Jumat, 01 Juli 2016

Jejak Purbakala di Dusun Kebonsari Desa Kebondalem Jambu Kabupaten Semarang

Watu candi di Kebonsari Desa Kebondalem Kec. Jambu
     Jumat, 1 Juli 2016, awalnya dikompori oleh dedengkote Ngampin... lek Wahid "Ono jejak purbakala di Kebonsari Jambu", akhirnya kapok lah dia, .... Salahe mameri... jadilah kupaksa guide. Masih dalam suasana Ramadhan... Ngabuburit blusukan istilah saya... 
      Dan kedatangan rekan blusukan impor dari semarang... Lek Trist ... Semangatnya jempol 5 lek.... puasa tapi blusukan ra mandheg. Berangkat dari perpustakaan Ambarawa... Kami langsung meluncur menuju lokasi.... dengan petunjuk arah atau jalan masuk yang sama saat saya menelusur lapik arca di Kebondalem.... Polsek Jambu ambil kanan. 
    Untuk petunjuk arah lengkapnya nunggu Lek Wahid. Paling mudah cari saja rumah Kadus Kebonsari.... Kami parkir tak jauh dari rumah beliau.
    Menuju lokasi dimana sisa watu candi, kami kemudian jalan kaki, gang didepan rumah Bapak Kadus. Tepat didepan rumah Mas polim (Pemasok Degan ke penjual Es Degan pinggir jalan, menjawab pertanyaan kenapa depan rumahnya ada banyak degan).  2 watu candi berpola itu diletakkan.
Dusun Kebonsari Desa Kebondalem Jambu Kabupaten Semarang

    Konon, watu candi ini bulan lagi insitu, namun pindahan dari kebun beliau. "Diamankan agar tak hilang", kata mas Kolim. karena kata mbah nya Mas Kolim, beberapa puluh tahun lalu pernah diangkut ke daerah XXXXX (untuk dijadikan makam). 
    
Saya sebenernya tahu daerah tersebut juga punya dokumentasi makam nya... karena itu makam kuno... punya sejarah yang sangat menarik. Dulu pernah saya ingin ekposs tapi ada warga masyarakat sekitar melalui media sosial yang tidak berkenan untuk fotonya saya tampilkan apalagi eksposs... malah pakai mengancam segala.... ya sudah u dokumentasi pribadi saja.---maaf bukan curhat---

     Dua watu Candi Berpola, Jejak Peradaban. 
watu candi
    Membuktikan Banyak disekitar kita pernah ada Peradaban. Namun karena banyak dari kita yang abai peninggalan leluhur itu terlupakan.
watu candi

     Blusuk bersama Dedengkot DEWA SIWA, Lek Trist dan sekaligus Guide Lek Wahid
bersama empunya rumah : Mas Kolim



Foto sembunyi-sembunyi dari Lek Wahid
together we can 

    Oleh2 Blusukan Ngabuburit : Degan Ijo... bukan watu candi lo ya....... (konfirmasi tuduhan membawa watu candi pulang..wkwkwkwkkw)








Save This Not Only A Stone
Watu candi di Kebonsari Jambu

Mari telusuri lebih mendalam agar tak putus jatidiri...

Rabu, 15 Juni 2016

Watu Lumpang Dusun Tambaselo Desa Pasekan Ambarawa

Watu Lumpang Dusun Tambaselo Desa Pasekan Ambarawa
    Rabu 15 Juni 2016. Setelah beberapa waktu lalu Ginziro membagikan hasil penelusuran di daerah dekat domisilinya, akhirnya dengan sedikit paksaan Lek Wahid yang katanya cuti kerja saya geret saja untuk jadi guide  hehehe.... ditambah tambahan personil bos TB. Dany Putra. Jadilah Kami bertiga menelusuri kembali jejak peradaban di Tambakselo Desa Pasekan Ambarawa. 
     Saat berangkat, awan nampaknya menggumpal di atas kepala kami, tanda mulai menyambut kami, namun #Udan Blusukan soyo Edan# menjadi tagline kami. Tak pernah mundur maju terus pokoknya. Benar saja, masuk desa pasekan air mulai tumpah dari langit, deras sederas-derasnya.

