Tampilkan postingan dengan label grabag. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label grabag. Tampilkan semua postingan

Jumat, 28 Agustus 2020

Candi Renteng, Riwayatmu Kini

Candi Renting
Candi Renteng jadi Pondasi

    Jumat 28 Agustus 2020, Ajakan Blusukan Pak Nanang tak mampu ku tolak, apalagi tujuan yang ditawarkan saya belum pernah penelusuran. Candi Renteng Grabag Magelang.

   "Sebuah bukti keberadaan "Candi" yang tersebar di pemukiman warga", pancing Pak Nanang kepada saya.

       Tentu saya  tak berpikir dua kali untuk langsung gass poll merapat ke markas. Dari Bawen, kami lewat jalur Banyubiru. Tembus Getasan kemudian terus lewat jalur menuju Prasasti Ngrawan, kemudian lurus sampai dengan rumah makan "Sere Wangi", Kami sebenarnya berniat silaturahmi ke Bapak Sutikto, kenalan Pak Nanang yang memberikan informasi Perihal Candi Renting. Namun ternyata saat kami kesini beliau tak ada di rumah. 


Penanda keberadaan Candi Renting : Rumah Makan sere Wangi

  








  




   Saya kemudian mengekor Pak Nanang, berjalan kaki menuju belakang Rumah Makan 'Sere Wangi', tepatnya sebelah Masjid. Tapi tepat saat di depan rumah sebelum Rumah Makan, Pandangan Pak Nanang terasa Aneh... "Ora reti po ra ngeh?", agak sedikit ngece.          Langsung saya berhenti dan mengedarkan pandangan. Ternyata epat di depan rumah, di halaman nempel di pagar :

Yoni Candi Renteng Pandean Lor, Grabag

        Konon Yoni ini berasal dari gumuk (bukit) di belakang perkampungan, warga menyebutnya Blok Reco. Sebenarnya ada Yoni yang masih komplit dengan Lingga yang beberapa waktu lalu ada di dekat sekolah. Namun informasi dari Pak Sutikto saat ini sudah raib... (informasi kehilangan inilah sebenarnya yang menjadikan pak Nanang ke sini lagi). 

Close up Yoni Situs Pandean Lor, Candi renting Grabag:

Yoni Pandean Lor Candi renteng

Vandalisme di Yoni Pandean Lor Candi Renteng

Cerat Yoni Pandean Lor Candi Renteng

sasadara manjer kawuryan di Yoni Pandean Lor Candi Renteng

      Saya kemudian diajak terus jalan menyusuri gang di sebelah rumah makan ...  dan ..... Dari jauh terlihat struktur batuan candi yang menjadi pondasi Rumah .......

Struktur Candi renting menjadi rumah

       Seketika saya memang tak tahu harus berbuat apa.... kira-kira 5 detik saya cuma tercenung diam. Namun saya juga menyadari tak ada sumber daya kekuatan untuk mampu mengubah atau sedikit menyelamatkannya.

bersama pemilik rumah

     Hanya bisa menyesali, namun bersyukur masih bisa menjadi saksi. Saya kesini rumah ini masih tahap renovasi dan nampaknya semua nanti akan ditutup plester dan semen. Bayangkan bila kesini dah tertutup dan tak nampak lagi keindahan Batuan Struktur Candi Renting.  Mirip kejadian Yoni di Sendangguwo Semarang yang karena arogan ditutup semen dan hanya tinggal kenangan

     Berdasarkan cerita pemilik rumah yang sekarang, beliau mendapatkan rumah inipun pulung, namun beliau juga mengetahui keberadaan struktur batuan candi. Saat ngobrol sama kami, nampaknya beliau juga sedikit merasa bahwa Batu ini adalah peninggalan kuno yang tak boleh diganggu. Sehingga beliau ketika merombak rumah... ketika di bawah lantai ada banyak batu kotak ya hanya dibiarkan dan ditutup lagi. Dilema memang..... ketika sudah ditutup, maka kajian, penelitian bahkan eskavasi penyelamatan akan mustahil, kecuali Bandungbondowoso kesini, tapi bagaimana lagi... Kami hanya seseorang yang hanya bisa menyarankan, menghimbau....

