Kamis, 05 Mei 2016

Situs Sejarah di Kolam Renang Muncul Banyubiru Kabupaten Semarang

Situs Muncul banyubiru
         Kamis, 5 Mei 2015. Sudah sejak lama saya dapat informasi adanya Yoni, Lapik arca, selo dampar dan arca di Kolam Renang Muncul ini. Namun baru di kesempatan liburan bareng keluarga ini saya bisa menengok.
     "Sekali jalan banyak maksudnya" .... begitulah kira-kira kali ini saya menceritakan perjalanan kali ini. Yang pertama tentu saja bisa 'piknik sama keluarga', sekaligus ngajari anak renang. Yang kedua..... ethok2 e ngejak orang tua ntraktir pecel keong & opor bebek.... murah meriah tapi moga bermanfaat.... hehehehe. Gambar pecel keong & opor bebek di akhir naskah.
Kolam Renang Muncul Banyubiru
    Bagi saya pribadi, tentu saja bisa menyambangi situs di Kolam Renang Muncul ini. 
    Rute dari rumah, saya lewat jalur yang biasa, Semarang - bawen, kemudian belok kanan melewati Jalur Lingkar Ambarawa. 
     Perkiraan saya exit tol Bawen padat kendaraan karena liburan. Perempatan alias trafict light Pojoksari ambil kiri menuju jalur Banyubiru.  Tak Sampai 15 menit sampailah.
Renang di muncul bersama Jagad P.M.
    Informasi yang saya dapat, Arca di buatkan rumah-rumahan di dekat pintu masuk Kolam Renang, sebelum masuk bayar tiket terlebih dahulu.
     Karena tujuannya piknik keluarga, saya masuk dan ke kolam renang terlebih dahulu, tentu saja sempat melirik arca Muncul.
     Beberapa saat di kolam renang, anak sudah kecapekan.... tibalah passion saya... alias eksplor kecantikan arca muncul... walaupun sudah terpotong setengah bagian. 
tiket Kolam renang muncul

     Tapi bagi saya tetap mempesona.

Tiket Kolam Renang Muncul Banyubiru @ Rp. 5000,- 


    Dari sumber tangan ke dua... Saya mendapatkan cerita : 
Sumber 1 :
     Konon dahulu kala, Kolam renang Muncul ini adalah Pemandian Putri Raja, atau yang dikenal dengan petirtaan. Buktinya, oleh warga memang banyak ditemukan arca dan watu candi lain yang tersebar di sekitar pemandian muncul.       "Sebenarnya masih ada ada Arca namun sengaja di pendam untuk keamanan", ujar penjaga loket kepada Max trist (seperti yang diceritakan kembali kepada saya.     Pohon besar dan arca yang di pendam kembali itu memang dipercaya warga sebagai penjaga mata air muncul ini.. (Sumber cerita dari wawancara Max Tris dengan sedikit improvisasi)
Sumber 2 : 
    Senada dengan sumber yang ke 1, Mba Derry juga menceritakan perihal penemuan berbagai unsur sebuah bangunan kuno... namun ditimbul kembali..... konon posisi bangunan kuno ada di bangunan pintu masuk ...

    Air di Pemandian Muncul ini memang terkenal akan kejernihan dan sejuk nya..... Semoga tetap lestari..... Mari tetap jaga lingkungan.
Situs  Muncul Banyubiru Kabupaten Semarang
     Penemuan-penemuan watu candi, arca dan lapik kemudian oleh pihak terkait dikumpulkan menjadi satu dan dibuatkan rumah-rumahan. "Selain sebagai keamanan juga penanda bagi generasi penerus", kata penjaga karcis saat saya tanya. Saat ingin mengabadikan butuh perjuangan bagi saya untuk menyingkirkan barang-barang yang nampaknya sekaligus dijadikan Gudang (mohon maaf pengelola....), namun kenyataannya begitu. ayolah..... jika rumah arca ini cantik bukankah menjadi tambahan nilai destinasi wisata....????
     Tinggal separuh nya, arca yang anggun itu... namun saya tak mendapatkan informasi, tentang perihal mengapa hanya tinggal sepotong.... 
   Dibawah potongan arca ada lapik arca, kemudian dibawahnya lagi, ditumpuk.... Yoni yang kondisinya lapuk di hampir semua bagian, sehingga, nyaris tak simetris bentuknya. 
    Ukuran Yoni Muncul : 
  • Panjang : 63 cm
  • Lebar : 63 cm
  • Tinggi : 53 cm
Yoni Muncul Banyubiru
    Ada cerita menggelikan namun sungguh miris..... Saat saya mengeksplor ... banyak pengunjung yang memandang aneh kepada saya kemudian menengok..."Apa sic yang saya foto?", setelah menengok pandangan pengunjung tambah aneh.... Mungkin memang belum adanya keterangan yang dicantumkan di rumah arca ini oleh pengelola...... (moga2 baca ini...)
    Lama-lama risih juga, itulah yang membuah saya urung untuk melihat "apakah ada lubang atau tidak" di lapik arca, juga mnenengok bentuk lubang di penampang atas Yoni tempat lingga berada. 
   Arca Separuh....

