Tampilkan postingan dengan label kendal. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kendal. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 18 Mei 2019

Ke Gonoharjo? Jangan Lupa berkunjung ke Candi dan Petirtaan Argosumo Nglimut Gonoharjo, Boja Kendal

Petirtaan Argosumo
     Sabtu 18 Mei 2019. Puasa bagi banyak orang memang mempengaruhi aktifitas di luar ruangan, namun bagi kami… “Ngelak-Ngelih… Wani!”. Sebelumnya saya akan bercerita dulu, layaknya intro sebuah lagu.
     Lama tidak melihat watu, ternyata berpengaruh bagi saya pribadi. Entah karena padatnya pekerjaan hingga terasa penat. Beberapakali merencanakan blusukan namun gagal terus karena berbagai hal. Padahal destinasi mudah sudah direkomendasikan oleh pak Nanang (sampai koordinatpun sudah jelas). Rasa gemas karena gagal blusukan, ditambah lagi saat sehari sebelum puasa kedatangan 2 rekan yang ‘njanur gunung’ alias ndengaren kalau di terjemahkan kurang lebih tumben Mas Eka Budi dan Mas Widjatmiko sudah didalam rumah saya plus tertawa ngekek. Sempat kaget, apakah ini mimpi (lebay)… 
Mas Widjatmiko, Saya dan Mas Eka budi
  Mereka berdua nampaknya sedikit pamer (mungkin tahu) dari Candi Argosumo plus ke petirtaan di dekatnya (saya 3 kali ke sana ga ketemu), “Sekalian padusan”, jelas Mas Eka Budi Nampak pura-pura polos…. Wkwkwkkw. --- Link Cerita Mas Eka budi : (Link Blog cerita Mas Eka Budi)
   Sampai kamis kemarin, disaat hampir putus asa (bukan melebih-lebihkan, tapi suasana hati saya memang demikian), eh... Mas Age Kharisma ngajak saya menelusuri jejak peninggalan di area Nglimut Gonoharjo. 
   Tanpa pikir panjang segera ku terima dan mencoba lobi (3 hari lobi akhirnya istri acc…. Wkwwk) juga ngajak beberapa kawan, Pak Nanang dan Mas Eka Budi, juga lempar ajakan di grup WA. Namun Akhirnya…. hanya kami, (Saya Mas Age dan Pak Nanang - Bu Nanang sing puasa Ngelak Ngelih... Wani! Blusukan)
Tiket Gonoharjo
  Sampai di Tiket box sekitar jam 14.30, Segera kami beli tiket, (18/5/2019 @Rp.12.500,-.) kami kemudian berjalan pelan menyusuri turunan tangga. Dasar tidak beruntung, kira-kira 500m jalan, eh Hp saya malah ketinggalan. Jadilah saya balik arah. Tapi pantang menyerah karena kepalang tanggung.
   Kami sepakat berjalan pelan-pelan untuk menyimpan energi. Hari ini sangat sepi, pengunjung nampaknya hanya kami berempat. Saat melewati Kolam renang, struktur kemuncak yang berada dibawah pohon kresen tak ada lagi (Pohon kresen juga telah ditebang) Baca link naskah saya saat kesini (saat struktur kemuncak itu masih ada). Semoga pihak terkait yang menyimpan. Pengelola mengamankan, bukan mebuang nya di jurang seperti banyak struktur yang terlanjur berserakan dibawah kolam renang ini. Semoga.
   Kami terus berjalan, beberapakali istirahat. Tentu puasa memang mempengaruhi laju kami. Tapi kami bertekad tetap kuat. “Ngelih-Ngelak… Wani! Blusukan.
   Di sebuah jalan menanjak, masih seperti dulu mulai ada beberapa struktur batu candi yang berserakan. Teringat cerita Mas Miko-Mas Eka tentang keberadaan Jaladwara yang terpotong (saluran air) di tempat dulu saya dan Mas Setiawan (kawan dari Kediri) saat ini memang lebih terlihat jelas. Struktur Batuan Candi di sepanjang jalan menuju Candi Argosumo :


