Senin, 06 April 2015

Situs Nglimut Gonoharjo Boja Kendal

 Situs Nglimut Gonoharjo Boja Kendal
     29 Maret 2015.

      Pulang tutorial di Singorojo, ku sempatkan mbolang dulu, kebetulan salah seorang mahasiswa ada yang berdomisili di Desa Gonoharjo.... thank's to Sufyan
gambar 1 : menuju Gonoharjo
         Jalurnya dari terminal cangkiran, ikuti jalan menuju Gonoharjo, yang terkenal dengan wisata Pemadian air panas Nglimut Gonoharjo.
    Sampai ketemu dengan pertigaan dengan papan petunjuk :(gambar 1)
gambar 2 : menuju Gonoharjo








Masuk ke gerbang desa Gonoharjo (gambar 2)




gambar 3 : menuju Gonoharjo









Lanjut ke pertigaan ke 2 
(gambar 3)



     Kira-kira 500 meter... ada tanjakan  S ... tingkungan pertama ambil yang kanan... Gambar 4 saya ambil dari atas. Sobat langsung ambil kanan

Gambar 4  : ikuti panah menuju situs Gonoharjo

    Tak sampai 100m (hati-hati jalan menurun dengan kondisi paving yang ga rata) sobat akan sampai  di Situs Nglimut Gonoharjo






Sampailah  Situs Nglimut Desa Gonoharjo 
 Situs Nglimut Gonoharjo Boja Kendal
Yoni Situs Nglimut Gonoharjo
     Kondisi  situs secara keseluruhan 'watu candi" hampir 90 % ditutupi lumut... sudah ada pagar keliling, namun kondisi pagar sudah rusak. Dari pencarian saya belum ada kode inventarisir dari dinas terkait yang nampak.... 



     Yang kita temui di situs ini :
1. Yoni, 
2. Lingga,

     Penggambaran Siwa selain sebagai manusia, seringkali digambarkan dalam bentuk lingga. Lingga yang digambarkan sebagai kelamin laki-laki biasanya dilengkapi dengan Yoni sebagai kelamin wanita. Persatuan antara Lingga dan Yoni melambangkan kesuburan. Dalam mitologi Hindu, yoni merupakan penggambaran dari Dewi Uma yang merupakan salah satu sakti (istri) Siwa.
           Yoni adalah landasan lingga yang melambangkan kelamin wanita (vagina). Pada permukaan yoni terdapat sebuah lubang berbentuk segi empat di bagian tengah untuk meletakkan lingga.
          Bentuk Yoni yang ditemukan di Indonesia pada umumnya berdenah bujur sangkar, sekeliling badan Yoni terdapat pelipit-pelipit, seringkali di bagian tengah badan Yoni terdapat bidang panil. Pada salah satu sisi yoni terdapat tonjolan dan lubang yang membentuk cerat. Pada penampang atas Yoni terdapat lubang berbentuk bujur sangkar yang berfungsi untuk meletakkan lingga. 
cerat yoni situs nglimut

      Pada sekeliling bagian atas yoni terdapat lekukan yang berfungsi untuk menghalangi air agar tidak tumpah pada waktu dialirkan dari puncak lingga. Dengan demikian air hanya mengalir keluar melalui cerat. Beberapa ahli mengemukakan bahwa bagian-bagian yoni secara lengkap adalah nala (cerat), Jagati, Padma, Kanthi, dan lubang untuk berdirinya lingga atau arca.
Cerat Yoni Situs Nglimut

     Lingga dan Yoni mempunyai suatu arti dalam agama setelah melalui suatu upacara tertentu. Sistem ritus dan upacara dalam suatu religi berwujud aktivitas dan tindakan manusia dalam melaksanakan kebaktiannya terhadap Tuhan, dewa-dewa, roh nenek moyang dalam usahanya untuk berkomunikasi dengan mereka. Dalam ritus dan upacara religi biasanya dipergunakan bermacam-macam sarana dan peralatan, salah satu di antaranya adalah arca.

      Kura Kura dan Ular naga di Bawah Cerat Yoni : 
Kura2 Yoni Nglimut
Ular Naga Yoni Nglimut











      
      KURA-KURA
       Kura kura adalah salah satu, dari sepuluh Dasa Awatara dalam agama hindu. yang diyakini sebagai penjelmaan material Dewa Wisnu dalam misi menyelamatkan dunia.  
Dalam kitab purana Kurma Awatara / sang kura-kura, muncul saat Satya Yuga : 

