Tampilkan postingan dengan label Pringapus. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pringapus. Tampilkan semua postingan

Jumat, 17 Agustus 2018

Situs Watu Lumpang Jatipelen Desa Wonorejo Pringapus : #1


    Situs Watu Lumpang Jatipelen Desa Wonorejo Pringapus : #1 
  Jumat, 17 Agustus 2018. Beberapa kali di setelah ikut upacara memperingati HUT RI, saya penelusuran situs juga. Entah kenapa, saya merasakan sudah lengkap alias lebih afdol jika blusukan juga. Mungkin mencoba merasakan bagaimana melakukan 'perjuangan' menelusuri situs seperti para pejuang bergelirya, walaupun tak bernilai apa-apa karena tentu saja tak akan dapat disandingkan dengan perjuangan para pahlawan saat merebut dan mempertahankan kemerdekaan dari penjajah. 

       Tapi niat saya ingin juga berperan walau sedikit dan, sepele saja.... ingin pula memperjuangkan kelestarian hasil budaya sejarah bangsa, dengan berbagi cerita seperti ini. Maaf jika terlalu muluk.... Kegagalan beberapa kali rencana blusukan sebelumnya membuat saya meneguhkan hati untuk 'harus' blusukan. Walaupun tentu butuh guide spesial, karena pemandu ini pastinya harus rela berkorban waktu maupun tenaga. 
     Dua kandidat telah saya hubungi, sebenarnya 2 kandidat ini ‘ok’ semua. Namun kandidat 1 ternyata ditugaskan sebagai peserta upacara detik-detik proklamasi. Menjadi dilema, karena hari ini Jumat, waktu semakin mepet. 
    Sebagai alternatif, saya hubungi kandidat yang kedua. "Siap, tapi setengah 1 kudu selesai. Soalnya ada panggilan,dari bos!" tangkas kandidat ini cepat membalas pesan WA saya. Selain menyanggupi, beliau ikhlas menunjukkan arah bahkan menawari 4 destinasi situs benda cagar budaya yang akan kami telusuri. Tanpa pikir panjang segera saya menyusun strategi, biar rame saya dikabari Mas Eka Wp. Kembaran dari si kandidat, kembar nama maksudku, bukan kembar yang lain.... hehehe. Biar aman dari istri, anak saya ajak pula, hehehhe... kebetulan juga pulang dari upacara di sekolahnya. 
Menuju  Situs Watu Lumpang Jatipelen Desa Wonorejo Pringapus : #1 
       Tentu saja saya telah menyisipkan baju ganti di tasnya..... Janjian jam 9, singkat cerita sesaat sebelum berangkat, Mas Eka Budi ternyata punya jaringan baru, mahasiswa KKN Unnes ingin turut serta merasakan blusukan bersama kami, konon salah satu programnya 'nguri - nguri’ situs di sekitar 'Kelurahan Gedanganak'. W.O.W.... sangat jarang yang care seperti ini. Seperti yang kita ketahui, di Gedanganak ada beberapa situs salah satunya tinggalan berupa lumpang, kemudian petirtaan Gedanganak (yang sampai saat ini belum berhasil kami telusuri jejaknya, karena konon sudah didirikan rumah diatasnya. 
      Setelah terlebih dulu kami ngampiri di posko KKN, di Kelurahan Gedanganak. Kami kemudian meluncur menuju tujuan : yaitu Jatipelen Wonorejo Pringapus. Lewat jalur di area perkebunan karet, Sebelum Yoni - Arca Nandi Situs Wonorejo kami ambil kanan. Saat kami datang, jalan sedang dicor, sehingga kami mencoba mencari jalan alternatif lain. Yang membuat kami kesasar namun mendapatkan berkah. 
     Warga yang kami tanyai malah menyarankan jalan lain agar parkirnya tak terlalu jauh. 
     Situs Jatipelen ini pernah saya singgung di penelusuran sebelumnya, masih di area pringapus pula :  Lumpang Dusun Sambeng Wonorejo Pringapus
    Walaupun salah satu dari kami harus kena musibah dulu : ban Bocor... Tapi tetap semangat.
       Setelah, parkir di halaman warga, dan sebelumnya ijin nitip sebentar motor kami, kemudian berjalan kaki menyusuri pematang sawah. Jadilah, 
 Situs Watu Lumpang Jatipelen Desa Wonorejo Pringapus : #1 
     Watu lumpang di pinggir pematang sawah, dengan Posisi sudah miring. Terlihat jelas watu lumpang ini sudah ditinggalkan. 
     Ditinggalkan dalam arti sesungguhnya, tak ada lagi yang menghargasinya pun sebagai media ritual ataupun beda suci yang menjadi sarana utama upacara. 
 Situs Watu Lumpang Jatipelen Desa Wonorejo Pringapus : #1 
    Tapi masih untung tak dikenapa -napa, biasanya diremuk, dibuat pondasi atau bahkan dijual. Yang akan membuat putus lah sejarah area ini. 
    Close Up penampang atas Watu Lumpang dengan Lubang ditengahnya, 
 Situs Watu Lumpang Jatipelen Desa Wonorejo Pringapus : #1 
       Keadaan yang cukup panas membuat Watu Lumpang ini seperti membara saja, tak ada tanaman yang menghijau disekitarnya, bahkan rumput keras pun ikut mengering. Jika sedikit lebay : "Se-kering atensi warga terhadap Watu Lumpang ini", kurang lebih demikian. 
     Salam Pecinta Situs dan Watu Candi 
Situs Watu Lumpang Jatipelen Desa Wonorejo Pringapus : #1 
      Berlanjut ke Watulumpang Jatipelen 2 Pringapus. 
 Situs Watu Lumpang Jatipelen Desa Wonorejo Pringapus : #1 
#Hobikublusukan 

