Jumat, 22 Juli 2016

Situs Watu Lumpang Gedanganak Ungaran

Watu Lumpang Gedanganak Ungaran 

     (Jumat, 22 Juli 2016), Kekosongan waktu setelah jumatan daripada tak ada kerjaan maka kulempar ajakan blusukan ke rekan Dewa Siwa. Kali ini yang menanggapi Mas Eka Budhi

     Kebetulan saya baca di medsos nya, beliau baru saja uplod hasil blusukan di mata Air Seleses, yang nampak watu berjajar eksotis sekali. Ditambah informasi keberadaan sebuah arca yang sudah dicuri orang sekitar tahun 90an.

     Jadilah, Kami berangkat bertiga... bersama rekan Mas Eka Budhi. Menuju lokasi tujuan penelusuran pertama, melihat keberadaan watu lumpang terbalik di dekat rumah Mas Eka ini. Tepatnya di Gedanganak Ungaran, didepan rumah Bapak Mandu RT 01 RW I Gedanganak Ungaran.

     Untuk penunjuk arah dimana watu lumpang ini berada nunggu mas Eka Budi berkenan dokumentasikan gambar (karena dekat rumahnya).
Watu Lumpang Gedanganak Ungaran 

     Kondisi watu lumpang beberapa bagian nampak bekas vandalisme, lumut dan jamur juga hampir 80% menutupinyaa. Bukti acuh dan abainya..... (atau mungkin karena warga tak tahu 'seberharga' apa watu ini ya?) 

    "Saya yakin mas, ini watu lumpang yang terbalik, waktu kecil sering main di sekitar sini dan tahu ada lubang berbentuk bundar ditengah-tengah batu ini", kekeh mas Eka saat saya tanya, kemungkinan bukan lumpang tapi umpak.

    Selain usaha untuk pemusnahan (dalam arti sebenarnya), "Konon watu ini pernah akan dibuang ke muntilan, sekitar kali jalur lahar merapi, karena yang punya rumah juga supir truk pasir, tak tahunya batu ini balik kesini lagi. Sejak saat itu warga tak ada yang berani mengusiknya", jelas Mas Eka.

     Untuk informasi lebih mendetail sampai saya buat naskah ini belum saya ketahui, monggo mas Eka Budi siapa tahu ada cerita yang terlewatkan... nanti di bagi ke saya ya..... 
Watu Lumpang Gedanganak Ungaran

    Selain Lumpang, sesepuh yang ditanya oleh mas Budi sempat bercerita... dulu memang ada 2 sendang di dekat area lumpang ini. Salah satunya ada tatanan watu bata berukuran besar, "Saya juga masih ingat mas, saat kecil mandi di sendang itu, banyak sekali watu candi. 100% saya yakin" jelas mas eka.

    Namun sayangnya sendang yang dimaksud sudah ditutup bangunan rumah. Sedangkan sendang yang satu lagi sudah diplester total, tak terlihat lagi jejak itu sama sekali.



Update Video Amatir (lain hari dengan lain orang)
 










Blusuk Bersama Mas Eka Budhi


























Save This, Not Only A Stone

Mari Lestarikan... jangan abaikan. 

    Perjalanan Blusukan kami lanjutkan ke Daerah Gintungan.... Tunggu saja laporan naskah di blog ini.

Salam Pecinta Situs dan Watu Candi!

nb : mohon maaf resolusi gambar di beberapa naskah blog akhir-akhir ini kurang bagus.. harap maklum saya hanya pakai kamera di HP Asus Z4, Kamera saya masih rusak (belum siap servisnya).. hehehehehe