   Dari pengamatan saya pribadi, juga kesimpulan beberapa rekan..... kami duga ini arca siwa...walau memang tidak sungguh sungguh yakin.  Ukuran Arca : 
  • L : 25 cm 
  • T : 27 cm 
  • Tebal: 12 cm
     

    Selain Arca, Lapik, Yoni... Di Obyek Wisata Pemandian Muncul ini juga ada watu candi yang dinamakan Selo Dampar, Kondisi selo Sampar ini sudah memprihatinkan, bukan lagi retak namun sudah pecah.

Ukuran 
  • Panjang : 57 cm
  • Lebar : 40 cm
  • Tinggi : 17 cm







   
pecel keong muncul
     Setelah puas menengok tinggalan peradaban leluhur ini, saya berlanjut 'kulineran' :
 merasakan pecel Keong. Nikmat juga rasanya, setelah cape-cape berenang, ngisi perutnya pecel keong ...... monggo yang minat, perlu dicoba..... 
Opor Bebebk Banyubiru
      Sebagai buah tangan bagi orang dirumah, saya mampir pula di Opor Bebek.... tak jauh dari kawasan wisata muncul ini..... "Opor Bebek Mak Yah  Banyubiru"
     

    Rasane joss gandhos..... apalagi di tambah pete!! 


--- Keluarga Senang---saya pun terpuaskan ---- hahahahah... Blusukan Kali ini memang berbeda suasana---- 

Situs Muncul banyubiru
Save This Not Only a Stone!!

Mari Kunjungi dan Lestarikan....

Salam Pecinta Situs dan Watu Candi

      
    

