Add caption |
Musim hujan yang sedang puncaknya tak menyurutkan kami untuk
berkoordinasi, tetap semangat. Dimana pernah hitz di komunitas kami, "Udan
tambah edan, banjir ora mlipir, tetep blusukan" spirit itulah yang
masih lekat di hati.
Kamis ini sebenarnya prioritas kami penelusuran luar kota di
area Kedu, namun kami juga membuat rencana cadangan bila situasi dan kondisi
tak memungkinkan, yaitu beberapa postingan rekan sesama penikmat sensasi blusukan.
Kami pilih destinasi yang lumayan dekat. Rabu malam saya mencoba menghubungi
lewat WA dan Messanger. Isi dari pesan saya hanya minta petunjuk arah (ancer-ancer).
1 orang yang saya Messanger (sampai keesokan harinya = hari Kamis tidak
merespon walaupun tanda sudah dibaca).
Situs Lesung Lumpang Kaliulo Pringapus |
Berselisih detik setelah itu, kemudian 2 Orang saya WA. Orang
ke kedua dengan pesan yang sama hanya minta petunjuk bukan minta diantar malah
melemparkan saran untuk minta petunjuk orang yang ketiga dan malah pamer situs
lain.
Setelah itu saya WA orang ketiga, yang kuhubungi lagi-lagi
tak ada respon (ternyata dilain hari setelah kisah ini saya tulis, ketemu orang
ketiga dan klarifikasi, dia hanya diberi arah saja dan belum pernah diajak
serta).
Ya sudahlah, lagu Bondan prakoso langsung terngiang….. Tak
pernah mundur. Kami malah tertantang atas attitude
rekan tersebut (dari sisi saya, masih kuanggap rekan) ini... Kok ya mahal
sekali… sepertinya mau di pek dewe….
hahahah.
Selain Situasi yang tidak memungkinkan untuk blusukan Luar
kota, tantangan itu juga yang , membuat kami mengalihkan destinasi. Meluncur
menuju Pringapus. Hilang satu tambah satu…. Bagaimana tidak, saat akan
berangkat, saya malah dapat tawaran untuk ditunjukkan area Kaliulo Pringapus
oleh rekan kerja, Yang juga berdomisili di Pringapus, bertepatan dengan jam
pulang kerjanya.
Sesampainya di Lemah Abang hujan tumpah dari langit, sangat
deras sekali. Tapi tak menyurutkan langkah
untuk terus melaju. Pertigaan Klepu kami ambil kiri melewati mBodean
(situs mBodean), tepat sesampainya di Perempatan Kamasan, hujan tiba-tiba
berhenti, sepertinya alam memudahkan kami.
Mengikuti dibelakang rekan, yang berkenan menunjukkan daerah
yang dimaksud. Kami belok kiri, sesampainya di hutan karet, PTPN Ngobo area
Kaliulo, kemudian kami bertanya kepada sorang ibu penderes karet. “Oh ya ada, Lumpang dan Lesung. Nanti lurus
saja ikuti jalan ini, ketemu pertigaan ambil kiri. Ada jembatan masuk kiri
lagi. Dipinggir jalan yang biasanya banyak trail lewat”, jelas beliau.
Tak menunggu lama, kami segera bergegas menuju arah yang
dimaksud, masalah kemudian didepan kami. Ternyata ada 2 jembatan dan dua-duanya
sebelum jembatan ada jalan arah kekiri dan terdapat jejak ban motor trail. Saya
kemudian pilih jembatan pertama. Tancap gas berjalan kaki. Saat mencari dimana
gerangan situs itulah gerimis mulai turun.
Kepalang basah saya tetap menyisir dikanan-kiri jalan di area perkebunan
karet. 500m pertama semangat tetap tinggi, walau tak ada orang sama sekali.
500m kedua hati saya mulai agak ragu. Tapi tetap saya berjalan agar bila
kembali benar-benar mendapat kepastian. 500m ketiga keraguan mulain menyeruak
dan sampailah di 500m keempat saya putuskan untuk balik kanan.
Walau tersenyum getir, namun beginilah suka duka blusukan.
Dan benar saja dari kejauhan Lek Suryo cengar-cengir…. “Tak kiro ilang, sampai enthek 3 rokok”, ejeknya….. “Situs ada di jembatan yang kedua”,
tambahnya. Karena hujan, mohor diparkir
di pinggir jalan beraspal. Kami kemudian jalan kaki.
Video Amatir :
Berada di dekat jalur pengangkut hasil karet dan banyak jejak
Trail, sayangnya melewatkan begitu saja.
Lesung Pringapus |
Kondisinya secara keseluruhan baik bila di lihat dari sisi ketahanan
ratusan tahun batu ini walau sama sekali tak ada yang uri – uri.
Ditambah lumut jan jamur menggerogoti batu peninggalan ini.
Fungsi Watu Lesung masa lalu, banyak yang menduga dan
mengira-ira; sebagai alat untk menyucikan ; pusaka, atau wadah air suci dan
guyonan tapi mungkin serius sebagai bejana batu tempat mandi bayi.
Terus terang saya pribadi sangat penasaran fungsi asli Batu ini... semoga kapan-kapan bisa saya temukan (barangkali di kirimi), literatur mengenai fungsi dan kegunaan watu lesung.
Beberapa dokumentasi kondisi terkini (7 des 2017) Watu Lesung ini (semoga tetap mulia dan lestari) :
Kondisi lumpang sedikit berbeda, masih mulus.
Lumpang Kaliulo Pringapus |
Menumbuk sajen, biji-bijian atau bahan makanan mungkin
menjadi fungsi sakral Watu Lumpang ini.
Watu Lumpang yang spesial (ada inkripsi,
relief) bahkan digunakan untuk upacara penetapan tanah sima.
Sayangnya saya pribadi sejak awal blusukan penelusuran situs ini belum pernah melihat lumpang spesial yang digunakan untuk upacara penetapan tanah perdikan (sima).
Dibeberapa lokasi, air di watu lumpang dipercaya memiliki khasiat. Ada yang bisa membuat awet muda, juga obat sakit gigi. Bahkan karena kepercayaan penyembuh sakit gigi, syahdan.... di satu lokasi di lereng gunung ungaran ada Watu Lumpang yang dihancurkan karena emosi warga ketika sakit gigi, berkumur dengan air di lumpang tapi malah tambah sakit.
Lubang lumpang bundar sempurna. Lumpang masih 'cantik', dan perbawa nya masih terasa.
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi.
Mohon maaf di kisah kali ini tersirat energi negatif, saya
mencoba mengungkapkan semua yang saya rasakan ketika blusukan….
Sekalian sebagai penanda dan pengingat kepada saya untuk selalu berpikiran positif
Semoga pertama
dan yang terakhir dan menjadi pembelajaran bagi saya.
Mengakhiri blusukan kemisan ini, selain lelah secara fisik dan hati. Hujan dan jalan kaki lumayan jauh cukup membuat gemetar karena sangat lapar.
Akhirnya mampir di Mie Ayam di perempatan Kamasan Pringapus
#terimakasihtantangan
#kapokbertanya
#Hobiku Blusukan