Ada Yoni di Agen LPG Candirejo

 Yoni di Agen LPG Candirejo - jl. Prambanan 18.
      Jumat, 22 Juli 2016, Blusukan setelah 'Jumatan' bersama Mas Eka Budi  dan Mas Putra ardian, Masih penelusuran setelah "Jumatan", Awalnya tujuan kami adalah menelusur jejak keberadaan tinggalan purbakala di Sumber Air Seleses Gebugan Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang, dimana sumber airnya telah diambil oleh PDAM. Ohiya..., Sebelumnya kami menelusuri watu lumpang Gedanganak.
    Rute menuju sumber air Seleses, kami melewati Candirejo. Jalan petunjuk arahnya sama dengan Situs Candirejo (Gerbang Masuk Selamat datang ungaran, Jika dari Solo ambil Kiri) dan situs makam ndowo candirejo, juga situs yoni bugangan Candirejo Ungaran. Tak jauh pula dari Situs Lingga yang berada di Masjid Gebugan.
    Seteleh melewati Akper Ngudi Waluyo, kami lurus terus kemudian Gudang LPG. Masih terus kemudian melewati jembatan. Setelah jembatan ada pertigaan, kalau lurus menuju kelurahan kemudian kiri 3 situs candirejo yang saya tulis diatas. 
    Ambil kiri.... diantara obrolan kami saat menuju Sumber Air Seleses, pas kebetulan pandangan saya menatap watu kotak yang membetot perhatian saya. Dan Saya teriak histeris kepada 2 rekan perjalanan saya... "Lihat...lihat sebelah kanan di dalam halaman belakang pagar depan Agen LPG itu.....", pekik saya. 
     Intinya, pulangnya kami akan mampir. Dari Candirejo ini kami lanjut terus, dan ternyata jalan menuju Gebugan, melewati Kebonpolo. Kemudian kami masuk ke kiri menuju pabrik Tahu. parkir didepan reservoir PDAM, depan pabrik Tahu. 
     Beberapa dokumentasi Mas Eka Budi diSumber Air Seleses :
Di Sumber Air Seleses Gebugan : foto by Mas Eka Budhi
salah satu dari 2 pohon ringin
      Beberapa bukti keberadaan tinggalan purbakan terlihat dari ciri fisik, Subur tanahnya, mata air yang cukup besar, dan auranya yang adem... menjadikan saya sangat yakin.
    Malah ada 2 Wringin kembah (begitu warga menyebutnya) 2 pohon bringin yang tinggi besar menjulang dan berwibawa.





     Konon di area ini ada arca... yang oleh warga di namai "GOLEK KENCONO", "Dari ciri-ciri yang masyarakat sebutkan, arca bertangan banyak, kami yakin itu Dewi Durga Mahisasuramardini." Di atas area tandon air, di bawah pohon bambu itu. Tepatnya di batu berukuran besar yang datar .


 Hasilnya : Arca telah di curi orang... Mafia Go Hell.

     Kami juga mendapatkan informasi keberadaan watu kotak yang kata warga perlu untuk kami lihat, karena warga itu juga mengatakan mungkin itu sama dengan yang kami cari...watu candi. namun karena kami tak membawa peralatan mblusuk... Kami urungkan melihat medan yang lumayan tinggi rumputnya. Juga karena tadi kami melihat ular pula. 
     Semoga di lain waktu dengan tambahan personel dan membawa peralatan safety blusukan kami bisa kembali lagi.. siapa tahu arca itu dipindah!
     Saat masih mencoba mencari di area lain, hujan memaksa kami untuk berlari menuju kendaraan. Kemudian kami kembali ke Yoni di Halaman Agen LPG tersebut.
Yoni ada di halaman LPG : 
Yoni Candirejo 2 : di halaman 
     Kondisi yoni telah di 'permak"... RUSAK. ada hampir 50% di plester dengan semen dan pasir, maksudnya di rekondisi mirip dengan aslinya, kata narasumber yang saya temui. 
  Yoni di Agen LPG Candirejo 
     "Dulu ditemukan di dalam gudang LPG mas, dulu utuh plus watu mirip alu, (lingga yang dimaksud) tapi entah watu alunya itu sekarang dimana. Soalnya sering buat ganjel Truck LPG. Watu itu dulu juga utuh bagus, tapi karena tertabrak truk jadinya seperti itu... " ungkap karyawan tersebut. (Selengkapnya di Video yang sudah saya uplod ke you tube.

