Tampilkan postingan dengan label Struktur Candi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Struktur Candi. Tampilkan semua postingan

Jumat, 28 Agustus 2020

Candi Renteng, Riwayatmu Kini

Candi Renting
Candi Renteng jadi Pondasi

    Jumat 28 Agustus 2020, Ajakan Blusukan Pak Nanang tak mampu ku tolak, apalagi tujuan yang ditawarkan saya belum pernah penelusuran. Candi Renteng Grabag Magelang.

   "Sebuah bukti keberadaan "Candi" yang tersebar di pemukiman warga", pancing Pak Nanang kepada saya.

       Tentu saya  tak berpikir dua kali untuk langsung gass poll merapat ke markas. Dari Bawen, kami lewat jalur Banyubiru. Tembus Getasan kemudian terus lewat jalur menuju Prasasti Ngrawan, kemudian lurus sampai dengan rumah makan "Sere Wangi", Kami sebenarnya berniat silaturahmi ke Bapak Sutikto, kenalan Pak Nanang yang memberikan informasi Perihal Candi Renting. Namun ternyata saat kami kesini beliau tak ada di rumah. 


Penanda keberadaan Candi Renting : Rumah Makan sere Wangi

  








  




   Saya kemudian mengekor Pak Nanang, berjalan kaki menuju belakang Rumah Makan 'Sere Wangi', tepatnya sebelah Masjid. Tapi tepat saat di depan rumah sebelum Rumah Makan, Pandangan Pak Nanang terasa Aneh... "Ora reti po ra ngeh?", agak sedikit ngece.          Langsung saya berhenti dan mengedarkan pandangan. Ternyata epat di depan rumah, di halaman nempel di pagar :

Yoni Candi Renteng Pandean Lor, Grabag

        Konon Yoni ini berasal dari gumuk (bukit) di belakang perkampungan, warga menyebutnya Blok Reco. Sebenarnya ada Yoni yang masih komplit dengan Lingga yang beberapa waktu lalu ada di dekat sekolah. Namun informasi dari Pak Sutikto saat ini sudah raib... (informasi kehilangan inilah sebenarnya yang menjadikan pak Nanang ke sini lagi). 

Close up Yoni Situs Pandean Lor, Candi renting Grabag:

Yoni Pandean Lor Candi renteng

Vandalisme di Yoni Pandean Lor Candi Renteng

Cerat Yoni Pandean Lor Candi Renteng

sasadara manjer kawuryan di Yoni Pandean Lor Candi Renteng

      Saya kemudian diajak terus jalan menyusuri gang di sebelah rumah makan ...  dan ..... Dari jauh terlihat struktur batuan candi yang menjadi pondasi Rumah .......

Struktur Candi renting menjadi rumah

       Seketika saya memang tak tahu harus berbuat apa.... kira-kira 5 detik saya cuma tercenung diam. Namun saya juga menyadari tak ada sumber daya kekuatan untuk mampu mengubah atau sedikit menyelamatkannya.

bersama pemilik rumah

     Hanya bisa menyesali, namun bersyukur masih bisa menjadi saksi. Saya kesini rumah ini masih tahap renovasi dan nampaknya semua nanti akan ditutup plester dan semen. Bayangkan bila kesini dah tertutup dan tak nampak lagi keindahan Batuan Struktur Candi Renting.  Mirip kejadian Yoni di Sendangguwo Semarang yang karena arogan ditutup semen dan hanya tinggal kenangan

     Berdasarkan cerita pemilik rumah yang sekarang, beliau mendapatkan rumah inipun pulung, namun beliau juga mengetahui keberadaan struktur batuan candi. Saat ngobrol sama kami, nampaknya beliau juga sedikit merasa bahwa Batu ini adalah peninggalan kuno yang tak boleh diganggu. Sehingga beliau ketika merombak rumah... ketika di bawah lantai ada banyak batu kotak ya hanya dibiarkan dan ditutup lagi. Dilema memang..... ketika sudah ditutup, maka kajian, penelitian bahkan eskavasi penyelamatan akan mustahil, kecuali Bandungbondowoso kesini, tapi bagaimana lagi... Kami hanya seseorang yang hanya bisa menyarankan, menghimbau....