     Satyayuga atau Kertayuga, merupakan tahap awal dari empat (catur) Yuga. Siklus Yuga merupakan siklus yang berputar seperti roda. Setelah Satyayuga berakhir, untuk sekian lamanya kembali lagi kepada Satyayuga. Satyayuga berlangsung kurang lebih selama 1.700.000 tahun. Setelah masa Satyayuga berakhir, disusul oleh masa Tretayuga. Setelah itu masa Dwaparayuga, lalu diakhiri dengan masa kegelapan, Kaliyuga. Setelah dunia kiamat pada akhir zaman Kaliyuga, Tuhan yang sudah membinasakan orang jahat dan menyelamatkan orang saleh memulai kembali masa kedamaian, zaman Satyayuga.
      Satyayuga merupakan zaman keemasan, ketika orang-orang sangat dekat dengan Tuhan. Hampir tidak ada kejahatan. Pelajaran agama dan meditasi (mengheningkan pikiran) merupakan sesuatu yang sangat penting pada zaman ini. Konon rata-rata umur umat manusia bisa mencapai 4.000 tahun ketika hidup pada zaman ini. Menurut Nathashastra, di masa Satya Yuga tidak ada Natyam karena pada masa itu semua orang berbahagia.


      Pada masa Satyayuga, orang-orang tidak perlu menulis kitab, sebab orang-orang dapat berhubungan langsung dengan Yang Maha Kuasa. Pada masa tersebut, tempat memuja Tuhan tidak diperlukan, sebab orang-orang sudah dapat merasakan di mana-mana ada Tuhan, sehingga pemujaan dapat dilakukan kapanpun dan di manapun. (sumber : wikipedia)

NAGA

     Ular   Naga atau yang dikenal dengan nama Taksaka, bertugas menjaga candi. Wujud naga dipahat di bawah cerat yoni karena yoni selalu dipahat menonjol keluar dari bingkai bujur sangkar sehingga perlu penyangga di bawahnya. Fungsi naga pada yoni tampaknya erat kaitannya dengan tugas penjagaan atau perlindungan terhadap sebuah bangunan.
Yoni : relief di bawah naga
     


Dibawah naga ada relief : 


RELIEF KALA DI CERAT YONI : 





     Batara Kala adalah sosok rakasa ganas sebagai dewa penguasa waktu dan berhubungan dengan sisi perusak dari Dewa Siwa. Kala adalah putera Dewa Siwa yang bergelar sebagai dewa penguasa waktu (kata kala berasal dari bahasa Sanskerta yang artinya waktu). Dewa Kala sering disimbolkan sebagai raksasa yang berwajah menyeramkan, hampir tidak menyerupai seorang Dewa. Dalam filsafat Hindu, Kala merupakan simbol bahwa siapa pun tidak dapat melawan hukum karma.
     Relief Betara Kala digambarkan dengan kepala yang besar dengan rahang atas yang besar dibatasi oleh gigi taring besar, tetapi tanpa rahang bawah.



3. Umpak




         Fungsi umpak adalah sebagai fondasi atau tatakan tiang penyangga sebuah bangunan. Umpak mempunyai peranan yang penting pada sebuah bangunan, karena merupakan titik kekuatan sebuah bangunan Umpak berbentuk persegi besar dan terbuat dari bongkahan batu yang biasanya pada sisi-sisinya dihiasi ukiran. 
         Penggunaan umpak juga berkembang dan diadaptasi pada masa kejayaan kerajaan Hindu-Budha di Indonesia. Pada masa itu umpak banyak digunakan sebagai tatakan penyangga tian-tiang besar di bangunan kraton dan tempat pemujaan, seperti candi. 
   Bahkan pada masa itu terdapat beberapa rumah-rumah penduduk yang sudah menggunakan umpak di dalamnya. Awalnya Umpak hanya berbentuk bongkahan batu dengan hiasan ukiran yang sangat sederhana, dengan bagiah ada lubang untuk tiang. Namun umpak mengalami perkembangan dari segi arsitektur dan nilai kegunaannya.
     
4. Batu Candi berelief
relief di situs nglimut



 5. Batu Candi
     
Begitu banyaknya batu candi yang berserakan, menandakan dulunya ada bangunan berupa candi yang menaungi Lingga Yoni ini. Sebagai Bangunan suci untuk pemujaan. Ciri-ciri keberadaan bangunan candi pun mendekati kebenaran, seperti berada di ketinggian, dekat dengan sumber air. Bukti yang menguakan adanya beberapa batuan candi berpola, batu candi pengunci, berbentuk khusus serta batu candi berelief.


Batu candi : Situs Nglimut












Batuan candi yang ada di luar pagar...









Bersama Mas Muhammad Sufyan Alwi : 
Terimakasih mas..!!!



    Situs ini memang sudah ber pagar (namun ala kadarnya alias sudah rusak), namun belum tercover BPCB kah? belum ada Papan tanda peringatan dan papan petunjuk situs.... 



To be continue.... 
bersambung situs di kawasan wisata gonoharjo......

