Tampilkan postingan dengan label umpak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label umpak. Tampilkan semua postingan

Kamis, 20 Desember 2018

Ekspedisi Mongkrong Wonosegoro Boyolali : Lumpang, Umpak.... dan tragedi

Lumpang - Umpak Mongkrong

        Kamis, 20 Desember 2018. Setelah mendokumentasikan 2 Yoni di rumah Pak Didik, sudah link blog Yoni situs Mongkrong , seperti yang telah di tawarkan beliau, kami akan dipandu oleh karyawan Pak Didik. 
SDN Mongkrong 02 Wonosegoro

      Ada beberapa situs yang akan kami telusuri dengan guide Pak Santoro. 
     Dari Rumah Pak Didik di dekat Pasar Mongkrong, kemudian kami melanjutkan penelusuran, dengan terlebih dahulu parkir di Rumah Pak Santoro yang berada di seberang SDN Mongkrong 02. 
     Ternyata kami diajak berjalan kaki melewati lapangan sepakbola tepat di Samping SDN Mongkrong 02.
     Kami sebenarnya penasaran, apakah jarak jalan kaki jauh atau hanya selemparan batu saja. 
     Ternyata, setelah berjalan melintasi Lapangan, kemudian memasuki halaman belakang rumah seorang warga yang nampaknya dapur.
    Dibawah pohon Serut, tepatnya Destinasi yang kedua kami berada. Situs Lumpang-Umpak Mongkrong berada.

Lumpang - Umpak Mongkrong 
     “Saya menyebutnya Watu Lumpang, mbah saya juga menyebut watu lumpang”, jelas ibu pemilik Rumah. Sementara Pak Santoro mengungkapkan bahwa masyarakat mengenal dengan Watu Lumpang Punden. 
Lumpang - Umpak Mongkrong 
       Ada dua watu purbakala memang, yang berukuran besar Nampak seperti ‘bekas’ lumpang yang hilang separuhnya pada bagian atas lumpang, menyisakan samar lubang bulat ditengah.
Lumpang - Umpak Mongkrong 
        Sementara batu yang berukuran lebih kecil, kami sempat berdiskusi sejenak. Memunculkan dugaan bahwa ini umpak sebuah bangunan suci masa lalu. 
       Dimana ada hubungan dengan kepercayaan masayakat bahwa area ini dulunya pernah ada sebuah bangunan suci lengkap dengan beberapa arca. Kata Pak Santoro Salah satunya yang akan kami telusuri nanti. 
     Setelah mendokumentasikan 2 watu purbakala Lumpang dan Umpak, kami kemudian berjalan lagi menyebrangi lapangan bola menulu “Lawangan”, saat kami mencoba bertanya detail apa dan bagaimana Lawangan tersebut, Pak Santoro menjawab, “Lihat saja nanti”, terus terang kami kepo… (alias sangat penasaran…) apakah dorpel pintu candi? Atau tangga candi.. tak sabar rasanya.
Menuju Lawangan : Pintu Gaib 

      Setelah berjalan menyusuri jalan terjal, dan ternyata mengarah ke sungai sampailah kami…

Situs lawangan : Mongkrong Wonosegoro
     “Ini Pintu Graib, yang menghubungkan dunia ini dengan dunia lain”, jelas Pak Suntoro. Kami semua bengong, saling lihat satu sengan yang yang lain.. 
     Kemampuan kami tak ada satupun yang sensitive dengan indra keenam. Alhasil tak lama kemudian satu persatu kami naik lagi. 











     Namun pemandangan di sungai berbatu alam ini sungguh mempesona.
   “Semoga penelusuran berikutnya menggembirakan. Dari ‘Lawangan”, kami kemudian arah ke lapangan lagi, langsung ambil kanan menyusuri lapangan, tepatnya mengarah persis dibelakang rumah yang ada lumpang dan umpak tadi.
    “Tempat yang akan kita tuju ini ada Arca Dewa cukup besar sedang menginjak sapi”, jelas Pak Suntoro. Kami berempat seketika gembira meluap luap. 
      Berada di tengah kebun Jati, yang banyak ulat daun jati. bikin geli plus merinding, apalagi ternyata Bu Wahyuni K. yang sampai berekpresi lucu... hehehhe... terbersit melempar 1 saja...wkwkwk 'pikiran jahat'....), sampai kami ingin berlari tak sabar melihatnya. 
     Namun takdir tak dapat ditolak….
     Kami sangat terlambat...
Bekas Arca Mongkrong 