        "Dulu sebelum dibongkar, tiang rumah ini ada umpaknya yang lumayan bagus, namun 'dibawa' teman saya. Malah sepertinya ada tulisan", jelas empunya rumah. Kata 'dibawa' membuat saya gelisah, ada makna lain disini dan saya yakin bukan dibawa dalam arti tinggal cangking begitu saja.

         Kami kemudian lanjut ke belakang rumah yang masih tersisa jejak struktur batuan Candi Renteng, tapi entah sampai kapan. 

Struktur Batuan Candi Renteng yang terbengkalai, Pandean Lor Grabag Magelang

      Saat kami berkumpul di belakang rumah, beberapa warga nampak penasaran dan mendekat, kesempatan edukasi (---pikir kami), selain kami tanya tentang Blok Reco, kami juga menyelipkan haarapan kami agar masyarakat lebih peduli dengan tinggalan Candi Renteng.  

       Selanjutnya Pak Nanang memberikan kode untuk saya mengikuti beliau, mencari keberadaan sebuah arca di dekat masjid (informasi dari Bapak Sutikto). Yang masyarakat sekitar nampaknya tak ngeh ada arca di dekat masjid, akhirnya kami cari sendiri. 

    Setelah kami memutari dan meneliti di setiap detail sekitar candi. Akhirnya :

Arca Candi Renteng 

           Kami duga dari bentuknya, Arca Agastya sebagai pengisi Relung Candi Renteng . Warga sekitarpun hanya menatap takjub sekaligus kaget... ternyata ini Arca. Harus di uri-uri, minimal pemdes mencoba menyelamatkan yang bisa diselamatkan .. misal untuk sementara yang iconik seperti arca ini di pindah (diberi etalase) ke kantor Desa. Selain arca, terplester di pinggiran rumah juga struktur batuan Candi Renteng :

Struktur Batuan Candi Renteng

     Itu dulu yang bisa saya sampaikan. hati kecewa namun masih bersyukur.... Blog saya ini masih bisa menjadi saksi bahwa dulu percah ada Candi Renteng di Pandean Lor ini. Maturnuwun Pak Nanang dan Bu Bu Wahyuni.... hehehe. Blusukan hari ini bersambung ke Situs Makam Dalangan Telomoyo. 

Ada juga Video Vlog link Channel Youtube : 

https://www.youtube.com/watch?v=8eRSN42JYfg


Salam Pecinta Situs dan Watu Candi

Ini Candi Renteng, Pandean Lor Grabag Magelang

Literatur Candi Renteng dari tulisan Verbek, 



      Dari Tulisan itu.... Ada Nandi, Ada Arca Durga..... sekarang dimana?

     Juga tulisan dari Veronique degrot :


(saya dapat broadcast ini dari Grup WA, tapi dari siapa tak tahu.. semoga yang punya confirm, saya akan ijin mencantumkan sumber)

Sumber lain dari grup FB Dewa Siwa  : 

     catatan : 

Bila kedua orang yang punya broadcast tersebut tak berkenan akan saya hapus.... 


  Jangan lupa baca juga kisah sambungan Candi Renteng ini di : Makam Dalangan : Misteri

Sampai ketemu di penelusuran berikutnya.