nb ; 
Mohon maaf kamera seadanya sehingga gambar kurang memuaskan. 

Watu Lumpang Kawah yang mempesona : Desa Wonorejo Pringapus

Watu Lumpang Dusun Kawah  Desa Wonorejo Pringapus
      Jumat 17 Agustus 2018. Masih di Blusukan Hari Merdeka lanjutan dari 2 Watu Lumpang Jatipelen Wonorejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang. Saat kami beristirahat, Mas Eka WP yang sebelumnya ban Bocor Karena tidak kuat dibonceng kembarannya, ternyata nyusul juga, walau secara pribadi sempat khawatir beliau mutung dan balik kanan. Tapi salut dengan pantang menyerahnya, dan tetap mencari kami. Sempat melihat Watu Lumpang Jatipelen 1, secara ikhlas Mas Eka WP sepakat lanjut ke Lumpang berikutnya. (saya merasa aneh, kok dadi apikan ya? Opo karena blusukan karo mahasiswi KKN ya?hehehe!!). 

      Tujuan kami masih di desa Wonorejo, hanya beda dusun. Yaitu Dusun Kawah. Dalam perjalanan, Mas Eka Budi bungkam, tak memberi cerita apapun batu cagar budaya yang akan kami lihat ini. “Pokoknya Lumpang ini sangat menarik!”, kata Mas Eka Budi penuh misteri. 

     Kira-kira 5 menitan kemudian setelah melewati gang menuju makam dusun, sampailah kami. Petunjuk keberadaan Watu Lumpang nya adalah gubuk di tengah lapang. (sebenarnya jika dimusim hujan gubuk tersebut berada di tengah sawah). 
     Pemandangan cukup indah!, 
Watu Lumpang Kawah yang mempesona : Desa Wonorejo Pringapus
      Dari rekan facebook, (maturnuwun : rekan dengan akun 'kyai tapak angin', memberikan tambahan informasi. Cukup mencengangkan. Bahwa di sebelah utara, jika musim hujan  di area persawahan ada fenomena alam yang mengagumkan. "Semacam semburan uap panas yang meletup-letup. Itu hanya terjadi saat musim hujan. Semakin besar letupan gas tersebut semakin panas airnya", jelas Kyai Tapak Angin.
      "Nama Kawah konon juga berasal  dari letupan gas tersebut", imbuhnya. Kami semua tak sabar, ingin segera masuk. Untungnya tidak dikunci. 
     Yang pertama masuk adalah tentu saja sang guide, namun tiba-tiba keluar dengan heboh lebay, “Waaahh ada kulit ular!”, Mas Eka Budi Histeris, (saking alaynya dengan aksen jawa serta bahasa wajah yang lucu, tak tega saya ceritakan..maaf), beberapa dari kami kaget namun setelah mencermati ‘hanya’ kulit ular, kami berturut turut mengintip dan kemudian masuk. 
      Sebuah pertanda bahwa di lokasi ini tentunya sangat nyaman, yang berarti tenang, nyatanya ular saja berganti kulit dilokasi ini.
     Saya jadi teringat teman yang sangat takut dengan ular, bahkan lebih kecil dari jari kelingkingnya. (mantan rekan blusukan tadi, apa kabar?) 