Video Amatir : 

Blusuk Bersama Mas Eka Budi

          Yoni sendiri adalah landasan lingga yang melambangkan kelamin wanita  . Pada permukaan yoni terdapat sebuah lubang berbentuk segi empat di bagian tengah – untuk meletakkan lingga > Cerat Yoni Candirejo 2 : Jl. Prambanan :
      Yoni merupakan bagian dari bangunan suci dan ditempatkan di bagian tengah ruangan suatu bangunan suci. Yoni biasanya dipergunakan sebagai dasar arca atau lingga. Yoni juga dapat ditempatkan pada ruangan induk candi seperti Candi Dukuh di Banyubiru Kabupaten Semarang  
     Bentuk Yoni yang ditemukan di Indonesia pada umumnya berdenah bujur sangkar, sekeliling badan Yoni terdapat pelipit-pelipit, seringkali di bagian tengah badan Yoni terdapat bidang panil. Pada salah satu sisi yoni terdapat tonjolan dan laubang yang membentuk cerat. Pada penampang atas Yoni terdapat lubang berbentuk bujur sangkar yang berfungsi untuk meletakkan lingga. Pada sekeliling bagian atas yoni terdapat lekukan yang berfungsi untuk menghalangi air agar tidak tumpah pada waktu dialirkan dari puncak lingga. Dengan demikian air hanya mengalir keluar melalui cerat. Beberapa ahli mengemukakan bahwa bagian-bagian yoni secara lengkap adalah nala (cerat), Jagati, Padma, Kanthi, dan lubang untuk berdirinya lingga atau arca. Lingga dan Yoni mempunyai suatu arti dalam agama setelah melalui suatu upacara tertentu. 
Yoni Candirejo 2 Ungaran
     Sistem ritus dan upacara dalam suatu religi berwujud aktivitas dan tindakan manusia dalam melaksanakan kebaktiannya terhadap Tuhan, dewa-dewa, roh nenek moyang dalam usahanya untuk berkomunikasi dengan mereka. Dalam ritus dan upacara religi biasanya dipergunakan bermacam-macam sarana dan peralatan, salah satu di antaranya adalah arca.

    Bagian yoni yang telah di semen, (Untungnya bukan bagian cerat : 
Yoni Candirejo 2 : Jl. Prambangan Candirejo Ungaran


Save This Not Only A Stone
Yoni Jl. Prambanan Candirejo Ungaran

























Mari Lestarikan...


Nb:
Sori Resolusi tidak ramah di mata, maklum pakai hp. asusz4.