   Di Naskah saya dulu, kami (Saya dan Mas Setiawan) sempat mereka-reka bagian saluran air ini... cek di link : baca juga ya, klik tulisan ini

   Teringat dengan cerita Mas Eka Budi, Kami kemudian mencoba sedikit menelusuri bagian lebih atas, di area datar.  Saya yakin dulu belum ada :
   Kami kemudian melanjutkan perjalanan… Sampai di Candi Argosumo, kami melepas lelah dan mendokumentasikan. 
Candi Argosumo, Boja
   Bersyukur sekali arca Ganesha yang dulu glimpang di tengah jalan saat ini berada dekat dengan (reruntuhan) Candi Argosumo. Oia lewat tulisan ini saya ingin ngajakk rekan-rekan yang peduli untuk bersama-sama (donasi) membuat papan nama plus papan peringatan BCB. Melihat tulisan Candi Argosumo yang patah ditengah rasanya miris. Ingin melakukan sendiri tapi tak mampu….
   Setelah cukup. Kami kemudian mencari dimana Petirtaan berada. “Maju arah Air Terjun 50m ambil kanan. 
Petirtaan Argosumo

   Gila!.... 3kali saya ke Candi Argosumo dan 1 kali melewati jalan menuju Air Terjun kok bisa tak mengetahui Petirtaan ini. Berarti mungkin saya kurang peka. 
   Seingat saya dulu tak ada jalan menuju petirtaan, juga di area ini rumput sangat lebat. Tapi segera move on saya kemudian mencoba merekontruksi ulang cerita Mas Miko yang menjelaskan bagaimana dugaan bentuk bangunan pentirtaan ini. Tapi memang yang pasti saling berhubungan dengan Candi Argosumo. Konon setiap ritual suci yang dilakukan, dimulai dengan bersuci di petirtaan.
   Terlihat jelas sisa tatanan struktur batu petirtaan yang masih tertata, yang memberikan gambaran imajinasi kemegahan bangunan ini dimasa lalu.



    Agak keatas, terlihat jejak longsornya tanah diarea ini. Dugaan kami, bangunan utama sudah -longsor. Atau jangan-jangan Candi Argosumo ini bangunan insitunya berada terletak di petirtaan ini? 
    Sebuah pertanyaan yang misteri jawabnya. Namun saya memang butuh pencerahan. Sambil nunggu narasi komplet dari Mas Widjatmiko.....
Age Kharisma, Bu Wahyuni, Pak Nanang  dan Saya : 
    Terimakasih kepada kawan blusukan puasa, “Ngelih-ngelak…Wani!.
    Sampai ketemu di kisah blusukan situs selanjutnya... 
Petirtaan Argosumo Nglimut Gonoharjo, Boja Kendal
Salam PecintaSitus dan Watu Candi
#hobikublusukan

