Selasa, 15 November 2016

Mengejar Yang Tersisa di Ngrawan Bawen : Arca Ganesha

Arca Ganesha Ngrawan Bawen
      Masih rangkaian di Blusukan Salam Jengkol Bersama Lek Wahid, Mbak Derry dan Mbah Eka. Setelah di reruntuhan Candi Ngasem, Watu Lumpang Kenteng Jetis Bandungan. Selanjutnya tujuan kami adalah Arca Ganesha di Ngrawan.
     Dari Lek Wahid, informasi keberadaan Situs ini berawal dari postingan Mas Artdie di Grup Facebook Dewa Siwa 14 november yang lalu..., kemudian respon memberikan penunjuk arah plus di hari H malah jadi guide.
     Janjian di Pertigaan Ngrawan, Dusun Keongan, pananda paling mudah dari arah Ambarawa, melewati SMK N 1 Bawen, Kemudian sebelah kanan ada gang yang khas ada petunjuk jahit sepatu plus sepatu berukuran jumbo... Masuk 100m, lalu sampailah.... (Mohon ijin mas Artdie foto saya cantumkan ya)
Arca Ganesha Ngrawan (foto by artdie)
   Awalnya kami mengira ini adalah nandi yang terpendam separuh, namun setelah kami minta ijin warga, ternyata 'sepotong' Arca Ganesha yang tinggal pinggang kebawah, mengingatkan kami satu arca yang tak jauh dari Ngrawan : Arca Baran Gembyang  = sama sama tinggal sepotong bagian bawah.
Ganesha Ngrawan (foto by Derry)
     Kami sepakat tanpa berdebat melihat ciri-ciri sisa tambun nya perut, kemudian bentuk tangan dan posisi duduk. 100% kami sepakat ini Arca Ganesha. Kemudian tanpa di setting beberapa dari kami menyebar ke sekeliling membentuk perimeter, karena keyakinan kami yang lain, tentu ada batu pendukung yang lain.
sumber : http://blog.sivanaspirit.com/

     Ganesha sendiri adalah salah satu dewa terkenal dalam agama Hindu dan banyak dipuja, yang memiliki gelar sebagai Dewa pengetahuan dan kecerdasan, Dewa pelindung, Dewa penolak bala/bencana dan Dewa kebijaksanaan. 
     Dalam relief, patung dan lukisan, sering digambarkan berkepala gajah, berlengan empat dan berbadan gemuk. Dikenal pula dengan nama Ganapati, Winayaka dan Pilleyar. 
    Dalam tradisi pewayangan, ia disebut Bhatara Gana, dan dianggap merupakan salah satu putra Bhatara Guru (Siwa) (diolah dari berbagai sumber).
      Hasil penelusuran rekan, tak jauh dari lokasi Arca Ganesha memang ada satu batu berbentuk kotak, presisi yang kami duga salah satu unsur struktur bangunan yang berkaitan dengan arca Ganesha ini.









    Foto close up potongan Arca Ganesha, memperlihatkan ciri khas : 

Perut tambun Ganesha
      















     Foto dari Belakang :
Arca Ganesha Ngrawen Bawen

 Foto dari Samping :

Arca Ganesha Ngrawen Bawen

   
      Ketika mengerumuni potongan arca Ganesha ini, warga banyak yang penasaran. Setelah itu kami malah mendapatkan banyak informasi. Dulu memang banyak dan pernah dikumpulkan menjadi satu dirumah mantan kepala desa beberapa periode silam. 
    Bergegas kami mencoba menggali informasi, yang kata warga istri bapak kades tersebut masih ada. Dan kami disarankan untuk bertandang kerumah beliau. 
    Dan hasilnya, Kami sangat terlambat... tahun 90an.. memang benda purbakala itu dikumpulkan di depan rumah Bapak Kades, dengan maksud untuk diselamatkan dari mafia kolektor. namun karena gangguan-gangguan di luar nalar, kemudian benda purbakala tersebut dikemblikan dilokasi awalnya. Namun saat ini sudah banyak yang hilang. entah.... Begitu kurang lebih yang kami dapat.
     Namun yang pasti, benda cagar budaya di area ini erat kaitan dengan tinggalan yang berada di dusun lain : Arca Nandi Mustikajati dan Watu Candi bertumpuk di Belakang Poskamling Ngrawan Bawen.
     Semoga masih ada yang tersisa, dan suatu saat kami sempat menelusurinya... untuk kami bagi ke keturunan kami nantinya....