Istimewa, sangat!
Watu Lumpang Kawah yang mempesona : Desa Wonorejo Pringapus
     Adalah kesan pertama saya, istimewa dari bentuknya yang masih sempurna, istimewa dari perhatian warga pula. Keren pokoknya. Warga menyebutnya dengan Mbah Godek. Dikeramatkan dan masih sering dipakai untuk ritual tertentu.

Close up.,
Watu Lumpang Kawah Desa Wonorejo Pringapus
     Karena masjid sudah mulai adzan, waktunya kami untuk menyudahi blusukan ini.
     Bagaimanapun juga blusukan adalah hiburan sementara kewajiban kami Jumatan tetap harus kami laksanakan. 

Eka WP dan Mahasiswa KKN Unnes
     Sampai ketemu lagi di Blusukan, Penelusuran situs berikutnya. Maturnuwun Mas Eka Budi dan Eka WP juga teman-teman KKN yang turut serta blusukan Jumat Seru ini, Semoga kelak bisa berjumpa lagi. 
Eka Budi dan Mahasiswa KKN Unnes
     Sukses untuk project pelestarian Cagar Budaya di Kelurahan Gedanganak!

Salam Pecinta Situs dan Watu Candi 
Bersama Jagad di Watu Lumpang Kawah Desa Wonorejo Pringapus
#hobikublusukan

Situs Watu Lumpang Jatipelen Desa Wonorejo Pringapus : #2

Situs Watu Lumpang Jatipelen Desa Wonorejo Pringapus : #2
       Setelah dari Lumpang yang pertama, di Jatipelen Desa Wonorejo Pringapus, kami kemudian menyeberangi jalan, mengikuti pemandu kami : Mas Eka Budi dan masih bersama 4 mahasiswa KKN Unnes, “Ini lumpang yang kedua di dusun yang sama”, ucapnya sambil celingak-celinguk terlupa, karena sudah lama terakhir kesini, begitu alibi dari Mas Eka B. ‘Faktor U’, batin saya. 
     Beberapa saat kemudian, akhirnya ketemu juga, itupun  setelah semua terlibat mencari. Posisi sama dengan Watu Lumpang yang pertama, yaitu di pematang sawah, namun yang kedua ini kondisinya sudah terpotong tak utuh lagi. Walaupun lebih mulus, karena mungkin saja masih terpendam sebagian. Sedangkan yang pertama tadi sudah dipermukaan semua. 
     Namun kondisi sama-sama ditinggalkan. Watu Lumpang Jatipelen yang kedua ini kalau menurut saya auranya masih berwibawa. Entah kenapa perasaan saya merasa Watu Lumpang ini lebih Indah. 
     Sebelum-nya saya perlu intermezzo, mungkin yang membaca cerita perjalanan saya ini juga ada yang bosan, kok watu lumpang, lumpang lagi lumpang lagi... bagi saya walaupun banyak orang yang gak terlalu peduli bahkan meremehkan keberadaan watu Lumpang yang ‘biasa’, bukan ‘Sang Hyang Lumpang’ (berciri khusus seperti ada inkripsi, relief dll) namun bagi saya ‘cuek’ saja. Sesederhana pun, Watu Lumpang adalah jejak peradaban di masa yang telah lalu. Walapun tak menyentuh peradaban kebangsawanan hanya rakyat jelata. Biarlah yang meremehkan itu, karena orang orang tersebut merasa ilmunya sundul langit lupa melihat bumi, karena saya memang hanya ingin berbagi jejak peradaban saja. Maaf ya sahabat. Saya perlu menulis ini untuk memberikan pandangan saya juga. ---- dan untuk memotivasi diri sendiri.
Situs Watu Lumpang Jatipelen Desa Wonorejo Pringapus : #2
     Watu Lumpang yang kedua ini, secara fisik bentuknya berbeda. Terkesan agak kotak.
     Keberadaan 2 Watu Lumpang di satu area yang cukup dekat, bagi saya pribadi memunculkan dugaan ramainya peradaban waktu itu. 
Watu Pande
      Apalagi ada beberapa ciri lain, seperti tanah yang subur, dekat dengan mata air, dimana peradaban akan selalu dekat dengan ciri-ciri tersebut.
      “Tak jauh dari watu Lumpang ini ada sendang yang ada batu unik nya, Kalau warga menyebut dengan batu pande.” Jelas Eka Budi. 
     Konon menurut warga dulunya di sendang ini ada seorang empu yang bermukim dan ahli membuat senjata. 
     Jarak sekitar 100m dari Watu Lumpang.
     Namun entah kenapa, saya malah berasumsi ini adalah bakalan struktur sebuah bangunan, terlihat dari kotak-presisi yang ingin dibuat. 
      Kok bisa?! Jika ini adalah untuk menempa? Kenapa posisinya agak jauh dari air sendang. sekitar 2m. 
       Apakah tidak repot? Apalagi konon ini adalah sendang suci. 
     Jika ini batu asahan untuk mempertajam logam setelah di tempa, kenapa malah terlihat presisi? 
      Tentu saja tak ingin sedikitpun menggugat legenda yang telah mematri di hati warga tentang sendang pande ini, bahwa dulunya ada empu pembuat senjata. 
      Biarlah menjadi kearifan lokal, dan menjadi pemacu warga untuk tetap melestarikan legenda, sejarah desa nya. 
     Bersama Guide Eka Budi dan Mahasiswa KKN Unnes 2018 Kelurahan Gedanganak