        "Dulu sebelum dibongkar, tiang rumah ini ada umpaknya yang lumayan bagus, namun 'dibawa' teman saya. Malah sepertinya ada tulisan", jelas empunya rumah. Kata 'dibawa' membuat saya gelisah, ada makna lain disini dan saya yakin bukan dibawa dalam arti tinggal cangking begitu saja.

         Kami kemudian lanjut ke belakang rumah yang masih tersisa jejak struktur batuan Candi Renteng, tapi entah sampai kapan. 

Struktur Batuan Candi Renteng yang terbengkalai, Pandean Lor Grabag Magelang

      Saat kami berkumpul di belakang rumah, beberapa warga nampak penasaran dan mendekat, kesempatan edukasi (---pikir kami), selain kami tanya tentang Blok Reco, kami juga menyelipkan haarapan kami agar masyarakat lebih peduli dengan tinggalan Candi Renteng.  

       Selanjutnya Pak Nanang memberikan kode untuk saya mengikuti beliau, mencari keberadaan sebuah arca di dekat masjid (informasi dari Bapak Sutikto). Yang masyarakat sekitar nampaknya tak ngeh ada arca di dekat masjid, akhirnya kami cari sendiri. 

    Setelah kami memutari dan meneliti di setiap detail sekitar candi. Akhirnya :

Arca Candi Renteng 

           Kami duga dari bentuknya, Arca Agastya sebagai pengisi Relung Candi Renteng . Warga sekitarpun hanya menatap takjub sekaligus kaget... ternyata ini Arca. Harus di uri-uri, minimal pemdes mencoba menyelamatkan yang bisa diselamatkan .. misal untuk sementara yang iconik seperti arca ini di pindah (diberi etalase) ke kantor Desa. Selain arca, terplester di pinggiran rumah juga struktur batuan Candi Renteng :

Struktur Batuan Candi Renteng

     Itu dulu yang bisa saya sampaikan. hati kecewa namun masih bersyukur.... Blog saya ini masih bisa menjadi saksi bahwa dulu percah ada Candi Renteng di Pandean Lor ini. Maturnuwun Pak Nanang dan Bu Bu Wahyuni.... hehehe. Blusukan hari ini bersambung ke Situs Makam Dalangan Telomoyo. 

Ada juga Video Vlog link Channel Youtube : 

https://www.youtube.com/watch?v=8eRSN42JYfg


Salam Pecinta Situs dan Watu Candi

Ini Candi Renteng, Pandean Lor Grabag Magelang

Literatur Candi Renteng dari tulisan Verbek, 



      Dari Tulisan itu.... Ada Nandi, Ada Arca Durga..... sekarang dimana?

     Juga tulisan dari Veronique degrot :


(saya dapat broadcast ini dari Grup WA, tapi dari siapa tak tahu.. semoga yang punya confirm, saya akan ijin mencantumkan sumber)

Sumber lain dari grup FB Dewa Siwa  : 

     catatan : 

Bila kedua orang yang punya broadcast tersebut tak berkenan akan saya hapus.... 


  Jangan lupa baca juga kisah sambungan Candi Renteng ini di : Makam Dalangan : Misteri

Sampai ketemu di penelusuran berikutnya.

