Jumat, 04 September 2020

Ditemukan Jejak keberadaan Candi ngablak, Candirejo Ungaran : Pipi Tangga Candi

Candi Ngablak, Ungaran
 
    Hari ini, Jumat 4/9/2020. Berasal dari sedikit salah sangka, ketika pak Plt kec. Ungaran barat menolak ikut blusukan Candi Renteng, tapi malah posting sesuwatu juga. 
       Walau salah duga, namun tetap saya screenshoot, tapi asline memang sedikit mbatin, woalah jebul karna kangen karo kembaran ora kembar Dampit makane wegah blusukan. Beliau posting temuan pipi candi di Ngablak Candirejo, yang notabene memang di wilayah beliau. Jadi di satu sisi saya juga berprasangka positif, walau sedikit mungkin saja ingin gerak cepat membackup. Nampaknya jiwa Pecinta Situs Watu candi Komunitas DEWA SIWA sudah mendarah daging di jiwa Bapak Eka, jadi berani meski sendirian. Selain dari komunitas, berlatar pejabat Kecamatan Ungaran Barat sehingga jalan Bapak Eka tentu lebih mudah. 
      Awalnya saya tidak ngeh, bahwa itu temuan berada di area yang dulu sempat saya juga telusuri... Link blog di : Candi Ngablak Candirejo Ungaran (Perlu sahabat baca juga agar tahu perkembangan kronologis situs candi Ngablak ini). 
     Ceritanya Bapak Turhamun, penggarap tanah kas Desa ketika akan menanam kacang, cangkulnya membentur batu. Ketika di gali ternyata batu itu berbentuk mirip gagang keris (istilah saya ambil di CandiPayungan Kaliwungu). 
     Lokasi, dimana Candi Ngablak berada :
Candi Ngablak, Ungaran
          Bersama TACB, Pamong Budaya, Pejabat Kecamatan dan Saya dari Komunitas DEWA SIWA meninjau lokasi penemuan. Dimana kami duga Candi Ngablak dulunya megar disini.
Penemuan Candi Ngablak Ungaran
      Temuan batuan tersebut memang berada di gumuk, dimana diduga dulunya pernah ada bangunan berbentuk candi. (Sekali lagi baca dulu cerita saya sebelumnya ya, biar nyambung). Sayangnya tak jelas batuan itu dibawa kemana, tak mungkin batuan struktur penyusun candi dibawa hampir semua ke bcb Jateng di Prambanan. Dugaan saya warga masyarakat waktu itu kena tipu yang membawa adalah kolekdol. Karena bila BCB mestinya malah dilakukan restorasi. Bukan malah dibawa semua, kecuali tentunya special. Bila kata warga "Batuan Yang dibawa banyak sekali bahkan lebih dari 3 truk". 
     Namun nasi sudah menjadi bubur, untuk menelisik ulang juga relatif sulit, banyak saksi mata juga hanya jarene saja. 
      Saat saya berkesempatan mampir Ngablak, Pejabat Kecamatan Ungaran Barat, Bapak Eka WP berkenan mengantar, juga malah ketua TACB Kabupaten Semarang juga ingin meninjau sekaligus survai awal lokasi penemuan plus Pamong Budaya Ungaran Barat, Mas Bram. 
Mas Bramantyo, Pak tri Subekso, Saya dan Bapak Eka WP (Pejabat Kec. Ungara Barat)
     Sesaat setelah dibersihkan :
Pipi tangga Candi
Tinggalan Candi Ngablak, Candirejo Ungaran
        
Foto : Candi Ngablak by Eka Budi 

      Pipi Candi, atau struktur batuan yang biasanya ada di kanan dan kiri Candi saat ini sementara diselamatkan di rumah Bapak Turhamun. 
       Harapannya sih struktur tersebut masih bisa diselamatkan, misal di bawa ke museum Pandanaran, agar masih ada bukti yang tersimpan dengan baik Sejarah Candirejo. 
    Close up

     Batuan peninggalan zaman Hindu Klasik ini dugaan saya sejaman atau berdekatan dengan era Candi Gedongsongo. Jenis batuan putih, perkiraan saya ini salah satu jenis batu piroklastik. Dulu akan nampak megah Candi Ngablak dengan batuan putih ini. 
Relief pipi tangga candi, nampak sederhana namun sangat indah.... :
Candi Ngablak : Kemana sekarang?
      Nama Desa Candirejo sendiri tentunya berarti pasti bahwa di area ini ada Candinya. Dari penyebutan sebuah nama tempat, orang dulu mengambil ciri mudah untuk penanda.
     Banyak sebaran situs di atea ini : (search Candirejo, Ungaran. di sasadaramk.com untuk mengetahui). 
       Dokumentasi peninjauan awal ada di Video penelusuran di Channel youtube

