Kamis, 23 November 2017

Situs Candi Kragilan, Mojosongo Boyolali

Situs Candi Kragilan, Mojosongo Boyolali
          Kamis, 23 November 2017. Masih blusukan lintas kota, urutan keempat setelah Yoni Recosari, Lapik Recosari kemudian Candi Musuk dan sekarang menuju Situs Candi Kragilan. Setelah melewati alun-alun Mojosongo (saat kesini baru tahap dibangun), Lek Sur yang pernah kelokasi ini ternyata lupa. 
       Dari alun –alun kami ambil arah ke kiri gang pertama ambil kiri lagi, namun karena Lek Suryo tak bisa mengingat = kebingungan (entah apa nginjak oyot mimang ya?), akhirnya kami ke warung makan di punggir jalan, untuk menanyakan arah menuju situs Candi Kragilan.
Kampung air Kragilan Boyolali
      “Dari warung ini nanti 500m ambil kiri, melewati wisata kampong air, jalan nanjak kemudian ada makam. Ada jalan setepak di sebelah kanan. Ikuti jalan setapak tersebut kira-kira 200m. 
     Situs ada di gumuk itu. Sekitar tahun 2014 lalu pernah ramai, saat ditemukan pertama kali. Katanya dulu akan ditata kembali jadi candi, tapi saya kurang tahu kok malah tidak jadi”, jelas pemilik warung sambil mengambilkan pesanan nasi rames pesanan saya. 
Dusun Watu Genuk Boyolali
       Agak tenang hati kami karena mendapatkan kepastian lokasi, “Jeh nom kok lalinan”, seloroh saya kepada lek Sur sambil menyantap lahap makanan didepan kami, terus terang kami memang sangat kelaparan. 

     Beberapa waktu kemudian, setelah usai, kami segera menuju arah yang dimaksud sesuai petunjuk. Melewati Kampung air, jalan menanjak kemudian lewat dusun Watu genuk. Tak jauh di batas dusun ada sebuah makam. 
Makam Dusun Watu Genuk
       Didepan Makam / seberang jalan ketemu jalan setapak. Jalur inilah yang harus kami lalui.

     Karena licin dan sebenarnya takut membonceng bila jalan keadaannya seperti ini, saya pilih turun dan jalan kaki saja. Dan ternyata cukup dekat.
    Terletak di sebuah gumuk, secara administrasi masuk wilayah dusun Watu genuk, Desa Kragilan Kecamatan Mojosongo kabupaten Boyolali. 
Situs Candi Kragilan, Mojosongo Boyolali
      Situs ini sangat terkenal di kalangan warga masyarakat, beberapa warga yang saya tanyai berharap secepatnya pemerintah merekontruksi ulang dan menjadikan Candi Kragilan ini destinasi wisata sejarah sehingga bisa meningkatkan perekonomian warga (saya kaget ketiga seorang petani yang berpapasan saat saya jalan kaki menuju situs, berkata demikian). 
      Di pojokan jalan setapak, yang lokasinya agak terpisah (sisi luar gumuk), ada tumpukan struktur batu candi.
               Masuk area gumuk (bukit kecil) kita akan disambut arca Nandi dan beberapa struktur batuan Candi, 
Arca Nandi Situs Candi Kragilan, Mojosongo Boyolali
       Sayangnya seperti yang sudah - sudah, Arca Nandi tanpa kepala. Musim penghujan, menjadikan kondisi gumuk sangat ‘rungkut’, lembab dan banyak nyamuknya. 
Kemuncak Situs Candi Kragilan, Mojosongo Boyolali
     Terkesan Situs Kragilan ini terbengkalai, tak ada papan peringatan bahkan tak ada penutup biar tak hujan kehujanan panas kepanasaan. 
     Di Sekeliling arca nandi terdapat beberapa struktur batuan candi, satu yang terdokumentasi kamera kami, KEMUNCAK.
      Arca Nandi yang juga merupakan wahana dewa Siwa ini memang satu paket sebuah bangunan suci masa lalu dengan ciri keberadaan Lingga Yoni. Jejak peradaban Hindu Klasih yang diduga peninggalan abad ke 8. 
      Nandi dari belakang ;
Situs Candi Kragilan, Mojosongo Boyolali
    kondisi 
         Juga terlihat jejak lubang penggalian, saya duga adalah jejak eskavasi. kira-kira 15m disitulah bangunan utama Situs Candi Kragilan berada.
Situs Candi Kragilan, Mojosongo Boyolali
        Dibeberapa sumber berita yang saya baca, saat ditemukan oleh warga kemudian dilakukan penggalian (tak ada sumber yang melakukan penggalian). Masih lengkap ada Yoni dan Lingga nya. Sementara saat saya kesini tahun 2017 Lingganya sudah tak ada.
        Yoni Situs Candi Kragilan, close up ;
Yoni Situs Candi Kragilan, Mojosongo Boyolali
      Cerat Yoni, 
Cerat Yoni Situs Candi Kragilan
       Makhluk dewa yang terukir di bagian Penyangga Cerat Yoni;
Yoni Situs Candi Kragilan
        Yoni yang juga dipercaya, sebagai manifestasi Dewa Siwa, yang melambangkan kesuburan, dimana Yoni adalah shakti (istri) Dewa Siwa yang berwujud Lingga. 
      Pada masa lalu, saat upacara disiramkanlah madu, mentega dan air suci di atas lingga, kemudian akan memancar keluar melalui lubang cerat. Air yang keluar inilah yang dipercaya sakral dan digunakan untuk upacara keagamaan atau ritual penyembahan prosesi ibadah hindu klasik. (dari berbagai sumber).
          Beberapa bukti kesimpulan bahwa situs inii dulunya sebuah bangunan, terangkum dalam beberapa dokumentasi saya ini. Dengan segala keterbatasan penglihatan karena lebatnya rumput dan perdu :