#hobikublusukan

Jumat, 05 Juni 2020

Jejak Candi Krajan Bergas Lor : Blusukan Silaturahmi 1441H #Part 3

Candi Krajan Bergas Lor

      Jumat, 5 Juni 2020. Setelah dari Lingga Ndompon dan Lingga Krajan di Desa Bergas Lor, sebenarnya kami berniat langsung pulang, namun saat obrolan sebaran di situs sekitar area Bergas kidul, saat itu tanpa sengaja kami melewati gang yang dengan tiba-tiba Mas Dhany dengan heboh nya, mirip emak2 saat ada '' diskon gede-gedean  di mall, sangat heboh sekali!. Hehehehe. Dia nunjuk-nunjuk tumpukan watu di sebelah gundukan pasir. Depan rumah warga. 
Jejak Candi Krajan Bergas Lor

    Kami kemudian berhenti... ternyata saya memang belum pernah berkunjung menelusuri jejak di depan rumah ini. Tanpa saya nyana, tak menduga sama sekali, tumpukan batu dekat pasir itu adalah struktur batu candi. 
Candi Krajan Bergas Lor
      "Mirip kemuncak itu nampaknya baru, terakhir lewat belum ada", ungkap mas Dhany. 
      Padahal saat itu saya blusukan di area makam tak jauh dari rumah ini, berangkat dan pulang juga lewat rumah ini, namun apa mau dikata, jika belum jodoh, mata tentu tak terbuka. 
      Kami kemudian minta ijin yang punya rumah terlebih dahulu, karena sesuatu hal maaf kami tak menyertakan nama beliau. 
     "Sudah sejak buyut saya batu2 itu sudah ada disini, beberapa sudah dimanfaatkan untuk pondasi dan lantai teras", jelas beliau. 
     Kami terdiam dan hanya menyimak saja. Bagaimanapun sudah sia-sia walau menyesal tapi sudah terjadi dan waktu yang sudah cukup lama. 
     Beberapa dokumentasi struktur batu candi.... 
Konon ada relief kala di Candi Krajan Bergas Lor
  
    Konon, jika salah satu batu ini di balik, akan nampak relief kala, makhluk penjaga candi. Keberadaan dugaan kemuncak (bagian atas bangunan- entah pagar atau atap candi--masih menduga duga), menjadikan kami setengah yakin di area ini ada bangunan suci = candi. 
Jejak Candi Krajan Bergas Lor
     Melihat dari keberadaan pasir di sebelahnya, kami malah setengah mendung, alias 'pie iki?" mungkin akan dipakai lagi untuk bangun rumah. Harapan kami sederhana saja, semoga pemilik rumah mau mengganti bahan bangunan bukan dari batu ini, semoga tawaran 'win-win solution' yang ditawarkan Mas Dhany bisa diterima.. (tentu tawaran pemilik TB Dhany Putra Karangjati dapat ditebak arahnya. (semoga semakin barokah mas Dhany, niat muliamu direstui leluhur...)
     Terlihat batuan itu :
       Setelah merasa cukup, kami kemudian berpamitan dan terucap doa dalam hati.. semoga sisa-sisa sejarah ini masih bisa diselamatkan, walaupun butuh proses panjang dan melewati berbagai rintangan. 
     Salam pecinta situs dan satu candi. Special thank for two big brother "Blusukan Silaturahmi must go on!"
Dhany Putra dan Eka WP (Komunitas Dewa Siwa)
        Sampai ketemu di penelusuran berikutnya 
ssdrmk 

     
      Tetap jaga kesehatan, pakai masker dan blusukan 
#hobikublusukan
Blusukan Silaturahmi 1441H #Part 3  tamat----

Rabu, 04 September 2019

Salah Satu Jejak Peradaban Bandungan Kabupaten Semarang : Antefik dan strukttur Batu Candi