Beberapa yang terjepret kamera :
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi

Mari Ketahui, dan Lestarikan

nb :
Terimakasih kepada para kontributor foto (all blusuker today)

Blusukan ke SeKenteng Dusun Ngasem, Desa Jetis Kec. Bandungan

Kenteng Dusun Ngasem, Desa Jetis Kec. Bandungan
     Selasa, 15 November 2016 masih melanjutkan penelusuran Masjid Wurung Ngasem Kauman. Dari destinasi pertama, kami lanjutkan. keluar menuju jalan Bandungan Ambarawa. Lokasi mudahnya cari saja SMP IT Assalam (Saat kami kesini sedang proses pembangunan), semoga kelak jika sudah jadi masih ada jalan untuk kembali ke lokasi ini. 
     Tepatnya di belakang bangunan calon sekolah tersebut, emnyusurii jalan tanah melewati saluran irigasi, kemudian melewati pula kebun bunga hias milik warga. 
   Menyempatkan foto syantik bersama di syini....
foto by eka wp : yang terdepan.
     Susuri kebun bunga ini terasa adem sekalli hati... (selain hawanya memang adem sekali, namun cukup mengobati penat pekerjaan. 
     Setelah kebun bunga hias dengan rumah plastik ultraviolet (untuk istilahnya saya tak tahu)... 
    Intinya metodenya cukup modern.), kemudian melewati pula kebun salak pondoh. 
     Yang kompak kami melirik ada beberapa salak yang siap makan.. hehehehe.. sssttt-- tak kami lanjutkan. daripada salah satu dari kami di cari si pemilik. wakakakk.
     Informasi detail di sawah milik siapa watu (dikenal warga), kenteng ini saya tak mengetahui. tangan pertama dua orang tsk (Mba Derry dan lek Wahid) yang kemarin pertama penelusuran tak tahu pula, tak ada informan yang bisa kami tanya. Saat kami disini tak ada warga satupun. 
    "Ada watu kenteng disana", kurang lebih begitu informasi yang didapat. Watu kenteng = identik dengan lumpang atau yoni---.
Kenteng, Jetis Bandungan
    Berada tepat ditengah pematang sawah, saya pikir... jika orang lewat pasti sengaja/tidak pasti menginjaknya. Padahal dulunya watu ini... (Namun itu duluuu sekaliii) sangat istimewa bagi komunitas yang ada di area ini. 
Kenteng, jetis bandungan
     Berdasar tulisan di beberapa sumber, baik online maupun buku... (se-ingat saya), tapi kurang lebih : Jika lumpang masih sederhana, tanpa relief, tanpa hiasan tanpa inkripsi (tulisan).... diduga Lumpang itu berupa tinggalan sebuah entitas komunitas yang tak terlalu besar.. semacam padukuhan jaman dulu... untuk ritual tertentu...seperti misal ritual sebelum tanam padi atau digunaan untuk mencampur sesajen dengan cara sesajen, atau tempat menyembelih hewat korban sepeti Ayam.
Kenteng Dusun Ngasem, Desa Jetis Kec. Bandungan
      Sementara, jika hal tersebut diatas lengkap.. dimungkinkan menjadi penanda penetapan sima. Sima adalah tanah perdikan yang diberikan oleh penguasa kepada rakyatnya didaerah tersebut, karena jasanya atau kesucian daerah tersebut. 

     Video Amatir Menunggu proses : >......