#hobikublusukan

Kamis, 25 Oktober 2018

Yoni Dusun Nglangon Desa Plumbon, Grabag

Yoni Dusun Nglangon Desa Plumbon, Grabag


Kamis, 25 Oktober 2018. Kisah selanjutnya blusukan kemisan bulan Oktober 2018 ini, setelah mampir di Watu Lumpang Plumbon secara tak sengaja, kemudian singgah di tujuan utama yaitu Candi Plumbon, Grabag, dan kami masih di Desa Plumbon kami meluncur menuju destinasi selanjutnya. Desa Plumbon sendiri sangat dekat dengan Candi Umbul. Bahkan Paklik saya ada yang bermukim di dekat sini dan menjadi tempat belajar saya sekaligus guru saya mengenai dunia situs ini.
Tidak sampai 5 menit, dengan 1x belok kiri sampailah kami di sebuah Makam, dimana ada Yoni di pinggir jalan,
Yoni  Dusun Nglangon desa Plumbon, Grabag
     Yoni ini tepatnya berada di Makam Dusun Nglangon Desa Plumbon, Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang. Berukuran lumayan cukup besar,
Namun cerat Yoni sudah rusak,
Cerat sendiri adalah bagian Yoni, sebagai jalan keluar air suci saat ritual peribadatan. Diatas Bagian Yoni sebenarnya ada Lingga yang ditempatkan dilubang. Awalnya kami mengira potongan Lingga, namun ternyata bukan.
Beberapa saat kami disini, tak ada satupun warga yang melintas untuk kami tanyai, Pak nanang yang sebelumnya sudah kesinipun minim informasi mengenai ikhwal sejarah keberadaan Yoni di lokasi ini.
Panel Tubuh Yoni berhias motif sederhana, 
Dari pengamatan kami, Yoni belum ada regristrasi, semoga pihak terkait segera memperhatikan keberadaan situs ini.
Dibagian bawah yoni ada bagian yang berlubang, kondisi juga relatif ditelantarkan, banya lumut di banyak sisi yoni.
 Mungkin saja tak dirusak ya karena Yoni berada di makam, sehingga membuat warga segan, namun ada untunya juga, jejak sejarah desa ini masih terlihat, dapat di raba jejak visualnya.
“Kita nanti istirahat di destinasi selanjutnya, pemandangan sangat indah”, ajak Pak Nanang. Wah bisa Ngopi, pikir saya, gayung bersambut. Kami kemudian mengikuti beliau. Masih saya membonceng Mas Dhany kemudian Mbak Laiva dan Pak Nanang. Saat masuk gang yang saya yakin sering lewat gang ini, saya sempat berkata kepada Mas Dhany, nanti kita kejutkan pak Nanang, di rumah Paklik saya ada Yoni…. Sambil tertawa puas, bayangan saya akan mengagetkannya. Tepat setelah saya diam, eehhh lhadalah Pak Nanang berbelok menuju Rumah Paklik saya….. --- kalau kata orang speechless.. ya itu saya seketika diam… bingung tertawa atau gelo… akhirnya hanya diam, senyum dan .. “Loh kok koe mbang”, sapa Paklik saya… dan Pak Nanang histeris……
Bisa dibayangkan ekspresi Pak Nanang Bagaimana, ingin mengagetkan saya, namun…. Haghaghaghaghag,,,,, makplenggong
(Kisah saya ketemu Yoni di rumah Paklik ada di link :Yoni di rumah Paklik yang saya buat tahun 2016)
Setelah berpanjang lebar menimba ilmu kehidupan, kami kemudian pamit karena durasi gila. Dan kali ini semuanya punya DURATION TIME, namun yang gila yang belum bekeluarga…wkwkwkwk durasi ne lucu…haghaghaghaghah
Salam pecinta situs dan watu candi
Mas Dhany, Pak Nanang, Mbak Laiva dan Saya
Mari kita lestarikan...
#hobikublusukan
Nb:
Lanjut menuju Watu Lumpang Soto Sedep Jambu

Tak Sengaja Blusukan : Ada Watu Lumpang di Pinggir Jalan Plumbon, Grabag, Magelang

Watu Lumpang di Pinggir Jalan Plumbon
      "Tak sengaja, lewat....", mirip lagu Dessy Ratnasari naskah ini mirip.... bukan mirip seterusnya Karena tak ada yang patah hati  Di rombongan blusukan kali ini...