Salam Pecinta Situs dan Watu Candi 
Bersama Jagad : di Situs Watu Lumpang Jatipelen Desa Wonorejo Pringapus : #2
      Bersambung Lumpang Berikutnya : Lumpang Kawah Wonorejo Pringapus. 

#hobikublusukan

Kamis, 02 Agustus 2018

Lumpang Dusun Sambeng Wonorejo Pringapus

Lumpang Dusun Sambeng Wonorejo Pringapus
       Kamis, 2 Agustus 2018. Lanjutan dari Blusukan Kemisan : Setelah Lumpang di Ngorolou Pringapus kemudian Lumpang di Kebonagung Pringapus. Destinasi kegita ini kami menuju Dusun Sambeng Desa Wonorejo masih di kecamatan Pringapus. 
   Dari Kebonagung, kami kembali ke arah Pasar, kemudian Pringsari menuju Wonorejo, sebelumnya mampir pula di lokasi yang menurut infoman ada watu Lumpang. Berada di pabrik Handuk, saya bela-belain beli handuk tapi yang paling murah, 25k... eh tetap dapat tanggapan dingin dari satpam. 
      Ya Sudahlah.... Mereka belum tercerahkan kok.... mungkin di-didik untuk curiga...agar aman... hehehe.
      Melanjutkan perjalanan, menuju arah Wonorejo setelah itu ada salah satu gang disisi kanan (sepertinya sebelum SDN Wonorejo - jika tidak sebelumnya)
Lumpang Dusun Sambeng Wonorejo Pringapus

     Mohon maaf saya bener-bener lupa petunjuk jalannya. Namun satu yang masih saya ingat, tujuan kami kali ini mencari Lumpang yang berada di Rumah seorang warga (RT 03) Bapak Yohanes. 
     Singkat cerita, sampailah kami. "Watu Lumpang ini saya bawa dari sawah yang mau dibuat pabrik. Dulunya sawah itu garapan saya, namun diminta. Sayangnya Lumpang itu mau di gepuk. Saya kemudian inisiatif menyelamatkan. Eman-eman pikir saya. Soalnya batu seperti ini tentunya sangat tak bernilai. karena menyimpan sejarah. Banyak yang akan membeli, namun saya tolak", panjang lebar Bapak Yohanes menjelaskan kepada kami.
    Saya pribadi mengapresiasi inisiatif beliau, yang umumnya banyak warga yang tak peduli. Masih Ada juga yang eman-eman ingin mencoba melestarikan dengan sekuat apa adanya.
     Yang buat kami terkejut, ternyata tidak hanya 1 Watu Lumpang, namun 2. Tapi dengan 2 ukuran yang berbeda. "Saat kesini belum ada lumpang yang kecil itu", ujar Mas Eka Budi nampak kaget bin surprise. "Memang benar, itu baru saja saya selamatkan dari sawah juga, malah sama pemilik akan dibuang", tambah beliau
   Seperti minum es degan saat terik panas...nyesss!! begitu mendengar langkah Bapak Yohanes... Salut pak!
       Detail Lumpang 1, 
Lumpang Dusun Sambeng Wonorejo Pringapus
      Umumnya watu lumpang kuno yang kami telusuri. Berukuran lumayan dengan lubang yang presisi dibagian penampang atas-tengah. Dugaan sebagai sarana ritual persembahan watu lumpang ini dulunya memiliki fungsi khusus.
    Detail Lumpang 2,     
Watu Lumpang 2 : ukuran lebih kecil
     Ukuran lebih kecil. Dugaan saya pribadi sebagai media menumbuk entah biji-bijian atau ramuan obat. 
     Atau bisa jadi media ritual setingkat rumah tangga saja sementara yang berukuran besar digunakan seluruh kampung... Maaf dugaan saya saja yang tak berilmu.
Penampang atas Watu Lumpang
    Beberapa informasi tentang keberadaan Batu peninggalan kami obrolkan, sangat gayeng bincang-bincang kami. Seperti sudah lama kenal saja. 
     (berkah sesama pecinta situs mungkin---). "Dirumah saya juga ada!" pekik Seorang Bapak yang kemudian ikut bergabung dengan kami. 