Blusukan rasa salak pondoh :


Salam Pecinta Situs dan Watu Candi













Nb : Maaf Gambar kualitas HP.. Sing penting blusukane 'e dudu alat potret (alih2 nyesel ga punya SLR)
    

Menelusuri Jejak Masjid wurung di Dusun Ngasem Kauman Bandungan : a.k.a Reruntuhan Candi

Situs yang dikenal warga "Masjid Wurung" di Dusun Ngasem Kauman Bandungan
        Selasa 15 november 2016, sudah agak lama tak blusukan guman saya pagi itu... Ketika buka WA grup ternyata ada rekan yang nawari guide blusukan, "Libur, agak meriang", kata Wahid.... "Loh meriang kok nawari blusukan?", tanya saya --- 
    Kemudian saya berpikir keras nyari siapa yang mau untuk 'diakali' mboncengke.. hehehe..Maturnuwun Mbah Eka WP., 
     Berangkat dari Perpus Ungaran, kami menuju Project terlebih dahulu untuk sekedar minta teh anget bu ketua...wkwkwk.. sayangnya saat kami kesini eh TSK pulang.      Ga Beruntung.... Tapi penelusuran baru dimulai, sambil agak sedikit rikuh, kami kabari wahid... barangkali sudah "mendingan" meriangnya. 
     Kami tunggu di dekat garasi Bis Citra Dewi sambil Nge  Teh Anget. 
     Eh Beruntung sekali bagi saya... ngidam semur jengkol di warung yang kami singgahi ada.... langsung Tancep kayon .... Seporsi Semur Jengkol Kami tandaskan.
Semur Jengkol Ngasem Bandungan
      Awalnya, Mbah eka geleng kepala.... "Dah Makan", tapi 5 detik berikutnya, bangun dan langsung ambil piring...
     "Swalayan nampaknya".. haghaghag... "Padahal tadi pagi sarapan pete", cerita dia.
   Beberapa waktu setelah itu, datanglah wahid yang meriang... tapi blusukan tetap riang.
    Segera, Kami bergegas, yang penunjuk arah meriang tapi blusukan riang... lek Wahid
     Kami melewati gang sebelum pasar ambil ke kiri.  Masuk terus kemudian ambil kanan... Melewati tugu dan balai dusun. 
     Kemudian Sampailah :
Masjid Wurung Dusun Ngasem Kauman Bandungan
    Kami yakin, masih banyak sebaran watu candi, yang adalah struktur sebuah bangunan suci (===saat ini orang mengenal dengan candi), masa lalu. 
     Entah bangunan peribadatan, perabuan, maupun mengenang/'memuja'/monumen atau mendoakan raja yang telah tiada.
    Di dekat pembagian air warga ini bertumbuk beberapa watu candi yang berpola, presisi dan beberapa ada kuncian antar batu. 

     Dimana kuncian ini pada akhirnya tersusun menjadi bangunan. (tanpa perekat- antar batuan).
     Awalnya kami bertiga.... Beberapa warga kami gali informasi namun hanya tahu batu ini disini. Kemudian kami mencoba reat sejenak sambil ngeTeh dan Ngopi di warung dekat balai dusun. 
gambar xx : Mba derry nampak kejauhan, Mbah eka
    Tak berapa lama Mba Derryy Aditya datang. 
     Tepat kedatangannya, Mbah eka sedang bertanya.... (beruntung sekali si informan tahu banyak).... (Gambar xx).
     Nambah personel penelusuran, menambah semangat kami untuk kembali menyibak tinggalan leluhur yang tersebar di area ini. 
     Apalagi, bincang Mbah eka dengan warga memperoleh informasi : Ada upak di depan rumah warga dan ada watu candi di rimbunan pohon bambu tak jauh dari tumpukan watu candi diatas.
Umpak Ngasem Bandungan
   Segera kami konsolidasi dan segera menelusuri. 
Hasilnya :
     
       Dari cerita warga, umpak ii sempat dipindahkan ke lokasi 'tak lain.... namun entah kenapa batu itu 'tak mau dipindah'. Setelah kulonuwun dengan pemilik rumah -kebetulan ibu-- dan kami dipersilahkan.... 
Umpak di depan rumah... di taman deket kolam:






   Dari umpak Ngasem Bandungan ini, kami berlanjut informasi selanjutnya... Watu candi di rimbunan pohon bambu. 4 kali kami mencoba bertanya kepada warga... tak ada jawaban pasti. Yang ada ya memang di tumpuk di dekat pembagian air, juga banyak yang terpendam. Serta ada beberapa yang sudah dipakai untuk pondasi rumah (berada tak jauh dari tinggalan bertumpuk watu candi ini)...  
     Knon katanya, karena sebab itulah.. rumah tersebut tak ada yang berani menempatinya.... 
----
    Blusukan Semur Jengkol bersama Mbah Eka WP. Lek Wahid, Dan Mba Derry.
Blusukan Maboek Jengkol : ekspresi tertekan jengkol jaket cokelat
Salam Pecinta Situs dan Watu candi

Ketahui dan Mari Lestarikan

   Blusukan berlanjut ke Sekenteng... Masih di Bandungan. 

nb :
mohon maaf gambar kualitas Hp....

Jumat, 04 November 2016

Menelusuri Jejak Cagar Budaya di Tegal Candi, Desa Wujil Kecamatan Bergas kabupaten Semarang

Tegal Candi Wujil Bergas
      Jumat, 4 November 2016, Satu bulan tak blusukan benar-benar membuat saya kehilangan fokus... entah karena saya mungkin saking tergila2-nya pada situs... atau hanya alasan kurang jalan-jalan saja. entahlah.... walaupun badan masih belum fit karena batuk masih hinggap di tenggorokan, tapi tawaran Mbah Eka WP untuk diboncengke tak bisa aku tolak.
     Janjian jam 10, kami langsung meluncur ke TKP, dan ternyata sahabat lain telah standby di Wujil pula, Mas Eka Budhi sebagai penunjuk jalan serta Mas Dhany. Jadilah kami berempat (Sebenarnya berlima dengan putrinya mas Dhany). 
        Sebelumnya, Kawasan Wujil ini adalah kawasan favorit saya, dekat dengan situs Kalitaman-nya yang sangat indah dan luar biasa misterius bagi saya. Juga masih satu desa dengan Watu Lumpang Wujil.
      Jejak Cagar Purbakala ini berada di depan rumah warga Bapak Minin (Anak-nya adalah kawan dari mas Eka Budhi) di Wujil Kolang Kaling secara Administratif di RT 09 RW I Kelurahan Wujil Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. 
Tegal Candi Wujil Bergas
     Melihat 3 bongkah batu ini, warga yang tak memiliki passion terhadap sejarah pasti acuh dan tak peduli. 
Tegal Candi Wujil Bergas
     Padahal sungguh luar biasa jika melihat dari kacamata pecinta situs, Begitu besarnya (saya menduga) ini struktur bagian bawah sebuah bangunan suci... tak terbayangkan struktur bagian atasnya. 
      Beberapa lubang berbentuk kotak, kami duga adalah kuncian dari batu diatasnya. 
Tegal Candi Wujil Bergas
     Dari obrolan kami dengan warga yang tertarik dengan aktifitas kami dan kemudian turut gabung dan banyak cerita kepada kami. Dulu banyak ditemukan batu bata berukuran jumbo disekitar struktur watu ini. Bahkan dari sumber yang lain disekitar sini pernah ditemukan arca Ganesha yang kemudian dijual ke mafia kolektor Rp.600rb.
Kolang kaling - Tegal Candi, Wujil Bergas
   Posisi awalnya 3 struktur watu candi bagian bawah ini di tengah-tengah kebun. Kemudian salah satu warga berinisiatif menarik dengan truk kemudian dipinggirkan.

       Kami kemudian mencoba mencari disekitar, dengan menelusuri perimeter  100m di sekeliling situs ini. Ternyata jejak keberadaan Batu Bata Jumbo masih ada di belakang rumah ... tak jauh dari keberadaan struktur watu candi ini. 
    Kami Lanjutkan ke Pemakaman Umum warga, beberapa keunikan masa lalu terlihat disini. Ada makam yang nampaknya di keramatkan, dari informasi yang saya dapatkan, beliau yang bubakyoso desa dan ulama penyebar agama.
     Di salah satu nisan terdapat inskripsi nama yang cukup berbeda, dengan huruf arab


     Setelah dari makam, kemudian kami lanjutkan penelusuran Jejak Cagar Budaya yang lain di Wujil ini...      