      " Beberapa tahun lalu saya masih melihat jelas arca tersebut, bahkan Pak Didik pernah rasan-rasan ingin mengamankan melestarikan dirumah beliau", jelas Pak Suntoro. 
      Seketika saat tahu sudah tak nampak lagi Arca tersebut. 
     Yach.. terlihat jelas sisa sisa penghancuran arca tersebut.... 
      Ingin rasanya teriak... dan kulari kepantai.... biar teriaknya lepas tak ada yang peduli... 
     Namun apa daya... Wonosegoro jauh dari Pantai. Sedih? sudah pasti...
      "Sebenarnya selain arca tersebut, dulu banyak batu bata jumbo disini. Banyak yang diambil warga dijadikan pondasi", tambah Pak Suntoro sambil menunjukkan remukan 'banon' yang tersebar luas.....
      Sibuk dengan pikiran masing-masing, cukup lama kami terdiam kemudian satu persatu kami berlalu. Nampaknya Pak Suntoro memahami perasaan yang berkecamuk dalam hati kami. 
      "Ini masih ada satu lagi, ikuti saya", hibur beliau.... dan bersambung....





     Saya Bu Nanang dan Mas Seno, Pak Nanang yang foto di Lumpang mongkrong #1 :


Salam Pecinta Situs dan Watu Candi.










Lanjut ke Situs selanjutnya : ….. wonten candake 
- Lumpang di jalan Gang Mongkrong 
- Unfinished Arca Dusun Krangkeng desa Mongkrong 
#hobikublusukan

Kamis, 04 Mei 2017

Yoni Doropete Kaloran Temanggung

Yoni Doropete Kaloran Temanggung
Kamis, 4 Mei 2017. Dari Situs Watu Lesung Gandulan, Kaloran Kab. Temanggung kami kemudian kembali ke arah lapangan sesuai petunjuk Lek Wahid-Mas Beny, dimana setelah lapangan kemudian ambil arah kiri. 
Menuju Yoni Doropete : denah by Wahid
Kami ikuti jalan beton tersebut, melewati kebun dan tegalan warga (penuh pohon Sengon) dan ternyata hanya sekitar 100m saja dari Lapangan kami sudah sampai.
Yoni Doropete Kaloran Temanggung
Difoto inilah kami sebenarnya menjadikan Yoni ini prioritas untuk kami kunjungi. Perbandingan dengan tubuh Lek Wahid menjadikan kami menyangka Yoni ini cukup besar… 
Wahid Cahyono : Skalameter
Dan ternyata Yoni ini tak sesuai ekspetasi ukuranya… atau kah barangkali tubuh Lek Wahid mengecil? Tambah kurus? Entahlah.. soalnya lama kami tak bersua…. Ehmm. Tapi mungkin saja. wkwkwkkwwkwk
Berada di pinggir jalan desa menuju persawahan, Yoni ini Kondisinya tak cukup bagus. Yang paling utama Lingga nya sudah Raib. 
Di hampir semua titik ditumbuhi lumut, di beberapa bagian nampak terlihat bekas usaha perusakan oleh manusia. Lubang tempat dimana Lingga (yang telah hilang) seharusnya berada berbentuk kotak persegi penuh dengan air dan daun kering (tentu saja jentik).
Cerat Yoni tanpa penyangga dan masih utuh. Sementara dibeberapa sisi bagian tubuh Yoni tepatnya di pelipit banyak yang sudah rusak. 
Di bagian bawah Yoni tepatnya tanah dibawah yoni sungguh mengkhawatirkan. Yoni saat ini sudah miring, dengan tanah dibawah yoni nampaknya tinggal menunggu waktu untuk terus tergerus, kemudian terguling, patah dan musnah. Masih diamkah kalian??????
Cerat tanpa penyangga :
cerat Yoni Doropete
Tak lupa kami menggali informasi kepada warga yang kebetulan sedang mencari rumput untuk ternaknya. 
Lubang di Penampang Atas Yoni, Dimana seharusnya Linga Berada: 
Yoni Doropete
Kerusakan di Beberapa titik Yoni Doropete:

Ohh batu itu warga disini mengenalnya dengan lumpang, dulu banyak batu batu tinggalan di sekitar sini. Malah ada 2 batu berbentuk patung sapi yang saat ini sudah raib. Entah dicuri atau dibawa museum saya tak tahu”, cerita dari warga tersebut panjang lebar. 
Serentak kami hanya bisa “Yaccchh!!!”, mau bagaimana lagi.. sudah hilang.
Tak Jauh dari Yoni Ndoropete ini ada dua potongan batu yang nampaknya erat kaitannya dengan Yoni ini. 
Memungkinkan dari bentuknya bisa Yoni ataupun Umpak.
Yoni Doropete Kaloran Temanggung
 Kemungkinan Besar Yoni, dengan ukuran sedikit lebih kecil dari Yoni yang utuh.
Yoni Doropete Kaloran Temanggung
Selain potongan batu purbakala tersebut, tersebar di beberapa titik ada banon, batu bata berukuran besar dan tebal khas bangunan penting masa yang silam. 
Yoni Doropete Kaloran Temanggung
Struktur hiasan batu candi, biasanya bagian atas :