     Yang ternyata beliau adalah Adik Kandung dari bapak Yohanes. Bapak Paulus namanya. "Kapan-kapan mampir kerumah mas", ajak beliau.
Gendar Pecel, kopi dan udud adalah sesuatu
     Jika ada waktu, sekarangpun saya siap. Namun sayang sekali durasi blusukan membatasi langkah saya.. hehehe... salam keset gatel Mas Dhany!
   Setelah merasa cukup kemudian kami berpamitan. melanjutkan aktifitas.
    Setelah sebelumnya mampir di Gendar pecel di pertigaan Dusun Sambeng (tepat di poskamling) yang awal berangkat tadi sempat saya lirik.

Mas Eka Budi Dan Bapak Yohanes : hanya punya dokumentasi ini)
     Maturnuwun Mas Eka Budi sudah menyita waktunya, mengorbankan jam istirahat kerjanya. Sampai ketemu lagi ya... jangan kapok... masih ada 5 watu lumpang lagi lho...
--- (semoga ada kelanjutannya)

Salam Pecinta Situs dan Watu Candi

#HobikuBlusukan

Penelusuran Jejak di Pringapus : Watu Lumpang Makam Ngorolou Pringapus (Belakang Pasar Pringapus)

Watu Lumpang Makam Ngorolou Pringapus
            2 Agustus 2018. Kamis blusukan nampaknya sudah menjadi candu bagi saya, seperti ujaran seseorang yang dipopulerkan di komunitas sesama pecinta situs….. tapi saya lupa siapa…. Istilahnya “Nyandi itu Nyandu”. (Tapi tentu saja terkecuali rekan saya…hahahha. Apa kabar kawan?). Bagaimana tidak? Ibarat zat adiktif, penelusuran ke situs-watu candi seperti mempengaruhi alam bawah sadar saya. Jika lama tak blusukan saya akan gelisah seperti orang yang sedang kecanduan berat. Entah pagi ini, beberapa kerjaan yang harus jadi membuat under pressure, jika norml sebenarnya kerjaan itu biasa saja. Namun entah kenapa hari ini saya sama sekali tak bisa fokus. Sempat ngopi dan njarum dulu. Tapi tak mempan, saya tetap merasa tak tenang, malah saya berpikiran ketakutan akan terjadi sesuatu, barangkali pertanda apa gitu…. Ach! semoga saja tidak. 
 Watu Lumpang Makam Ngorolou Pringapus