Kamis, 19 Juli 2018

Mengunjungi Yoni di Makam Keramat Ki Ajar Bontit : Sang Legenda

Yoni di Makam Keramat Ki Hajar Buntit 

Kamis, 19 Juli 2018. Dua hari sebelumnya, postingan informasi mengenai Yoni yang berada di Makam Ki Hajar Buntit dari rekan komunitas yang jarang ketemu tapi sekali memberi infomasi di facebook, langsung mengunci destinasi blusukan. Maturnuwun ‘Kang Mas Roso”, hari ini kami telusuri…
Beberapa rekan saya ajak untuk turut serta, tapi ya itu mungkin mereka sibuk… hehehe. Tapi maklum karena saya memang memilih jam pagi (durasi jam 1)… partner kali ini adalah rekan yang lama absen pula, terakhir nyaris blusukan sebelum putar haluan (baca link cerita ke Situs : Petirtaan Kali Puring, Tengaran)… Semangat golek keringat Mas Eka WP.
Janjian jam 9, start di Perpustakaan Ungaran. Saat saya menuju Lt 1, (ruangan saya ada di Lt2), saya dicegat rekan. Ada orang yang mencari, pikir saya Mas Eka WP, eh ternyata orang lain. 
 Beliau memperkenalkan diri dari pegiat googleMaps , ingin ngobrol tentang blusukan. Tak mau panjang lebar, saya langsung ajak beliau 'Pak Yon'… “Tapi tunggu sebentar ya, ada rekan lain yang tertarik ikut”, jelas Pak Yon.
Singkat cerita, kami kemudian berangkat ber4. Bagi saya dan Mas Eka seperti menemukan semangat lebih, ketika orang diluar komunitas kami tertarik turut serta, bahkan mungkin kami bisa turut numpang tenar pula… siapa tahu,,, wkwkwk.
Blusukan kali ini berempat, kompak dengan motor plat merah (taktik, karena kami nanti akan melewati jalur perkebunan cengkeh, karena sedang panen maka banyak penjaga yang berlalu lalang. Jika memakai plat hitam cenderung susah… heheheheh). Lewat Alun-alun lama arah Kalisidi, setelah sebelumnya singgah terlebih dahulu di Situs Setoyo, tepatnya di Al Madina. Dimana ada 1 Umpak (dugaan sementara) unik.
Kemudian, kami menuju Simeri (letaknya berada di tengah perkebunan Cengkeh - Durian Zansibar, satu jalur dengan Curug Lawe. Setelah melalui daerah Simeri, kemudian langsung menuju Ngumpul, Pasigitan Boja Kendal.
Jalan Melewati aliran air sungai yang sangat jernih dan dingin, (kalau musim hujan ketinggian air lebih tinggi);

Saya sarankan saat kesini hindari musim durian, / panen cengkeh, karena akan banyak tatapan curiga dari penjaga/ bahkan sahabat akan dipersulit. Padahal saya yakin sahabat bukan durian yang menjadi destinasi, tapi pasti dicurigai...hehehehe. --itu mengapa kami pakai plat merah.... untuk memudahkan saja. 
 Tapi tentu saja, tergantung nasibe awak, kadang yo kalau tampang melas pastinya lolos dengan mudah.. hehehehe (intermezzo).
Mengunjungi Yoni di Makam Keramat Ki Hajar Buntit
 “Sekitar dua tahun lalu kesini, kompleks makam belum seperti ini. Dan saya yakin belum ada yoni itu”, terang mas Eka WP. Bagaimana cerita sejarah Ki Ajar Bontit sendiri Sahabat baca di sini ya : https://myimage.id/khoul-ki-ajar-bontit/), Bagi saya pribadi dibanyak versi ini yang paling sesuai logika. --- 
Yoni yang berada di pojokan dekat dengan jalan kearah toilet/ sebelah kiri pintu masuk makam ini nampaknya memang baru diletakkan di lokasi ini. Kami (saya dan mas Eka wp) menduga pindahan dari tempat lain. Juga Lingga dan Yoni bukan pasangan yang asli. Karena nampak tak pas. Saya pribadi menduga dua benda sakral ini dari dua tempat yang berbeda. 
Yoni di Makam Keramat Ki Ajar Bontit
 Bahkan mas Eka WP, yakin Yoni ini berasal dari sebuah kampung kuno yang di akhir 1920-an warganya dipaksa untuk pindah karena desanya dibuat perkebunan. 
     Nama desa Kuno itu Desa Tejomanik, yang kira-kira posisinya ada tak jauh dari Makam Ki Hajar Buntit ini.
Cerat Yoni Makam Ki Ajar Bontit, 
Cerat Yoni di Makam Keramat Ki Ajar Bontit
Yoni nampak terpisah menjadi 2 bagian, entah tapi tentunya bukan knockdown
     Cerat sudah tak jelas ditambah ternyata ada plester di lubang Lingga (karena mungkin lingga berbeda ukuran, sehingga untuk aman diplesterlah…..