Salam Pecinta Situs dan Watu Candi 
Sampai ketemu di Penelusuran Selanjutnya....
Salam Kenal, dan mari nguri-nguri watu bersama Komunitas DEWA SIWA : 
Komunits Dewa Siwa
nb :
     Sebelum pulang dengan santainya Bapak Eka (saya membonceng), menempuh jalur lain kemudian tiba-tiba berhenti di depan WATU LUMPANG atau UMPAK!!!!, sedikit baper, namun apa daya..... Dan masih didekat candi ngablak Candirejo Ungaran. Dugaan saya sementara pasti terkait dengan Candi Ngablak..
Batuan candi Beralih fungsi 
    Semoga pemilik mengubah keadaan, minimal diperlakkukan lebih layak.... please ...
#hobikublusukan

Jumat, 28 Agustus 2020

Misteri Makam Dalangan : Struktur Batuan Candi Rentengkah?

Makam Dalangan

         Jumat 28 Agustus 2020. Lanjutan dari PenelusuranCandi Renteng, Tak Jauh dari Candi Renteng di jalan masuk menuju Kawasan Wisata Gunung Telomoyo ada sebuah makam keramat. Dulu dikenal dengan “Makam Dalangan’. Saat bersama anak istri ke Telomoyo beberapa tahun lalu, (sekitar 2014) sempat feeling pingin mampir. Namun karena bawa anak kecil akhirnya saya tunda. Kemudian saya mencoba bertanya di grup FB Komunitas Dewa Siwa waktu itu,  di jawab dengan sebuah dokumentasi dari Mas Hendrie Samosir yang memang benar benar ada.

Seingat saya Batu-batu Candi berbentuk balok berukuran besar. Sayangnya sampai saya nulis cerita ini tak dapat menemukan jejak digital foto unggahan mas Hendrie tersebut. Si Empunya juga kadung delete dari memori hp-nya. Sementara dokumentasi lain di dunia maya juga belum ketemu.

Alhasil Makam ndalangan memang benar-benar misterius. Dari selancar dunia maya yang saya lakukan, hanya ketemu satu cerita, yang cukup menarik (bantuan link berita online dari Legenda hidup blusukan : Pak Nanang Klisdiarto). https://Borobudurnews.com dengan artikel berjudul “Napak Tilas Tragedi Tewasnya Seluruh Kru Pewayangan di Kaki Telomoyo”.

Konon saat pertunjukan Pewayangan di Dusun Sepayung (nama dusun sebelum tragedi ini), ada angin lesus yang sangat besar…. Panggung wayang dan pohon-pohon besar rubuh menimpa seluruh kru pewayangan (Dalang, Sinden dan para Nayaga- Penabuh Gamelan) yang mengakibatkan tragedi memilukan tersebut. Kemudian seluruh korban dimakamkan di Makam yang dikenal dengan Makam Dalangan. Kemudian nama dusun berubah menjadi Dusun Dalangan Desa Pandegan Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang. Sampai saat ini tak ada yang berani nanggap wayang kulit karena takut kejadian tersebut terulang lagi.

Kembali ke topik keberadaan batu balok di makam Dalangan yang dulu pernah saya lihat melalui foto mas Hendrie, adalah struktur batuan Candi.

Batuan Candi Di makam Dalangan

Setelah saya mencari beberapa literatur yang bisa saya coba telaah. Ketemu satu dari Veerbek “Raporten 1914”, yang hanya membahas Candi Renteng. Jadi dugaan mblawur saya batuan balok itu adalah bagian dari struktur Candi Renteng. Yang kemudian di pindahkan untuk dijadikan pathokan makam.

Jejak Batuan Candi di Makam Dalangan:

Pathok Makam Dalangan : Batuan Candi Renteng?

Pathok Makam Dalangan : Batuan Candi Renteng?

 Yang tersisa hanya beberapa Batu Kotak yang sudah dijadikan Pathokan Makam, sementara yang lain entah dimana. Dugaan saya yang lain menjadi pondasi bangunan di area makam. Bangunan Baru yang mungkin saja dipakai berfungsi untuk pendopo.  Sayang sekali…… mengorbankan jejak Candi Renteng. Padahal Candi Renteng lebih kuno dan lebih nyata sebagai sebuah sejarah bukan hanya legenda asal usul.  Sejarah memerlukan bukti otentik bukan hanya tutur tinular.