      Video Amatir : (SUBSCRIBE ya)

The Partner :
Suryo Wibowo
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi
Candi Kragilan
        Kami kemudian berlanjut ke 2 Yoni di Bangak Boyolali (gantian guide dan membuat ulang video yang dulu belum saya buat), setelah itu mampir di rekan Komunitas : Mas Yoga, semoga dibonusi situs.... hehehehe
      Bahan Bacaan :

  1. http://www.solopos.com/2015/03/19/wisata-boyolali-situs-kragilan-dinilai-layak-jadi-objek-wisata-baru-586465
  2. https://joglosemar.co/2015/04/situs-purbakala-diduga-kompleks-candi-di-mojosongo-tak-terurus.html

Lapik Arca Situs Recosari Boyolali

Lapik Arca Situs Recosari Boyolali
       Kamis, 23 November 2017. Lanjutan dari Yoni Situs Recosari, kota Boyolali. Masih di Lingkungan Recosari kota Boyolali. Sesuai yang di sampaikan mbah Sadinah, pasangan yoni (dikenal dengan mbah BLuwer (kakung) sementara mbah putri-nya adalah tujuan kami ini. Keluar dari gang ambil kanan sedikit kemudian kiri... hanya berjarak kurang dari 100m sampailah. 
       Mbah Bluwer (eyang putri), dugaan kami adalah lapik arca.
Lapik Arca Situs Recosari Boyolali
      Kondisi sudah dipermak total, di cat ulang warna warni, mengingatkan saya pada Situs Yoni di Bangak masih di Boyolali. Yang rencananya nanti akan mampir pula, gantian guide. Pertengahan tahun lalu (2016) saya kesini dengan Rekan komunitas yang berdomisili di Pengging, di akhir blusukan rencana kami mampir... 
       Saat datang kesini, empunya rumah kebetulan yang kami temui tak paham sama sekali.
       Saat kami mendokumentasi, datanglah seorang bapak yang nampaknya tertarik dengan aktivitas kami, "Ooh Watu itu tinggalan leluhur mas, mbah putri. Dulu banyak patung nya tapi konon dibawa ke Solo". jelas Bapak Slamet.
    Keberadaan Lapik Arca (Mbah Bluwer (kakung), juga Yoni (mbah Putri) patut diduga peradaban Hindu klasik pernah ramai di area ini. Itu pula yang meyakinkan diri saya pribadi tentang asal muasal nama Recosari. Masyarakat menyebut nama Recosari mungkin saja, karena banyaknya arca = reco (bahasa jawa).
Lapik Arca Situs Recosari Boyolali
    Lapik arca berukuran lumayan besar, menandakan Arca yang diatasnya cukup besar pula. Hiasan di bagian atas lapik juga sangat indah, teratai.
     "Dulu di area ini kuburan Belanda mas", jelas Ibu muda pemilik rumah, dimana Lapik ini berada di halamannya. Jika dulunya pernah menjadi kuburan belanda, masa sebelum digunakan  untuk kuburan, dugaan saya tentunya area ini banyak peninggalan. Semoga masih banyak yang terselamatkan dan di Rumah Arca Boyolali.
Lapik Arca Situs Recosari Boyolali

