Tampilkan postingan dengan label Purwodadi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Purwodadi. Tampilkan semua postingan

Minggu, 03 Desember 2017

Rumah Arca Banjarejo, Gabus Purwodadi

Rumah Fosil Banjarejo Purwodadi
 Minggu, 3 Desember 2017. Blusukan Lintas Batas yang beberapa kali kami lakukan, membuat kangen. Sudah lama sekali rasanya tak blusukan luar kota karena seorang kawan pergi ke luar pulau dimana didi kempot menciptakan lagu "Perawan Kalimantan", atau memang Raden Naya Gonggong memang dalam rangka itu... Ditambah kesibukan masing masing dari kami, terakhir berempat crew lintas batas blusukan ke Candi Angin-Brubah Jepara.
SDN Gabus 02
       Sehari sebelumnya, saya ditawari Lek Suryo untuk turut serta menapaki jejak peninggalan purba daerah pesisir kuno yang saat ini mulai bermunculan, banyak ditemukan oleh warga Banjarejo, Gabus Kabupaten Grobogan.  
Sesuai kesepakatan, kumpul dulu dirumah saya, kemudian berangkat berempat lewat jalur Ungaran-Kawengen-Mranggen kemudian menuju Purwodadi. Jalur Gubug-kemudian Godong, Kota Purwodadi bagi saya mengingatkan perjalalanan 7 tahun lalu saat menuju Trowulan Mojokerto. 
RM Kharisma Sar














Saat itulah pertama kali passion saya terhadap candi-situs mulai terpatri. Perjalanan pus sama dengan istri. Saat hampir sampai  di Wirosari, 7 tahun lalu kami sarapan di RM. Kharisma Sari (yang terletak di dekat Wirosari ini, foto 2010 dan 2017.
Di perempatan Wirosari kami berhenti dan mencoba update petunjuk jalan dengan GMaps, juga mencoba WA Bapak Kades Banjarejo dengan maksud minta petunjuk (Maturnuwun Pak tri Subekso cp pak Kadesnya), Mengikuti GMaps, menuju Banjarejo Gabus, dari Wirosari kami lurus (Bila kanan lewat Bledug Kuwu), kira-kira 30 menit kemudian melewati beberapa kelokan gang serta jembatan gantung yang hanya bisa dilalui 1 motor saja, (yang nantinya kami akhirnya tahu bahwa perempatan Wirosari ambil kanan lebih dekat menuju Gabus, serta jalan lebih mulus).
Rumah Fosil berada di Rumak Bapak Kades, Pak Taufik, tepat didepan SDN Banjarejo 02 Gabus.
Banon di Rumah Fosil Banjarejo
Rumah etnik khas jawa, Joglo milik pribadi yang dijadikan Rumah fosil, Detail penjelasan cukup memudahkan kami untuk mengetahui apa saja yang ada di dalam Rumah Fosil Banjarejo ini. Saat kami datang, kebetulan Bapak Kades sedang interview dengan majalah lokal. 
Sehingga kami cukup terbantu dengan detail penjelasan yang terpasang.
Alu, Pipisan dan Lumpang mini :
Rumah Fosil Banjarejo

Rumah Fosil Banjarejo
Arca Ganesha, Banon, dan tribal batu (Konon adalah lempengan alat musik), relief dari tanah liat

Rumah Fosil Banjarejo
Arca Ganesha Rumah Fosil Banjarejo
Pandangan kami saat sampai adalah tumpukan batu bata besar (banon) yang berupa pecahan yang berada di buk teras rumah fosil.  Tak sabar kami melihat apa yang ada di rumah Fosil ini, Masuk kedalam, disambut etalase yang berisi perkakas dari batu, pipisan, mini alu dan mini lumpang.
Di etalase sebelahnya ada arca Ganesha mini dan beberapa pecahan terakota-bata yang ada relief, keramik dan foto dokumentasi perhiasan emas jaman dulu (masyarakat sini berburu emas di seputaran dusun medang). 
Fosil yang terpajang di etalase Rumah fosil :
Rumah Fosil Banjarejo
Masih fosil hewan laut purba ; 

























Banteng Purba:
Tak Jauh ada Kepala Banteng Purba, bergeser di sisi sebelah kanan ada tanduk kerbau purba yang berukuran sangat besar dan panjang.
Lanjut ke tulang dan Ganding Gajah Purba.
Gading Gajah Purba
Rumah Arca Banjarejo, Gabus Purwodadi
Terus terang pak, kami sangat tertarik berkunjung ke Banjarejo ini ya karena pernah membaca di media massa tentang penemuan truktur yang konon dipercaya warga adalah pondasi istana  Prabu Ajisaka“, ucap kami saat minta ijin kepada Bapak Taufik, Kades.
Sambil beristirahat, kami membuka bekal dan minum yang kami bawa dari rumah. “Temuan Watu lesung dan struktur istana di Dusun medang. Juga masih ada petilasan dampar Prabu Ajisaka”, jelas Mas Fuad “Cukup dekat dari sini, karena menjadi salah satu dusun di banjarejo”, tambah beliau yang merupakan adik dari Pak Kades.
Benda Pusaka yang ditemukan :
Rumah Arca Banjarejo, Gabus Purwodadi
Guci Kuno