Minggu, 24 April 2016

Menelusuri Situs Tlogo Mijen Semarang

Menelusuri Situs Tlogo Mijen Semarang
     Minggu 24 April 2016, Blusukan kami lanjut mengikuti panduan dari Mas Imam, Dari Candi Dudak Mijen, Kami keluar menuju arah Jatibarang. Melewati Situs Duduhan depan mie ayam langganan kami, jalan ke bekas Eskavasi Candi Duduhan, Yoni Duduhan, Yoni Lumpangsari Duduhan, dengan tujuan Desa Tlogo masih di Kelurahan Jatibarang Kecamatan Mijen.      
     Pertigaan ambil ke kiri, kira-kira 500m ada gang sebelah kanan (gang sebelum arah Gunungpati, bila lurus arah Kaligetas). Saat kami sampai disini, terasa ada yang janggal... Ya teman rombongan blusukan kami tak nampak.... Lek Max Trist .... Kami mencoba balik arah, bahkan kami semua...... hmmm entahlah...semoga ga kenapa-kenapa/ barangkali mampir di rumah 'mboknom' kata rekan ... hahahaha. Tinggalah kami ber-empat.
    Sibuk nyari Lek Trist itulah, saya tak sempat ambil gambar petunjuk arah. Mohon Maaf.
Lapik Arca Situs Tlogo Mijen Semarang
    Karena Mas Imam sudah pernah menelusuri Situs Tlogo ini, kami tinggal menuju lokasi. Lapik Arca berada di depan rumah seorang warga. Bapak ..... (nunggu info mas Imam). Saat sampai, tak ada orang di rumah tersebut. Jadilah kami minta ijin kepada depan rumah alias tetangganya. Satu ibu-ibu dan anak gadisnya..... "Meh dibaleni pora lek suryo?neg ra ta baleni dewe lho....? hahahah!"
Lapik Arca Tlogo : Diatasnya dulu ada Arca
    Untuk menjawab rasa penasaran ibu dan anak gadisnya tersebut, kami berinisiatif menjelaskan tentang aktifitas dan kami berasal dari Komunitas DEWA Siwa alias pecinta Situs dan Watu Candi. "Oooo, watu itu pindahan dari sendang sebelum kampung ini", jelas Ibu tersebut --jalan menuju yoni duduhan--end--.
    Sayangnya kami terlupa tanya nama beliau. Kami sempat memberikan kenang-kenangan Stiker dewa Siwa, namun sayangnya yang tertulis di belakang stiker bukan no hp satu diantara kami..... heheheheh.
     "Di belakang rumah ini, juga ada batu kuno mas, tapi kami tak tahu apa.... "lanjut ibu itu.
 Segera kami meluncur, ditambah rasa penasaran kami, "Watu ne alus berbentuk hampir persegi" jelas Mas Imam. Seketika, beribu pertanyaan hinggap di pikiran kami, mungkinkah Menhir????.
    Di belakang rumah persis MENHIR itu berdiri miring.....
Menhir Tlogo Mijen Semarang
Menhir, adalah batu tunggal, biasanya berukuran besar, yang ditatah seperlunya sehingga berbentuk tugu dan biasanya diletakkan berdiri tegak di atas tanah. Istilah menhir diambil dari bahasa Keltik, dari kata men (batu) dan hir (panjang). Menhir biasanya didirikan secara tunggal atau berkelompok sejajar di atas tanah, namun pada beberapa tradisi juga ada yang diletakkan terlentang di tanah. Menhir, bersama-sama dengan dolmen dan sarkofagus, adalah megalit. Sebagai salah satu penciri utama budaya megalitik, pembuatan menhir telah dikenal sejak periode Neolitikum (mulai 6000 Sebelum Masehi)...(sumber : wikipedia)
 Situs Tlogo Mijen Semarang
     Menhir di Tlogo ini terlihat ada sedikit usaha perusakan, "Ooia, grompal watu itu dulu ada yang berusaha memecah untuk dijadikan material pondasi, namun yang memecah itu sakit dan tak dilanjutkan, takut kuwalat katanya..." jelas Ibu tersebut.
    Posisi Menhir tepat di sebelah pondasi...nampaknya menjadi pertanda..... tak lama lagi Menhir ini bernasih seperti yang sudah-sudah.... semoga hanya kekawatiran saja... karena yang terjadi... menhir ini di lindungi!!!
     Blusukan Bareng Dewa Siwa minus Lek Trist yang raib entah kemana :
Di Situs Tlogo Mijen : Lek Suryo, Saya, Mas Imam dan Mbah Eka
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi
Foto bersama Menhir :














Mari Kunjungi dan Lestarikan
@ssdrmk di Tlogo Mijen Semarang
    

     Karena hari sudah beranjak sore, saya berpamitan kepada rekan lain... untuk mendahului pulang..... Sepertinya mereka berencana tetap melanjutkan ke beberapa situs lagi.....
---- to be continue--- perjalanan menelusuri sejarah berikutnya.

nb : dan kisah menular pada saya.... sebenarnya saya ambil gambar Menhir lebih dari 10x...namun tak satupun yang bisa clear... semua terlihat blur... foto saya yang jelas itu hasil jepretan lek Suryo.... Menhir ini jadi saksi....Kamera saya rusak.... dan Menhir Tlogo Mijen menjadi jepretan terakhir kamera saya....---- ach...  padahal saya sudah minta ijin----