     Blusuk mendadak bersama : Mas Eka Budi, Mbah Eka WP, Mas Dhany.
sumber foto : Dhany Putra corp.
     Salam Pecinta Situs dan Watu Candi
Di tegal candi Wujil

















     Ketahui, Lestarikan.... harusnya cukup Mudah...

Jumat, 28 Oktober 2016

Menelusuri Jejak Watu Candi di Wujil bergas

Watu Candi di Wujil
    Jumat 28 Oktober 29016, perjalanan lanjutan dari penelusuran jejak bangunan suci di Tegal Candi Wujil Kecamatan bergas
    Dari lokasi pertama, kami keluar ke arah jalan desa, melewati kantor kelurahan  Wujil. Kira-kira 500m sebelah kanan ketemu dengan tujuan kali ini, warga mengenal ini dengan watu lumpang terbalik:
      Berada di depan rumah warga, kondisi awal watu candi ini terbalik. Kemudian kami balik, (Ijin warga yang kebetulan dekat dan melihat aktifitas kami)
    Perdebatan seru kami, di awali dengan informasi warga tentang penyebutan watu ini : watu lumpang. 
     Namun kami semua sepakat ini bukan watu lumpang, karena bentuknya sangat berbeda.
   (Saya masih nunggu foto hibah watu ini dalam posisi masih terbalik)
     Sempat terpikirkan bahwa ini watu kloset, namun ini hanya ide liar kami. Karena belum menemukan jawaban. Adapula yang menebak ini adalah 'washtafel"... Maklum sebagian besar dari kami adalah orang awam yang belajar mencintai watu situs tinggalan purbakal.
     Secercah informasi dari Kang Candra, petualang asal Bumi Medang, dimungkinkan ini adalah tempat mandi bayi kaum bangsawan. 
      Beberapa warga kami tanya, namun tak ada yang tahu. Sayangnya tuan rumah tak ada pula. Cerita asal muasal watu ini masih gelap bagi kami.

     Blusuk Sebelum Jumatan bersama Mas Eka, Mbah Eka dan Mas Dhany

Salam Pecinta Situs dan Watu Candi

Ketahui, Lindungi, Lestarikan dan Edukasi ...

Rabu, 28 September 2016

Yoni Karang Kranggan, Desa Bangak Banyudono Boyolali

Yoni Karang Kranggan, Desa Bangak Banyudono Boyolali
    Rabu, 28 September 2016. Lanjutan penelusuran nekat kali ini. Setelah Yoni Pasar Gladag Solo, Yoni Warna-Warni Bangak Boyolali. Dan masih bersama mas Yogga Wahyudi : Matursembahnuwun mas
   Dari Dsn. Jetis, keluar gang ambil kiri 50m kemudian ada jalan ke kanan ambil arah melewati jalan beton tersebut. Ikuti saja, telusuri sampai melewati jembatan Tol (Semarang Solo --- saat saya kesini baru tahap pembangunan, banyak mobil proyek--- jadi banyak debu dan dump truck yang lalu lalang---)
     Setelah melewati jembatan, langsung saja ambil kekiri, tak sampai 100m .....sampailah kita.

     Dadi cerita yang saya dapat, yoni ini baru saja ditemukan saat pembangunan jembatan tol Semarang-Solo.
   Kemudian atas kesepakatan pimpinan proyek dan warga dusun Karang Kranggan, Kemudian Yoni, lingga dan watu candi serta batu bata jumbo ini dikumpulkan dan diletakkan di depan rumah warga. 
Yoni Karang Kranggan, Desa Bangak Banyudono Boyolali
     Secara Umum Kondisi yoni masih relatif bagus. Lingga juga masih ada. 
     Penggambaran Siwa selain sebagai manusia, seringkali digambarkan dalam bentuk lingga.
      Lingga yang digambarkan sebagai kelamin laki-laki biasanya dilengkapi dengan Yoni sebagai pasanganya. Persatuan antara Lingga dan Yoni melambangkan kesuburan. 
Lingga Karang kranggan

     Dalam mitologi Hindu, yoni merupakan penggambaran dari Dewi Uma yang merupakan salah satu shakti (istri) Siwa.

