Watu Lumpang Senden Jatijajar |
Segera Pak Nanang merespon positif... dan kebetulan saya dijawil. Akhirnya hari ini bisa silaturahmi sekaligus ngobrol rencana aksi "save lumpang" tersebut.
Beberapa kali tertunda, karena kendala teknis akhirnya, Jumat 18 Januari 2019, berangkat dari Sekretariat Komunitas Dewa Siwa, kami meluncur ke rumah informan, sekaligus senior Komunitas Pecinta Situs dan Watu Candi bapak Aman Johani di Randugunting .
Di lokasi ini ada situs Yoni di Makam umum desa. Link Naskah tersebut : Yoni situs Randugunting Bergas (penelusuran 2015). Kondisi saat ini lebih baik (sudah di pagar dan diberi papan peringatan BCB).
Di lokasi ini ada situs Yoni di Makam umum desa. Link Naskah tersebut : Yoni situs Randugunting Bergas (penelusuran 2015). Kondisi saat ini lebih baik (sudah di pagar dan diberi papan peringatan BCB).
Sampai dirumah beliau, sambil menunggu hujan reda kami ngobrol ngalor-ngidul tentang visi yang sama yaitu nguri-nguri budaya leluhur. Muaranya memang memberikan semangat bagi saya pribadi, walaupun blog saya ini hanya sebatas cerita hasil penelusuran namun ternyata bisa bermanfaat bagi orang lain. "Memberitahukan orang didaerah tersebut ada situs, selama ini banyak yang abai, bahkan merusak karena tak mengetahui itu batu apa", ungkap Bapak Aman Johani.
Jadi teringat lomba Blog yang diadakan www.nodiharahap.com, Saya idem dengan tema lomba tersebut, kalau sudah begitu membuncahlah perasaan “Bangga Menjadi Narablog pada Era Digital”... benar benar membuat saya termotivasi.
Salah satu cerita nyata, saat saya penelusuran di desa Kenteng Susukan masih di wilayah Kabupaten Semarang, awalnya saya sendiri hanya penasaran ihwal asal muasal nama Desa "Kenteng", saya tanyakan kepada perangkat desa, bagaimana sejarahnya? apakah ada Watu Lumpang, Yoni atau candi? Dengan terkejut perangkat yang bernama Bapak Muhsin menjawab ada 8 Watu Lumpang yang menjadi cikal bakal nama Desa Kenteng ini.
Singkat cerita... Setelah saya tuliskan di blog : link naskah Watu Lumpang Desa Kenteng, saat ini Pemerintah Desa membuat museum mini desa Kenteng yang bertujuan mengedukasi warga dan sebagai tempat belajar langsung anak-sekolah, dan itu awalnya hanya sedikit sumbang saran diakhir naskah.
Dulu pernah kepikiran apa gunanya menulis cerita perjalanan 'blusukan situs' menjadi pertanyaan yang biasanya saya jawab dari beberapa rekan. Jujur saja, motivasi pribadi ya latihan menulis, juga sebagai kenangan, istilahnya titip dokumentasi.
Ternyata setelah 10 tahun baru saya rasakan, foto-foto awal blusukan yang saya simpan dilaptop hilang, tapi lewat menjadi blogger ini masih bisa tersimpan dan saya nikmati. Tak hanya satu kali, yang kedua lebih banyak lagi, foto dalam folder 350 destinasi blusukan situs hilang juga saat laptop yang kedua rusak. Untung saya pernah nulis di blog.
Yang paling membanggakan sekaligus menumbuhkan semangat adalah, ketika ada rekan yang japri dan ingin diajari nulis. Pikir saya ini hanya lelucon, namun rekan tersebut berulangkali meyakinkan saya. Padahal menurut saya kisah saya ini tak bagus, tak menarik.
Dari itulah, di tahun 2019 ini saya ingin lebih membagikan manfaat bagi banyak orang, ekspansi manfaat kalau istilah saya, bukan hanya edukasi sejarah, namun transfer pengetahuan yang lain.
Dan mejadi blogger memang sudah menjadi pilihan, bagi pribadi sebagai cara mengekspresikan passion.
---
Kembali ke hari ini, setelah hujan reda, meskipun mendung kian tebal, kami kemudian menuju rumah dimana ada watu lumpang.
Kurang dari 5 menit sampailah, karena memang tujuan kami hanya desa di sebelahnya. Yaitu dirumah Bapak Muhamad Mansuri, tujuan kami. Setelah memperkenalkan diri kemudian lanjut dengan cerita watu lumpang.
"Awalnya lumpang terpendam, karena menjadi tempat mengalirnya air hujan serta air kamar mandi. Lama-lama tergerus dan sekarang mulai nampak. Sempat saya ingin memindahkan ke depan, namun 4 orang ternyata tak kuat", Bapak Muhamad Mansuri mengawali Cerita.