Save This Not Only A Stone
Salam Pecinta Candi

Jumat, 27 Maret 2015

Ganesha Situs Banjaran Karangjati


Ganesha Situs Banjaran Karangjati
     24 Maret 2015
     Hasil penelusuran informasi di internet beberapa tahun lalu, masih tersimpan. Ternyata membuat saya bersemangat lagi... Mbolang kali ini memang butuh perjuangan yang ekstra. Karena berada di dekat jalur PP saya kerja, niat saya menyempatkan berangkat/pulang mbolang terlebih dahulu. saya hitung ada 4 kali saya berusaha nyari Situs Dewa Ganesha ini,baru keempat kalinya bisa ketemu... mulai dari kurang tepatnya info dari web site yang saya dapat...., masyarakat sekitar juga ga tahu keberadaannya, juga kendala cuaca. Berbagai hambatan yang saya temui itu, tak mengurangi semangat saya.
  Jalurnya arah Semarang sebelum pasar Karangjati ada jalan masuk ke Ngobo, ati2 ketika di gang masuk ini... selain termasuk jalan berkategori 'blindspot' juga sering macet dan rawan. Masuk kira-kira 100m ketemu dengan gang Jl. Suka Rukun.
PT USG Congol :
gambar saya ambil dari parkir motor depan rumah warga
      Ikuti Jalan itu, sampai ketemu dengan perempatan, ambil lurus, kemudian perempatan ke dua ambil kanan arah ke Parik Garmen PT. USG Congol.
    


     Jalan menuju Situs ini tepat di depan PT. USG Congol ambil kanan arah persawahan, Parkir Motor di depan rumah warga. 

ganesha Karangjati
Gambar disamping adalah gambar yang menjadi bekal saya mbolang....... dan ternyata info lakasi nya salah.... bukan ngimbun tapi Banjaran, Masih Sama Karangjati. 
Sempat "clingak-clinguk", karena tak terlihat dewa Ganesha di sekitar sawah di depan ku... info gambar dari Dinas Pariwisata, Keterangan sumber gambar : Arca ganesha ini berada di tengah sawah milik ibu Siti warga Ngimbun Karangjati


   Karena keterangan seperti itu, ketika kusampai ku langsung mengedarkan pandangan... namun setelah beberapa lama ga terlihat juga, sempet mau mutung. Beruntung ada seorang ibu-ibu (beliau ga berkenan diketahui namanya), , karena saya saking senengnya diantar ke  situs, saya lupa foto beliau... namun tak mengurangi hormat saya, beribu terimakasih saya ucapkan pada beliau melalui tulisan ini, sudah repot mau menunjukkan lokasi Situs Arca Ganesha. 
     Beliau pun dengan yakin, "Saya 'bejo' ketemu dengan ibu itu, soalnya kalo orang lain belum tentu tahu keberadaan Situs ini, karena banyak warga yang sekitar saat ini pendatang.. 
jadi untuk peninggalan leluhur ini jarang yang peduli apalagi memperhatikan", jelas beliau.
  Petualangan sebenarnya menanti, Jalurnya melewati pematang sawah, pas saya mbolang ke sini tanah pematang sawah baru saja dicangkul.

    Telusuri pematang sawah itu sampai ketemu dengan sungai, kemudian sebrangi... 

         Arca Dewa Ganesha ada di tengah kebun dan disela-sela pohon sengon (dibawah tulisan merah)

 Ganesha: Dewa pengetahuan, kecerdasan, kebijaksanaan dan pelindung terhadap segala bencana
Ganesha Situs Banjaran karangjati
       Ganesha (Dewanagari) adalah salah satu dewa dalam agama Hindu dan banyak dipuja oleh umat Hindu, yang memiliki gelar sebagai Dewa pengetahuan dan kecerdasan, Dewa pelindung, Dewa penolak bala / bencana serta Dewa kebijaksanaan. Ia dikenal pula dengan nama Ganapati, Winayaka dan Pilleyar. Dalam tradisi pewayangan, ia disebut Bhatara Gana, dan dianggap merupakan salah satu putra Bhatara Guru (Siwa).
Ganesha Situs Banjaran karangjati
               
   Kondisi Arca Ganesha Situs banjaran Karangjati ini cukup memprihatinkan.             Pelapukan oleh alam dan diperparah dengan pembiaran arca ini di sini menjadikan Ganesha nampak seperti ini dari dekat.
    Menurut informasi yang ada arca tersebut sudah beberapa kali akan dipindahkan namun tidak berhasil.


Ganesha Situs Banjaran karangjati
    








Ganesa berkepala gajah dengan perut buncit. Patungnya memiliki empat lengan, yang merupakan penggambaran utama tentang Ganesa. 



Ganesha  karangjati

    Dia membawa patahan gadingnya dengan tangan kanan bawah dan membawa kudapan manis, yang ia comot dengan belalainya, pada tangan kiri bawah. Motif Ganesa yang belalainya melengkung tajam ke kiri untuk mencicipi manisan pada tangan kiri bawahnya. Dalam perwujudan yang biasa, Ganesa digambarkan memegang sebuah kapak atau angkusa pada tangan sebelah atas dan sebuah jerat pada tangan atas lainnya. 

