu .... Struktur dasar yang masih tersisa:


       Salam pecinta situs dan watu candi.
Kami di Candi Telo, Cepogo Boyolali (Saya, Eka Budi Dan Seno)
Vlog di channel Youtube :

Semoga ada pembaca yang berkenan membagi kisah lebih detail tentang Misteri Candi Telo ini.... (mohon tinggalkan pesan ya)

Candi Telo, Cepogo Boyolali

         Sampai Ketemu di Kisah Penelusuran Berikutnya

#hobikublusukan

Yoni Situs Embung Kembang Kuning, Cepogo Boyolali

Yoni Situs Embung Kembang Kuning, Cepogo Boyolali
        Rabu, Maret 2019. Masih terkait dengan Situs Lumpang-Lesung di Embung Desa Kembang Kuning Cepogo Boyolali. "Diatas Embung persis", begitu pesan dari Pak Nanang. Akhirnya kamipun menuju lokasi (masih saya, Mas Seno dan mas Eka Budi). 
       Hanya terpisahkan tanah lapang, menyusuri jalan paving, tak lebih dari 1 menit sampailah kami....
Embung Kuning sungguh Eksotis
        Dilihat dari posisinya, kami duga Yoni ini ditemukan saat pembangunan embung. Jadi mungkin belum terlalu lama. Sekitar tahun 2016. 
Yoni Situs Embung Kembang Kuning, Cepogo Boyolali

       Untuk dugaan ini benar Yoni saya idem saja dengan senior-senior di Boyolali. Walaupun nanti bisa dipastikan setelah nampak semua. 
       Dari cerita yang saya dapat, plus pesan WA dari Bapak Kades kepada saya nampaknya harapan ‘museum Desa” akan terwujud untuk menambah fasilitas Desa wisata yang sedang dikembangkan. 
Yoni Situs Embung Kembang Kuning, Cepogo Boyolali
      Yoni dengan 2 lubang berbentuk oval ini memang sangat unik. Terus terang baru kali ini melihatnya. Saya menduga dua lubang itu satunya adalah lubang dari arca yang berdiri diatasnya, sementara lubang satunya adalah tempat dimana lingga berada. 
Yoni Situs Embung Kembang Kuning, Cepogo Boyolali
    Bentuk Yoni Oval, apakah karena ada pengaruh tanah Hindustan saya kurang paham. Karena biasanya bentuk yoni di Nusantara ini persegi. 
Yoni Situs Embung Kembang Kuning, Cepogo Boyolali
     Yang bulat maupun oval sangat jarang ditemui. 
    Maturnuwun kepada Bapak Kades Yarmanto yang mengirimkan gambar landscape dari atas 'Taman Bunga Kembang Kuning' yang saya lewatkan, tak sempat mampir karena fokus di durasi, cuaca yang ,mulai gerimis dan tentu saja kami tak menyangka ada tempat seindah ini. 
      Terus terang ketika saya uplod di IG banyak yang tertarik pak… sebuah potensi yang secara cerdas telah dikembangkan Pemdes Kembang Kuning ini. 
Yoni Situs Embung Kembang Kuning, Cepogo Boyolali
      Suasana natural, alami masih saya rasakan… bahkan walaupun tanpa bisa saya abadikan… saat saya duduk mengamati Yoni Kembang Kuning ini tak jauh ada sepasang ‘Gangkrangan’ (Musang) lewat mencari makan. Membuktikan alam masih bersahabat dengan hewan liar, Semoga tetap lestari.
Embung Kembang Kuning :
Embung Kembang Kuning : sumber foto jelajahkarungrungan.blogspot.com
Taman Bunga Kembang Kuning :
Taman Kembang Kuning  Cepogo " sumber foto : Bapak Kades Yarmanto