Balai dusun Tambakselo Pasekan
   Kemudian kami langsung menuju Bale Dusun Tambakselo Desa Pasekan, Manut saja dengan lek Wahid karena dia sebelumnya bersama ginziro pernah blusukan disini. tapi mohon maaf karena deras hujan tak bisa ambil penunjuk arah (hp saya lemah air).
     Singkat cerita sampailah saya di Bale Dusun, parkir motor dan segera payung kami buka..... Tak Sabar Mengeskplor...
    Watu Lumpang berada di belakang Gudang di Kompleks Balai Dusun Tambakselo Desa Pasekan, persis mepet tembok. "Dulu ada di depan balai dusun, karena katanya mengganggu pemandangan akhirnya dipindah kebelakang", kata informan kepada mas Ginziro.
 Sayang sekali ya...... 
    "Dulu malah digeletakkan begitu saja, baru beberapa tahun ini ditambahi bis/paving di bawahnya" tambah beliau, seperti yang Ginziro ceritakan kepada saya.
   Tapi lumayan lah daripada tidak diperhatikan sama sekali.
Lumpang terlihat dari jalan : Tambakselo pasekan
     Sampai saat saya nulis naskah hasil penelusuran ini kami ta mengetahui cerita dibalik Watu Lumpang ini, entah itu sejarah sebenarnya, mitos, legenda atau kepercayaan warga bahkan tuah watu Lumpang Dusun Tambakselo Desa Pasekan Kecamatan Ambarawa ini.
Watu Lumpang Dusun Tambaselo Desa Pasekan Ambarawa
    Di Masa itu, Watu lumpang digunakan sebagai penanda wilayah sima, perdikan yang ditetapkan oleh penguasa saat itu. Juga berbagai ritual masa itu seperti penyembahan kepada dewi sri saat memulai masa tanam. 
air di watu lumpang tambakselo
   Di berbagai wilayah lain, yang saya temui, tuah watu lumpang selain dipercaya sebagai obat awet muda (airnya), juga ada yang bertuah menyembuhkan penyakit.  
   kondisi watu lumpang sudah tak utuh lagi, terlihat tidak rata. Tidak Bundar. Endah karena proses pelapukan alam, atau pada waktu sebelum ini pernah ada yang khilaf ingin memakai sebagai bahan bangunan. Entahlah....
penampang atas Watu Lumpang tambakselo


   Yang saya penasaran adalah ihwal nama Dusun Tambakselo.... adakah yang tahu? inbox ya.... maturnuwun.
     Penulisan ini hanya bermaksud membagikan jejak peradaban masa lalu, tak berniat lain.... 
Watu Lumpang Dusun Tambaselo Desa Pasekan Ambarawa
   
Blusukan #udansoyo edan bersama Dhany Putra
foto by wahid : Lumpang Tambakselo Pasekan
     Karena penelusuran tak membekali diri dengan tongsis ataau tripod, jadilah kami hanya foto berdua tak lengkap dengan sang guide lek wahit : itupun yang ambil gambar harus mepet tembok bale dusun...
Imajiner fisik : Lek Wahid yang tengah lemu 




















    
Masih nunggu Foto Lek Wahid disini :
Jika saya sudah diberi... foto mekso ini akan saya ganti....







Salam Pecinta Situs dan Watu Candi

Save This, Not Only a Stone

Mari Lestarikan....