       Kadang apa yang akan terjadi, sudah diberikan pertanda. Seperti Pagi ini, habis absen, kemudian saya langsung lihat youtube di CPU… entah kenapa lagu yang kudengarkan lagu lama… “Pacar Lima Langkah, dari Iceu Wong”.. Apa hubungannya?, baca sampai akhir ya…. 
Antefik Bandungan
       Rabu 4 September 2019. Hari ini hari tersuntuk bagi saya pribadi. Terkait dengan pekerjaan… tapi mohon maaf karena blog ini bukan blog curhat tapi blog kisah blusukan jadi saya pastikan tak akan curhat. Tapi sudah digariskan, saya harus kena masalah,  kemudian menjadi jelek mood saya alias suntuk, tapi akhirnya saya bisa lagi nulis naskah seperti ini… hehehehhe. 
       Sebenarnya masih pagi dan sama sekali belum jam layak pulang kerja, tapi daripada stress jam 9 pagi saya nekad meluncur ke Rumah Pak Nanang di Berokan Bawen. Niatnya sebenarnya leyeh-leyeh saja. 
     Setengah spekulasi, entah ada Pak Nanang atau tidak (sepertinya lagi tuman hobi mbedhilnya), tadi pagi sebelum berangkat kerja cuma isi pertalite 1 liter, uang tinggal cemban. Tapi “sing penting yakin’ tetap ku jadikan pegangan. Sampai dirumah pak Nanang, kemudian ngobrol ngalor-ngidul. Ngopi plus nyomot Malboro nya Pak Nanang (walau tak cocok rasanya, tapi bagaimana lagi… dan itu semua cukup membuat kepala adem). 
     Saat asyiknya ngerumpi, kedatangan tambahan rekan.. mas Seno. Yang ternyata sudah janjian blusukan dengan Pak Nanang tanpa saya ketahui. Saya bersyukur tentunya… yang terharu tapi rikuh bin membuat saya sangat tidak enak, selain Kopi, saya juga minta rokok…. Eh pak Nanang pergi keluar sebentar karena nyari rokok pribumi… (wah utang budi harus kubalas… maturnuwun pak). 
      “Destinasi kita kali ini, info yang sebenarnya sudah cukup lama, tapi yang ngasih info memang kebanyakan micin mungkin. Soalnya informasi ya sebatas gambar dan daerahnya saja.. “, jelas Pak Nanang. Bahkan sayapun, yang membonceng mas Seno tak di beritahu tujuan blusukan kali ini.. 
     “Pokoknya ikut wae!” tegas Pak Nanang. 
Ya sudah….Dari Basecamp Dewa Siwa (Komunitas), kami lewat jalur tembus yang kemudian baru saya tahu ternyata mengarah ke Bandungan. 
      Sambil mengguman agak keras, pikirku jauh pak? Ternyata njenengan durasi juga … heheheheh. Nyari yang deket. (baca=beliau harus jemput istri jam setengah 2…. Yang terjadi saya akan cerita nanti… hahahah). 
      Dari Pasar Bandungan lokasi cukup dekat, sesuai dengan lagu yang kudengarkan pagi ini.. Lima Langkah saja. “Kita ada di desa Penyanyi”, seloroh Pak Nanang tertawa keras (nampaknya beliau belum menyadari durasi mengintai kejam.. hahahahha). 
      Kami kemudian meluncur ke tempat rekan Pak Nanang, dimana rekan beliau ini yang tahu lokasi destinasi kami. Sebuah batu ber-relief segitiga. Yang diduga merupakan struktur di tepi atap bangunan candi : Antefik.
Antefik Bandungan
      Saya belum bisa menyebutkan lokasi dan nama si empunya batu berelief ini, karena menurut saya pribadi ini riskan. Namun lokasi masih di area Bandungan, desa Penyanyi. Lima Langkah dari Pasar Bandungan. "Dulu saya bawa dari sawah saya yang berada sebelah desa di sebuah lereng, saat saya mencangkul, tiba-tiba mengenai batu ini. Ya sudah saya selamatkan dan saya bawa pulang”, cerita beliau. Dan lagi lagi mohon maaf di lereng mana (nama tempat) saya tak bisa menyebutkan, soalnya menurut beliau masih banyak batu yang seperti ini).