Melihat desa Banjarejo yang dikomandoi Pak Kades seharusnya menjadi inspirasi bagi desa lain bahkan membuka mata pemerintah daerah yang wilayah-nya bertebaran situs purbakala. “Bagaimana memperlakukan benda bersejarah”.
Setelah badan terasa segar kembali, dan kami sudah merasa cukup kami kemudian minta ijin melanjutkan menuju Dusun Medang.
Rumah Arca Banjarejo, Gabus Purwodadi
Foto dengan Pak Kades plus guide Lokal : Mbak Mutmainah, teman dari Mbak Laiva,

 Video Amatir

Salam Pecinta Situs dan Watu Candi
Rumah Arca Banjarejo, Gabus Purwodadi
#hobikublusukan

Jejak Medang kamulan di Banjarejo, Gabus Kabupaten Grobogan

Watu Lesung Medang Kamulan
           Minggu, 3 Desember 2017. Rangkaian blusukan lintas batas setelah mampir di Rumah Fosil Banjarejo, Gabus Kab. Grobogan kami kemudian melanjutkan perjalanan, sesuai petunjuk Pak Taufik dan Mas Fuad, serta ditambah guide local special (Matursembahnuwun mba Mutmainah ; temen Kuliah Mbak Laiva) jadilah lancar manunggal tanpa kendala sedikitpun dan tak perlu lagi membuka GMaps. 
Menuju Dusun medang kamulan

      Tujuan kami ini masih merupakan dusun yang berada di wilayah Desa Banjarejo. Sehingga tak terlalu lama. Sempat sebelumnya. Kami diantara dua pilihan prioritas pertama antara pasujudan (dampar) Ajisaka atau Watu Lesung terlebih dahulu. Akhirnya, kami menuju Watu Lesung terlebih dahulu.

        Watu Lesung ini ditemukan oleh para ‘pemburu harta karun”, saat mencari emas di areal persawahan warga pada 23 Agustus 2013. 

      Oleh warga kemudian diamankan dan di pindah ke lokasi yang sekarang, didepan rumah warga. 
Rumah dimana watu lesung berada

       Warga menyebutnya dengan Watu Lesung, Namun dengan keberadaan 3 lubang saya malah menduga ini adalah Watu Lumpang sangat spesial.
Jejak Medang kamulan di Banjarejo, Gabus Kabupaten Grobogan

    Spesial lubang 3

    Yang unik selanjutnya, dan membuat saya merasa beruntung bisa melihat Watu Lesung ini adalah motif teratai di sekeliling batu yang memang sekilas (jika memaksa) mirip lesung. 
    Saya sengaja mengikuti saja, apa yang sudah terpatri di masyarakat, menyebut batu sakral jejak masa lalu ini dengan "Watu Lesung", agar tak membingungkan. Walau secara pribadi saya malah menduga ini watu lumpang spesial.
   "Sampai hari ini, masih banyak orang yang laku ritual di situ, dulu", ungkap Ibu Endang SR., pemilik rumah dimana Watu lesung ini berada dihalaman rumahnya.

Video Amatir:




       Salam Pecinta Situs dan Watu Candi

       Setelah cukup di Watu Lesung Medang, kami kemudian menuju "Pasujudan Prabu Ajisaka", yang tak jauh dari lokasi ini. Sekitar 5 menit, menyusuri jalan dusun cor2an kembali ke pertigaan dimana kami sempat bimbang, kali ini pertigaan tersebut kami lurus, jika kiri kembali ke Rumah Fosil.
     Dari Kejauhan, beberapa pohon besar yang tinggi menjulang terlihat dan menjadi tujuan kami. Tepat dibelakang madrasah lokasi Dampar Ajisaka berada.
(saya Foto landskape komplit tapi entah mengapa hilang---- saya lagi nego rekan untuk minta fotonya.... : Nyuwun Nggeh Kang Achid Zamroji)
     Kesan pertama tiba dilokasi ini, suasananya sangat menyejukkan, tenang. batu Dampar Ajisaka sudah dibuatkan pengayom dalam bentuk rumah tertutup.
        Sambil menunggu juru kunci, kami membuka bekal dulu, makan bersama dengan suasana seperti ini terasa nikmat sekali. 
Ditengah sawah, dibawah pohon rindang ditambah sangat kelaparan... sungguh nikmat!
    Beberapa saat kemudian, bukan pak Basrofi yang datang namun seorang warga yang membawa kunci (saya lupa tanya namanya. Kemudian mempersilahkan kami untuk masuk rumah Batu Pasujudan Ajisaka yang dikeramatkan warga ini.
Petilasan Ajisaka, Dusun Medang Banjarejo
       Didalam ruangan, ada dua batu datar yang dipercaya warga masyarakat sebagai dampar ajisaka, sebagian lagi tempat semedi Prabu Ajisaka
     Kesan sakral, sangat berwibawa sangat terasa sejak dibukakan pintu saat kami masuk. Butuh keberanian lebih untuk saya berfoto di lokasi ini.
Di Batu Pasujudan Ajisaka Medang, Banjarejo
        Setelah merasa cukup, kami menyudahi blusukan luar kota ini, tapi saat akan perjalanan pulang saat berpamitan dengan Mbak Mutmainah : “Eman – eman kalau tak mampir di Bledug Kuwu”, kata Mbak Mutmainah menyarankan. Jadilah kami…. 
saya dan istri
        Keunikan, Bledug Kuwu adalah lumpur yang berasa asin air laut, padahal Daerah ini ada di tengah pulau jawa. Yang menguatkan dugaan bahwa dulu selat muria sampai juga di wilayah ini = Bledug Kuwu dulunya lautan.

#hobikublusukan