Saat ini oleh warga Makam Dalangan diberi Nama Punden Arum. Namun sejarah sisik melik keberadaan dan sejarah makam perlu juga ditambahi sebagai deskripsi singkat agar generasi muda tahu legenda di Makam ini. Legenda tentang asal usul nama Dusun Dalangan. Saya kemudian baru ngeh kenapa di gerbang depan ada gunungan wayang dan tatanan Pakeliran wayang yang membuat awalnya saya berkerut.

Link Channel Youtube : 


Sampai ketemu lagi di enelusuran situs dan candi berikutnya....


Salam Pecinta Situs dan Watu Candi

Nb:

1.Maturnuwun kepada rekan rekan Komunitas Dewa Siwa yang saya repoti ketika mencari literatur jejak Makam Dalangan ini ; Mas Hendri Samosir, Mas Widjatmiko, mas Eka WP dan Pak Nanang Klisdiarto.

2.Dokumentasi dari Pak Nanang di Link Channel Youtube beliau : https://www.youtube.com/watch?v=zxJaDoUJ3ak

3. Sumber bacaan : Rapporten van den Oudheidkundigen Dienst in Nederlandsch-Indie 1914. Inventaris der Hindoe-oudheden op den grondslag van Dr. R.D.M. Verbeek’s Oudheden van Java. Samengesteld op het Oudheidkundig Bureau onder Leiding van Dr. N.J. Krom.

 

Kisah Candi Renteng di : Candi Renteng

#hobikublusukan

Candi Renteng, Riwayatmu Kini

Candi Renting
Candi Renteng jadi Pondasi

    Jumat 28 Agustus 2020, Ajakan Blusukan Pak Nanang tak mampu ku tolak, apalagi tujuan yang ditawarkan saya belum pernah penelusuran. Candi Renteng Grabag Magelang.

   "Sebuah bukti keberadaan "Candi" yang tersebar di pemukiman warga", pancing Pak Nanang kepada saya.

       Tentu saya  tak berpikir dua kali untuk langsung gass poll merapat ke markas. Dari Bawen, kami lewat jalur Banyubiru. Tembus Getasan kemudian terus lewat jalur menuju Prasasti Ngrawan, kemudian lurus sampai dengan rumah makan "Sere Wangi", Kami sebenarnya berniat silaturahmi ke Bapak Sutikto, kenalan Pak Nanang yang memberikan informasi Perihal Candi Renting. Namun ternyata saat kami kesini beliau tak ada di rumah. 


Penanda keberadaan Candi Renting : Rumah Makan sere Wangi

  








  




   Saya kemudian mengekor Pak Nanang, berjalan kaki menuju belakang Rumah Makan 'Sere Wangi', tepatnya sebelah Masjid. Tapi tepat saat di depan rumah sebelum Rumah Makan, Pandangan Pak Nanang terasa Aneh... "Ora reti po ra ngeh?", agak sedikit ngece.          Langsung saya berhenti dan mengedarkan pandangan. Ternyata epat di depan rumah, di halaman nempel di pagar :

Yoni Candi Renteng Pandean Lor, Grabag

        Konon Yoni ini berasal dari gumuk (bukit) di belakang perkampungan, warga menyebutnya Blok Reco. Sebenarnya ada Yoni yang masih komplit dengan Lingga yang beberapa waktu lalu ada di dekat sekolah. Namun informasi dari Pak Sutikto saat ini sudah raib... (informasi kehilangan inilah sebenarnya yang menjadikan pak Nanang ke sini lagi). 

Close up Yoni Situs Pandean Lor, Candi renting Grabag:

Yoni Pandean Lor Candi renteng

Vandalisme di Yoni Pandean Lor Candi Renteng

Cerat Yoni Pandean Lor Candi Renteng

sasadara manjer kawuryan di Yoni Pandean Lor Candi Renteng

      Saya kemudian diajak terus jalan menyusuri gang di sebelah rumah makan ...  dan ..... Dari jauh terlihat struktur batuan candi yang menjadi pondasi Rumah .......