      Pada permukaan yoni terdapat sebuah lubang berbentuk segi empat di bagian tengah – untuk meletakkan lingga – yang dihubungkan dengan kehadiran candi.

    Yoni merupakan bagian dari bangunan suci dan ditempatkan di bagian tengah ruangan suatu bangunan suci. Yoni biasanya dipergunakan sebagai dasar arca atau lingga. Yoni juga dapat ditempatkan pada ruangan induk candi
Lubang dimana Lingga ditempatkan

     Bentuk Yoni berdenah bujur sangkar, sekeliling badan Yoni terdapat pelipit-pelipit, seringkali di bagian tengah badan Yoni terdapat bidang panil. 
   Pada salah satu sisi yoni terdapat tonjolan dan lubang yang membentuk cerat. Pada penampang atas Yoni terdapat lubang berbentuk bujur sangkar yang berfungsi untuk meletakkan lingga.
Cerat Yoni Karang Kranggan
     Pada sekeliling bagian atas yoni terdapat lekukan yang berfungsi untuk menghalangi air agar tidak tumpah pada waktu dialirkan dari puncak lingga.
      Dengan demikian air hanya mengalir keluar melalui cerat. 
      Beberapa ahli mengemukakan bahwa bagian-bagian yoni secara lengkap adalah nala (cerat), Jagati, Padma, Kanthi, dan lubang untuk berdirinya lingga atau arca.
alas lingga : perekat di lubang Yoni
     Lingga dan Yoni mempunyai suatu arti dalam agama setelah melalui suatu upacara tertentu. 
     Sistem ritus dan upacara dalam suatu religi berwujud aktivitas dan tindakan manusia dalam melaksanakan kebaktiannya terhadap Tuhan, dewa-dewa, roh nenek moyang dalam usahanya untuk berkomunikasi dengan mereka. 
     Dalam ritus dan upacara religi biasanya dipergunakan bermacam-macam sarana dan peralatan, salah satu di antaranya adalah arca. (diolah dari berbagai sumber)

Yoni Karang Kranggan, Desa Bangak Banyudono Boyolali
Batu Bata berukuran besar
     Namun sayang sekali, hanya terpaut kurang dari 3 bulan, (cerita dari mas Yogga. Saat dia datang kesini, Batu bata masih ditumpuk di dekat Yoni, namun sekarang sudah dibuat pagar rumah disepanjang gang ini, sayang sekali.

     Sudah dibuat pagar, dicat juga. Pastinya semakin hilang benang merah pengetahuan generasi mendatang.
Batu Bata jumbo, Karang Kranggan, Desa Bangak Banyudono Boyolali

           Saat kami datang kesini, warga yang sedang nongkrong bingung ketika kami minta ijin ingin mendokumentasikan Yoni... Mereka terbengong-bengong. Saya baru tersadar, dan langsung mengubah dengan watu purbakala. Dari pengalaman itulah.... semakin menguatkan pribadi saya sendiri untuk terus berusaha mengedukasi masyarakat tentang situs purbakala. Salah satunya ya dengan tulisan ini. Mohon maaf bila masih ada banyak kekeliruan, tak bisa detail karena tentu saja keterbatasan ilmu saya, mohon dimaklumi.



 Terimakasih spesial untuk mas Yogga Wahyudi , sudah guide, meminjami hpnya juga untuk ambil gambar, ditambah kirim lewat WA .. semoga kebaikan mas dibalas beribu kebaikan pula untuk njenengan nggeh.

         Salam pecinta situs dan watu candi...


      Tolong stop perlakuan sembarangan.... Ini Istimewa, sakral di masa lalu.... Hargai sedikit, Ketahui dan Lestarikan....

Video Amatir (23-11-2017):

----
      Ini bisa jadi icon desa/ bahkan menjadi destinasi wisata sejarah/agama.... dan tentunya berkaitan dengan seluruh pengembangan aspek kehidupan yang lain terutama potensi ekonomi...---ach maaf jadi ngelantur.
     
nb : 
Mohon maaf kualitas gambar mengecewakan, maklum SLR rusak... dan pakai hp saja. namun yang pasti bukan alatnya, yang penting penelusuranya.... idem?