Cerita mengenai Ganesha : 
 Ganesa lahir dengan tubuh dan kepala manusia, kemudian Siwa memenggalnya ketika Ganesa mencampuri urusan antara Siwa dan Parwati. Kemudian Siwa mengganti kepala asli Ganesa dengan kepala gajah. Detail kisah pertempuran dan penggantian kepala, memiliki beragam versi menurut sumber yang berbeda-beda. 
    Dalam kitab Brahmawaiwartapurana terdapat kisah yang cukup menarik. Saat Ganesa lahir, ibunya,Parwati, menunjukkan bayinya yang baru lahir ke hadapan para dewa. Tiba-tiba, Dewa Sani (Saturnus), yang konon memiliki mata terkutuk, memandang kepala Ganesa sehingga kepala si bayi terbakar menjadi abu. Dewa Wisnu datang menyelamatkan dan mengganti kepala yang lenyap dengan kepala gajah. Kisah lain dalam kitab Warahapurana mengatakan bahwa Ganesa tercipta secara langsung oleh tawa Siwa. Karena Siwa merasa Ganesa terlalu memikat perhatian, ia memberinya kepala gajah dan perut buncit.
    Dalam kitab Siwapurana dikisahkan, suatu ketika Parwati (istri Dewa Siwa) ingin mandi. Karena tidak ingin diganggu, ia menciptakan seorang anak laki-laki. Ia berpesan agar anak tersebut tidak mengizinkan siapapun masuk ke rumahnya selagi Dewi Parwati mandi dan hanya boleh melaksanakan perintah Dewi Parwati saja. Perintah itu dilaksanakan sang anak dengan baik.
      Alkisah ketika Dewa Siwa hendak masuk ke rumahnya, ia tidak dapat masuk karena dihadang oleh anak kecil yang menjaga rumahnya. Bocah tersebut melarangnya karena ia ingin melaksanakan perintah Parwati dengan baik. Siwa menjelaskan bahwa ia suami Parwati dan rumah yang dijaga si bocah adalah rumahnya juga. Namun sang bocah tidak mau mendengarkan perintah Siwa, sesuai dengan perintah ibunya untuk tidak mendengar perintah siapapun. Akhirnya Siwa kehabisan kesabarannya dan bertarung dengan anaknya sendiri. Pertarungan amat sengit sampai akhirnya Siwa menggunakan Trisulanya dan memenggal kepala si bocah. Ketika Parwati selesai mandi, ia mendapati putranya sudah tak bernyawa. Ia marah kepada suaminya dan menuntut agar anaknya dihidupkan kembali. Siwa sadar akan perbuatannya dan ia menyanggupi permohonan istrinya.
    Atas saran Brahma, Siwa mengutus abdinya, yaitu para Gana, untuk memenggal kepala makhluk apapun yang dilihatnya pertama kali yang menghadap ke utara. Ketika turun ke dunia, gana mendapati seekorgajah sedang menghadap utara. Kepala gajah itu pun dipenggal untuk mengganti kepala Ganesa. Akhirnya Ganesa dihidupkan kembali oleh Dewa Siwa dan sejak itu diberi gelar Dewa Keselamatan.
     Sebagian badannya terpendam sehingga tidak dapat diketahui secara pasti apakah arca ini beralas atau tidak. 


Dari dekat : 




Dari Samping : 

 













Dari belakang: 






Bila tetap dibiarkan seperti ini, tak butuh waktu lama, Arca Ganesha Banjaran karangjati ini lapuk!!!! .... Adakah cara untuk membuat sedikit melindungi? Lapor ke pada siapakah seharusnya.......------
Patut Kita Wacanakan..... diskusi welcome di 081805803200 / fb : Saya


nb: 


Saat perjalanan pulang....saya ketemu dengan seorang kakek, Setelah kujelaskan saya dari mana... Beliau bercerita.... Arca Ganesha ini masih ada hubungannya dengan Arca Ganesha Mbah Dul Jalal.
"Mbah Gono", masyarakat jaman dulu menyebut arca itu..... sampai saat inipun kadang masih ada beberapa yang melakukan ritual di arca itu" jelas kakek iu

---Bila dihubungkan dengan fakta keberadaan 3 buah arca ganesha di daerah sekitar bergas ini... (Satu lagi arca ganesha pondansari) kemudian beberapa sisa batu-batu candi di Situs Kalitaman Wujil bergas--- bolehkah saya menyimpulkan kawasan ini dulunya semacam kawasan pusat pendidikan?, dengan fakta pendukung letak di bawah lereng gunung ungaran yang berdiri kokoh Candi Gedong songo... 
Namun sahaya hanya menduga saja.... Saya yakin suatu saat kebenaran sejarah akan terkuak......


*****

Save the This...Not Only a Stone!!!