Juga keberadaan hiasan pinggiran atap/ lantai candi (bangunan suci).
Saat akan pulang, Mas imam menjerit, “Hei di selokan ada watu candi berpola…!!”. 
Kami segera menuju lokasi dimana selokan tepat disamping “buk” gorong-gorong 5 meter dari posisi Yoni.
 Ternyata bukan hanya satu… banyak sekali!!…. 
Sayangnya bernasib sial seperti ini, dan kami yakin ini yang terlihat mata kami… entah yang sudah jadi talud, pondasi atau masih terpendam (di sengaja) dan dirusak? 
Pasti banyak lagi….. aaaccch… sumpah serapah tujuh masa…..#$#@$$#$! (maaf Baper).
Kami kemudian sepakat melanjutkan perjalanan menuju Yoni bulat masih di Temanggung sampil mengobati rasa gemetar kami belum makan siang….





Trio Blusukan Kemisan yang tetap semangat walau ndredek kelaparan.. hehehehe.
Yoni Doropete Kaloran Temanggung

Salam Peradaban
Yoni Doropete Kaloran Temanggung

Kamis, 15 Desember 2016

Menelusuri jejak Peradaban di Dusun Beku, Desa Gondang Kec. Limbangan

Lapik Arca Beku, Desa Gondang Limbangan
     





















Kamis, 15 Desember 2016.Dan 

       Blusukan "Kemisan" terus berjalan...
      Berkat postingan sangat menggoda Mas Ari As'huri, 6 desember sebelumnya. Langsung menjadi target utama saya. Barulah pada kesempatan kali ini, ritual Blusukan Kemisan destinasinya kami targetkan ke Dusun Beku, Desa Gondang Kecamatan limbangan Kabupaten Kendal. Kebetulan Mas Ari ini tinggal di Dusun Beku dan sangat dekat dengan lokasi yang kami tuju.
    Ditambah blusukan provokator dari lek wahid dan Mas Beny (double sindikat kerjo tapi dolan) semakin membuat menggebu semangat penelusuran saya. Harus segera.
     Kesempatan kali ini, kami (Saya dan Lek Suryo), bisa bertatap muka dan ngobrol langsung dengan mas Ari..  (bertambah lagi saudara kami). Rumah beliau ini ada di pinggir jalan Sumowono-Limbangan.
    Dari Rumah beliau, kami berjalan kami, melewati makam dan sampailah. Perjalanan menuju situs, kami abadikan di video amatir :
     
       Umpak ini berada di kebun milik warga, "Saya dapat cerita dari orang tua bahwa watu ini dipercaya masyarakat dulu akan dibuat masjid. Dalam proses pembuatan masjid tersebut, dipilih malam hari. Singkat cerita, ketika proses pembangunan masjid belum selesai ayam keburu berkokok. Sehingga pembangunan dibatalkan dan ditinggal begitu saja. Masyarakat mengenal watu ini sebagai watu Wali", jelas Mas Ari As'huri.
    Selain mitos tersebut, berkembang pula kepercayaan akan wingitnya watu ini.. sehingga 'amanlah dari gangguan', tambah Mas Ari seperti yang ceritakan kepada kami. Ada positif namun adapula kekurangnya. Positifnya watu ini terjaga namun kekurangannya generasi muda jadi tak tahu sejarah yang sebenarnya. Karena fakta yang sudah (di) kabur (kan) tersebut.
Lapik Arca Beku , Gondang Limbangan
   Dugaan kami, watu ini antara lapik dan umpak. Namun jika umpak dipastikan jumlahnya harus lebih dari 1. Maka untuk sementara saya menyimpulkan ini adalah Lapik arca yang ber-padma (ada teratai). 
     "Kita ke atas lagi, ada 2 watu tinggalan purbakala", tambah Mas Ari. Bukan kaget namun takjub, tanpa bertanya lagi kami langsung naik satu trap di kebun  sengon ini, rumput ilalang yang setinggi badan kami tak menjadi penghalang untuk nrabas. Hanya 10m dari lapik arca :
Lingga pathok beku Gondang

    "Dari cerita sesepuh pula, 2 watu ini memang ada kaitan dengan watu wali ( lapik arca )  yang kami lihat sebelumnya", terang Mas Ari As'huri 
    Sang pemilik lahan pun dari dulu tak berani memindah 2 watu ini barang sejengkalpun, karena takut kualat katanya. Jadi kuat dugaan masih insitu.
Watu Ember Beku Gondang Limbangan
     "Watu yang pertama, masyarakat menyebut dengan watu ember", kata Mas Ari. Ya mungkin saja karena mirip dengan ember proyek yang terbalik.
    