Lingga, Yoni Makam Ki Hajar Buntit :
Lingga di Makam Keramat Ki Hajar Buntit 
Saat saya kesini, sekitar 1 jam… juru kunci tak nampak, walaupun sebenarnya saya ingin sekali mendengar bagaimana cerita mengenai Yoni ini. Semoga lain waktu bisa ketemu.
Kearifan Lokal, 

Video amatir (nunggu edit ya)

.  Kami berselfie dulu,
Saya, Pak Yon, Eka WP dan teman Pak Yon (lupa namanya)
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi
Yoni di Makam Keramat Ki Ajar Bontit

#hobiku blusukan


nb : 
Atas Perkenan Pak Yon, inilah hasil blusukan dengan pegiat Googlemaps.... Link lokasi plus ulasan singkat :  https://goo.gl/maps/ggriBW3XWeu





Minggu, 15 Juli 2018

Yoni Pasar Karetan Dusun Segrumung Desa Meteseh : Bonus Keseruan Kegiatan Diskusi Sejarah di Pasar Karetan Meteseh Boja.

Diskusi Budaya Dewa Siwa di pasar Karetan

      Komunitas Dewa Siwa Kembali mengadakan kegiatan edukasi Situs sejarah kepada masyarakat. Kali ini bertempat di “Pasar Karetan”, Desa Meteseh, Boja Kabupaten Kendal. Bekerjasama dengan Genpi, kegiatan yang dilangsungkan mengikuti jam operasional Pasar Karetan, yaitu dari Jam 6 pagi sampai dengan jam 12 siang. 
Pasar Karetan

      Pasar Karetan sendiri adalah konsep wisata kuliner yang sangat unik, dimana dikawasan ini setiap pengunjung yang masuk, jika ingin membeli kuliner tradional yang tersedia uang harus ditukar dengan girik. 
Games Ular Tangga oleh Dewa Siwa

      Setiap stan kuliner berdiri terpisah di gazeboo, suasana alami pedesaan masih khas, rekomendasi bagi yang suka kekunoan yang berkarakter!
       Dengan semangat itulah, ditambah niat edukasi situs kepada masyarakat seluas-luasnya. 
Narasumber Diskusi Budaya : Tri Subekso Pra Vlatonik dan Ihsan DS
     Dewa Siwa Mengadakan : Diskusi Budaya “Menguak Sejarah Boja dan Sekitarnya”, selain diskusi Budaya, juga Pameran foto situs cagar budaya di sekitar Boja plus games 'Ular Tangga' dan kegiatan akan kami akhiri dengan Blusukan bersama ke Candi Trisobo yang memang tetangga desa Pasar Karetan ini.
      Dari diskusi ini, beberapa kenyataan kami dapat simpulkan, bahwa memang banyak orang yang tak menyadari disekitarnya ada peninggakan yang masih terabaikan.
      Foto bersama sebelum blusukan bersama, 
Foto bersama Dewa Siwa setelah Diskusi di Pasar karetan Boja
      