Watu Lumpang Situs Wonolopo Mijen Semarang

Watu lumpang Wonolopo Mijen
     Minggu, 24 April 2016, setelah dari Pertitaan kuno Cangkiran, tujuan penelusuran selanjutnya yaitu ke double Lumpang di Jatisari Mijen (pengulangan bagi saya pribadi), di area ini kami juga melewati Candi Tempel Mijen yang berada di dalam lokasi ternak ayam. Namun karena tak menjadi destinasi blusukan 'Mingguan" kali ini jadi kami hanya melewatinya, selain prosedur masuk area ternak yang ribet bin susah tentunya. Maka kami berlanjut ke Watu Lumpang pecah di dekat area Pondok Baitusalam Wonolopo Mijen Semarang.
    Dari Lumpang Jatisari, kami meluncur arah ke Ngaliyan, kita-kira 100m sebelum pasar Mijen ada gang sebelah kiri, sebelum XXXMart. Ikuti jalan tersebut. (mohon maaf foto petunjuk yang saya ambil hilang entah kemana, ada secercah harapan, nampaknya Kang Mas Roso bersedia membantu saya untuk mengambil gambar petunjuk, rumah beliau dekat area ini..jadi tunggu saja.. Plus saya juga dijanjikan untuk dapat dongeng yang berkembang secara turun temurun di Wonolopo ini..... tak sabar rasanya,...).  
Begini ceritanya..... 
     Dongeng Seorang tua kepada anaknya...
    Konon, Pada masa itu..... (tersebutlah zaman Kerajaan Demak)...
     Saat itu...Sunan Kalijaga mencari Kayu Jati yang akan digunakan untuk tiang Masjid Agung Demak, di area Jatibarang.... Setelah menemukan pohon Jati yang sangat lebar (Jati Ombo), Sunan Kalijaga dan cantrik nya istirahat melepas lelah, kemudian saat istirahat tersebut, Sunan Kalijaga mengadakan syukuran "slametan'  atas keberhasilanya mencari kayu jati yang dibutuhkan. 
     Saat "selamatan' tersebut, suan Kalijaga melihat banyak petani yang sedang menjaga padi dari serangan burung 'emprit', alias pipit. Sunan Kalijaga kemudian memerintahkan cantriknya untuk mengundang para petani untuk istirahat sebentar dan ikut makan. 
    Namun jawaban petani, Jika ikut undangan 'selametan', nanti padinya akan habis dimakan burung. Merekapun sudah bawa bekal sendiri.
     Jawaban yang menyepelekan tersebut akhirnya membuat Sunan Kalijaga berujar, memang benar... burung-burung pipit itu jika warga wonolopo siap panen akan datang terus, sehingga para petani harus menjaga tiap hari jika tidak padi nya akan habis.
      Entah kebenaran atau saktinya ucapan Sunan Kalijaga, sampai hari ini burung pemakan padi siap panen ribuan jumlahnya.
    Masih di Wonolopo, Sunan Kalijaga di suatu malam ingin membangun Sebuah Masjid dalam satu malam. Hanya satu malam karena selain manusia juga bangsa jin yang ikut membantu membangun. Namun saat proses pembangunan belum selesai, ada pengganggu, dari Dusun Sebelah, dusun Sadeng membunyikan alu, seperti bunyi waktu subuh. Karena waktu dikira sudah subuh, pembuatan masjid dihentikan, padahal belum selesai.
Setelah tahu ternyata itu hanya perbuatan iseng, Sunan Kalijaga berujar, ooo perawan yang membunyikan alu tadi akan sampai tua perawane..., 
     Karena dua kejadian tersebut, daerah ini kemudian dinamakan Wonolopo. Wono = alas. Lopo = prihatin
    ---Kurang lebih begitu dongeng tutur tinular Asal Muasal Wonolopo----

     Sementara, sampai gambar petunjuk saya dapat, cari Pondok Baitussaalam Wonolopo Mijen. Untuk Lebih Mudah saya sarankan tanya saja kepada warga, keberadaan Watu Lumpang ini.
Watu Lumpang Situs Wonolopo Mijen SemarangAdd caption

     Watu Lumpang Wonolopo ini, konon ditemukan warga saat akan membangun masjid. Saat itu pembangunan dipimpin oleh Kyai Kasmuri, wilayah ini erat kaitanya dengan perjalanan Sunan Kalijaga saat mencari Jati, singgah pula di area ini. Dari cerita yang beredar di kalangan para tetua masyarakat, dahulu ada bangunan suci (candi) namun kurangnya kesadaran warga, banyak unsur batuan candi yang di jarah, digunakan untuk pondasi, talud, dsb. bahkan ada yang dibuang begitu saja. Sumber cerita : interview messanger with kang mas roso. (masih nunggu dongeng lanjutan: sabar ya kawan....)
   Saat musim toto gelap beberapa tahun yang lalu ... tiap malam suasananya seperti pasar malam saja disini", kata seorang warga, menggambarkan saking ramainya pelaku ritual.  
Watu Lumpang Situs Wonolopo Mijen Semarang
     Walaupun Watu Lumpang ini sudah pecah, namun auranya masih sangat berwibawa sekali. Bahkan masih banyak warga yang ritual di sini. "
    Dari obrolan kami ini, saya jadi mendapatkan kesimpulan.... Apakah kerusakan ini dikarenakan penyalahgunaan "Watu Lumpang" ini ya? seribu pikiran membingungkan... padahal Watu lumpang ini adalah wujud benda suci sebuah upacara masa lalu.
     Penetapan Sima (Tanah perdikan), atas jasa kepada penguasa setempat. Setelah upacara penetapan Sima, Watu Lumpang juga kerap digunakan untuk ritual Suci Pra-tanam padi ataupun masa setelah panen....
Watu Lumpang Situs Wonolopo Mijen Semarang
   Sungguh jika hanya itu alasannya kemudian di rusak.... Bukankah itu kebodohan manusianya saja... bukan salah wujud batu karya leluhur ini??? (Mung dremimil bathin)