Watu Ember Beku Gondang Limbangan
       Watu ember, dugaan saya pribadi watu ini adalah ornamen bagian atas bangunan. Bisa pagar ataupun bangunan suci = kemuncak.
     Dua meter dari 'watu ember',  ada lingga pathok.
Lingga Patok, Beku Desa Gondang Limbangan

     Saya sedikit nekat menyimpulkan ini lingga pathok. Karena ciri yang saya dapatkan (tapi saya terima koreksi) karena saya memang nol ilmu arkeolog. hanya belajar satu persatu di dunia nyata per-blusukan saja.
      Sebenarnya 2 watu ini mirip jika hanya sekilas, namun ketika lebih detail dan close up akan nampak bedanya. Yang watu ember lebih mirip dengan bentuk bidang prisma karena kemiringan sudutnya. Untuk yang lingga pathok lurus keatas dengan bentuk oval diatas.



Video Amatir 2 watu purbakala (watu ember dan lingga patok)


     Salam Pecinta Situs dan Watu Candi Saya, Mas Ari dan lek Suryo:
Lapik Arca ber-padma di Dsn Beku Gondang limbangan
    Matursembahnuwun mas Kopi n Gedang Gorengnya

Ketahui, lestarikan..... Jangan Abaikan....
Di situs Beku, Ds. Gondang Limbangan
Salam Blusukan

     Blusukan berlanjut.... Yoni Knock Down Masih di Desa Gondang Kec. Limbanga.

Minggu, 18 September 2016

Ada Umpak di Makam Grendem Desa Campurejo Boja

Umpak di Makam Grendem Desa Campurejo Boja
           Sabtu 18 September 2016, tujuan ketiga edisi blusukan Sabtu nekat. Setelah yoni gowok desa Ungaran Boja, Candi Ngularan Boja. Kemudian kami lanjut ke daerah campurejo, dimana di area tersebut ada 2 situs yang sudah saya ketahui :  Yoni campurejo dan lumpang CV. Merapi Campurejo (hanya lek Trisno yangg berhasil masuk, entah pakai ilmu apa.  Yang lain sempat merasakan arogansi pak satpam. Hahaha... Kasian ....). 
Umpak di Makam Desa Campurejo Boja
      Kembali ke destinasi kita kali ini, petunjuk-nya adalah makam di kanan jalan (dari Boja) masuk gang cari lagi makam dusun Grendem, ikuti jalan kampung tersebut, sedikit berliku, jadi saya sarankan tanya saja kepada warga, dimana makam Dsn. Grendem Desa Campurejo.
    Langsung mudah dikenali dengan keberadaan watu purbakala di depan makam, dekat pendapa makam. Kami menduga batu ini adalah sebuah umpak. Alas tiang dari kayu.. jadi dugaan kami selanjutnya adalah dulu sekali ada bangunan yang besar sekali, melihat lubang di umpak  ini. Warga sekitar menyebutnya dengan punden desa Grendem.
     Selain umpak persegi panjang ini yang nampak, ada pula 2 patok yang di susun sedemikian rupa menjadi makamm dengan posisi umpak di tengah.
Sayangnya karena kami terburu-buru, kami tak secara detail dan teliti memeriksa 2 patok tersebut, barangkali ada inkripsi tulisan atau angkat tahun... sayang sekali. 
    Kami juga mencoba menelusuri di beberapa area makam namun hasilnya nihil. Entah, barangkali masih ada yang terpendam di tanah, menunggu warga menggali pusara dan menemukan struktur yang lain..
 Setelah dari sini, kami memutuskan untuk melanjutkan blusukan ke situs serat rawi. Singkat cerita, situs tersebut berupa makam punden, yang menurut cerita warga adalah prajurit dari Mataram Islam, yang dimakamkan sini, karena huru-hara ditengah perjalanan. Maaf no picture karena ada hal tertentu yang tak bisa kami jelaskan.
   Karena jam sudah durasi pulang, saya dan mbah eka tak ikut lagi penelusuran selanjutnya..... 
      Mblusuk bersama... Guide hunter  Mas Imam; mas eka slims, mbah eka wp., lek suryo, jagad.
Umpak Grendem Campurejo Boja
Salam Pecinta Situs Watu candi
saya dan jagad di situs Umpak Makam Dsn Grendem Desa Campurejo Boja
Ketahui, kunjungi dan Lestarikan....