Taman Kembang Kuning  Cepogo : Sumber foto Bapak Kades Yarmanto
   Team "Bila Kami Bersama--Nyalakan Tanda Bahaya" Blusukan Happy pokoknya, 
       Salam pecinta situs dan watu candi. 
 Situs Embung Kembang Kuning, Cepogo Boyolali
       Vlog di channel Youtube : 
https://youtu.be/koy-1kfkIeo
      Bersambung ke kisah di Candi Telo 
      #hobikublusukan

nb:
kisah ini ditulis pula oleh mas Eka Budi  di Link blog : jelajahkarungrungan

Jumat, 22 Maret 2019

Watu Lumpang Dusun Tegal Dlimas Sumowono : Bonus Festifal Gedongsongo 2019


Festifal Gedong Songo 2019

       Jumat, 22 Maret 2019. Cerita blusukan kali ini, saya awali dengan sebuah cerita dari keikutsertaan Komunitas Dewa Siwa dalam Kegiatan Festival Gedong Songo 2019. Sebagai pengingat bagi kami, sekaligus memberitakan kiprah Komunitas Dewa Siwa, alangkah baiknya saya bagikan detail segala hal yang sempat saya rekam. Mulai dari poster kegiatan, dan denah stand :

Rapat persiapan.
Setting stand Dewa Siwa, saat malam dingin berkabut.