Kamis, 02 Juni 2016

Jejak Purbakala di Masjid Gebugan Bergas

Mari Lestarikan (hasil) Budaya para Leluhur ini... Pisahkan budaya dengan agama.
Lingga di Masjid Gebugan Bergas
    2 Juni 2016, Edisi Ritual Blusuk Kemisan masih berlanjut, kali ini atas berkat kegigihan anggota laskar impen dan feeling Mbah Eka W Prasetya, yang tak mundur satu langkahpun mencari jejak purbakala di area Gebugan (ada desas-desus beberapa waktu lalu arca ganesha diperjualbelikan disini), Ketika mencari sisik melik Arca itu, Mbah Eka malah menemukan bonus super sekali. Jejak Peradaban kuno di Masjid Gebugan.
      Menuju lokasi cukup mudah, sejalur pula dengan situs di kawasan Candirejo Ungaran : dekat dengan 1 : Situs Candirejo, 2. Situs Makam Ndowo, 3. Yoni Bugangan tinggalan satu area--silahkan klik saja. (Ikuti jalurnya) Masuk melewati arah Curug Semirang. (Akbid Ngudi Waluyo.)
Masjid Jami' Baitul Muqorrobin
    Cari gapura selamat datang desa Gebugan Kecamatan bergas, kemudian tanya saja masjid gebugan dimana berada ke warga...100% ramah. : masjid Jami' Baitul Muqorrobin.
     Cerita dari Mbah Eka..... "Melihat geografi dan ciri-cirinya, ada sesuatu yang menarik untuk menelusur area ini", jelas Mbah Eka. 
   Ada Tips menarik dari Mbah Eka, Seperti pengalaman beliau. Saat mencari jejak purbakala... dimulai dengan pertanyaan "Apakah ada peninggalan batu wali?", dan ternyata setelah itu mengalirlah info, singkat cerita akhirnya dipertemukanlan jejak purbakala itu. 
      Masih dari informan, seperti yang diceritakan kembali kepada saya oleh Mbah Eka, "Dahulu watu wali tersebut adalah peninggalan mbah kyai penanggalan, batu tersebut konon oleh warga di gunakan mbah penanggalan untuk menentukan tanggal dan waktu", jelas warga tersebut. 
    Di Masjid Jami Baitu Muqorrobin ini masih tersisa jejak peradaban.
     Sampai saat saya menelusuri yang terlihat hanya Ada 2 Lingga Pathok (satu lingga kondisinya pecah), Jaladwara, dan watu candi Berpola watu candi yang berubah fungsi menjadi pondasi/talud juga ada batu bata yang berukuran jumbo (tanah liat).
Lingga berada di halaman masjid 
    Kyai penanggalan, sebuah "pergeseran' yang mengungatkan pada beberapa masjid yang ada watu jam nya, tinggalan wali pula : 1 Masjid Njambon Ungaran, 2. Yoni di Masjid Kauman Suruh, 3. Yoni Situs Masjid Karangasem Suruh. --Tak akan saya bahas detail, maaf----
    Kembali ke Dua Lingga Pathok Masjid Gebugan Bergas, (Saya menyebutnya demikian karena Tak ada kabar dengan Yoni nya...) -- dibeberapa lokasi kadang hanya ada Lingga saja tanpa Yoni. 
     "Lingga yang ada tersebut satu berasal dari lokasi Masjid dan yang satu dahulu terletak di perempatan Gebugan pecah karena tertabrak truk, maka di bawa kembali ke masjid yang ada di Gebugan", cerita Mbah Eka.

     Sudah berkembang menjadi doktrin umum, atau memang sudah berubah seperti demikian sejarahnya ... --saya tak akan bahas lebih lanjut--

    Manfaat positifnya ada perhatian dari pengampu pondok pesantren di dekat masjid Gebugan ini. Kyai Muda menginginkan "watu penanggalan" itu tetap di lokasi semula. Tidak boleh diganggu dan dipindah. Bagi saya pribadi itu mengharukan.... walaupun berubah makna... namun minimal "diopeni".
     Sebagai bahan bacaan untuk mengenali dan memahami Lingga Pathok ini, saya ambilkan dari web Site BPCB:

Linga Pathok Masjid Gebugan Bergas
      Selain digambarkan dalam berbagai wujud antropomorfik, Siwa juga digambarkan dalam wujud an-iconic sebagai lingga. Pada dasarnya lingga adalah pilar cahaya (the column of light), yang merupakan simbol benih dari segala sesuatu yang ada di alam semesta ini berasal. Lingga semacam ini disebut Joytirlinga. Siwa sendiri merepresentasikan dirinya ke dalam wujud pilar api pada mitologi Linggotbhawa murti.
    Selain Joytirlinga, terdapat juga manusa lingga, yaitu lingga yang merupakan simbol dari organ maskulin. Cirinya adalah mempunyai tiga bagian, terdiri atas bagian yang paling bawah, berbentuk persegi, disebut brahmabhaga; bagian tengah yang berbentuk segi enam yang disebut wisnubhaga; dan bagian yang paling atas, berbentuk silendris, disebut rudrabhaga. Pada bagian rudrabghaga-nya terdapat hiasan garis melengkung yang disebut brahmasutra.

Lingga Pathok  yang kedua : Sisa pecahanya
    Sebagai simbol organ maskulin, lingga mengandung energi penciptaan. Akan tetapi energi tersebut akan berfungsi apabila disatukan dengan energi shakti, yang disimbolkan dalam wujud yoni, untuk memberikan kekuatan bagi energi penciptaan tersebut. Dengan demikian, penyatuan antara lingga sebagai organ maskulin dengan yoni yang merupakan simbol organ feminin akan menghasilkan energi penciptaan, yang merupakan dasar dari semua penciptaan. 
(Sumber :http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjateng/2016/02/15/lingga-yoni/)
Jaladwara
      Selain Lingga Pathok, Di Halaman Masjid Gebugan Bergas juga diletakkan di pojokkan ada Jaladwara. Jaladwara yang berfungsi sebagai talang air yang biasanya ada di tepian bangunan suci maupun pancuran air di petirtaan. 
Jejak Purbakala di Masjid Gebugan Bergas : Jaladwara
     Ini membuktikan keberadaan bangunan suci di sini pada masa lalu. ditambah keberadaan Lingga pathok yang juga bisa menandakan batas kompleks terluar sebuah bangunan suci tersebut.
     Fungsi utama Jaladwara adalah menyalurkan air, dengan lubang dan hiasan di ujungnya. Biasanya relief ikan imajiner yang berbelalai. 

Jaladwara dari sisi depan
Dari sisi Depan : Jaladwara di Masjid Gebugan













    













      Juga banyak lagi yang lain, watu candi yang beralih fungsi :
1. Pondasi / "tampingan--bhs jawa--" berasal dari tatanan watu candi, berada di sebelah kanan halaman masjid, dekat 'plang' nama masjid.
kiriman foto  dari Lek Suryo
2. Tangga masuk, ada watu candi berpola yang ditata sedemikian rupa, sebagai pelengkap. Mulai tertutup lumut dan segera tak terlihat jejak peradaban itu.
watu candi berpola
3. Digeletakkan Begitu Saja (All foto kiriman WA dari Lek Suryo)
4. Bukti sisa Batu Bata jumbo (Tanah Liat), yang dipasang di dinding luar tempat wudhu jamaah masjid
Batu Bata berukuran berbeda dengan yang sekarang di masjid Gebugan

 5. Watu candi disusun seperti puzzle ta lengkap di halaman Masjid
watu unsur bangunan suci masa lalu
 6. Di Pondasi/ tampingan sisi luar halaman masjid (depan)

Save This Not Only A Stone

Blusuk Bersama :



   Blusukan sebenarnya berlanjut di Stus Megalitikum tak jauh dari sini, namun karena kendala waktu saya tak bisa mengikuti..... lain kali semoga saya bisa menelusuri kembali.....
(saya sertakan bocoran gambar punden berundak itu)..... tq gambarnya lek suryo...

Yuk mari Lestarikan....



   Sekalilagi, Mari Kita Pisahkan Agama dan Hasil Peradaban Leluhur. 