    Saat diskusi inilah, Bu Nanang Klisdiarto dengan sangat mengagetkan kami semua. Beliau berkata, “Di perjalanan menuju Pasar Karetan ini ada Yoni di sebelah kanan jalan!”, “Sekitar 200m dari lapangan”, tambah beliau. 
           Jadilah, setelah kami berbarengan naik odong-odong, ternyata benar. Kami semua ternyata tak jeli, terlewat, tentu saja kecuali 2 orang : Pak dan Bu Nanang. 
        Destinasi 1, Yoni Situs Segrumung Desa Meteseh Boja, 
Yoni Pasar Karetan Dusun Segrumung  Desa Meteseh
        Kondisinya sangat memprihatinkan, 
Yoni Pasar Karetan Dusun Segrumung  Desa Meteseh Boja
     Yoni sudah rusak dibagian penampang atas. Namun masih terlihat jelas sisa lubang kotak dimana Lingga seharusnya berada, cerat juga nampak walaupun samar.
     Sayangnya kondisi Yoni memilukan, sebagian besar bagian atas yoni rusak, tak berbentuk lagi. 
     Selain Lingga sudah tak ada, arca Nandi sudah luput pula dari pandangan kami. 
     Saat Mas Imam minta ijin sebelum rombongan Dewa Siwa datang, ke Yoni situs Pasar Karetan ini mendapatkan cerita bahwa, “Yoni ini pindahan dari tengah gumuk di perkebunan karet itu”, jelas Mas Imam kepada kami. Surprise sekali, ternyata dekat dengan Pasar Karetan.
Yoni Pasar Karetan Dusun Segrumung  Desa Meteseh 
      Saat tiba di sini, selain kondisi Yoni sendiri memprihatinkan, tak kalah ngerinya adalah pecahan beling (bekas mangkok dan piring) yang bertebaran di sekitar Yoni, bahkan sebelumnya menumpuk di lubang lingga. 
     Semoga…. dengan tulisan ini warga sekitar tahu bagaimana sakralnya batu ini di masa lalu. Punya nilai dan makna yang sepatutnya kita dilestarikan. 
    Bukan harus di perlakukan istimewa, tapi tolonglah ditempatkan di lokasi yang layak…. 
     Semoga pengelola pasar karetan ataupun desa Meteseh pernah membaca blog saya ini, dan tergerak hatinya. 
      Potensi besar Meteseh, selain pasar karetan punya pula benda cagar budaya, potensi wisata sejarah….. 
     Seperti biasa, sebelum melanjutkan penelusuran foto bersama dulu,
Yoni Pasar Karetan Dusun Segrumung  Desa Meteseh : Dewa siwa 
      Setelah merasa cukup kami kemudian melanjutkan Blusukan bareng-bareng ini ke Trisobo, dimana ada 2 tinggalan purbakala. 

Destinasi ke 2, 
Lapik Trisobo : buka link Situs Lapik Trisobo
Lapik Trisobo
      Awalnya, karena saya sudah merasa pernah saya pribadi lewati saja, tapi alangkah terkejutnya ketika sekarang ada 2 lapik arca.
Lapik Trisobo
     Seperti kembar. Ya sudah..... saya nikmati saja gambar kiriman dari rekan...
     Konon lapik ini pindahan dari Candi Trisobo, destinasi selanjutnya blusukan bareng bareng kali ini.

Destinasi ke 3, : Candi Trisobo
Candi Trisobo
       Kunjungan kali ke tiga saya pribadi, sangat spesial tentu saja karena kali ini banyak teman blusukan. Sayangnya karena sudah di amankan PuslitArkenas? 2 arca yang berada di Candi Trisobo sudah tak bisa kami lihat. 1 arca sebenarnya belum saya telusuri, tapi kemungkinan sudah dibawa pula.
      Foto bersama, destinasi utama kegiatan ini.....
dewa Siwa di Candi Trisobo, Boja
Destinasi 4,






       Setelah dari Candi Trisobo, kami kemudian balik arah menuju Lapangan (parkir) pasar karetan, kemudian lurus ke Dusun Slamet. Dimana ada peninggalan Keramik yang belum lama ini (sekitar Desember 2017: baca link berita dibawah naskah).
      Kebetulan salah satu rombongan adalah saudara dari penemu keramik ini, yang diduga peninggalan dinasti Ming. “Dulu ditemukan saat menggali pondasi saat akan membuat warung di depan rumah”, cerita ibu pemilik rumah.
       Karena waktu sudah beranjak sore, badan saya juga sudah mulai goyah, maka saya sendiri ijin untuk pulang, sedangkan banyak rekan yang lain melanjutkan penelusuran ke Situs Yoni Cangkiran.
    Beberapa rekan juga ada yang pulang. Karena Bapak Budi Susilo rumahnya yang terjauh, kemudian saya tawari ikut ke Cangkiran atau saya temani untuk mampir di Yoni Pragola Pati.

     Jadilah Destinasi selanjutnya saya bagi 2… hehehehe.

