2 Agustus 2018. Lanjutan blusukan masih di zona Pringapus tepatnya dekat Pasar, destinasi yang kedua petunjuknya adalah gang setelah SMKN 1 Pringapus masuk. Ternyata saya buta sama sekali daerah yang akan kami telusuri ini,walaupun awalnya Saya merasa cukup kenal wilayah di Kabupaten Semarang. Tapi menjadi asing ketika masuk ke pedalaman Jatirunggo Pringapus. Salah satu manfaat blusukan, saya jadi tahu daerah terpencil dan masih dalam bingkai Garuda Pancasila… hehehhe.
Sesampainya dilokasi terdekat. "Ini sudah dekat!", ujar Mas Eka. Tapi saya jadi malah curiga, istilah dekat Mas Eka Budi sangat meragukan. Benar saja, dia menunjuk saya untuk parkir didepan rumah warga, setelah minta ijin untuk nitip motor, kemudian kami melewati jalan di sela antara tebing padas dan rumah, menyusuri jalan setapak.
Tanpa saya duga kami meniti jembatan yang tingginya kira-kira 20m dari dasar sungai.
Yang cukup menengangkan "jembatan seadanya". Rangka terdiri hanya dari Besi kolom di rangkai dengan jarak 10cm. sementara sambungan hanya dililit kawat. Untuk menutupi jembatan dipakai anyaman bambu. Itupun sudah ada beberapa yang lapuk, setiap melangkah selain bergoyang juga suara bambu patah mengiringi. Terbayang kan bagaimana adrenalin kami meninggi menantang mental.
Melihat dasar sungai penuh dengan batu berukuran besar karena kemarau yang menyusutkan debit air sungai adalah bohong jika saya tak ndredek, ngewel. Dalam istilah jawa ada kata semengeren membayangkan masih 1 kali lagi menyeberangi jembatan ini.
Watu Lumpang Kebon Agung Pringapus |
Tapi karena blusukan harus tetap terlaksana, selangkah demi selangkah terlewatkan juga… Langsung lemes. Karena seluruh energy terkuras untuk melawan ketakutan. Saat sudah menyeberangi jalan inilah, berpapasan dengan warga. Saat saya bilang minta ijin untuk melihat Watu Lumpang, sekonyong-konyong beliau kaget. “Kok bisa tahu, Kalau beruntung kalian bisa melihat kekayaan dunia. Tinggal kuat tidak lelaku disana”, panjang lebar beliau menjelaskan. Mohon maaf tak bisa secara detail, takutnya bisa kenyataan… hehehehe.
Dulu ada dusun di lereng itu : Dusun Tambak Yang Hilang |
Posisi area yang kami telusuri ini seperti berada di tempat yang terpencil, dikelilingi tebing tinggi dengan aliran sungai yang membentuk kerucut. Bahkan beberapa tahun yang lalu, karena longsor tersebut satu dusun terpaksa di relokasi ke tempat yang lebih aman. Konon nama desa tersebut Adalah Dusun Tambak Desa Jatirunggo, Pringapus.
Watu Lumpang ada di tengah pematang sawah, dengan posisi yang sudah miring. “Dimasa banyak nomor togel beberpa tahun lalu, watu lumpang ini ramai. Begitulah manusia”, kata bapak yang berpapasan dengan kami tadi, yang ternyata beliau adalah Pak Modin desa.
Watu Lumpang Kebon Agung Pringapus |
Ukuran Watu Lumpang sedikit lebih besar dan dengan kondisi yang lumayan lebih baik, dari Watu lumpang yang kami telusuri sebelum ini.
Berada di ketinggian, dikelilingi sumber air dan Subur adalah ciri kas yang melekat di area ini, sehingga menambah keyakinan tentang bukti keberadaan Situs di daerah dengan ciri Geografi seperti itu.
Posisi Miring di pematang,
Watu Lumpang Kebon Agung Pringapus |
Masih terlihat bentuk spesial dari watu lumpang, dimana disisi terluar ada semacam pembatas air/ panel lumpang yang mengelilingi area pinggir lumpang. Hiasan sederhana tapi membuat spesial, karena biasanya lumpang dibagian penampang atas hanya datar. Selain cekungan lubang.
Watu Lumpang Kebon Agung Pringapus |
Untuk fungsi lumpang, saya coba utarakan salah satunya saja, diduga sebagai media ritual permulaan masa tanam untuk persembahan kepada dewi kesuburan.
Pohon itu, dibawahnya sendang |
Diseberang sungai, disisi jalan kedatangan kami tadi, informasi yang saya dapat dari Mas Eka Budi ada sebuah sendang kembar yang cukup keramat, dengan berlindung dibawah pohon yang sangat besar.
Menurut cerita dari warga, sendang tersebut masih ada kaitan/ hubungan dengan Watu Lumpang ini.
Secara logika mungkin saja, Sendang atau pada masa itu bisa disebut petirtaan adalah tempat mensucikan diri terlebih dahulu sebelum ritual di watu lumpang ini.
Seiring berjalannya waktu, ketika peradaban berubah. Watu Lumpang berubah pula fungsinya.
Dulu yang menjadi sarana suci beralih menjadi mitos, bahkan kadang airnya bermitos obat awet muda. yang terkini sering diminta nomor togel. Sehingga di banyak tinggalan lain banyak yang dimusnahkan dengan alasan musrik, padahal yang salah bukan batu nya tapi manusianya....
Mas Eka, sang andalan jika kepepet musti blusukan, hehehe,
Watu Lumpang Kebon Agung Pringapus |
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi
Watu Lumpang Kebon Agung Pringapus |
Berlanjut ke blusukan ke Watu Lumpang Dusun Sambeng Jatirunggo Pringapus
#hobikublusukan