Salam Pecinta Candi


Rabu, 18 Maret 2015

Lingga Situs Bukit Cinta Rawapening

Lingga Situs Bukit Cinta
  Rabu 19 Maret 2015
       Disela kerjaan saya nyuri waktu mbolang ke Bukit Cinta di Banyubiru. Sebenarnya beberapakali wisata ke Bukit cinta ini, namun saya belum sadar jika di Bukit cinta ada Lingga. Berkat postingan gambar di FB rekan wahid, saya 'harus mbolang'!.
   Rute dari Ambarawa, Lewat Jalan Banyubiru arah Salatiga, kira-kira 5 km sudah sampai : 
   






 Karena didalam kawasan wisata, masuk ada tiketnya, @Rp. 6000 dan Rp. 1000 untuk Parkir R2.  

Secara Administrasi Berada di Dsa kebondowo Kec, Banyubiru


    Situs Lingga Bukit Cinta ada di pendopo : Petilasan Ki Godho Pameling
Lingga Situs Bukit Cinta

    Lingga adalah sebuah arca atau patung, yang merupakan sebuah objek pemujaan atau sembahyang umat Hindu. Kata lingga ini biasanya singkatan daripada Siwalingga dan merupakan sebuah objek tegak, tinggi yang melambangkan falus atau kemaluan Batara Siwa. Objek ini merupakan lambang kesuburan. (sumber : wikipedia).
      Lingga berdiri diatas umpak.... hal ini yang baru saya temui... biasanya ditempatkan diatas yoni. (entah mungkin karena kedangkalan pengetahuan) menurut sumber bacaan saya :  
      Sejak abad ke 8 yaitu Prasasti Canggal telah menyebutkan bahwa seorang raja mendirikan lingga dan Yoni untuk mengukuhkan kedudukannya. Diberi nama yang menggambarkan perpaduan antara raja yang mendirikan dengan sang dewa yang menjadi pemujanya (Siwa). Lingga yang didirikan juga untuk memperingati suatu peristiwa penting, seperti menang dalam perang.  
     Dari data-data prasasti yang ditemukan, untuk sementara dapatlah dianggap bahwa di sebuah desa setidak-tidaknya terdapat sebuah bangunan suci. Tetapi mungkin juga ada desa yang tidak mempunyai bangunan suci. Di dalam sebuah bangunan suci terdapat arca dewa yang merupakan arca perwujudan atau wakilnya yang disebut lingga. Arca atau lingga itu berdiri di atas landasan yang disebut pranala atau yoni. (sumber bacaan : egga-pramuditya)
Lapik Arca Situs Bukit Cinta
      Bolehlah saya menyebut, Lingga Situs Bukit Cinta ini ditempatkan diatas umpak???
   Selain Lingga ada 2 buah batu Lapik arca, dulunya diatas batu itu parsinya ada arca dewa..... dan 1 lagi batuan yang (karena rusak/rompal) tak saya pahami itu apa....
     Situs Lingga Bukit Cinta masih sering digunakan untuk semedi, dengan banyaknya sisa sesaji serta abu pembakaran menyan, dupa di sekitarnya.
Lingga Situs Bukit Cinta
          Ada hal yang unik, keberadaan bendera Merah Putih... saya meduga kuat, bila situs ini lekat kaitannya dengan Candi Dukuh yang tak jauh dari lokasi ini. (Kebetulan saya sudah kesana tahun 2011 lalu). Candi dukuh yang konon peninggalan Majapahit : Raja Brawijaya V, Kerajaan Majapahit seperti yang diketahui mempunyai bendera kebesaran / PANJI 'gulo kelopo', gulo / gula = merah, kelopo/kelapa = putih. 

Lingga dari dekat : 
Lingga Bukit Cinta


Ukuran :
Umpak
  • Panjang : 20 cm 
  • Lebar : 20 cm 
  • Tinggi : 35 cm 
Lingga
  • Panjang : 73 cm 
  • Lebar : 73 cm 
  • Tinggi : 35 cm

perahu wisata di Rawa Pening
        Karena berada satu wilayah dengan wisata, Saat kesini bisa berwisata sejarah, sambil menikmati sejuknya Bukit Cinta, serta indahnya pemandangan Rawa Pening. Bagi yang suka memancing, atau sekedar berkeliling naik tersedia pula perahu. Di tengah Rawa pening ada pula warung apung yang menyediakan ikan bakar segar.

     Beberapa hasil spot (maaf masih belajar)  di Bukit Cinta Rawa Pening : 