Struktur Candi renting menjadi rumah

       Seketika saya memang tak tahu harus berbuat apa.... kira-kira 5 detik saya cuma tercenung diam. Namun saya juga menyadari tak ada sumber daya kekuatan untuk mampu mengubah atau sedikit menyelamatkannya.

bersama pemilik rumah

     Hanya bisa menyesali, namun bersyukur masih bisa menjadi saksi. Saya kesini rumah ini masih tahap renovasi dan nampaknya semua nanti akan ditutup plester dan semen. Bayangkan bila kesini dah tertutup dan tak nampak lagi keindahan Batuan Struktur Candi Renting.  Mirip kejadian Yoni di Sendangguwo Semarang yang karena arogan ditutup semen dan hanya tinggal kenangan

     Berdasarkan cerita pemilik rumah yang sekarang, beliau mendapatkan rumah inipun pulung, namun beliau juga mengetahui keberadaan struktur batuan candi. Saat ngobrol sama kami, nampaknya beliau juga sedikit merasa bahwa Batu ini adalah peninggalan kuno yang tak boleh diganggu. Sehingga beliau ketika merombak rumah... ketika di bawah lantai ada banyak batu kotak ya hanya dibiarkan dan ditutup lagi. Dilema memang..... ketika sudah ditutup, maka kajian, penelitian bahkan eskavasi penyelamatan akan mustahil, kecuali Bandungbondowoso kesini, tapi bagaimana lagi... Kami hanya seseorang yang hanya bisa menyarankan, menghimbau....

        "Dulu sebelum dibongkar, tiang rumah ini ada umpaknya yang lumayan bagus, namun 'dibawa' teman saya. Malah sepertinya ada tulisan", jelas empunya rumah. Kata 'dibawa' membuat saya gelisah, ada makna lain disini dan saya yakin bukan dibawa dalam arti tinggal cangking begitu saja.

         Kami kemudian lanjut ke belakang rumah yang masih tersisa jejak struktur batuan Candi Renteng, tapi entah sampai kapan. 

Struktur Batuan Candi Renteng yang terbengkalai, Pandean Lor Grabag Magelang

      Saat kami berkumpul di belakang rumah, beberapa warga nampak penasaran dan mendekat, kesempatan edukasi (---pikir kami), selain kami tanya tentang Blok Reco, kami juga menyelipkan haarapan kami agar masyarakat lebih peduli dengan tinggalan Candi Renteng.  

       Selanjutnya Pak Nanang memberikan kode untuk saya mengikuti beliau, mencari keberadaan sebuah arca di dekat masjid (informasi dari Bapak Sutikto). Yang masyarakat sekitar nampaknya tak ngeh ada arca di dekat masjid, akhirnya kami cari sendiri. 

    Setelah kami memutari dan meneliti di setiap detail sekitar candi. Akhirnya :

Arca Candi Renteng 

           Kami duga dari bentuknya, Arca Agastya sebagai pengisi Relung Candi Renteng . Warga sekitarpun hanya menatap takjub sekaligus kaget... ternyata ini Arca. Harus di uri-uri, minimal pemdes mencoba menyelamatkan yang bisa diselamatkan .. misal untuk sementara yang iconik seperti arca ini di pindah (diberi etalase) ke kantor Desa. Selain arca, terplester di pinggiran rumah juga struktur batuan Candi Renteng :

Struktur Batuan Candi Renteng

     Itu dulu yang bisa saya sampaikan. hati kecewa namun masih bersyukur.... Blog saya ini masih bisa menjadi saksi bahwa dulu percah ada Candi Renteng di Pandean Lor ini. Maturnuwun Pak Nanang dan Bu Bu Wahyuni.... hehehe. Blusukan hari ini bersambung ke Situs Makam Dalangan Telomoyo. 

Ada juga Video Vlog link Channel Youtube : 

https://www.youtube.com/watch?v=8eRSN42JYfg


Salam Pecinta Situs dan Watu Candi

Ini Candi Renteng, Pandean Lor Grabag Magelang

Literatur Candi Renteng dari tulisan Verbek, 



      Dari Tulisan itu.... Ada Nandi, Ada Arca Durga..... sekarang dimana?

     Juga tulisan dari Veronique degrot :


(saya dapat broadcast ini dari Grup WA, tapi dari siapa tak tahu.. semoga yang punya confirm, saya akan ijin mencantumkan sumber)

Sumber lain dari grup FB Dewa Siwa  : 

     catatan : 

Bila kedua orang yang punya broadcast tersebut tak berkenan akan saya hapus.... 


  Jangan lupa baca juga kisah sambungan Candi Renteng ini di : Makam Dalangan : Misteri

Sampai ketemu di penelusuran berikutnya.