      Kamis, 25 Oktober 2018. Blusukan Kemisan pernah menjadi tradisi saya ketika ketemu partner, namun sudah sejak lama tak lagi melakukan blusukan tiap kamis. Banyak hal yang menghalangi. Tapi memang blusukan Kemisan akan mengalir bila memang sudah  takdir. Seperti kali ini, dipertemukan dengan senior yang sama - sama cinta situs jadi rasanya dibuat mudah langsung ok blusukan. Bagaimana tidak, saya curhat lama ga blusukan, eh ditawari Kamis blusukan area Grabag, Ya... yess aja tanpa berpikir dua kali. 
      Singkat cerita, setelah ngabari rekan yang mewanti-wanti untuk dikabari, Kami kumpul di Perpustakaan Ambarawa. Saat nunggu, eh kedatangan mantan partner blusukan kemisan yang berjaya di masa lalu... Hehehhe. Saya tak berani nawari, hanya pasangannya saja.... hehehhe.
menuju Grabag
      Berangkat sekitar jam 10, kami berempat. Saya, membonceng Mas Dhany dan Mbak Laiva membonceng Pak Nanang (guide)nya. Melalui jalur Semarang-Jogja, kebetulan hari ini lancar sekali. Tak sampai 30 menit sampailah kami di pertigaan Grabag. 
     Masuk pertigaan kira-kira 2km, langsung ambil kanan, Saat kami sedang menikmati suasana persawahan tiba-tiba Pak Nanang mendadak berhenti dan menunjuk arah, sempat mengira sudah sampai namun ternyata.... 
       "Di perjalanan terakhir kemarin, pas lewat sepertinya itu lumpang", jelasnya, dan kali ini pas bersama kami ingin memastikan.

Nyantanya memang WATU LUMPANG!

    Kondisi Lumpang sudah memprihatinkan, Hanya tersisa 50% bagian bawah saja. Berada di lokasi yang subur, banyak mata air tentu saja bisa memunculkan dugaan awal fungsi watu lumpang di masa lalu. 
      Watu lumpang sebagai media ritual sesajen untuk pertanian, 
Watu Lumpang Plumbon

       Berada di pinggir jalan, sayangnya tak membuat orang peduli. Hanya lalu-lalang tak melirik Samantha selalu. Malah menganggap aneh aktivitas kami ketika mendokumentasikan watu lumpang ini. 
     Apa boleh buat memang sudah tak peduli, atau bahkan belum menyadari jejak leluhur ini, atau memang tak berdaya??? entahlah...
Watu Lumpang di Pinggir Jalan Plumbon Ngablak
       Karena tak ada satupun yang bisa kami tanyai, kami kemudian melanjutkan perjalanan menuju destinasi utama : Candi Plumbon.
Saya, Mas Dhanny, Mbak Laiva dan Pak Nanang Klisdiarto
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi
ssdrmk di Lumpang Plumbon, Grabag
Semoga tetap lestari, 
#hobikublusukan

Naskah Berikutnya : (segera) 
- Candi Plumbon, Grabag
- Yoni Dusun Nglangon Desa Plumbon, Grabag
- Watu Lumpang Soto Sedep Jambu

Kamis, 29 Juni 2017

Silaturahmi Lebaran 1438H di Grabag Magelang : Tak sengaja melihat dengan Yoni di rumah Pak Lek