Minggu, 10 Juli 2016

Menelusuri jejak Situs Purbakala di Makam Nyatnyono

Menelusuri jejak Situs Purbakala di Makam Nyatnyono
      Senin, 11 Juli 2016, Hari pertama masuk kerja, setelah libur lebaran 1437H, hanya halal bihalal kemudian nampaknya belum 100% aktif di pekerjaan. Jadi saya mencoba melempar ajakan ke rekan yang berpotensi bisa ikut Blusukan. Kali ini yang menyambut ajakan saya kebetulan Double Eka.
Gerbang Nyatnyono
      Singkat cerita, Menuju Nyatnyono cukup mudah.... Jalan Solo Semarang, Bila dari Arah Semarang, setelah melewati Kantor Bupati Semarang, Traffict Light ambil kanan langsung... Kemudian lurus saja ikuti jalan yang terus menanjak. Kira-kira 4 km sampailah. (Banyak Papan Rambu petunjuk arah : Menuju Makam dan Sendang Nyatnyono.
    Sebelum Membaca hasil penelusuran saya, lebih baik menyimak dulu Kutipan dari blog tetangga sebelah : http://www.sarkub.com , yang membahas tentang Nyatnyono dan Sejarahnya sebagi bahan bacaan :
     Asal-muasal nama Nyatnyono sen­diri, yang berarti “berdiri tahu-tahu sudah ada”, tidak terlepas pula dari hasil khalwat yang dilakukan Kiai Hasan. Setelah mendapat isyarat itu, Kiai Hasan pun keluar dari khalwatnya untuk menuju kampung tempat masjid dalam isyarat itu berada.
Keluarbiasaan terjadi. Atas izin Allah, begitu Kiai Hasan keluar dari tempat khalwatnya, ternyata masjid yang ada dalam isyarat itu benar-benar sudah berdiri tegak di Lereng Gunung Sukroloyo.
     Karena peristiwa luar biasa itulah, yang merupakan karamah dari waliyullah Hasan Munadi, pada akhimya masjid dan dusunnya kemudian dinamakan “Nyatnyono”. Nyat artinya “berdiri” dan Nyono artinya “sudah ada”. Maksudnya, berdiri dari khalwat, tiba-tiba masjidnya sudah ada dengan sendirinya:
     Hasan Munadi tercatat sebagai punggawa Kerajaan Demak yang saat itu dipimpin oleh Raden Fatah. Dengan pangkat tumenggung, dia dipercaya memimpin tentara Demak mengatasi segala bentuk kejahatan dan keangkuhan yang mengancam kejayaan Kerajaan Demak. Hasan Munadi kemudian memilih mensyiarkan Islam di daerah selatan kerajaan dan meninggal pada usia 130 tahun. Beliau meninggal dan kemudian dimakamkan di kampung halaman Nyatnyono di atas Masjid Subulussalam.
Karomah Waliyullah Hasan Munadi
     Riwayat tentang karamah waliyullah Hasan Munadi tidak hanya sebatas ketika ia masih hidup. Bahkan ratusan tahun se­telah wafatnya, karamah itu masih dirasakan oleh masyarakat. Di antaranya pada waktu Masjid Keramat tersebut direnovasi pada tahun 1985.
     Sebagaimana kelaziman para pemangku makam yang hendak merehab Masjid Keramat, Kiai Asmui pemangku makam keramat pada waktu itu melakukan mujahadah selama satu tahun terlebih dahulu. Setelah mujahadah selesai dilaksanakan, ia pun berinisiatif untuk meminta bantuan masyarakat sekitar yang bersedia menjadi dermawan untuk menyumbangkan hartanya.
     Masyarakat Nyatnyono memang bisa dibilang kelas menengah ke bawah, ha­nya beberapa pejabat dan keluarga tertentu yang memiliki kekayaan yang di­anggap berlebih di masa itu. Proposal yang ditawarkan, termasuk kepada instansi-instansi tertentu dan beberapa orang kaya yang ada di lingkungan se­kitar, kembali dengan tidak membawa hasil apa pun.
     Dalam kondisi semacam itu, Kiai Asmui gamang untuk melanjutkan renovasi. Akhirnya ia sowan kepada Kiai Hamid (K.H. Abdul Hamid Magelang), yang termasyhur dengan kewaliannya, untuk meminta pendapat tentang situasi yang sedang dihadapinya. Namun, Kiai Hamid malah menjawab ringan, “Sudah, pulang sana, mulai renovasi masjidnya. Waliyullah Hasan itu kaya. Kuburannya ada gambar uang.”
     Sepulang dari kediaman Kiai Hamid, Kiai Asmui makin bingung memikirkan kata-kata Kiai Hamid. Tapi, karena taat kepada sang guru, ia tidak berpikir panjang lagi. Meski tidak memiliki modal, ia pun mulai merenovasi. Bagian-bagian bangunan masjid yang dinilai sudah tidak layak mulai dirobohkan untuk direnovasi.
     Tiba-tiba keanehan kembali terjadi. Tidak diduga-duga, seorang peziarah yang datang ke makam dan tengah menderita sakit kronis dalam waktu yang singkat sembuh dari penyakit yang dideritanya setelah meminum dan mengusap- kannya ke bagian tubuh air yang keluar dari sumber yang berada tak jauh dari makam.
     Sejak kejadian itu, para peziarah semakin banyak berdatangan ke Makam Keramat dan mengambil air dari mata air itu. Dan makin aneh pula, mata air yang semula kecil menjadi semakin besar dengan semakin banyaknya peziarah yang berebut memanfaatkannya.