    Watu Lumpang Wonolopo dari belakang.

    Untuk Video amatir, lagi-lagi menunggu kedatangan Lek Suryo membagikan file viedo di memori hapenya.... maaf.

Blusukan Bersama Komunitas DEWA SIWA

Dewa Siwa di Jatisari Mijen Semarang
Save This Not Only A Stone
Mari Kunjungi, Selamatkan!
@ssdrmk in Watu Lumpang Situs Wonolopo Mijen Semarang

Salam Pecinta Situs dan Watu Candi

Watu Lumpang Sraten Mijen Semarang a.k.a BSB Beranda Bali

Watu Lumpang Sraten Mijen Semarang a.k.a BSB Beranda Bali
     Minggu, 24 April 2016, setelah dari Pertitaan kuno Cangkiran, tujuan penelusuran selanjutnya yaitu ke double Lumpang di Jatisari Mijen (pengulangan bagi saya pribadi), di area ini kami juga melewati Candi Tempel Mijen yang berada di dalam lokasi ternak ayam.  Namun karena tak menjadi destinasi blusukan 'Mingguan" kali ini jadi kami hanya melewatinya, selain prosedur masuk area ternak yang ribet bin susah tentunya. Lanjut ke Watu Lumpang pecah Jatisari di dekat area Pondok
Lek Suryo sedang setting self timer
     Beristirahat sejenak di watu lumpang double. Sambil mencoba menghubungi rekan Dewa Siwa yang domisili tak jauh dari lokasi ini... sayangnya 'no respon'. Foto dokumentasi masih di hapenya lek suryo.... nunggu, nunggu lagi.. sementara saya pasang foto Lek Suryo, di belakangnya watu lumpang#2 berada, tepatnya di semak-semak.
    Dari area ini, kemudian kami keluar menuju Watu Lumpang Wonolopopo, setelah itu lanjut menuju Situs Watu Lumpang Sraten Mijen Semarang yang dekat dengan perumahan elit Beranda Bali BSB. Keberadaan Watu lumpang ini, saya dapat informasinya sebenarnya sudah beberapa waktu yang lalu dari Pegiat Sejarah Bapak Tri Subekso, malah cara memberi infonya dengan beliau sendiri tampil di Berita ini : http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/jadi-bukti-pusat-peradaban-hindu/
     
Gambar menuju Lokasi : susuri jalan tanah itu
       Rute menuju lokasi lumayan mudah, cari saja Beranda Bali BSB, terus saja kira2 200m ada pertigaan (sebelah kanan) ada jalan tanah.... masuk jalan tersebut...susuri jalan tersebut sampai masuk di kawasan Hutan Karet milik sebuah PT. Swasta... (alamat hilang jika sudah saatnya di buat perumahan elit lagi = nunggu banjir...)
Watu Lumpang Wonolopo : dibawah pohon karet
      Untuk petunjuk selanjutnya tergantung kesabaran sahabat sekalian, Watu lumpang persis dibawah pohon salah satu karet..... ( atau liat dulu video amatir kami biar membantu).
Watu Lumpang Wonolopo 
      Di Masa lalu, watu lumpang sangat sakral. Peninggalan Masa Hindu Kuno ini salah satu fungsi atau tercipta sebagai prasyarat atau menjadi sebuah media (sarana) Penetapan wilayah Sima --(Bebas Pajak) yang merupakan anugrah / penghargaan dari penguasa kepada pemimpin wilayah tersebut. Berjalanya waktu Watu lumpang di gunakan pula dalam upacara-upacara sakral lain, bahkan air di watu lumpang sangat disucikan dan oleh sebagian masyarakat ada tuah nya.
    Saat kami menelusuri jejak watu Lumpang Wonolopo ini nampak pula sisa-sisa ritual, terlihat dari bekas pembakaran menyan di atas watu lumpang.
    Dari obrolan kami, Hutan karet ini di beberapa lokasi ada papan peringatan larangan merumput, dll. Karena wilayah ini milik sebuah PT.Swasta  alias pengembang perumahan..... hmmm..... Hanya bisa mengelus dada alias menyesali tak mampu berbuat banyak.....----#$%#@%!!!