      Berlanjut ke Candi Musuk.
---
      Video amatir :


     Rekan blusukan :
Suryo Wibowo di Recosari Boyolali

      Salam pecinta situs dan Watu candi
SSDRMK di Recosari Boyolali
 all foto by property of Suryo Wibowo

Mampir Yoni Situs Recosari Boyolali

Yoni Situs Recosari Boyolali
      
       Kamis, 23 November 2017. Sekian lama absen dari hobi blusukan situs karena berbagai alasan, tim blusukan lintas batas juga tak pernah berkabar lagi. Perasaan sudah mulai tak tenang, karena saya sudah terkena stadium 4 blusukan situs. 
        Akhirnya mencoba melemparkan ajakan ke partner in crime : Lek Suryo Wibowo, sehari sebelumnya cuma bertukar rencana lewat WA, akhirnya kisah perjalanan ini saya tulis. 
Yoni Situs Recosari Boyolali
       Seperti lagu duet SID-SHAGGYDOG, 'Bila kami bersama, nyalakan lampu bahaya...", maksud saya, yang penting blusukan. Udan soyo edan, banjir ora mlipir... awalnya 2 kota alternatif, plat AA atau AD, keduanya sama sama kami prediksi hujan karena di kejauhan awam gelap menggantung di awan. 
      Dengan segala pertimbangan non teknis, akhirnya kami pilih Boyolali karena kami bisa gantian menjadi guide, serta bisa main kerumah rekan di Pengging Boyolali. 
       Berangkat jam 9, dari kota Ungaran sempat pula njawil rekan di karangjati, bos TB. Dhany putra,  sayangnya yang kami jawil malah nyanyi lagu dangdut yang hits saat ini " bojo galak".. hehhehe. 
Memento Mori
     Dalam perjalanan, gerimis menemani kami, tujuan penelusuran yang pertama adalah Keberadaan situs Purbakala tengah kota Boyolali. Tepatnya di kampung Recosari Kec. Boyolali. Masuk kota Boyolali, cari saja lingkungan Recosari. Petunjuknya adalah Gerbang Memento Mori 1939 (makam belanda), kemudian cari keberadaan Mbah Blawur. 
      "Warga di sini mengenal dengan Simbah Putri, Mbah Bluwer", jelas seorang nenek yang antusias menemani kami. Namun saat kami tanya perihal nama mbah Blawur, beliau menggelengkan kepala "Sejak saya kecil warga sudah menyebut demikian", jawab mbah Sadinah nama beliau.
       Kondisi Yoni Situs Recosari secara keseluruhan 'lumayan'. Saya katakan hanya 'lumayan', karena walaupun sudah tanpa ada Lingga, kemudian ceratnya pun sudah rompal juga tumbuh lumut dimana-mana.
    Penampang Atas Yoni :
Yoni Situs Recosari Boyolali
   Kondisi bagian bawah cerat Yoni :
Yoni Recosari Boyolali
      Namun warga masih menganggap Yoni ini tinggalan leluhur yang dikeramatkan. Jadi masih turut memperhatikan "Kalau waktu tertentu kadang saya beri sajen nak", mbah Sadinah bercerita. "Kalau yang mbah kakungnya ada di seberang gang" tambah beliau. 
Yoni Situs Recosari Boyolali
    Fungsi dan apakah itu Yoni, mungkin sahabat akan menemukan banyak informasi ... cari saja di google hehehe...       
    Setelah mengambil beberapa dokumentasi, pandangan kami tertuju dibelakang rumah tak jauh dari Yoni. Nampaknya pipisan. (Dokumentasi nunggu Lek Suryo, Tapi di Video kami ada kok...)
      Video amatir: 












       Partner Blusukan :
Suryo Wibowo
      Salam pecinta situs dan Watu candi.
Yoni Situs Recosari Boyolali