Yoni 
     Cerita kali ini sungguh diluar dugaan, setelah sekian lama absen penelusuran situs (karena puasa; biasanya medan berat takut mokah---). Bersama keluarga, Bapak Ibu, Kakak Adik dan semua keponakan. Lebaran Hari ke 5 kami bersilaturahmi ke rumah Pak Lek di daerah Grabag Magelang.
     Mohon maaf karena sesuatu hal lokasi detail tak saya sertakan karena alasan tertentu.
     Kurang lebih dua jam perjalanan kemudian, alhamdulillah cukup lancar. Sampailah kami di Rumah beliau. Suasana yang masih asri dan alami apalagi pemandangan hamparan sawah dan Gunung Andong di depan rumah membuat saya pribadi yang memang mengusulkan keluarga saya untuk bertandang ke Rumah Pak Lek kami ini.
bahagia itu sederhana : memancing di kolam
           Setelah sampai dan bersalam-salaman, kami menyebar di penjuru sudut rumah beliau, sawah kolam, gazebo, sawah dan pendopo. Saya ngikuti anak (Jagad-Bhumi) bermain di kolam ikan. Sembari memancing. 
     Hampir 2 jam kemudian, saat ngikuti anak- yang jalan keliling area rumah, sampai di pendopo, yang terletak di sisi kiri bangunan utama (depan rumah ada bengkel), pendopo terpisah disisi kiri pinggir jalan tepat memandang Gunung Andong. 
      Dan ....
Saya terpana...
Ada Yoni!
     Kebetulan saat saya di pendopo ini, Pak Lek mendekat, "Oh itu Yoni yang dulu di pasrahke warga untuk ku rawat, awalnya di batas desa dan kondisinya memprihatinkan, tak terurus bahkan pernah akan di 'gepuk'", jelas beliau.
    Terlihat jelas memang usaha perusakan Yoni ini, sehingga penampang atas Yoni tak kelihatan sama sekali. Nampaknya bagian atas hampir 30% Yoni ini sudah hilang dirusak. Entah di zaman apa. 
     Lubang lingga berbentuk Kotak, namun sudah tak presisi lagi.
Untuk dimensi ukuran, karena sambil momong sehingga tak sempat saya ukur.
    Bekas tonjolan sisi depan yoni, yang disebut cerat juga masih terlihat jelas.


    













Disekeliling badan Yoni hiasan masih sederhana.
"Aku malah meh dipasrahi maneh 3 Yoni di beberapa makam oleh warga dusun sebelah, biar ada yang ngrawat kata mereka", tambah Pak Lek.
    Ya Pak Lek saya ini memang luar biasa unik, perjuangan nya sungguh menginspirasi saya. 
   Ceritanya begini, (kurang lebih)  karena beliau bercerita sudah beberapa tahun yang lalu.




Saat itu...
    Selepas masa SMA, Pakdhe keluar rumah tanpa pamit 'minggat' bahasanya, karena ingin sekali hidup mandiri. Waktu itu hanya berbekal baju dan sedikit uang saku. Bertahun-tahun hidup di jalan, di beberapa kota dan berbagai pekerjaan kasar dilakoni.     Sering tidur di masjid, di rumah kosong ataupun dimana saja. "Tapi paling sering aku ki turu ning kuburan sing angker", cerita beliau. "Dudu golek nomor atau pusaka, pikiran ku pas jeh nom biyen ki neg lokasi jare wong angker mestine sepi ga no menungso sing ganggu, kan aku seneng tempat sepi gawe nenangke pikiran karo mersudi ati", tambah beliau. Beliau sudah tidur di  ratusan tempat angker dan makam, serta terbiasa tahu batu berwujud arca, lumpang, yoni, nandi ataupun ganesha. 
      Menjadi kernet Bis malam, usaha beliau yang terakhir inilah yang membuat kemampuan otodidak beliau terlihat dan menjadi jalan hidup. Singkat cerita, selain kepintaran yang diatas rata-rata juga seringnya laku prihatin juga tidur ditempat angker (kata orang = Pak Lek menegaskan, itu hanya kata orang, kita harus percaya Gusti Allah), akhirnya beliau menjadi kepala bengkel salah satu armada Bis Malam yang cukup terkenal waktu itu.     
     Saat sudah cukup mapan, beliau kemudian mencari lokasi untuk membuat rumah. (Yang kami kunjungi ini). Kemudian baru pulang bertemu orang tua kandung beliau setelah mendapatkan calon istri.  
   