     Dan tiba-tiba saja seperti terpekik, “Astaga! Lama ga blusukan, itu masalah saya”, langsung saya menyusun strategi, Prioritas pertama adalah Arca nandi di Temanggung, dimana sahabat saya ini berbaik hati seminggu sebelumnya memberikan share lokasi plus foto situs ketika pulang kampung melewati area ini. Namun sayangnya, share lokasinya ternyata ada kadarluarsa. Keraguan mulai muncul, karena saya jam 1 harus sudah diposisi awal lagi (Ungaran-durasi jemput anak), sementara saat saya terbersit untuk blusukan sekitar jam 9 lebih. Maturnuwun mas Hendrie, lain kali ya----. 
     Sambil mikir cara plus mencari alternatif lain, saya hubungi tiga rekan, (saya berani menyebut nama, bukan berarti menyesali yang tak bisa--- saya benar benar memahami--- karena saya yang spekulasi kok---jika tak bisa ya tak apa). Yang pertama Lek Trist (Max Trist nama bekennya), blogger pula, dia adalah orang pertama kali yang ketemu dan sama-sama kecanduan candi. Walaupun saya tahu kemungkinan kecil bahkan nol%, karena beliau ini lagi mengumpulkan banyak uang untuk blusukan luar pulau…. Jadi tertib masuk kerja. Pikir saya, saya hanya ingin mengajak… jika bisa syukur, jika tidak ya biasa saja… heheheheh---- misi 1 gagal. 
       Rekan kedua yang ku hubungi, Mas Eka WP spekulasi juga karena rekan yang satu ini kecanduan candi tipe demam alias panas dingin, terkadang semangatnya meluber tak bisa dibendung, eh dilain hari 360 derajat alias cuek .... hehehehe, ternyata sedang tugas luar. Sibuk tentu sudah pasti, karena beliau ini calon pejabat ideal. Ideal di kantor, karena jarang bolos (ajakan saya gagal terus : loyalitas-dedikasi tanpa batas walau tunjangan ngepas---salut!!!) dan dirumah ideal, karena…. (sensor) heheheh, malah jadi inget kawan lain yang punya keset unik. Masih kah bagaimana kesetnya? Tambah unik? ---- Misi 2 gagal pula. 
       Saya juga hubungi sahabat yang ketiga bersamaan dengan misi yang kedua tadi, bernama hampir sama pula, nampaknya merekapun berencana membentuk kongsi Paguyuban khusus Eka. Hehehehe. Awalnya cukup lama membalas pesan, saya sudah menyusun rencana nekat ke tujuan awal, yaitu Temanggung. Walaupun tanpa bekal petunjuk. Sesaat sebelum sampai di pertigaan arah exit tol, depan DPRD, (Saya dari Alun-lun Ungaran menuju Temanggung) hape saya bergetar tanda ada pesan yang masuk. Angka hitungan trafict light juga masih lama, iseng kubuka, eh Eka yang kedua alis Mas Eka Budi menyanggupi dan sudah siap menunggu di rumahnya. 
      Jadilah. “Tujuan kita banyak, tergantung durasimu. Hanya seputaran Pringapus”, Mas Eka Budi menawari. Saya sich oke saja. Karena yang penting itu ya biar gelisah berganti jadi pikiran fresh. Aneh memang! Hehehehe. 
     Kami meluncur menuju Pasar Pringapus, belok kanan. Petunjuk nya ada sungai kecil, setelah jembatan ambil kanan, menyusuri gang perkampungan,  kemudian ketemu dengan makam dusun Ngorolou Desa Pringapus.
      Setelah parkir motor, kemudian kami memasuki kompleks makam. Kebetulan saat saya kesini ada warga yang menggali makam. Nampaknya baru saja ada yang meninggal. Untungnya posisi penggalian cukup jauh, sehingga tak ada rasa sungkan saya ketika mendokumentasikan Watu Lumpang. 
Watu Lumpang Makam Ngorolou Pringapus 
       Posisi watu lumpang di area belakang makam. Dengan kondisi yang cukup lumayan walaupun banyak sisi yang grompal. 
Watu Lumpang Makam Ngorolou Pringapus 
       Dengan ukuran yang tak terlalu besar. “Dulu watu lumpang ini terpendam tanah, hanya kelihatan penampang atasnya saja”, ucap warga yang mendekat melihat saya mengambil gambar. 
        Kondisi watu lumpang nampaknya antara ada dan tiada. Ada dan diketahui warga namun tak ada sama sekali usaha untuk nguri-nguri. Sayang sekali. Lama-lama akan lapuk sendiri. Padahal ini menjadi bukti garis merah peradaban kuno yang pernah bermukim di sekitar area ini…. 
     Bererapa fungsi Watu Lumpang diyakini memiliki tempat khusus sebagai sarana upacara suci masa lalu. Dugaan fungsinya antara lain sebagai sarana ritual penetapan tanah perdikan, sarana ritual persembahan kepada Dewi Kesuburan saat permulaan ataupun masa panen.
        Mas Eka Budi sedang mengorek info situs lain, 
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi 
Watu Lumpang Pringapus
    Berlanjut ke blusukan ke Watu Lumpang Kebon Agung Pringapus 

#hobikublusukan

Kamis, 18 Januari 2018

Situs 3 Lumpang Kaliulo : Lanjutan Lumpang Lesung.