Rawa Pening
Rawa Pening


















      Rawa Pening, terkenal dengan legenda Naga Baru Klinting :
      Dahulu, di lembah antara Gunung Merbabu dan telomoyo terdapat sebuah desa bernama Ngasem. Di Desa itu tinggal sepasang suami-istri bernama Ki hajar dan Nyai Selakanta. Beliau dikenal pemurah baik hati dan suka menolong, sehingga warga masyarakat sangat menghormatinya. Namun mereka belum juga dikaruniai seorang anak, walau sudah berkeluarga sejak lama. Meskipun demikian, mereka bisa hidup rukun.
      Di Suatu siang, Nyai Selakanta termenung seorang diri di teras rumahnya. Melihat hal itu, Ki Hajar mendekati dan bertanya, "Istriku, kenapa kamu melamun dan terlihat bersedih?" tanya ki Hajar.
Nyai Selakanta tak menanggapi, masih terdiam melamun. Kaget saat suaminya memegang pundaknya, "Eh, kanda, " ucapnya terkejut.
"Istriku, apa yang sedang kamu pikirkan, sampai terlihat muram begitu?" tanya ki Hajar.
 "Tidak ada yang kupikir kanda. Dinda hanya kesepian, apalagi saat kanda pergi. Seandainya di rumah ini selalu terdengar tangis dan rengekan bayi, tentu hidup kita tidak akan sesepi ini," jelas Nyai Selakanta. "Sejujurnya Dinda ingin sekali mempunyai anak, ingin merawat juga membesarkan dengan penuh kasih sayang, Kanda...", tambah Nyai Selakanta.
     Mendengar ungkapan hati sang istri, Ki Hajar terdiam, dengan menghela nafas panjang beliau berkata, "Sudahlah Dinada, Barangkali belum waktunya Hyang Widi memberikan kita keturunan. Yang penting kita harus selalu berdoa dan berusaha", kata Ki Hajar berusaha menenangkan sang istri.
"Baik Kanda, Semoga harapan kita dikabulkan", jawab Nyai Selakanta sambil meneteskan air mata.
Melihat sang istri sedih, tak tahan pula Ki Hajar menahan air mata. Kemudian kihajar berkata, "Baiklah Dinda, jika Dinda sangat ingin mempunyai anak, Kanda ingin bertapa untuk memohon kepada Hyang Widi", kata Ki Hajar.
      Singkat cerita, Nyai selakanta melepas kepergian suaminya untuk bertapa, meskipun berat berpisah. Tinggalah kini Nyai Selakanta seorang diri dirumah, hati pun semakin sepi. Sudah berbulan-bulan Ki Hajar pergi bertapa, namun Nyai Selakanta ta kunjung mendapat kabar, hingga suatu hari Nyai Selakanta merasakan keanehan dalam dirinya. Nyai Selakanta merasa mual, dan kemudian muntah-muntah layaknya wanita yang sedang hamil. Ternyata apa yang diduga benar, Semakin hari, perut Nyai Selakanta tambah besar. Sapai tiba waktunya Nyai Selakanta Melahirkan.
    Namun alangkat kaget dan sedihnya, saat Nyai Selakanta mengetahui bayi yang dilahirkan bukan seorang bayi manusia, namun berwujud ular naga. Nyai Selakanta memberi nama anak itu Baru Klinthing, yang diambil dari tombak pustaka milik sang suami, Ki Hajar. Kata 'baru' berasal dari kata bra yang artinya keturunan seorang Brahmana Seorang resi) yang memopunyai kedudukan lebih tinggi dari pendeta. Sementara Klinthing berarti bunyi dari lonceng.
     Bayi berwujud naga itu memang ajaib, walau berbentuk ular naga namun bisa berbicara dan menangis seperti layaknya bayi manusia yang lain. Nyai Selakanta tak dapat menahan rasa herannya bercampur rasa haru melihat keanehan itu. Namun di hati kecilnya, terbersit pula rasa kecewa, malu jika warga mengetahui bahwa yang ia lahirkan seekor ular naga. Untuk merahasiakan hal itu, Nyai Selakanta memounyai rencana untuk mengasingkan Baru Klinthing di bukit Tugur, sampai ia besar nanti. Yang kemudian nanti setelah besar Baru Klinthing akan mengadakan perjalanan ke Gunung Telomoyo yang jaraknya cukup jauh.            Dan Rahasia baru Klintingpun tak pernah diketahui oleh warga sekitar.
      Singkat cerita, ketika Baru Klinting remaja, suatu hari bertanya kepada Ibunya, "Ibu, apakah aku ini mempunyai seorang ayah?" tanya Baru Klinthing dengan polosnya. Kaget dengan pertanyaan anaknya, namun Nyai Selakanta juga menyadari sudah saatnya Baru Klinthing harus mengetahui siapa ayahnya.
"Iya anakku, Kamu mempunyai ayah. Ayahmu bernama Ki Hajar. Saat ini sedang bertapa di gunung Telomoyo. Pergilah temui dia dan katakan padanya engkau ini putra beliau", jelas Nyai Selakanta.
Dengan ragu Baru Klinting menjawab, "Apakah ayah mamu mempercayai perkataanku, dengan tubul ular saya ini Ibu?", tanya Baru Klinthing.
"Jangan Kawatir Anakku, Bawalah Pusaka Tombak Baru Klinthing ini sebagai bukti, engkau memang anaknya", jelas Nyai Selakanta.
Setelah mendapat restu dari Ibunya, Baru Klinthing berangkat menuju Lereng Gunung Tinjomoyo sambil membawa pusaka. Setelah sampai di lereng Gunung, kemudian baru Klinthing mencari Gua. Di dalam gua itu terdapat seorang laki-laki yang sedang duduk bersemedi. Kedatangan Baru Klinthing rupanya membangunkan Ki Hajar dari pertapaannya.
"Siapa itu?!!", tanya Ki Hajar.
"Maafkan saya Bapak. Jika kedatangan saya ini mengagetkan serta mengganggu ketenangan Bapak", jelas Baru Klinthing.
     Terkejut Ki Hajar melihat seekor naga namun bisa berbicara layaknya manusia.
"Siapa kamu dan kenapa kamu mampu berbicara bahasa manusia?", tanya Ki Hajar penuh keheranan.
"Saya Baru Klinthing", jawabnya. "Berkenan saya bertanya, benarkan ini pertapaan dari Ki Hajar?", tanya Baru Klinthing.
"Iya benar. Saya sendiri Ki Hajar. Bagaimana kau tahu namaku?, siapa sebenarnya kamu?", tanya Ki Hajar.
      Mendengar jawaban Ki Hajar, Baru Klinthing langsung Sembah sujud kepada Ayahnya. Kemudia ia menjelaskan ihwal dirinya. Namun awalnya Ki Hajar tidak mempercai Baru Klinthing anaknya, apalagi mempunyai wujud seekor naga. Ketika akhirnya Baru Klinthing menunjukkan pusaka yang diberikan kepadanya untuk ditunjukkan, Ki Hajar pun mulai percaya namun belum sepenuh hati.
"Biaklah, aku percaya jika tombak pusaka itu memang milikku. Tapi bukti itu belum cukup bagiku. Jika kamu benar anakku, coba kamu lingkari Gunung Telomoyo ini", perintah Ki Hajar.
         Untuk meyakinkan ayahnya, Baru Klinting segera melaksanakan permintaan Ki Hajar.  Berbekal kesaktian yang dipunyai. Baru Klinthing berhasil melingkari Gunung Telomoyo. Akhirnya Ki Hajar Mengakui bahwa Seekor Naga yang bernama Baru Klinthing itu memang benar anaknya. Setelah itu Ki Hajar memerintahkan anaknya untuk bertapa terlebih dahulu di Bukit Tugur.
"Sekarang, Bertapalah di Bukit Tugur Anakku, suatu saat kelak tubuhmu akan berubah menjadi manusia", kata Ki Hajar."Baik Ayah....", jawab Baru Klinthing