Kamis, 26 Oktober 2017

Yoni Situs Kemloko Pringsurat Temanggung

      
Kamis, 26 Oktober 2017. Dan ritual blusukan still go on

Cerita yang menunda. Kurang lebih demikian.... karena kisahnya seperti ini...
       Rencana awal, kami blusukan luar kota, memanfaatkan kata - kata motivasi orang stress "Kerjo terus kapan dolane?". Dua pilihan kami jatuh di 2 kota surga situs watu candi yaitu Boyolali atau Temanggung. Saya bertugas melobi rekan Temanggung yang kemarin pamer informasi menarik hati sedangkan Lek Sur  bertanya guide spesial kami, saudara, sahabat Dewa Siwa yang berdomisili di Pengging Boyolali : Apa kabar mas Yoga Wahyudi?
Yoni Situs  Kemloko Pringsurat Temanggung
        Di saat mulai start, ketika kami koordinasi, ternyata Boyolali lebih memungkinkan dari segi durasi waktu, area destinasi dan guide. 80% pilihan kami untuk melepaskan penat akibat rutinitas.
     Sebelumnya, sesuai janji saya hari ini pada lek Wahid, mengirim materi pameran photo yang akan digunakan di "Ngampin Culture Festival; serta meminjam bcb di Pak Nanang Bawen untuk dibawa ke rumah Lek Wahid.
Yoni Situs  Kemloko Pringsurat Temanggung
      Sesampainya di rumah Pak Nanang Klisdiarto (juragan bakso pak Keman), tanpa saya duga, beliau menawari untuk jadi guide 2 situs hasil blusukan beliau bersama istri beberapa hari yang lalu.
3 detik tanpa berpikir, saya langsung menangkap ajakan itu.
Maka judul nya adalah blusukan yang menunda....
Yoni Situs  Kemloko Pringsurat Temanggung
       Titik kumpul seperti adat kami 1 tahun yang lalu, kami bertemu di perpus Ambarawa. Dimana saya pribadi banyak blusukan dimulai dari sini.
     Setelah ganti kostum, kami kemudian menyusul pak Nanang yang menunggu di depan gapura menuju rumah lek Wahid. Jadilah kami berempat, Pak Nanang ditemani rekan beliau Pak Slamet yang ternyata sangat pengalaman dengan sebaran situs dibeberapa daerah karena aktivitas beliau (sedikit berbeda dengan kami tapi maaf tak bisa detail saya ungkapkan).
Yoni Situs  Kemloko Pringsurat Temanggung
      Dari Ngampin Ambarawa, kami kemudian menuju Jambu, sebelum  Polsek Jambu ambil kanan. Ikuti jalan desa tersebut, sampai di perempatan Kebondalem Jambu ambil kiri, bila lurus menuju Situs Kalibening, tapak wali dan lumpang (yang belum terkoneksi link biru berarti saya belum menengok situs = konon sudah kabur, informasi penelusuran lek Wahid).
Yoni Situs  Kemloko Pringsurat Temanggung
      Dari perempatan, kami melanjutkan perjalanan, setelah kira-kira 4km menyusuri jalan dusun yang tak terlalu bagus, kami lalu menyeberang wilayah Temanggung. Tepatnya di Kecamatan Pringsurat, desa Sumberejo dusun kemloko.
        Situs yang kami tuju pertama kali. Berada di kebon kopi, berada di tegalan, area yang oleh warga dikenal dengan "Sikenteng".
Yoni Situs  Kemloko Pringsurat Temanggung
       Kondisi tinggal 50% saja, terpotong. Hal tersebut yang menjadikan kami tak bulat menyimpulkan benda cagar budaya yang satu ini adalah Yoni.  Berbagai kemungkinan selain Yoni, seperti umpan, lapuk arca bisa saja.
      Selain diselimuti lumut, terlihat bekas untuk mengasah senjata tajam jaman dulu, mungkin ada satu 'bregada" pasukan pedang yang bermarkas disini dan menjadikan tinggalan ini sebagai alat untuk mengasah... atau barangkali bcb ini digunakan oleh masyarakat untuk mengasah alat pertaniannya secara turun temurun beberapa generasi.
Yoni Situs  Kemloko Pringsurat Temanggung
       Masih terlihat pelipit dan hiasan panel sederhana di bagian bawah Yoni.
Yoni Situs  Kemloko Pringsurat Temanggung

Video Amatir : 

         Berfoto bersama, biar seperti anak Jaman Now....
Dari Kiri-ke Kanan : Suryo, Pak Nanang, Pak Slamet saya di Yoni Situs  Kemloko Pringsurat Temanggung
Salam pecinta situs dan waktu candi
Yoni Situs  Kemloko Pringsurat Temanggung


























#takperlutenar

Yoni di Larangan, Soborejo Kec. Pringsurat Temanggung.