#hobikublusukan

Senin, 10 Agustus 2020

Temuan Batu Bata Kuno dan Gerabah di Kolam Lele Dusun Tulung, Doplang Bawen

Perbandingan Batu Bata Kuno dan Batu bata masa kini
Batu Bata Kuno Doplang
            Selasa 11 Agustus 2020. Ketika dapat kabar seorang warga menggali tanah untuk dibuat Kolam Lele. Warga tersebut menemukan batu bata berukuran besar (=banon). Tentu pecinta situs dan watu candi macam Pak Nanang losss doll langsung gass ke lokasi, saya kebagian beruntung karena dikabari dan diajak. Sangat kebetulan hari ini jadwal saya free (Kerja terus kapan dolane?). Janjian setelah jam 2, membuat waktu memang sangat terbatas. Tapi tentu saya tak akan menyia-nyiakan waktu untuk turut serta menjadi saksi penemuan kepingan sejarah Bawen. 
       Bagi saya, ini menjadi sebuah potongan kecil puzzle yang nanti bisa disusun menjadi sebuah fakta sejarah peradaban kuno di kawasan ini. Sangat antusias sekali, bila harus menggambarkan bagaimana perasaan saya (asli bukan lebay), “Bagaimana tak antusias, jika warga menemukan biasanya berlomba-lomba menjual kepada mafia kolektor, eh ini Bapak Sukardi malah menghubungi Pak Nanang yang sudah terkenal malang melintang di dunia perWatuan kuno melalui Komunitas Dewa Siwa. 
      Dari markas komunitas yang terletak di Berokan Bawen, tepatnya di bakso Pak Keman Bawen (Sebelah masjid Berokan), kami ; Saya, Mas Seno, Mas Artdi dan tentu saja Pak Nanang dan Bu Wahyuni segera meluncur ke lokasi. Kurang dari 5 menit kemudian kami sampai. 
      “Sudah beberapa batu bata berukuran besar yang saya temukan, namun sudah pecah. Juga pecahan gerabah”, cerita Bapak Sukardi membuka percakapan. 
     "Sempat pula menemukan gerabah berbentuk kendi, namun saat ini saya lupa naruh dimana”, sesal beliau. 
      Lokasi bakal kolam lele yang berada tepat di bawah sendang (juga keberadaan pohon besar) plus kontur daerah berupa pinggiran gumuk (bagian sisi belakang rumah diatas berupa makam, menjadi penguat dugaan kami bahwa dulu di lokasi ini pernah ada sebuah bangunan. Bisa berupa petirtaan, bisa malah sebuah bangunan suci atau malah pemukiman. 
     Sambil menunjuk bagian belakang, bapak Sukardi (tepatnya di bagian septic tank) beliau berkata, “Dulu saat menggali kedalaman kira-kira 2m, ada tatanan batu bata yang ditata mirip lantai. Namun tak saya ambil karena ternyata batu bata itu masih tertata menumpuk sampai dalam”, tambah beliau. 
Beberapa Batu Bata Kuno yang dikumpulkan Pak Sukardi :
Banon Doplang
Juga pecahan kecil gerabah 
Potongan Gerabah
      
Sementara berubah fungsi dulu :

           Semoga penemuan Batu bata di Tulung Doplang Bawen ini menjadi pintu masuk penemuan-penemuan jejak sejarah yang lain …. 
      Titip untuk masyarakat dan generasi muda Dusun Tulung (Tulung adalah bahasa jawa yang berarti Tolong) … Save our herritage jejak peradaban Dusun Tulung Doplang ini” 
Link Youtube : 

      Foto bersama di lokasi :
Bapak Sukardi, Seno, Ardi, Nanang K, Bu Wahyuni di Tulung Doplang Bawen