     Melihat kejadian aneh itu, Kiai Asmui kembali datang kepada Kiai Hamid untuk meneceritakan dan menyatakan fenomena apa yang sebenarnya terjadi. Pada saat itu Kiai Hamid mengisyaratkan bahwa semua itu adalah bagian dari karamah waliyullah Hasan Munadi.
     Pundi-pundi amal yang berasal dari peziarah pun semakin melimpah ruah. Dua puluh ribu, seratus ribu, satu juta, bahkan sampai-sampai per hari kotak-kotak amal itu terisi tidak kurang dari dua belasjuta hingga delapan belasjuta, sampai kurang lebih sepuluh bulan lamanya.Hari demi hari kata-kata Kiai Hamid semakin menjadi kenyataan. Peziarah yang datang semakin membludak. Dan air yang keluar dari sumber di dekat makam pun di luar kebiasaan, semakin membesar dengan sendirinya seiring dengan semakin banyaknya peziarah yang datang, hingga menjadi sendang. Sendang itu kemudian dikenal dengan nama “Sendang Kalimah Thayyibah”, karena untuk bisa mendapatkan khasiat dari air itu untuk hajat tertentu seseorang terlebih dahulu harus membaca dua kalimah syahadat.
     Hasil dari kotak amal yang telah dikumpulkan dan melimpah ruah itu pada akhirnya bukan hanya dipergunakan untuk merenovasi masjid. Makam, madrasah, jalanan umum, bahkan masyarakat pun mendapatkan bagian yang tidak sedikit dari jariyah para peziarah yang melimpah ruah itu.
     Mayarakat Nyatnyono yang tadinya hidup serba kekurangan mulai membangun dan merenovasi rumah-rumah mereka. Aktivitas perekonomian masyarakat sekitar makam terangkat karena keberkahan dari membludaknya para peziarah yang datang. Bahkan beberapa ribu orang masuk Islam berkat dari sen­dang itu.
     Namun pengunjung sebelum mandi diwajibkan untuk mengganti pakaian dengan sarung dan juga tidak diperbolehkan memakai perhiasan, cincin, gelang dan lain sebagainya. Bila kita lupa membawa sarung maka disediakan jasa untuk penyewaan sarung dipintu masuk sendang air keramat kalimat thoyibah..Tak jauh dari Makam Hasan Munadi, terdapat pula pemandian / sendang yang konon dahulunya untuk tempat mandi dan mengambilan air wudhu dari Hasan Munadi, yang dikenal dengan nama Air Keramat Sendang Kalimat Thoyibah. Air tersebut bersumber dari mata air yang dahulunya tongkat dari Hasan Munadi ditancapkan ketanah. Bila kita rasakan air tersebut maka air tersebut seperti air zam zam. Konon air keramat sendang kalimat thoyibah berkhasiat istimewa wasilah mengobati segala penyakit. (Sumber : http://www.sarkub.com/waliyullah-hasan-munadi-ungaran/)
      Penelusuran kali ini, sebenarnya bersumber pada postingan di sebuah grup, karena lamanya serta saya lupa screenshoot hanya ingat saja bahwa di Makam Nyatnyono ada watu candi yang dijadikan tangga makam.
      Atas informasi tersebut, berulangkali saya 'profokatori' rekan dewa siwa yang rumahnya lima langkah dari Nyatnyono. Salut Mbah Eka WP. Dengan proses spiritualnya -- jadilebih baik sahabat tanya sendiri bagaimana cerita lengkapnya --- akhirnya saya saat itu dipameri hasil penelusuran beliau.
lapik arca
      Kemudian, tanpa kami rencana... barulah hari ini (11 Juli 2016), saya langsung tembak beliau... eh ternyata bersedia menjadi guide, kemudian crew dewa siwa yang lain (juga bernama awalan sama) Eka Budi ikut pula..... Jadilah saya bersama double Eka.     Setelah parkir, Kami langsung menuju lokasi makam... karena berada di lokasi makam dan banyak peziarah maka kami, saya pakai peci, double Eka pakai sarung (Sayangnya saya terlewat tak mendokumentasikan momentum ini-- menyesal sekali). Sampai di Makam Nyatnyono pas dengan Adzan Duhur, sekalian kami berjamaah.... sekaligus mohon petunjuk untuk diberi kelancaran penelusuran.
    Langsung terlihat, lapik arca yang di tempatkan di pagar pinggir makam, Tak ada informasi pasti umpak ini beradal dari lokasi mana, hanya memang dipastikan di areal makam ini.
    Pernah ada upaya untuk mengalihfungsikan lapik arca ini, terlihat dari Bor tepat di tengah atas lapi arca. Dulu pernah ditancapkan sebuah besi diatas lapik arca ini.
watu candi : tatanan tangga di Makam Nyatnyono (maaf pakai hp, slr rusak)
     Tepat dibawah Lapik arca ada tatanan watu candi, terlihat jelas dari atas, jika kita berdiri tepat disamping lapik arca ini. Namun jika tak ada minat menaruh perhatian sama sekali, istilahnya tak ada passion. Pastinya tak akan peduli. 
   Apalagi dikanan kiri ditanami tanaman yang identik dengan makam di perkampungan, maka tak ada yang menyangka ada jejak purbakala jaman sebelum BINTORO-LOKA di komplek makam Nyatnyono ini.
Watu candi menjadi tangga makam
     Tak sabar, ingin lebih dekat kami bertiga langsung turun.... Lebih dekat dengan tatanan watu candi, ingin segera menyentuh dan merasakan eksotisnya....