Video Amatir : 

       Blusukan Bersama : sang Guide Mas Imam, Lek Max Trist, Saya @ssdrmk, Mbah Eka dan Lek Suryo
Watu Lumpang Sraten Mijen Semarang a.k.a BSB Beranda Bali
Save This Not Only a Stone

Mari Kunjungi dan Lestarikan.... Selamatkan!
Salam Pecinta Situs Watu Candi

---Perjalanan Blusukan Kami Lanjutkan ke Situs Tlogo Mijen Semarang---

Menelusuri jejak Candi Dudak di Dusun Dudak

Candi Dudak di Dusun Dudak
    Minggu, 24 April 2016. Lanjutan blusukan bareng crew Dewa Siwa setelah dari Petirtaan kuno Cangkiran Mijen Semarang.  Dari petirtaan kami menuju area Jatibarang. Dimana bertebaran beberapa situs, bahkan beberapa waktu lalu ada proses eskavasi di area Jatibarang. 
    Dari Cangkiran menuju BSB/Ngaliyan, sebelum mako Brimob Semarang ambil kanan,masuk jalan ber-paving kira-kira 300m ada pertigaan ambil kanan lagi... bila kiri menuju Duduhan (dusun fenomenal di Semarang karena banyak watu candi) :  watu candi di warung Mie Ayam, Yoni di wumah warga, Yoni di kebun warga dan bekas eskavasi Candi Duduhan. 
gambar 1 ( ipal komunal mijen)
     Ikuti jalan gang kampung, cari dusun Dudak (saat ini berganti nama menjadi Sidodadi, Kelurahan Mijen Kecamatan Mijen Semarang/ cari petunjuk gambar 1. 
    Dari petunjuk tersebut, motor kami tinggal di rumah bulik nya Mas Imam ; "Kita jalan kurang lebih 1 km menyusuri saluran air, melewati pematang sawah dan menapaki jalan setapak di ladang warga", pandu mas Imam. Untuk selengkapnya jalan menuju lokasi kami dokumentasikan dalam bentuk video amatir, hape lek Suryo.. 
Part 1 :












Part 2


     Singkat cerita, setelah kami jalan kaki cukup lama, akhirnya sampai juga....
 Candi Dudak di Dusun Dudak
     dari penelusuran wawancara mas imam ke beberapa tetua masyarakat, didapatlah kisah tutur tinular : "Alkisah, pada jaman dulu tersebutlah nama Raden 'Wonoyudo", beliau kasmaran pada seorang putri dari kerajaan sebelah... saat ingin melamar putri raja tersebut.... Raden wonoyudo dibegal (rampok). (Saat ini dikenal dengan nama kampung dungbegal), karena kalah segalanya Raden wonoboyo terbunuh dan kemudian dimakamkan di dusun Dudak ini warga. 

Gumuk Candi Dudak Mijen Semarang
    "Dulu gumuk itu banyak sekali batu bata yang berukuran besar, ada hiasan, relief bahkan banyak patungnya", cerita Mas Iman, seperti yang dituturkan kakek tetua masyarakat dusun Dudak. "Ada juga tatanan batu yang menyerupai lantai/ pondasi, namun banyak yang di bawa pulang, dipakai untuk pawon, pondasi rumah." tambahnya"Seiring berlalunya waktu, tumpukan batu batu itu secara alami tertimbun tanah dan lapuk, ajur sedemikian rupa seperti yang terlihat sekarang", 
   Ada berbagai kisah, sejarah yang beredar mengenai Candi Dudak ini, agar takk membingungkan cukup satu aja (diatas) tentang Raden Wonoyudo yang saya selipkan... Sambil menunggu kajian historis dari pihak berwenang. 
     Tak jauh dari Candi Dudak ini, ada pula Candi Duduhan yang baru di eskavasi beberapa bulan yang lalu. Jika ditarik garis lurus tak sampai jauhnya melebihi 100m. Dugaan saya pribadi masih ada kaitan. Entah itu sebuah kompleks bangunan suci atau malah sebuah area istana. Bila pula melihat ciri khas sebuah  Candi, biasanya ada pelengkap yang disebut perwara, mungkin juga .
     Kemungkinan-kemungkinan yang perlu dikaji mendalam..... 