      Beberapa tahun yang lalu ketika saya bertandang kerumahnya, "ngangsu kawruh", selain saya bercerita tentang hobi saya menelusuri jejak peradaban ini juga tanya informasi keberadaan Yoni di Area Grabag ini. Pesan beliau hanya satu untuk bersungguh-sungguh karena ini hasil olah karya budhi leluhur jadi jangan dilupakan dan paling penting ojo lali marang gusti Allah. "Neg jare wong angker, berarti ono Yoni ne" kata beliau waktu itu sambil tertawa.
       Sebelum pulang, kami sempatkan berfoto bersama dulu, formasi komplit.
Formasi Komplit
 Karena janji beliau kepada masyarakat untuk ikut merawat, nampaknya tak berapa lagi Yoni ini akan kedatangan teman. hehehehe. 
     Semoga saya bisa jadi saksi.


 Salam Peradaban

Senin, 26 Desember 2016

Candi Retno, Secang Magelang

    Selasa, 26 Desember 2016. Penelusuran kali ini bersama duet nekat nglimpebojone... hehehehe. Bersama Lek Wahid saya mencoba menelusuri informasi dari Kang Adjie Negro, senior di dunia penelusuran situs di Temanggung area dan sekitarnya.

    Destinasi yang akan kami telusuri (untuk nama lokasi destinasi saya nunggu Kang Adjie Negro, Saya dan lek Wahid saking asyiknya penelusuran situs terlupa mencatat nama dusun, RT RW dan petunjuk lain nya) :

5. Candi Retno Secang Magelang
6. Yoni Unfinished Dukuh Bandungan Desa Candiretno
8. 3 Lapik Arca
9. Yoni Banyusari

Destinasi ke #4. Candi Retno.
petunjuk arah menuju Candi Retno
    Dari Kecamatan Grabag, kami menyebrang ke Kecamatan Secang Maih di Kabupaten Magelang. Kali ini ke Candi Retno.     Menuju lokasi Cukup mudah karena Candi ini sudah relatif dikenal warga sekitar. 





     Jika kesasarpun akan mudah mencarinya, kemungkinan besar.. kalau anda tak malu bertanya hehehe.. 
Menuju Candi Retno Secang magelang
     Jika jeli di pinggir jalan ada papan petunjuk arah walaupun berukuran kecil, yang biasanya memang terlewat sering tak terlihat. Kamipun pun demikian, celingak-celinguk.. juga terlewat, padahal hanya 50m dari posisi terakhir kami bertanya. memalukan.... hehehe.
   Ikuti jalan di tengah kampung tersebut, masuk kira-kira 1km sampai ketemu petunjuk yang kedua. Dari Jalan cor-coran akan keliatan, Jalan Masuk diapit rumah warga, lebah hanya 2 meter :
jalan menuju Candi Retno
Candi Retno, Eksotis
Candi Retno
     Candi Retno, secara administratif berada di Desa Candiretno Kecamatan Secang Kabupaten Semarang. Candi Retno mengingatkan saya pada penjelahan pertama kali saya mencintai Bangunan Candi akhir tahun 2010 yang lalu, teringat Candi di Trowulan Mojokerto : Gapura Wringin Lawang, Candi Brahu, Candi Bajang Ratu , Candi Gentong, dll.
      Sebab mata ini terkagum-kagum adalah batuan penyusun candi (=Bangunan suci masa lalu), yang berasal dari batu bata bukan dari batu andesit seperti pada umumnya candi di wilayah Jawa Tengah.
Bersama  Bapak Ruwadi : Candi retno
     Saat datang kesini, pintu gerbang terkunci, kemudian lek Wahid berinisiatif untuk menemui Juru Pelihara Candi Retno. Setelah beberapa saat, dia kembali ditemani beliau.
    Bapak Ruwadi namanya, Juru Kunci Candi Retno. "Sebenarnya, saya sudah pensiun mas dari Juru Kunci dan saat ini dijabat oleh anak saya. Namun anak saya lagi ke Yogya", jelas Bapak Ruwadi. Candi retno dari depan (sisi utara):
Candi Retno Magelang
    Dari Bapak Ruwadi, seingat kami Candi Retno mulai ditemukan pertamakali di gumuk bambu ini sekitar tahun 70an. Setelah itu mulai BCB mengadakan kajian, penelitian dan akhirnya tersusun sampai sekarang yang terlihat ini. Kami belum tahu apakah akan direstorasi kembali atau tidak.
Candi Retno, Secang Magelang     
      Dari sisa pondasi dan stuktur candi (=bangunan suci) bagian bawahnya saja sangat indah, apalagi kalau candi ini bisa berdiri utuh. Semoga.