Obrolan sambung-menyambung tentang kemungkinan bahwa dugaan Kutaraja 'mamrati' mungkin saja pernah berlokasi di sekitar sini. ---Ibukota kerajaan Mataram Kuno setelah migrasi dari Kawasan Dieng, sebelum pindah kawasan Kedu--- dan kami semakin bertambah semangat. Segera kami utarakan niat Komunitas kami, untuk turut serta membantu proses pemindahan.
Respon positif dari Bapak Mansuri tentang rencana beliau menempatkan didepan rumah, lantai di plester dan diberi pagar. Kamipun usul penambahan papan peringatan BCB.
Selain Lumpang dibelakang Rumah Bapak Muhammad Mansori, tepat diseberang jalan ada lagi 1 watu lumpang yang berukuran lebih kecil.
Saya berani bertaruh, orang lewat tak akan menyangka ini adalah benda yang punya sejuta cerita masa lalu.
"Nanti kami akan berkoordinasi dengan Bapak Kadus, mencoba mengusulkan pelestarian ini", kata Bapak Moh Mansuri. kami mengangguk dan bergembira. Semoga harapan yang baik itu segera bersambut.
Alangkah bagusnya bila kedua lumpang ini diletakkan berdampingan, selain kepercayaan warga bahwa ini watu lumpang berpasangan, yang lebih penting adalah pelestarian benda cagar budaya ini.
Lumpang yang kedua, nampak terlihat sudah rusak, namun menyelamatkan yang dengan kondisi apa adanya lebih baik dari pada mengabaikannya.
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi
Sampai bertemu dipenelusuran berikutnya...
nb:
Nantikan kabar selanjutnya tentang 'project save lumpang" ini...
Singkat cerita... Setelah saya tuliskan di blog : link naskah Watu Lumpang Desa Kenteng, saat ini Pemerintah Desa membuat museum mini desa Kenteng yang bertujuan mengedukasi warga dan sebagai tempat belajar langsung anak-sekolah, dan itu awalnya hanya sedikit sumbang saran diakhir naskah.
Dulu pernah kepikiran apa gunanya menulis cerita perjalanan 'blusukan situs' menjadi pertanyaan yang biasanya saya jawab dari beberapa rekan. Jujur saja, motivasi pribadi ya latihan menulis, juga sebagai kenangan, istilahnya titip dokumentasi.
Ternyata setelah 10 tahun baru saya rasakan, foto-foto awal blusukan yang saya simpan dilaptop hilang, tapi lewat menjadi blogger ini masih bisa tersimpan dan saya nikmati. Tak hanya satu kali, yang kedua lebih banyak lagi, foto dalam folder 350 destinasi blusukan situs hilang juga saat laptop yang kedua rusak. Untung saya pernah nulis di blog.
Yang paling membanggakan sekaligus menumbuhkan semangat adalah, ketika ada rekan yang japri dan ingin diajari nulis. Pikir saya ini hanya lelucon, namun rekan tersebut berulangkali meyakinkan saya. Padahal menurut saya kisah saya ini tak bagus, tak menarik.
Dari itulah, di tahun 2019 ini saya ingin lebih membagikan manfaat bagi banyak orang, ekspansi manfaat kalau istilah saya, bukan hanya edukasi sejarah, namun transfer pengetahuan yang lain.
Dan mejadi blogger memang sudah menjadi pilihan, bagi pribadi sebagai cara mengekspresikan passion.
---
Moh. Mansori dan Aman Johani |
Kurang dari 5 menit sampailah, karena memang tujuan kami hanya desa di sebelahnya. Yaitu dirumah Bapak Muhamad Mansuri, tujuan kami. Setelah memperkenalkan diri kemudian lanjut dengan cerita watu lumpang.
"Awalnya lumpang terpendam, karena menjadi tempat mengalirnya air hujan serta air kamar mandi. Lama-lama tergerus dan sekarang mulai nampak. Sempat saya ingin memindahkan ke depan, namun 4 orang ternyata tak kuat", Bapak Muhamad Mansuri mengawali Cerita.
Watu Lumpang Senden Jatijajar #1 |
Respon positif dari Bapak Mansuri tentang rencana beliau menempatkan didepan rumah, lantai di plester dan diberi pagar. Kamipun usul penambahan papan peringatan BCB.
Selain Lumpang dibelakang Rumah Bapak Muhammad Mansori, tepat diseberang jalan ada lagi 1 watu lumpang yang berukuran lebih kecil.
Saya berani bertaruh, orang lewat tak akan menyangka ini adalah benda yang punya sejuta cerita masa lalu.
Watu Lumpang Senden Jatijajar #2 |
Watu Lumpang Senden Jatijajar #2 : Aman Johani, Moh Mansuri, Pak Nanang dan Bu Wahyuni |
Watu Lumpang Senden Jatijajar #2 |
Watu Lumpang Senden Jatijajar #2 |
Sampai bertemu dipenelusuran berikutnya...
Watu Lumpang Senden Jatijajar #2 |
Nantikan kabar selanjutnya tentang 'project save lumpang" ini...