Lumpang Kaliulo    Pringapus
       Kamis, 19 Januari 2018. Blusukan satu paket dengan Yoni Situs Makam Kemasan Pringapus dan lanjutan dari Lumpang Lesung Kaliulo Pringapus (ini edisi 2). Kenapa saya sebut ini edisi 2. Ya cerita lengkapnya begini. Simak saja.. hehehe.
     Di Edisi 1, tak perlu saya ulang lagi tulisan bagaimana perjuangan saya mendapatkan informasi petunjuk arah, sahabat mungkin coba baca lagi saja ya….. biar tahu latar belakang cerita saya ini sedikit beda kesan yang sahabat dapat dibandingkan naskah hasil blusukan situs dengan yang sudah-sudah. 
    Saat mengantar rekan (karena tak ingin niru rekan pemblusuk yang ‘info’ itu didekemi sendiri), saya menunjukkan arah secara lengkap tanpa banyak alasan di Blusukan Kemisan, pada hari Kamis minggu sebelumnya, atau tanggal 12 Desember 2018, saat saya dan Lek Suryo menunjukkan Situs Lumpang Lesung Kaliulo ini bersama Mas Eka WP dan Mas Beny. Saya dengan sukarela nungguin motor di pinggir jalan, sok pura-pura jadi pahlawan padahal pingin istirahat saja. Ditambah rasa tak enak ketika Mas Beny yang baru kali ini ikut blusukan Kemisan gara-gara ijin kerja setelah urus asuransi motor ipar yang hilang (yang kebetulan aktif pula di komunitas : gantine tambah mas Imam…) jadi, saya tak tega tinggalkan begitu saja karena pernah pula mengalami.
       Karena parkir di pinggir jalan, dan dengan 3 motor itulah ada warga yang sedang “tunggu manuk” = mengusir burung yang memakan padi saat hampir panen mendekat dan bertanya keperluan kami. Secara singkat saya kemudian jelaskan bahwa kami dari komunitas pecinta situs dan watu candi ingin menelusur jejak peninggalan leluhur di area kebun karet ini : Lumpang dan lesung. “Oh Watu Tampah itu”, beliau menangapi. Warga sekitar menyebut Lesung dengan Watu Tampah karena memang mirip bentuknya secara fisik. “Sebenarnya selain Watu Tampah dan Lumpang didekatnya, ada 3 lagi yang tak jauh”, jelas beliau, sambil berlalu kearah yang sama dengan rekan saya yang sedang blusukan. 
      Kebimbangan menyeruak dalam hati saya, tapi akhirnya saya tetap nunggu motor walaupun rada gelisah, karena rekan-rekan tak kunjung kembali, rasanya semakin lama saja jam berdetik. Saya bahkan sempat mondar-mandir. Sempat terbersit doa agar bapak pemberi informasi tadi tak mengantar rekan saya “pikiran jahat”…- Namun, kenyataannya menyakitkan bagi saya….. Bapak tadi memang berniat menjadi guide bagi mereka! 
      Dari jauh ketiga rekan saya berubah nampak jadi penjahat dengan senyum dan tatapan berbonus tawa aneh, layaknya raut muka Joker antagonis film Batman. Saat tiba di depan saya, mereka tertawa ngakak persis seperti Kunti****k, pedihnya lagi bapak yang tadi ikut mesem, tak berdosa.
       Awalnya, saya sempat kekeuh ingin mencari sendiri, namun ternyata alampun tak merestui. Hujan mulai berdatangan dan ternyata salah satu dari rekan tersebut durasinya mepet sekali, janjian dengan kolega. Akhirnya pupus sudah, menjadi hero to zero. Untuk mengobati kekecewaan sekaligus ucapan welcome kemisan kepada Mas Beny akhirnya kami mampir di Mie Ayam porsi gunung merapi…. (istilah saya) di Wringin Putih Bergas….
      Saat di mie ayam inilah, seperti psychopat saja, seperti Kanker membunuh dalam diam, Mas Eka WP dengan ilmu pengasihannya menyimpan video ejekan di hp saya…. – dasar orang IT, bisa saja manfaatkan saya share it dokumentasi dengan rekan lain, dia bisa ikut kirim. Tak rela saya menampilkan di naskah ini--- kecuali ada request 25 komentar di blog…heheheheh, baru saya tampilkan dengan terpaksa.
    Setelah sekian lama memendam dendam, karena tanpa sengaja saya nonton video itu, akhirnya hari ini tersampaikan sudah pembalasan saya…hehehehhe.
      Kamis, 18 Januari 2017 setelah ngumpul dulu di Mas Dhany, kami berenam langsung otewe menuju lokasi. Tapi mohon maaf saya tak akan terlalu detail menyampaikan lokasi pas nya, karena alasan yang agak konyol…. Hehehhe : “Bukan karena rawan, namun saya juga ingin balik posisi, ketika ada orang bertanya lokasi dijawab pamer situs lain… hagaghag… puas rasanya”. Mas Eka WP…sssttttsssttt!
      Dari Situs Watu Lumpang Lesung #1 sebenarnya tak terlalu jauh. Ke tiga lumpang ini bahkan masih di satu area, haghaghag… itu karma untukmu kawan….. 