Sementara itu, di saat yang sama di daerah lain

      Tersebutlah desa bernama Pathok. Desa ini tanahnya subur, sehingga penghidupan warga masyarakatnya yang petani cukup makmur. Namun ada yang perilaku kurang terpuji dari hampir semua warga desa. yaitu mereka angkuh.
    Suatu ketika, Penduduk Desa Pathok berencana mengadakan kegiatan merti desa, pesta sedekah bumi setelah panen. yang melambangkan rasa syukur terhadap penciptanya. Berbagai acara digelar untuk memeriahkan acara tersebut, seperti pertunjukan seni dan tari bahkan wayang. Untuk melengkapi hidangan bagi para tamu yang akan diundang, para warga beramai-ramai berburu di Bukit Tugur
     Namun, sudah hampir seharian mereka berburu. Belum ada satupun binatang yang mereka jumpai. Kala matahari sedang terik, saat terasa penat, para warga memutuskn untuk istirahat terlebih dulu di tanah yang agak lapang. 
     Sambil bercakap-cakap, para penduduk mencari tempat untuk  beristirahat barang sejenak. Ada salah satu warga yang menggunakan golok membabat tumbuhan liar untuk tempat dia istirahat. Ketika tak sengaja membacok sesuatu yang nampak mirip akar pohon besar, keluarlah darah segar.
     Gemparlah .... kemudian setelah dicermati ternyata yang di bacok warga tadi adalah tubuh dari seekor ular yang sangat besar. Tak menunggu lama warga akhirnya memotong-motong ular tersebut, sampai bersisa hanya bagian kepalanya saja. (kemudian kepala naga ini ditinggal begitu saja). 
   Daging ular naga Baru Klinting mereka bawa pulang kemudian diolah dengan berbagai jenis menu. Saking banyaknya bahkan setiap penduduk desa memasak sendiri-sendiri beraneka menu dari daging ular naga tersebut.
     Saat Pesta Sedekah Bumi berlangsung, datanglah ke Desa Pathok. Seorang anak kecil yang tubuhnya penuh luka karena penyakit, bahkan berbau amis darah. Anak kecil itu penjelmaan dari Baru Klinting, Kepala Naga yang telah ditinggalkan itu yang berubah menjadi sesosok anak ini.
    Karena sangat lapar, Baru Klinthing pun ikut bergabung dengan pesta Sedekah Bumi penduduk Desa Pathok. namun saat ia berkeliling meminta makan, tak satupun warga mau memberinta makan barang sesua nasi. mereka justru memaki-maki dan mengusir nya.
"Hai anak pengemis. Terkutuk. Cepat Pergi dari sini!!", usir para warga. "Tubuhmu bau amis sekali", tambah warga yang lain.
     Pun demikian, Baru Klinthing yang berwujud seorang anak itu masih mencoba meminta sesuap nasi kepada beberapa rumah yang ditemuinya. Dengan perut kosong dan sangat lemah, akhirnya Baru Klinting ketemu dengan rumah paling pojok desa. 
Setelah uluk salam, si empunya rumah keluar. dan yang keluar seorang nenek yang tinggal sebatang kara. Mbok Rondho biasa dipanggil.
"Nenek, bolehkah saya minta sesuap nasi untuk saya makan. saya lapar nek. Saya sudah berkeliling di rumah warga tidak ada yang berkenan memberi makan kepada saya. Karena badan saya ini bau", pinta Baru Klinting
"Bukankan ada pesta nak, disana banyak makanan, apakah kamu sudah kesana?", tanya nenek itu.
"Saya sudah kesana nek, tapi warga semua mengusirku, mencaci maki", jawab Baru Klinthing sedih.
"Ya Sudahlah nak... Mari Masuk...., ini ada sedikit makanan." Kata Nenek itu.
    Saat Baru Klinting sedang makan, nenek itu juga bercerita, "Warga memang angkuh nak, mereka juga melarangku datang ke pesta. Alasannya nenek merepotkan dan kumuh.", jelas Nenek itu.
    Saat mendengar cerita nenek itu, Baru klinthing merasa geram. " Terlintas rencana di pikirannya.
"Nek, Kalau nanti ada air meluap... nenek naik lesung itu ya." kata Baru Klinting. 
Walau bingung dan tak dapat menangkap apa maksud baru Klinting, Nenek itu mengiyakan....