Yoni di Larangan, Soborejo Kec. Pringsurat Temanggung.
      Kamis, 26 Oktober 2017. Setelah dari Situs Sikenteng Kemloko, namun masih di Desa Soborejo Pringsurat, Temanggung tetap  ber-kuwartet ; Saya, Lek Suryo, Pak Nanang Klisdiarto, Pak Slamet menuju Dusun Larangan. 
     Tak sampai 5 menit sampailah kami. Enaknya blusukan dengan guide ya seperti ini menghemat waktu dan tenaga bertanya... hehehe.
          Posisi di tengah perkampungan, Yoni ini sama saja. Sepi ditengah keramaian, tak ada lagi generasi selanjutnya yang peduli. "Dulu mbah buyut saya masih menganggap batu peninggalan ini keramat. Namun saat ini memang sudah tak ada lagi yang memuliakan. Malah acuh dan tak tahu batu ini apa sebenarnya", jelas seorang warga kepada kami. 
      Benar saja, saat kami sedang mengeksplor dan berdiskusi di lokasi ini banyak warga yang melongok dari Teras rumahnya kemudian di sorot mata mereka kurang lebih bertanya tanya sedikit curiga, "Ngopo to kae? Watu kok dipoto?"...
     Beruntung sekali ada beberapa, warga yang mendekat saking penasarannya atas aktivitas kami, malah sekalian bisa kami edukasi.
Yoni di Larangan, Soborejo Kec. Pringsurat Temanggung.
     Kata - kata seperti "Dusun ini beruntung punya batu peninggalan seperti ini, yang disebut Yoni. Ini menandakan pernah ada peradaban kuno di dusun Larangan. Peninggalan ini juga bisa sebagai tetenger dan jatidiri, watu yang sebelumnya mereka tahu batu peninggalan wali, kemudian kami coba terangkan Nama, Fungsi, dan keberadaan lingga".
Yoni di Larangan, Soborejo Kec. Pringsurat Temanggung.
      Dari semula mereka menatap aneh, berubah menjadi berbinar bangga. Ternyata di dusun mereka ada jejak sejarah.
Yoni di Larangan, Soborejo Kec. Pringsurat Temanggung.
      Melihat nama dusun Larangan sendiri, menurut hemat saya sudah menjadi pertanda dusun ini punya sejarah panjang. Sudah seharusnya para warga bisa lebih mengkaji, kenapa namanya Larangan.... Saya meyakini terkait dengan keberadaan Yoni ini.
     Kondisi Yoni memang sudah remuk redam bagian atasnya, "Kata mbah buyut, watu ini dulu biasanya memang buat mengasah senjata saat jaman kerajaan sebelum berangkat ke medan perang", cerita warga. 
     Terlihat memang dari bekas yang halus di penumpang atas Yoni adalah bekas gesekan secara masif benda logam seperti pedang, sabit atau bendo, walau cerita itu hanya berdasar tutur tinular tapi bisa pula ratusan tahun setelah peradaban hindu kuno berganti menjadi peradaban demak, dan mungkin di sini pernah satu waktu pernah satu pasukan bermarkas di lokasi ini, beberapa prajurit mengasah senjata mereka. Sebuah kemungkinan berawal dari dugaan fiksi.
     Cerat masih terlihat jelas walau lamat lamat.
Yoni di Larangan, Soborejo Kec. Pringsurat Temanggung.
     "Sebelum diposisi sekarang, dulu ada di selokan itu, saat dibuat talud barulah dipindah seperti saat ini", tambah warga.      Beruntungnya Yoni ini tak menjadi bahan membuat talud, seperti yang sudah sudah.
Yoni di Larangan, Soborejo Kec. Pringsurat Temanggung.
     Setelah kami rasa cukup, langit juga mulai menghitam, kami mencukupkan waktu di Larangan.
     Pak Nanang diluar dugaan menawari kami untuk satu destinasi lagi, bersambung----

Video Amatir : (SUBSCRIBE channel You tube saya ya... klik link tersebut  )


Saat wefie...
Yoni di Larangan, Soborejo Kec. Pringsurat Temanggung.
Salam Pecinta Situs dan Waktu Candi
di Yoni di Larangan, Soborejo Kec. Pringsurat Temanggung.
#raperlutenar