Struktur Bangunan Candi
     “Pernah saya titipkan ke orang pintar di desa ini, namun kemudian beralih tangan ke orang pintar lain, setelah yang kedua meninggal kemudian waktu itu saya akan membuat taman beserta kolam, eh batu berelief itu kembali ke rumah saya lewat tangan para pemuda”, urai beliau. Tak dapat dinalar tapi mungkin inilah yang dinamakan berjodoh, dan ‘mereka’ memilih sendiri. 
      Ngobrol ngalor ngidul bahkan kami sampai ditawari untuk dipandu ke sebuah puncak yang banyak watu candinya. Kira-kira perjalanan dengan jalan kaki sekitar 3-4 jam. Cukup menarik mendengar beliau bercerita. 
Struktur Bangunan Candi
     Saat kami berniat pamit. “Eh sebentar, di kebun bunga saya ada batu kotak berukuran besar. Beberapa, bahkan salah satunya ada semacam pola ditepiannya”, jelasnya. Seketika Pak Nanang, Mas Seno dan saya langsung memasang wajah tertarik dan berbahasa tubuh minta diantar… heheh. Gayung bersambut, akhirnya kami diantar. “Sambil saya nyirami”, tambah beliau. Saya lirik Jam tangan sudah setengah dua, dan pak Nanang tak menyadarinya. Saya membiarkannya. Ingin mengingatkan, tapi takut merusak kebahagiaan ketika menemukan watu kotak… hehehe. 
Struktur Bangunan Candi : ada pelipit
       Di sudut kebun, tepat di jalur pejalan kaki. Ada beberapa batuan berbentuk kotak dengan bahan yang nampaknya berbeda dengan batu biasa disekitarnya. Kemudian di sisi yang lain, ada batu kotak dengan pelipit di salah satu sisinya. “Batu ini ditemukan saat kami (saya dan kakak) mencangkul lahan ini untuk kami tanami sayuran. Kemudian kami tempatkan dilokasi yang sekarang”, jelas beliau. 
     Melihat kontur daerah, juga ciri ataupun prasangka kami. Area yang kami kunjungi ini area yang menjadi lokasi yang istimewa dimasa lalu. Keberadaan sisa struktur bisa menjadi bukti awal. Apalagi tak jauh dari lokasi ini ada mata air yang debitnya cukup besar dan dibawah lokasi ini ada informasi lain sebuah tinggalan berbentuk tangga. 
    Namun tawaran kelokasi tersebut harus saya tolak. Saya juga terbatas jam penelusuran. Apalagi Pak Nanang. Setelah tahu sekarang jam 2… seketika wajah pak Nanang seperti tiada duanya…hehehhe. Segera kami pamit dan start Marquez saja kalah kencang…  dari laju pak nanang di depan kami. Padahal jalan menurun, berkelok dan sempit serta ramai. 
      Sedetik kami berkedip, pak Nanang sudah tak terlihat bayanganya. Saya dan Mas Seno tertawa ngekek bersama. Saya sedikit lebih keras ditambahi puas karena selama ini yang ngece, akhirnya merasakan juga. Segera Mas Seno saya suruh ngebut, karena saya harus ambil motor di rumah Pak Nanang, tentu meloloskan diri adalah cara yang bijaksana untuk saat ini… hahahahah… sambil membayangkan apa yang terjadi atas diri Pak Nanang.... (Untuk apa yang terjadi---nantikan di kisah selanjutnya) 
Mari tertawa… dan bernyanyi…. Pacarku lima langkah… xixixixi---- 
     Maturnuwun Pak Nanang dan Ma Seno… Pak Wisanggeni, juga Pak Murhantoni Salam Pecinta Situs dan Watu Candi
Kiri ke Kanan : Pak Wisanggeni, Pak Murhntoni, Mas Seno dan Pak Nanang K
      Sampai Ketemu di Penelusuran Berikutnya
Sasadara Manjer Kawuryan
#hobikublusukan