Rabu, 01 Juni 2016

Menelusuri Jejak Purbakala Di Endong Sewu Pringapus

Menelusuri Jejak Purbakala  Di Endong Sewu Pringapus : Arca Nandi , Watu Lumpang
     Rabu, 1 Juni 2016. Setelah berhenti sejenak, menengok Arca Nandi yang terpenggal di Pertigaan Desa Kataan, Kami melanjutkan Blusukan Mampir di Candi Pringapus
Candi Pringapus Temanggung
    "Foto blusukan "Hit & Run" beberapa waktu lalu semua blur disini, jelas Lek Suryo.
    Kami sama sekali ta berencana menelusuri Sendang Endhong Sewu ini, Namun saat ngobrol santai dengan Juru Pelihara Candi pringapus, Kami disarankan untuk mampir juga ke Endhong Sewu. Ada Arca nandi Yang besar.... Airnya jernih plus seger kata beliau. 
    Tanpa banyak kata jadilah kami meluncur, dari Candi Pringapus terus keatas naik kira-kira 200m, Kemudian Gang pertama sebelah kanan masuk. Kira-kira 100m kemudian sampailah : 

Endong Sewu Pringapus Ngadirejo Temanggung
Endhong Sewu Pringapus Temanggung
      Endong Sewu, begitu warga mengenal sendang ini. Air Jernih dan segar terlihat dari pandangan mata yang sejuk. Dari monumen pemugaran, terlihat Endong Sewu dibangun pada tahun 1972.     Selain digunakan untuktuk aktivitas warga, mandi, cuci (di bagian tersendiri terpisah dari sendang) juga menjadi tujuan wisata air bagi masyarakat sekitar Temanggung, saat saya kesini banyak anak-anak kecil bahkan remaja yang berenang di sendang Endhong Sewu.

     "Untuk cerita legenda, mitos nunggu Mas Viriya Candra"
      
Arca Nandi Endong Sewu temanggung

      Kondisi Arca nandi di Endong Songo ini cukup menggembirakan.... MASIH UTUH, dari sekian banyak Arca Nandi yang saya temui, khususnya yang masih insitu, atau masih berada di lokasi aslinya. Semoga tetap selamanya utuh.... Nandi seperti lembu yang sedang duduk "Njerum" 

       Ukuran Nandi cukup besar, Nandi atau lembu yang merupakan wahana Dewa Siwa ini merupakan ciri peninggalan peradaban Hindu kuno yang dulu sempat berada di lereng Gunung Sindoro ini.
   Keberadaan Nandi, seharusnya hanya menjadi penanda adanya sebuah bangunan suci (Hindu Siwa, yang saat itu berkembang) atau keberadaan Arca Dewa Siwa juga banyak juga berpasangan dengan Lingga Yoni.
 Jejak Purbakala  Di Endong Sewu Pringapus : nandi dan Lumpang

      Selain Yoni terdapat pula Watu Lumpang yang berukuran lumayan besar. Watu lumpang pada masa itu dipakai atau dibuat untuk menetapkan daerah sima atau tanah anugrah dari penguasa. Entah area suci, masyarakat yang telah berjasa atau ada tugas khusus dari penguasa.
Watu Lumpang Endgong Sewu Temanggung
      Dalam Perkembanganya, Lumpang masih digunakan untuk ritual tertentu, seperti upacara sesembahan pada dewi kesuburan, ataupun banyak orang yang mempercayai tuah air yang berada di watu lumpang. Sebagai penyembuh dari sakit ataupun obat awet muda.







Video Amatir :



    Semoga tetap utuh, Lestari dan Mulia

Arca Nandi : Kepala Adalah Hakikat, tanpa kepala bukan apa-apa
     Blusukan Bersama Lek Suryo :
Maaf u pothographernya mungkin lapar....
Save This Not Only A Stone
Mari Kunjungi dan Lestarikan

Salam Pecinta Situs Dan Watu candi



    Penelusuran ini merupakan rangkaian penelusuran Temanggung area, Sebelumnya berturut-turut situs Bagusan, Situs Gumuk Candi, Situs Paladan, kemudian Mampir di Arca Nandi dekat Kantor Desa Kataan Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung, Mengunjungi kembali Candi Pringapus kemudian Petirtaan di Sendang Endhong Sewu Pringapus Temanggung, dan ketika Pulang Berhenti sejenak di Arca Ganesha pinggir jalan Sidukun-Ngadirejo Temanggung.