juga beberapa situasi stand pada saat pameran, 



dan tak terlupa adalah saat beres-beres di hari terakhir.
      Saya sendiri, penuh liku-liku untuk kegiatan ini. Mulai dari Istri yang berada di Jakarta selama 2 Minggu (otomatis momong 2 anak), kemudian selama 3 hari sayapun dapat tugas mengikuti Bintek di Magelang selama 3 hari (20-22) pas hari H-1 dan sampai penutupan. Walhasil, resiko tetap saya hadapi. Pergi Pulang selama 3 hari Magelang-Ungaran-Gedong Songo tetap saya lakukan. Walaupun dapat dibayangkan bagaimana remuknya badan… namun resiko ikhlas saya tanggung. (Maaf saya tak bermasud apapun saat nulis kisah ini—hanya sebagai pengingat saya pribadi untuk dimasa yang akan datang). Quote yang saya pilih sebagai penyemangat … “Banyak orang memilih menikmati hasil dan abai saat dibutuhkan dalam proses”.
 Walaupun ditengah keterbatasan SDM yang bisa turut serta guyub rukun gotong royong ‘merias” stand tapi ‘show must go on’…, menurut pandangan saya kegiatan ini merupakan ‘humas’ bagi Komunitas Dewa Siwa untuk menunjukkan kiprahnya dalam usaha turut serta melestarikan situs Cagar Budaya dengan cara unik.. yaitu blusukan situs… --- = edukasi langsung ke masyarakat di sekitar situs adalah hal yang paling saya sukai.
Hari Jumat, hari terakhir pameran sekaligus kukutan stand. Saya ngajak kedua anak. Niat saya sekaligus piknik candi sambil momong, tapi ternyata sampai dilokasi (dapat kabar dari WA Grup, semua materi pameran sudah diberesi oleh Mas WI_yono (saya baru face to face ketemu hari ini). Setelah parkir saya kemudian ke toilet mum dulu, dalam perjalanan melewati kantor BCB Gedong Songo, ada panggilan… namun ku abaikan… soalnya fokus saya toilet. 
Apalagi sekilas dalam pandangan saya tak ada yang saya kenal.  
yang terlihat asing itu adalah mas Seno dengan potongan cepak ala tentara… hehehe. Selain mas Seno, Ada Pak Nanang Mas Wiyono dan Pak Ngatno dari BCB Gedongsongo. Singkat cerita saya gabung dan ikut obrolan seru.
Saat sepakat pulang, eh kami ditawari blusukan Lumpang Twins di dekat rumah beliau… tanpa berpikir saya menyahut. 
Wani… walaupun cuaca mendung gelap menggantung dilangit… namun slogan yang dulu pernah ramai di Komunitas Dewa Siwa “Udan tambah edan, banjir ora mlipir”, masih tersisa dalam benak kami.
Dari Candi Gedong Songo, kami kemudian menuju daerah didekat rumah Pak Ngatno.
Kalau tidak salah daerah Tegal Dlimas, dimana dekat pula dengan rumah Pak Mustain di Watu Gandu Sumowono.
Watu Lumpang Dusun Tegal Dlimas Sumowono
Berada di bawah rimbunan bambu berjalan kaki menuju lokasi yang kami tuju melewati sawah warga (yang ditanami sawi).
Watu Lumpang Dusun Tegal Dlimas Sumowono
Karena rumput sangat lebat, sempat mbabati  dulu karena rumput benar-benar tinggi. 
Untung Pak Yono tadi sempat meminjam sabit dari tetangga yang beliau temui. 
Akhirnya kami temukan juga, yang memang sebelumnya tertutup rerumputan.
Dua Lumpang berdekatan,
“Dulu sebenarnya ada 3 watu lumpang, namun yang satu hilang (sudah cukup lama)”, cerita Pak Yono kepada kami.
Keunikan watu lumpang di Dusun Dlimas Sumowono ini adalah salah satu watu lumpang berbentuk yang oval.
Watu Lumpang Dusun Tegal Dlimas Sumowono
Mohon maaf bagi para sahabat yang meluangkan waktu membaca cerita blog kali ini. 
Karena beberapa HP yang turut serta blusukan baterainya habis… waktu juga mulai malam, ditambah mendung gelap sehingga beberapa gambar nampak tidak jelas… semoga dilain waktu saya bisa kembali dan mengulangi kembali. 
Agar sahabat bisa menikmati dua watu lumpang ini lebih detail.
Hujan mulai deras saat kami putuskan untuk berpamitan. Namun sebelum berpamitan saya teringat undangan dari pak Mustain, hari ini di desanya ada ‘sadranan’, banyak makanan katanya… 
Walhasil saya dan pak nanang tetap mampir sementara Mas Seno dan Mas Wi pulang dengan tak gembira karena di Hape ada miscall beberapakali (terciduk, walau disembunyikan saaat menerima = jelas terlihat ekspresi mereka berdua… eh jadi teringat sama Mas Dhany, salam keset.. hhehe. 
Apa kabar mas? Lama ga kelihatan/... pertemanan di FB dihapus ya? Kesete gatel e tenanan po? Hehehhe
Pesta sadranan di rumah  Pak Mustain… Terimakasih kepada semua pihak yang terlibat blusukan hari ini.. tanpa kalian hari ini takkan ada cerita untuk blog ini…
Walaupun sebenarnya ada rasa mengganjal, saat di Gedong Songo… lewat naskah ini saya bener-benar bertanya… apakah tukang parkir Gedong songo memang dilatih ketus? Hehehe. 
3 kali parkir (3 hari berurutan) 20-22 maret 2019 dengan 3 kali orang berbeda ketus semua… hehhe. 
Padahal saya ya gak minta karcis juga… semoga kedepan bisa ramah plus dikasih karcis… heheh. 
Watu Lumpang Sumowono 
Salam Pecinta situs dan watu candi.
Watu Lumpang Dusun Tegal Dlimas Sumowono
#hobiku blusukan

Senin, 11 Maret 2019

Mampir di Watu Lumpang Pager, Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang

Watu Lumpang Pger, Kaliwungu

Senin, 11 Maret 2019.
Apa kabar kawan lama? Malam sebelum kisah blusukan ini terjadi dan bisa aku tulis menjadi sebuah cerita yang bisa saya kenang, maaf terasa agak mellow sedikit. Terus terang saya merindukan blusukan bersama kawan lama ini. 
Kantor Desa Pager Kaliwungu
Kembali ke beberapa tahun lalu, saat pertamakali saya mulai  blusukan situs, saat itu lewat FB kami berkenalan, nampaknya karena kesamaan hobi akhirnya berlanjut ke blusukan bareng. Max Trist nama kawan lama ini. 
Saya mencoba melobi untuk kembali blusukan bareng ke suatu tempat. Walaupun memang entah kenapa untuk menyamakan niat blusukan begitu susahnya, entah kenapa. Bagimanapun saya tetap merencanakan untuk blusukan. Dengan atau tanpa kawan lama ini, walaupun tetap berharap bisa….   
Watu Lumpang Pager
Berkat Pamong budaya pula, secara tak sengaja cerita ini bisa tejadi, berawal dari Mas Bram senior di fakultas sastra (tapi beda jurusan), beberapa hari yang lalu, bertanya kemungkinan layanan perpusling (baca ditempat) saat rangkaian kegiatan HUT Kabupaten Semarang di Desa Pager Kecamatan Kaliwungu kabupaten Semarang. Lewat WA, tentu saja ku respon bahwa perpustakaan siap. 
Apalagi bisa berpartisipasi dalam rangkaian kegiatan HUT Kabupaten Semarang ini. Singkat cerita. 
Setelah apel ternyata saya mendapatkan dispo surat permohonan layanan perpusling tersebut.
Bersama rekan, ternyata sama-sama tak mengetahui lokasi dimana kegiatan itu diselenggarakan. Ditambah surat tertinggal di meja. Alhasil, menuju desa Pager sempat bertanya 2x kepada warga. Kemudian bertanya pula ke Kantor Desa Pager dimana kegiatan HUT Kabupaten Semarang dilaksanakan.
Singkat cerita, setelah layanan selesai, kemudian kami balik ke Kantor desa Pager untuk meminta kelengkapan surat tugas kami, eh tepat saat mobil perpusling masuk gerbang desa…..  Sumpah serapah, menyesal … kenapa pandangan saya pas datang di pagi sebelumnya tadi gak melihat ini….
Watu Lumpang Pager
Ya Watu Lumpang….. 
Watu Lumpang Pager
Bahagia tiada terkira…. , sekali lagi niat blusukan eh tanpa sengaja dihadapkan dengan indahnya  Watu Lumpang. 
bersama perangkat desa Pager (saya lupa namanya)
Tanpa harus merencanakan perjalanan, bisa nulis kisah penelusuran situs purbakala.
"Sejak saya kecil, posisinya memang sudah disitu”, jelas salah seorang perangkat yang menemani saya. Kebetulan saat saya bertanya ke dalam kantor desa, dan memastikan apakah itu Watu Lumpang perangkat tersebut mengganggukkan sambil berjalan keluar, nampaknya berniat menemani saya. Sambil bercerita.
Namun sayang sekali, posisi watu lumpang ini sudah tertanam sekitar 75%, sehingga jika orang awam… terutama generasi muda tak akan ngeh jika ini watu lumpang yang pada masanya (dulu) pernah menjadi sebuah media sakral di beberapa ritual yang lekat dengan kehidupan pada masa itu.
Watu Lumpang Pager : separuh tertanam di plesteran
Ada Watu Lumpang yang digunakan sebagai sarana ritual penetapan Tanah perdikan,kalau yang watu lumpang ini spesial.... bisa ada inripsi atau tanda lain, sementara watu lumpang pada umumnya digunakan untuk ritual persembahan dewi sri, atau ritual keagaman lain. Ada lagi untuk menumbuk biji-bijian sebagai bahan makanan. 
Namun saya tentu menerima pencerahan dari para ahli arkeologi tentang fungsi Watu Lumpang ini dimasa lalu dan ketika keberadaan waktu lumpang ini membuktikan fakta apakah sebenarnya....
Watu Lumpang Pager
Semoga kisah ini (walau saya sedikit bermimpi) bisa menggugah para generasi muda Desa Pager untuk  nguri-uri  tinggalan leluhur mereka. 
Sekaligus menyadarkan pemerintahan desa, ada tetengar desa yang terlantar dihalaman. 
Hanya butuh sedikit perhatian, diangkat…ditempatkan di lokasi yang layak… bisa menjadi penanda sejarah, literasi sejarah warga… semoga.
Salam Pecinta situs dan watu candi.
#hobiku blusukan