     Bukti yang tak terbantahkan....

















        Banyaknya watu candi berbentuk Kotak, berukuran besar, bukti mana lagi yang engkau bantah? jangan hanya mitos, cerita dari, legenda ataupun jarene ra jelas.... Sejarah itu yang jelas, ada bukti dan kajian cermat.
    Tapi bukan berarti saya ingin menggugat yang sekarang. Tentu saja tidak sama sekali. Biarkan sejarah yang berbicara sendiri, kapasitas saya hanya menelusuri, menuliskan sesuai pengetahuan saya. Tak bertendesi apapun.
    Jadi, memang susah untuk memisahkan (Hasil) budaya dengan Agama akan susah untuk kebanyakan orang. hanya orang Tertentu saja....
Di watu ini ada pula relief yang masih samar terlihat, walau total tertutup lumut.
     Watu dengan Relief,
Relief samar terlihat : Nyatnyono
       Di tangga ini, ada watu candi yang berelief dan diletakkan diatas tangga. 
     Cukup terlihat jelas keindahan relief tersebut, walaupun hanya sejengkal tangan.
   Watu berpola, juga berelief.
     Banyaknya watu candi kotak ini, saya hanya bisa membayangkan, betapa besar dan indah bangunan masa lalu itu.


















    Saat mencermati tatanan watu di tangga ini, kami mencurigai di sekitar tanaman kuburan  (tanaman berdaun merah ini) banyak watu candi.
Relief  watu candi di Nyatnyono
    Jadilah..... Benar, yang terlihat di gelapnya rimbunan tanaman. Awalnya setengah watu berelief ini tertimbun tanah. Kemudian di korek-korek dengan pisau milik Eka WP.. Jadilah nampak seutuhnya sisa itu.
eka budi
     Mas Eka Budi, Benar-benar blusuk, mencari yang tertutup tanah. Semangatnya menular kepada kami semua.
Hasilnya Keren Sekali










   Dan inilah hasil perjuangan ekstra kerasnya
hiasan relief candi di Nyatnyono

    Siomay dan Dawet ayu menemani kami melepas lelah mencoba mengorek-orek watu candi yang terpendam. Beruntungnya aktifitas 'aneh' kami tertutupi tanaman merah khas kuburan. Sehingga kami aman, sentosa damai tanpa terhalang rasa ewuh pekewuh, walau diatas kami para peziarah melantunkan doa-doa.
    Ach Lain kali kami harus ke atas pula.... "minta ijin".... Sambil terus berharap kami menemui lagi jejak tinggalan ini. Walau pada masa itu memang untuk dihapus.... 
    Satu Lagi semoga hasil menggali ala jaman batu oleh Mas Eka Budhi tetap di lokasi....  




