Salam Pecinta Situs dan Watu Candi 
#hobikublusukan

Rabu, 29 Juli 2020

Jejak Misteri peradaban kuno di Glapan, Kedungjati, Grobogan

Tutukno lakumu le
Opo sing kok sejo bakal kelakon
(quote by *mbah 'lupa namanya)      
Yoni Glapan, Gubug Grobogan
Yoni Glapan, Gubug Grobogan
    Kamis, 30 Juli 2020. Tradisi blusukan saat hari Kamis (istilah kami kemisan), terakhir sudah sangat lama sekali. Kadang yang tak terencana malah bisa terlaksana. Seperti kisah ini, berawalan obrolan ngalor ngidul dengan pak Nanang Klisdiarto, lama tak blusukan luar kota. Saya nyeletuk dulu ada yang posting tentang Lumpang di area Kedungjati Grobogan. Kemudian Pak Nanang malah teringat, pernah dapat informasi ada tinggalan Yoni Knockdown dekat waduk Glapan, namun yang menyimpan info dan gambar Mas Seno.
      Kemudian kami mencoba mengajak Mas Seno sebagai guide dan pembaca arah peta. Awalnya saya sudah pasrah rencana blusukan kemisan akan tertunda lagi, karena Mas Seno sampai kamis jam 8 pagi, belum memberi kabar.  Namun notifikasi WA sekitar jam setengah 9, membuat hati saya berbinar. Mas Seno mengirim pesan bisa dan segera merapat di tempat pak Nanang jam 10. Segera saya ngabari rekan lain yang siapa tahu los dol bisa ikut. Minimal biar saya tak di japri nglimpe. Mendadak karena guide-pun mendadak, jadi bukan kesengajaan.
       Sesuai kesepakatan, setelah kumpul di Pak Nanang, kami bertiga kemudian meluncur. Kali ini agak spesial blusukan kemisan ini. Pokoknya wani ngelih, wani ngelak. Bagaimana serunya, ikuti saja kisah kemisan ini sampai pungkas. Setelah parkir motor, istirahat sebentar sambil nunggu tuan rumah, saya dan mas Seno ngobrol tentang destinasi ini. Tak lama kemudian Pak Nanang datang sambil bawa belanjaan sak karung, setelah sepengginang kami kemudian bersiap. Namun Ajakan Pak Nanang untuk saweran bensin tentu mengagetkan hati alias senang juga, surprise! selain saat ini musim panas terik juga bisa gasak-gasakan sepanjang perjalanan, beda dengan motor sendiri-sendiri. Jadilah iuran 20-ribuan. Tapi celaka bagi saya, ATM yang dijanjikan bisa diambil untuk ikut iuran eh belum tertransfer. Jadilah saya hanya bisa membelikan 3 teh kotak. Maaf nggeh Pak Nanang dan Mas Seno….
     Singkat cerita, jalur yang kami lalui menuju Kedungjati dari Bawen, lewat pertigaan Tuntang arah Bringin, kemudian terus jalan sampai Kedungjati. Kami kemudian diarahkan berbelok menuju jalan perkampungan, dimana beberapakali lewat desa yang bernama identik dengan situs : Kentengsari, juga lokasi makam yang khas ada batuan kuno (Gumuk, ada sendang, pohon besar, dll). 
     Karena terasa cukup jauh kemudian masuk gang yang lumayan kecil, hanya cukup untuk satu mobil saja, tak bisa berpapasan (kebetulan saya yang bawa mobil Pak Nanang, Mbah Truno (Taruna) sebut Bu Wahyuni Klisdiarto yang kali ini sengaja dilimpe.....wkwkkw. 
     Namun ternyata, GMaps membuat kami menempuh jalan lain yang lebih lama, berbelok dan tak efektif serta efisien ditengah durasi. yaang ternyata jalan hasil saran Gmaps tembus lagi ke jalan utama Jalan Salatiga-Gubug. Kata—kata Sumpah dengan serapah tak dihitung lagi bila dikumpulkan dari kami bertiga, lewat jalan utama tentu lebih nyaman, jalan halus dan lebih cepat (walau mungkin jarak km lebih jauh).
     Setelah melintasi rel kereta api, (Stasiun Kedungjati), kami kemudian ambil jalan ke kanan (cari papan petunjuk menuju : Waduk Glapan-Gubug). Sampai di waduk Glapan, kami kemudian berhenti di warung pas di gerbang waduk (ada semacam portal yang membatasi akses mobil dengan dimensi besar dan tinggi). Pak Nanang kemudian bertanya ke mbah penjaga warung. *Kami sebenarnya sudah memperkenalkan diri dan bertanya nama mbah nya, namun ternyata kami kompak lupa. 
      Obrolan cukup menarik, yang ternyata nyambung dengan dunia kami. Beliau nampaknya tahu banyak tanpa harus kami meng-edukasi tentang situs. ternyata (menurut feeling saya) mbah nya itu punya kelebihan membaca aura/ pandangan spiritual yang agak tajam. Warung pojokan sebelum masuk waduk Glapan, dimana membantu kami memberi petunjuk lokasi Yoni :
      Saat ngobrol itulah, akhirnya munculah perkataan seperti di atas (diawal naskah ini), yang ditujukan ke mas Seno. (Bila ada pembaca yang tahu nama mbah-nya boleh dibagi, sampaikan salam juga. Maturnuwun). clue dari simbah baik hati ini, 'Kami mencari Masjid Brebes, Glapan', Yoni ada di sekitar masjid. bukan cuma 1 tapi ada 2.      