Destinasi 5A, 

        Di Situs Cangkiran, karena saya tak dapat cerita serunya jadi hanya lewat gambar saja yang akan bercerita sendiri.
Situs Yoni Cangkiran
Destinasi 5B, 
Bapak budi Susilo di Yoni Situs Pragola pati

      Seperti tawaran saya, Bapak Budi Susilo saya antar ke Yoni yang berada di Komplek Makam Pragolapati.      Walaupun mata sudah berkunang-kunang, badan sudah gemetar. Tapi karena Bapak Budi Susilo saat saya ke rumahnya dibonusi 6 situs, (baca kisah dolan Magelang 1-6), ingin rasanya membalas guide, namun saya dengan sangat menyesal hanya bisa menemani satu destinasi saja. “Maturnuwun Pak Budi Susilo purun mampir teng gubug kulo”.
     Walaupun tepat sesaat beliau starter motor, pulang.... saya mutah2... masuk angin - pusing. Tapi saya rasa sepadan bahkan saya tak menyesal bisa turut serta di kegiatan hari ini.
    Sekaligus istri tak jadi manyun karena saya sakit… hahahahha. Berkah…. Seru! saya tertawa menertawakan diri saya sendiri, sudah menaklukkan keset yang katanya gatel…. "Apa kabar juragan keset? Lama ga ketemu?"--- (maaf ini memang untuk satu rekan itu, jangan terlalu serius dibaca ya…)

     Salam Pecinta Situs dan Watu Candi.

      Sampai ketemu di Kegiatan Komunitas Dewa Selanjutnya…Segera!

#hobikublusukan

     
Salam Pecinta Situs dan Watu candi
Nantikan Even Komunitas Dewa Siwa Yang lain...

NB:



  1. Semua foto saya sertakan adalah dokumentasi di Album Grup FB DEWA SIWA.
  2. Dimuat pula di media online https://www.indopos.co.id/read/2018/07/15/144226/pasar-karetan-kehadiran-tamu-mancanegara
  3. Berita Penemuan Keramik https://radarsemarang.jawapos.com/radarsemarang/read/2017/12/18/34116/mangkok-keramik-diduga-dari-era-dinasti-ming

Sabtu, 16 September 2017

Candi Trisobo, Meteseh Boja

Candi Trisobo, Meteseh Boja
          Sabtu, 16 September 2017, lanjutan dari blusukan Lumpang Mijen dan Lapik Trisobo.  Dari Lapik Trisobo, melanjutkan penelusuran kami kemudian mengikuti arahan dari ibu yang ada di warung yang didepannya lapik berada. Sesuai petunjuknya, kami kemudian mencari Masjid Nurul Falah Trisobo, selanjutnya masuk ikuti jalan paving di samping masjid.
Sajen awal masa panen
      Di rumah terakhir, kami mohon ijin parkir dan bertanya arah menuju gumuk yang terdapat 'ceceran' tinggalan purbakala Trisobo. Dari beliau kami mendapat pencerahan arah, layaknya energizer bagi kami, walau saya belum makan siang tapi seperti di charge ulang. Semangat tumbuh lagi, walau kelaparan melanda.
      Melewati tegalan, rimbunan bambu, kemudian menyebrangi sungai, dari posisi sungai ini, gumuk candi terlihat, setelah itu menyusuri pematang sawah. 
     Kearifan lokal turun temurun, adat istiadat yang diwariskan masih dijunjung tinggi. Ritual sajen awal masa tanam terlihat ...
     Kemudian sampailah kami, (dari posisi terakhir kami parkir sampai lokasi dengan berjalan kaki butuh 10 menit saja).
: Gumuk Candi Trisobo, Meteseh Boja
       Yang terlihat benar-benar gumuk candi / bukit kecil tumpukan batu. Runtuhan candi yang terlihat seperti 'gumuk' dari berbagai macam struktur batuan penyusun candi.
     Saat langkah kami ayunkan menuju gumuk candi, bertebaran pula banon (batu bata berukuran jumbo) dibeberapa titik di sekitar areal kebun Singkong campur Sengon.
Candi Trisobo
     Berbagai bentuk batuan struktur bangunan suci masa lalu bergelimpangan.
       Bagian tangga masuk yang berelief,


Candi Trisobo : Ujung bagian tangga
       Kemuncak / Ratna/ hiasan di atap candi,




     Yang paling spesial : Arca Dewa Wisnu (dengan cirikhas nya Gada)... tapi itu baru dugaan saya....
Arca Dewa Wisnu Candi Trisobo