    Blusukan Syawalan bersama Double Eka : Eka W Prast dan Eka Budi
Di Nyatnyono : Saya, eka budi dan eka wp.
Save This Not Only a Stone
Mari Bedakan Antara tinggalan (Hasil) budaya dengan Agama....

  Salam Pecinta Situs dan Watu Candi





















Nb : Nambah






    Blusuk Kami akhiri dengan , Makam Bersama "Mie Ayam" Dekat Trowongan Beji, Sambil nengok Lumpang beji yang sekarang 

Jumat, 01 Juli 2016

Jejak Purbakala di Dusun Kebonsari Desa Kebondalem Jambu Kabupaten Semarang

Watu candi di Kebonsari Desa Kebondalem Kec. Jambu
     Jumat, 1 Juli 2016, awalnya dikompori oleh dedengkote Ngampin... lek Wahid "Ono jejak purbakala di Kebonsari Jambu", akhirnya kapok lah dia, .... Salahe mameri... jadilah kupaksa guide. Masih dalam suasana Ramadhan... Ngabuburit blusukan istilah saya... 
      Dan kedatangan rekan blusukan impor dari semarang... Lek Trist ... Semangatnya jempol 5 lek.... puasa tapi blusukan ra mandheg. Berangkat dari perpustakaan Ambarawa... Kami langsung meluncur menuju lokasi.... dengan petunjuk arah atau jalan masuk yang sama saat saya menelusur lapik arca di Kebondalem.... Polsek Jambu ambil kanan. 
    Untuk petunjuk arah lengkapnya nunggu Lek Wahid. Paling mudah cari saja rumah Kadus Kebonsari.... Kami parkir tak jauh dari rumah beliau.
    Menuju lokasi dimana sisa watu candi, kami kemudian jalan kaki, gang didepan rumah Bapak Kadus. Tepat didepan rumah Mas polim (Pemasok Degan ke penjual Es Degan pinggir jalan, menjawab pertanyaan kenapa depan rumahnya ada banyak degan).  2 watu candi berpola itu diletakkan.
Dusun Kebonsari Desa Kebondalem Jambu Kabupaten Semarang

    Konon, watu candi ini bulan lagi insitu, namun pindahan dari kebun beliau. "Diamankan agar tak hilang", kata mas Kolim. karena kata mbah nya Mas Kolim, beberapa puluh tahun lalu pernah diangkut ke daerah XXXXX (untuk dijadikan makam). 
    
Saya sebenernya tahu daerah tersebut juga punya dokumentasi makam nya... karena itu makam kuno... punya sejarah yang sangat menarik. Dulu pernah saya ingin ekposs tapi ada warga masyarakat sekitar melalui media sosial yang tidak berkenan untuk fotonya saya tampilkan apalagi eksposs... malah pakai mengancam segala.... ya sudah u dokumentasi pribadi saja.---maaf bukan curhat---

     Dua watu Candi Berpola, Jejak Peradaban. 
watu candi
    Membuktikan Banyak disekitar kita pernah ada Peradaban. Namun karena banyak dari kita yang abai peninggalan leluhur itu terlupakan.
watu candi

     Blusuk bersama Dedengkot DEWA SIWA, Lek Trist dan sekaligus Guide Lek Wahid
bersama empunya rumah : Mas Kolim



Foto sembunyi-sembunyi dari Lek Wahid
together we can 

    Oleh2 Blusukan Ngabuburit : Degan Ijo... bukan watu candi lo ya....... (konfirmasi tuduhan membawa watu candi pulang..wkwkwkwkkw)








Save This Not Only A Stone
Watu candi di Kebonsari Jambu

Mari telusuri lebih mendalam agar tak putus jatidiri...