     Setelah berpamitan kami kemudian meluncur ke lokasi, Masuk Portal Waduk Glapan, ada remaja (pak ogah) yang membantu mengatur lalu lintas di atas DAM Waduk Glapan. 
waduk Glapan, Gubug
Waduk Glapan Gubug
      Mengikuti petunjuk, kami mencari masjid tersebut, melewati pukesmas pembantu, dan menyusuri pinggiran Waduk yang warna-warni, jalan kemudian sampai berganti yang sepenuhnya belum bagus (masih berbatu--walau perkampungan -- semoga kedepan bisa di cor/ diperhatikan pemdes). 
       Karena mencari masjid belum ketemu, padahal kami sudah jalan sekitar 2km, sampai akhirnya kami ketemu masjid, ternyata kami terlalu jauh (kebablasan).
    Balik arah,  kembali ke SDN Glapan 01, didepan SD ada gang kemudian kami masuk. Sekitar 100m sampailah kami di masjid. Karena bersamaan waktunya dengan shalat Dzuhur kemudian kami sekalian berjamaah. Setelah usai, otomatis tanpa kami setting langsung menyebar mencari keberadaan Yoni.  Namun ternyata tak ketemu juga. 
     Saat istirahat, kami kemudian memberanikan diri bertanya kepada imam masjid yang keluar terakhir. Kyai Ahmadi nama beliau. Kulonuwun dan menjelaskan maksud kami. Diluar dugaan,  dengan detail Kyai Ahmadi kemudian menjelaskan keberadaan Yoni tersebut. Warga masyarakat mengenal dengan Watu Lumpang. Saat ini masih ada di dekat Makam Desa.
Kyai Ahmadi, Glapan Gubug
Kyai Ahmadi, Glapan Gubug
     Juga menawari untuk mendampingi, mengantar sampai ke lokasi depan makam, sungguh suatu berkah bagi kami. Imam masjid, yang kamipun tahu beliau sangat arif dan bijaksana menilai sebuah peninggalan kuno (zaman hindu klasik).... tanpa harus kami jelaskan bahwa beliau adalah juga Ketua NU Ranting Glapan, menambah bangga kami. Bahwa peninggalan kuno akan tetap ada (tak dirusak) bila ditangan orang yang berpandangan luas. Salam Takdzim kami Buat Beliau Kyai Ahmadi. 
       Cerita tentang sejarah kuno, mulai Hindu Klasik-Zaman Islam hingga Zaman Penjajahan mengalir diceritakan secara detail kepada kami. Beruntungnya kami ketemu dan menyerap ilmu dari beliau. Ibarat pesantren sangat kilat namun kami langsung diam menyimak awal sampai akhir. 
     Dari Masjid kemudian kami mengikuti Kyai Ahmadi menyusuri jalan setapak melewati samping rumah warga yang langsung tembus makam. Tak butuh waktu lama, yang ternyata Yoni ada di depan makam. 
       Yoni Situs Glapan, Gubug Grobogan :
Yoni Situs Glapan, Gubug Grobogan
Yoni Situs Glapan, Gubug Grobogan
          Dulu Yoni ini sempat dibawa warga lain desa, namun warga Glapan berinisiatif meminta dan mengembalikan ke lokasi semula. Karena warga disini percaya bahwa Benda ini sangat bersejarah dan bernilai tinggi. "Sebagai tetenger peradaban desa", ungkap Kyai Ahmadi menjelaskan semangat warga desa ketika meminta kembali.
     Selain Yoni ini, didekat area ini ada makam kuno, yang oleh warga disebut makam budo. Sayangnya karena warga tak mengetahui, konon banyak pemburu harta karun yang obrak-abrik makam tersebut. Namun tak ada yang tahu apakah oknum tersebut menemukan yang dicari atau tidak. 
         Sementara diatas gumuk depan makan, dulu banyak ditemukan batu bata berukuran besar (Banon, identik dengan bangunan masa kuno). "Sayang sekali sudah banyak diambil oleh warga. dan saat ini tak bersisa. Sementar masih didekat area Yoni ini ada juga sendang kuno yang tak pernah mengering airnya", jelas Kyai Ahmadi panjang lebar.
     Yoni dengan ciri khas terdiri dua bagian (umumnya satu bagian), banyak orang menyebut Yoni Knockdown. Dimana bagian atas bisa dipisahkan dengan bagian bawah Yoni. Bagian Atas Yoni : 
Yoni Glapan Gubug
Yoni Glapan Gubug
         Bagian penampang atas  berbentuk kotak dimana dibagian tepi ada semacam pelipit. Lubang kotak ditengah adalah tempat Lingga diletakkan. Serta Cerat yang berfungsi untuk 'pancuran air suci'. Trta Amrta yang disiramkan ke lingga, kemudian air akan mengalir keluar lewat lubang cerat. Pemimpin ritual akan menampung air yang keluar dan digunakan sebagai air suci.
      Cerat Yoni :
Cerat Yoni Glapan
      Lubang tempat lingga : 
Lubang Tempat Lingga Yoni Glapan Gubug
Lubang Tempat Lingga Yoni Glapan Gubug
    Sementara keberadaan lingga sudah tak ada yang mengetahui dimana rimbanya. Semoga masih tersimpan rapi dan belum saatnya muncul. Tidak di ambil orang atau malah dijual. Semoga masih ada!.
 Di Bagian badan Yoni, terdapat hiasan sederhana namun tegas....
Yoni Glapan Gubug
Lingga Yoni Glapan Gubug