Arca Dewa Wisnu Candi Trisobo


Arca Dewa Wisnu Candi Trisobo

       Arca Dewa Wisnu dari Samping

Arca Dewa Wisnu Candi Trisobo


      Dasaran candi yang membentuk kotak persegi


Batu dengan pola, 



     Saat kami beristirahat, berimajinasi membayangkan bagaimanakah kira kira kemegahan bangunan ini 1500 tahun yang lalu.
    Entah ada apa, sesaat sebelum pulang saya tertarik mencoba menelusuri area barat dari gumuk candi Trisobo ini,  kira-kira 100m perimeter pandangan saya menangkap pemandangan yang menarik perhatian. Saat saya datangi, benar saja semacam umpak:      
      Umpak, alas tiang bangunan biasanya lebih dari satu, sehingga menjadikan kami mencoba meneliti lebih seksama, benar saja tak jauh dari umpak tadi ada 1 lagi umpak yang berbentuk sama. Kami tak berani mencari yang lain karena ada rekan komunitas yang memperingatkan kawasan ini banyak "saw3r"-nya, karena itulah kami urungkan, karena rumput didepan kami setinggi pinggang, tepatnya di area sengon di petak yang berbeda.
Candi Trisobo : Umpak 1

Candi Trisobo : Umpak 2
     Keberadaan umpak menambah dugaan sebuah bangunan lain selain bangunan suci (pemujaan/perabuan/percandian/dll) ada di sini, semua serba mungkin. Pemukiman pemimpin ritual = pendeta atau rumah singgah bagi Raja saat beribadah di Candi Trisobo ini.
Karena waktu sudah mulai beranjak petang, rasa lapar sudah tak bisa kompromi akhirnya kami memutuskan untuk menyudahi blusukan candi Trisobo ini.
Candi Trisobo

     Saat kembali ke posisi motor parkir, kami dapat informasi keberadaan waktu dakon di Sebuah makam keramat, makam kuno yang di percaya warga sebagai sesepuh alias yang bubakyoso Trisobo. Tak mau menunggu lama, kami mencoba mampir, makam berada di area perkebunan karet, melewati pos keamanan, gang pertama kiri melewati jembatan besi. Sayangnya pintu makam terkunci. Makam inilah yang dikenal sebagai Den Ayu Putri, konon berasal dari serang banten. Entah pada masa kerajaan kuno Tarumanegara atau lebih kuno atau malah masa majapahit dan atau sesudahnya.
Candi trisobo : Tumpukan Banon
      Beberapa kali penelusuran area Mijen ini informasi yang kami dapatkan, samar-samar bermuara pada informasi tentang: area ini adalah gerbang perbatasan terdepan dengan kerajaan Padjadjaran sebut saja : situs Lingga patok perbatasan  tugu Semarang, Lumpang beranda bali BSB, Lingga ki Demang Jatibarang, situs Duduhan, situs Cangkiran dan banyak lagi (beberapa ada di blog ini). 
      Walaupun tentu saja masih bisa diperdebatkan mengenai masa bangunan ini berdiri, bisa pula masa Kalingga atau permulaan dinasti Syailendra dengan tinggalan yang berdekatan seperti situs di Batang dan Pekalongan.
Candi Trisobo : Diantara Sengon

     Bagi kami ini adalah pengalaman berharga, semoga segenap kawula Trisobo, Meteseh menyadari potensi wisata religi dan wisata sejarah yang menjanjikan, belum lagi alam serta suasana masyarakat pedesaan menjadi aset...  
Semoga Candi Trisobo mulia!




Video Amatir :

The Partner, Lek Sur:
Suryo Wibowo : Candi Trisobo















Salam pecinta situs dan waktu candi
ssdrmk : Candi Trisobo





















(Penelusuran Yang kedua saya, 26 Desember 2017. Surprisenya adalah ketika ada umpak yang nampaknya baru saja digali wrga saat akan mengolah lahan)
Video Amatir : 


#takperlutenar