   Kenapa saya sebut candi Retno ini Eksotis, ya dari penyebutan namanya saja Candi ini ibarat mustika Yang pendar sinar cahayanya seperti permata, maka ketika berkhayal di masa itu; ketika Candi Retno (entah dulu nama aslinya apa) kokoh berdiri, megah anggun berwibawa, akan bersinar memantulkan cahaya rembulan di malam hari. SASADARA MANJER KAWURYAN!!! (seperti arti nama ini)
     Walaupun yang tersisa hanya struktur bangunan bagian bawah, namun masih memikat. Lebih dekat Candi retno dari berbagai sisi, Ini jejak-jejak kemegahan:
Struktur Dasar candi retno magelang

     Struktur bangunan candi yang berelief dan berasal dari bahan tanah – batu bata=antefik=banon=terakota.




     Di Candi retno sisi selatan Nampak Yoni berukuran lumayan besar dengan posisi masih berada di gundukan tinggi. 
Yoni Candi Retno, Secang Magelang
     Terlihat mencolok, karena berbahan dasar batu Andesit, ditengah batu bata
Yoni Candi Retno, Secang Magelang

      Jika saya boleh mengira-ira, Yoni ini dulunya ada ditengah bangunan Suci (=candi) yang strukturnya dari banon (batu bata) sangat unik bukan ?????

      Kondisi Yoni rompal dibagian cerat, padahal cerat sangat khas sekali ada bentuk mirip Barong / hewan singa. Selain cerat patah sebagian, Lingga sebagai pasangan Yoni ini juga tak ada.
Cerat Yoni Candi Retno, Secang Magelang
    Yang saya masih ragu (Saya belum dapat referensi atau yang memberikan pemahaman kepada saya, jika lubang Yoni Bulat itu apakah tetap sama = tempat lingga ataukah arca?) Untuk sementara saya masih menyimpulkan Lubang arca. (Dengan segala kerendahan hati jika banyak kesalahan mohon ilmunya… saya yang tak punya latar arkeolog, namun hanya pecinta)
     Melihat posisi Yoni diatas Gundukan tanah, kemudian tanah disamping Candi retno ini berupa gumuk, kesimpulan saya candi ini dulu terpendam di bagian bawahnya, dan yang terselamatkan ya yang terpendam itu plus Yoninya. Tapi saya memakai ilmu "gathoklogi" lho ya… hehehe.
Yoni Candi Retno, Secang Magelang
      Keberadaan Yoni menguatkan dugaan saya, candi Retno ini adalah jejak peradaban Hindu kuno di Kecamatan Secang Magelang ini.
Salam Nyandi
Wahid di Candi Retno
  Mari Kunjungi, Kagumi, Jadikan pembelajaran... Lestarikan...
Candi Retno
    Dan Penelusuran terus berlanjut ....

Bahan Bacaan :