Yang masih jelas nampak :

   Blusuk Mingguan Bersama Komunitas Dewa Siwa : 

Save This Not Only a Stone!!!!
Mari Kunjungi.... Lestarikan dan Selamatkan


Salam Pecinta Situs dan Watu Candi

Petirtaan Kuno di Cangkiran Mijen Semarang

Petirtaan Kuno di Cangkiran Mijen Semarang
Minggu, 24 April 2016

     Akhirnya terlaksana juga, Blusukan bareng Dewa Siwa area Mijen (plus sekitarnya) ini. Sebenarnya Lek Trist, Lek Suryo dan Mas Imam sudah sedari pagi muter-muter di Gonoharjo area (Kebetulan saya sudah pula menelusuri : Candi Gonoharjo, 4 Kemuncak Gonoharjo).
gang menuju petirtaan cangkiran
     Saya tunggu mereka di terminal cangkiran, sambil menunggu rekan lain : Mbah Eka yang merapat pula. Setelah barang sebatang rokok habis kami lanjut menuju info lama dari Kang Mas roso tentang Petirtaan Kuno di Cangkiran ini. (Lek Trist yang kebetulan sudah pernah berkunjung menjadi guide. 
    Dari terminal, kami ambil arah BSB.. melewati Gang (sebelah kanan menuju Yoni Mbah Badur), 50m kemudian di sebelah kiri masuk Gang. Tak Sampai 100m sampailah di rimbunan pohon bambu. Sampailah :
Petirtaan Kuno di Cangkiran Mijen Semarang
    Informasi yang kami dapat, dari kang Mas Roso tersebut sebenarnya sudah sejak lama kami dapat, yang fenomenal adanya relief buto yang nampaknya sebagai pancuran air, karena berlubang tembus belakang di mulut buto itu.
sumber foto : Kang mas roso

     Tahun ---- saat Kang mas Roso ke lokasi ini, beliau memberikan gambar yang sangat menarik hati kami..
model juga lek trist
Petirtaan Cangkiran : kondisi November 2015
    Namun saat Lek Trist 'sang pendahulu" ke sini sudah raib, Sekitar bulan november 2015 Lek tris ke lokasi ini, namun.
   Sayang sekali kami tak kebagian melihat secara langsung. Semoga bukan hilang, namun diamankan oleh warga....
mata air petirtaan cangkiran
    Di gambar lek Trist, petirtaan Cangkiran rungkut alias banyak ditutupi rumput liar, air juga belum mengalir dari pipa besi. 
    Saat kami datang ke pertitaan ini, air segar dan dingin mengalir dengan jernihnya. dari mata air yang muncul dari lubang di lereng jalan kampung.
     Saking jernihnya, gambar aliran air dari mata air itu tak nampak... amazing!!. Semoga tetap lestari dan selalu memberikan manfaat bagi makhluk hidup. Rahayu..
     Yang masih tersisa dan membuktikan bahwa sendang ini dulunya Petirtaan kuno, keberadaan watu candi kotak berukuran besar, beberapa mempunyai pola tertentu.
    Selain ada yang di jadikan betengan, ada pula yang dijadikan alas untuk mandi/ cuci pakaian warga. (minimal masih punya manfaat).
      Ada pula batu yang berelief dan ada hiasan di ujungnya, nampak seperti hiasan di ujung bangunan petirtaan

     Video Amatir, property ne lek suryo :  


Blusuk Bersama :
Mbah Eka, Lek Trist(duduk), Saya @ssdrmk, Lek Suryo dan Mas Imam


Save This, Not Only a Stone

Mari Kunjungi dan Lestarikan
Petirtaan Kuno Cangkiran : ssddrmk was here


Salam Pecinta SItus dan Watu Candi

---Perjalanan penelusuran berlanjut.....