Rabu, 15 Juni 2016

Watu Lumpang Dusun Tambaselo Desa Pasekan Ambarawa

Watu Lumpang Dusun Tambaselo Desa Pasekan Ambarawa
    Rabu 15 Juni 2016. Setelah beberapa waktu lalu Ginziro membagikan hasil penelusuran di daerah dekat domisilinya, akhirnya dengan sedikit paksaan Lek Wahid yang katanya cuti kerja saya geret saja untuk jadi guide  hehehe.... ditambah tambahan personil bos TB. Dany Putra. Jadilah Kami bertiga menelusuri kembali jejak peradaban di Tambakselo Desa Pasekan Ambarawa. 
     Saat berangkat, awan nampaknya menggumpal di atas kepala kami, tanda mulai menyambut kami, namun #Udan Blusukan soyo Edan# menjadi tagline kami. Tak pernah mundur maju terus pokoknya. Benar saja, masuk desa pasekan air mulai tumpah dari langit, deras sederas-derasnya.

Balai dusun Tambakselo Pasekan
   Kemudian kami langsung menuju Bale Dusun Tambakselo Desa Pasekan, Manut saja dengan lek Wahid karena dia sebelumnya bersama ginziro pernah blusukan disini. tapi mohon maaf karena deras hujan tak bisa ambil penunjuk arah (hp saya lemah air).
     Singkat cerita sampailah saya di Bale Dusun, parkir motor dan segera payung kami buka..... Tak Sabar Mengeskplor...
    Watu Lumpang berada di belakang Gudang di Kompleks Balai Dusun Tambakselo Desa Pasekan, persis mepet tembok. "Dulu ada di depan balai dusun, karena katanya mengganggu pemandangan akhirnya dipindah kebelakang", kata informan kepada mas Ginziro.
 Sayang sekali ya...... 
    "Dulu malah digeletakkan begitu saja, baru beberapa tahun ini ditambahi bis/paving di bawahnya" tambah beliau, seperti yang Ginziro ceritakan kepada saya.
   Tapi lumayan lah daripada tidak diperhatikan sama sekali.
Lumpang terlihat dari jalan : Tambakselo pasekan
     Sampai saat saya nulis naskah hasil penelusuran ini kami ta mengetahui cerita dibalik Watu Lumpang ini, entah itu sejarah sebenarnya, mitos, legenda atau kepercayaan warga bahkan tuah watu Lumpang Dusun Tambakselo Desa Pasekan Kecamatan Ambarawa ini.
Watu Lumpang Dusun Tambaselo Desa Pasekan Ambarawa
    Di Masa itu, Watu lumpang digunakan sebagai penanda wilayah sima, perdikan yang ditetapkan oleh penguasa saat itu. Juga berbagai ritual masa itu seperti penyembahan kepada dewi sri saat memulai masa tanam. 
air di watu lumpang tambakselo
   Di berbagai wilayah lain, yang saya temui, tuah watu lumpang selain dipercaya sebagai obat awet muda (airnya), juga ada yang bertuah menyembuhkan penyakit.  
   kondisi watu lumpang sudah tak utuh lagi, terlihat tidak rata. Tidak Bundar. Endah karena proses pelapukan alam, atau pada waktu sebelum ini pernah ada yang khilaf ingin memakai sebagai bahan bangunan. Entahlah....
penampang atas Watu Lumpang tambakselo


   Yang saya penasaran adalah ihwal nama Dusun Tambakselo.... adakah yang tahu? inbox ya.... maturnuwun.
     Penulisan ini hanya bermaksud membagikan jejak peradaban masa lalu, tak berniat lain.... 
Watu Lumpang Dusun Tambaselo Desa Pasekan Ambarawa
   
Blusukan #udansoyo edan bersama Dhany Putra
foto by wahid : Lumpang Tambakselo Pasekan
     Karena penelusuran tak membekali diri dengan tongsis ataau tripod, jadilah kami hanya foto berdua tak lengkap dengan sang guide lek wahit : itupun yang ambil gambar harus mepet tembok bale dusun...
Imajiner fisik : Lek Wahid yang tengah lemu 




















    
Masih nunggu Foto Lek Wahid disini :
Jika saya sudah diberi... foto mekso ini akan saya ganti....







Salam Pecinta Situs dan Watu Candi

Save This, Not Only a Stone

Mari Lestarikan....