Rabu, 07 September 2016

Watu Candi di Makam Desa Kalijoso Windusari Magelang

Makam Kalijoso Windusari
     Rabu 7 September 2016. Awalnya sungguh tak terencana di destinasi kali ini. Tujuan utamanya adalah Candi Selogriyo Magelang, Namun guide super** saya malah ngasih bonus beberapa situs di sekitar area Candi Selogriyo. (**ngeterke, Mboncengke, dlll. Joss pahalamu berlipat bror....)
menuju Candi Selogriyo via Payaman
    Sebelumnya, karena penat pekerjaan dan jenuh rutinitas... saya nekat di sela hari kerja memaksakan diri untuk ngajak rekan Lek Suryo dan mas Dhany Putra untuk cuti sehari dari pekerjaan. Gayung bersambut. Start dari Ungaran jam setengah 8 pagi. Kami bertiga meluncur ke Lokasi. 
      Sesampai di payaman, kami ambil jalan ke kanan, menyusuri jalan menuju kecamatan Windusari. Kira-kira 4 atau 5 km posisi di sebelah makam. Dimana di gerbang Makam, kiri kanan di letakkan Watu Lumpang.
Abaikan yang tengah : watu lumpang kembar di Gerbang makam kalijoso Windusari

     Kami menduga, kedua watu lumpang ini tak lagi in situ alias pindahan dari lokasi lain di sekitar wilayah desa ini. Kemudian oleh warga diletakkan di Makam.
   Menurut info dari Mas Nugroho Wibisono, secara administratif masuk Dusun Kalijoso Desa Kalibening Payaman Magelang (Jika salah protes sendiri nggeh sama mas bison...wkwkwkwk)
     Watu Lumpang pada masanya dikenal sebagai media penetapan wilayah Sima =  tanah perdikan oleh Raja kepada satu wilayah. Bisa karena wilayah suci ataupun karena anugerah tertentu.
     Kedua watu lumpang tersebut :
Lumpang 1 : Makam Kalijoso Windusari Magelang

Lumpang 2 : Makam Kalijoso Windusari Magelang
     Masuk di area makam langsung terlihat tatanan candi di makam juka umpak/ kemuncak/ struktur watu candi serta Lumpang ke 3.
Struktur Watu candi : yang tersisa di makam Kalijoso
   Di Sebelah Kanan, ada Watu Lumpang dengan bentuk yang sedikit berbeda dengan Lumpang 1 dan 2 yang ada di depan  pintu Gerbang Makam :
Lumpang 3 : Makam Kalijoso Windusari Magelang
    Di Sebelah kiri ada struktur watu candi yang berpola, antara Umpak atau sebuah bagian kemuncak yang hilang bagian atasnya. Setelah berdiskusi agak lama, kami bertiga sepakat ini sebuah kemuncak.
Kemuncak Kalijoso Windusari - foto by ssdrmk
Kemuncak Kalijoso Windusari - foto by Suryo
    Penampang Atas Kemuncak di Makam Kalijoso Windusari Magelang :
Kemuncak Kalijoso Windusari - foto by ssdrmk
      Namun Entah ... kebenaran sejarah itu tak ada yang benar... hehehehe. Maklum ilmu kami masih dangkal.. Mohon Pencerahannya.

     Sebuah makam terlihat berbeda, dengan tatanan watu Candi, nampaknya makam yang paling dihormati, dugaan kami yang bubakyoso atau pemuka desa/ leluhur masyarakat Kalijoso

    Namun sejujurnya, saat kami menelusuri jejak peninggalan peradaban di Makam ini tak ada yang bisa kami minta keterangan asal muasalnya.
    Hanya Dugaan Kami saja.... (Jadi ketika pembaca ada yang tahu sejarah atau cerita lebih lengkap dengan hormat mohon koreksinya.... pastinya naskah ini menjadi lebih sempurna. Rahayu!!!)
Makam Kuno di Kalijoso Windusari Magelang
     Nampak Kuncian, 2 lubang di watu candi yang dijadikan tatanan makam keramat tersebut. 
Watu Candi di Makam Kuno di Kalijoso Windusari Magelang

Video Amatir :


      Blusukan bersama Rekan Saya, Mas Dhany dan close up by Lek Suryo :

     Salam Pecinta Situs dan Watu Candi
SSDRMk di Makam Kalijoso
    Mari Kunjungi, Ketahui dan Lestarikan... Jangan Diam Saja!!