       Kami kemudian mencoba menelusuri Makam Glapan, sekalian menengok makam pejuang kemerdekaan (Kakek dari Kyai Ahmadi) yang juga dimakamkan di sini. Saat kami menuju Makam eh... mata kami tertumbuk pada 4 batu yang bentuknya langsung membuat terpaku :

Situs Glapan, Gubug
Situs Glapan, Gubug
        Banyak rekan yang menyebut batu seperti ini dengan istilah columnar Joint", namun dugaan kami ini adalah batu Pathok Candi. Atau batu batas terluar area suci candi. Dulu Pendeta pemimpin pembuatan candi menentukan batas luar area suci dan kemudian dicari titik tengah untuk membuat candi. Ada juga masyarakat menyebut dengan 'batu tali cancang gajah'. (Seingat saya di daerah pengging ada yang mirip).
      Dugaan keberadaan 4 buah batu Pathok Candi ini membuktikan keberadaan sebuah bangunan suci di sini semakin menguat. Di sekitar area makam, juga menyebar struktur batu candi yang ada kuncian dan pola, sebagian yang bisa kami dokumentasikan :



   Saya, Mas Seno, Pak Nanang, dan Bapak Kyai Ahmadi. Maturnuwun Pak.

Situs Glapan : Saya, Mas Seno, Pak Nanang, dan Bapak Kyai Ahmadi. Maturnuwun Pak
Kyai Ahmadi, Pak Nanang, Mas Seno dan Saya di Situs Glapan Gubug

      Kami kemudian kembali ke Masjid, dimana lokasi mobil parkir. Saat perjalanan itu Bapak Kyai Ahmadi bercerita, "Di Masjid ada satu lagi mirip tapi bentuknya lebih kecil". Seketika kami surprise dan membelalak mata karena kami tadi terlwat ketika mencari. Dan Lapi Arca di Pojokan dalam Masjid :
Lapik Situs Glapan Gubug
Lapik Situs Glapan Gubug
    Kami menduga ini berbeda fungi, kalo yang berukuran besar sebelumnya adalah Yoni dengan lingga, namun OCB ini dengan lubang tak terlalu dalam kemudian bentuk antara satu sisi dengan sisi lain tidak sama. Kami menduga diatasnya dulu sebuah arca.
        Kejutan yang lain adalah angka tahun di salah satu tiang masjid . (seingat saya Kyai Ahmadi bilang pernah dibaca angka tahun 14xx dengan huruf Hijaiyah).... Super komplit ... Glpan ini... Ada jejak sejarah Hindu Klasik, Jejak Sejarah Masa Islam juga jejak sejarah Perjuangan Kemerdekaan. 
      Semoga generasi muda Glapan tergugah untuk segera uri-uri .... Video Vlog amatir saya nungu proses edit : Link ( Nanti tersedia di channel Youtube)
Situs Glapan, Kedungjati, Grobogan

Salam Pecinta Situs dan Watu Candi. 
#hobikublusukan