Watu Lumpang ke #2
Lumpang #2 Kaliulo Pringapus
      Ukuran Lumpang yang kedua lebih besar, dengan kondisi yang tak utuh lagi, 99%. 
       Beberapa bagian rompal. Namun masih mulus tanpa lumut. “Kemarin tertutup perdu dan rumput”, jelas Suryo Wibowo, guide, kameramen sekaligus salah satu pelaku penelikung …hehehehhe. 
     Di penampang atas Watu Lumpang, masih aman dari lumut atau jamur, sehingga Nampak cerah.
    Foto bersama dulu, 
Lumpang 2 Kaliulo Pringapus
     Saya di Watu Lumpang #2
     
Watu Lumpang ke #3 

lumpang 3 Kaliulo Pringapus
      Tak Jauh dari watu lumpang sebelumnya, kondisi berbeda, watu lumpang yang ini dengan ukuran lebih kecil dan 90% ada lumut plus jamur. 
      Yang Nampak indah tentu saja aura wau lumpang ini. Nampak alami dan terjaga bentuk bulat sempurna.
       Foto bersama lagi, 

      Saya, SSDRMK di Watu lumpang 3

watu Lumpang 3 Kaliulo Pringapus
Watu Lumpang ke #4
Lumpang 4 Kaliulo Pringapus
       Menuju Watu lumpang yang keempat, karena agak berjarak kami kemudian menggunakan motor. Saya membonceng Mas Dhany yang biasa trabas.. Swear! saya ketakutan…. Mio jalan di tanah lumpur…. Bayangkan kengeriannya. 
Lumpang 4 Kaliulo Pringapus
      Untungnya siksaan adrenalin itu tak perlu waktu lama. Watu lumpang yang keempat masih di area yang sama yaitu kebun karet PTPN Ngobo : Kaliulo Pringapus. Juga di pinggir jalan yang sama dengan Lumpang sebelumnya. 
      Kondisi Lumpang paling ‘mengenaskan’ di antara lumpang di area yang sama. Lumut, jamur ditambah rompal menjadikan lumping ini tak lagi Nampak bulat sempurna.
      Tepat sesaat setelah mengambil foto bersama (minus saya), hujan gerimis mulai berdatangan. 
Foto bersama, di akhir blusukan kemisan ini, 

       Akhirnya kami memutuskan untuk kembali. Seharusnya, Semangat Hujan nambah Edan, yang jadi salah satu jargon di komunitas tak menjadikan kami mengakhiri blusukan kali ini, tapi bila layar HP ada 10x miscall niscaya akan mengalahkan segalanya… padahal tampang preman.
Lumpang 4 Kaliulo Pringapus
       Cukup sekian, mohon maaf bila saat nulis ini dengan senyum jahat yang saya tujukan kepada seseorang, sejujurnya hanya ingin menyadarkan bahwa untuk apa info itu didekemi dewe? Haghagahgahag…
Lumpang Kaliolo Pringapus









        Video Amatir : (Proses Upload di Channel Youtube)

       









Jangan Lupa Mampir di Mie Ayam Dahsyat dekat dengan Situs ini.... Satu Porsi 8K saja....
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi 


#Hobikublusukan