     Tak Berapa lama kemudian... Baru Klinting kembali ke keramaian pesta. Penduduk yang melihatnya kembali pun banyak yang menggerutu....

Tiba-tiba Baru Klinting mengeluarkan sebatang lidi, kemudian dengan lantang mengucapkan tantangan. 
"Wahai kalian semua, siapa saja yang bisa mencabut lidi ini.... jika bisa saya akan pergi dan tak kan pernah kembali lagi", seru Baru Klinting
   Merasa itu hanya masalah sepele, warga banyak yang terbaha-bahak, mereka menyuruk anak-anak kecil mencabut lidi itu...

Namun...
 Ternyata tak satupun orang bisa mencabut lidi itu....



to be continue...
   
  
Save this Not Only a Stone
Di Lingga Situs Bukit cinta rawa pening

Salam Pecinta Situs

Jumat, 13 Maret 2015

Situs Sitoyo Keji Ungaran

Umpak Situs Sitoyo Keji Ungaran
12 Maret 2015, 
     Setelah dapat info keberadaan umpak di Dusun Sitoyo Desa Keji, Kecamatan Ungaran Barat... segera saya meluncur kesana. Berada kira2 3 km dari pusat kota Ungaran. 
Kampung Seni Lerep
     Rute yang saya lalui dari alun-alun lama ungaran ambil melewati SMK NU Ungaran, Karangbolo ambil kiri... melalui kampung seni lerep ungaran, 
     Kemudian melewati pula kawasan wisata watugunung.
 Setelah itu terus saja keatas sampai melewati Kantor kecamatan Ungaran Barat. Kemudian melewati pula kolam renang. 









   Ikuti jalan desa, sampai ketemu dengan papan petunjuk ini : 
Di sebelah kiri papan gerbang penunjuk nama : 
     

       Masuk, Umpak Situs Sitoyo Berada di Halaman Masjid Ponpes Al Madinah ini : 
Umpak Situs Sitoyo Keji Ungaran 
    Umpak adalah sebuah alas tiang sebuah bangunan, bila dihubungkan dengan kondisi lingkungan, besar kemungkinan di sekitar situs ini dulunya ada sebuah bangunan suci (masa Hindu), tentunya ada lebih dari 1 umpak (seharusnya).. juga ada media penyembahan seperti bangunan candi, arca ataupun lingga yoni. Namun saat ini yang diketahui / yang tersisa hanya umpak saja.
   Keunikan umpak Situs Sitoyo Keji ungaran ini terdapat tonjolan yang berelief : 


Relief di Umpak situs Sitoyo Keji Ungaran

       Umpak Situs Sitoyo dari belakang :
Umpak Situs Sitoyo Keji
     Umpak Situs Sitoyo dari Atas
Umpak Situs Sitoyo Keji
     Umpak Situs Sitoyo dari Dekat
Umpak Situs Sitoyo Keji Ungaran
    Karena saya tidak ketemu informan /pemilik ponpes ini/ warga yang bisa saya tanya jadi cukup disini dulu, suatu saat mungkin saya perbaharui informasi...jika berkesempatan kesini lagi.... 

Save This Not Only a stone
Salam Pecinta situs