Jumat, 28 Februari 2020

Mampir di Watu Lumpang Pedalangan Banyumanik

Watu Lumpang Pedalangan Banyumanik
        Jumat 28 Februari 2020. Lanjutan dari penelusuran jejak peradaban Masa Silam di Banyumanik : Arca Nandi Pedalangan, Banyumanik. Berawal dari sekitar tahun 2016, saat Lek Trist, mengupload watu Lumpang di sebuah area halaman rumah yang nampaknya empunya rumah punya citarasa seni jawa, waktu itu ada watu lumpang diantara koleksi barang kuno. Seingat saya lek trist meng upload informasi hasil ‘tak sengaja lewat’, dan bernasib baik bisa masuk. Dari informasi tersebut saya pribadi jujur saja langsung paranoid ‘pastinya susah masuk, karena pengalaman saya, nasib baik saat itu hanya milik Lek Trist, beliau berulangkali bisa masuk ke area yang cukup sulit, salah satunya di Watu lumpang yang berada di dalam pabrik kayu di daerah Campurejo Boja. Juga beberapa yang lain. 
      Ketika kami berada tak jauh posisinya dari Watu Lumpang, saya mengusulkan kepada lek trist untuk kita ari ini bertiga (Saya, Mba Erni dan Lek Trist), untuk mengulang keberuntungan itu. Kalaupun dilarang atau tak bernasib baik, yang penting sudah berusaha. 
      Dari Pedalangan, kami kemudian meluncur ke watu Lumpang, yang masih satu area Pedalangan juga, namun nampaknya sudah berganti nama jalan. Saya ga terlalu hafal jalan, tapi untuk mengingat, lumayanlah arah masih paham, mungkin bisa jadi gmaps manual.
       Karena ternyata area pedalangan ini sering saya lewati saat mudik ke Mranggen Demak. Jadi mendapatkan jawaban ketika lewat Pedalangan saya sering di ingatkan istri kok sering noleh kanan/kiri bahkan ngalamun…. Acchh!!!, atau mungkin hanya kebetulan feeling saja. 
Watu Lumpang Pedalangan Banyumanik
     Kami kemudian masuk ke lingkungan sebuah rumah, yang langsung terasa suasana ‘njawani’ dari arsitektur, pendopo dan joglo. Tentu dengan banyak koleksi yang ditata sedemikian rupa menambah kesan syahdu … siapapun yang berada di sini seakan-akan kembali lagi kemasa dulu.  ditambah pepohonan cukup besar-besar. Saya yakin yang bertamu akan betah berlama-lama. 
      Kami kemudian mencari pemilik rumah untuk minta ijin. Walaupun watu lumpang yang mempesona itu sudah terlihat. Namun tanpa ijin, tentu kami segan. 
     Sayangnya Sipemilik rumah sedang tidak ada dirumah, yang ada hanya penjaga rumah (rewang)… Lek Trist yang pernah kesini, (walaupun itu sudah 2016) mencoba menjelaskan maksud kedatangan kami dengan narasi ingatan yang sepatah-patah karena cukup lama. Bahkan nama pemilik rumah-pun lupa, malah dikoreksi sama mbak-nya… namun maaf saya tak bisa menyebutnya. (siapa tahu beliau tak berkenan). 
     Setelah dipersilahkan tentu dengan pengawasan, tapi kami malah nyaman diawasi oleh mbak-nya. Karena memang tujuan kami hanya mendokumentasikan Watu Lumpang ini, tak bermaksud sedikitpun aneh-aneh. 
      Watu Lumpang 
Watu Lumpang Pedalangan Banyumanik
     Kondisi cukup bagus, walau ditambahi seperti alu / alat menumbuk, tapi barangkali alu ini dimaksudkan mirip lingga. Kami Cuma bisa mengira-ira saja. 
      Pun dengan sejarah asal maupun penemuan Watu Lumpang ini. Kami tak bisa menceritakan lebih, karena tak bertemu dengan pemilik rumah, 

      Close up Watu Lumpang 
Watu Lumpang Pedalangan Banyumanik
      Karena sudah durasi bagi kami, cuaca juga sudah mulai mendung kami kemudian menyudahi penelusuran Jumat berkah ini. 
     Walaupun dapat kabar dari Mba Erni kalau mas Lutfhan sudah dalam perjalanan ingin bergabung. Harapan kami semoga mas Lutfhan bisa menggali cerita dari pemilik rumah, siapa tahu bernasib baik bertemu. 
      Sayangnya (dapat cerita dari Mba Erni) nasib baik yang didapat hanya separuh, setengah nya ternyata si pemilikk rumah tidak seramah yang Lek Trist sampaikan dulu. Selain mungkin ada di waktu yang tak tepat, juga mungkin harus Lek Trist…hehehhe. Biar bernasih baik… 
     Keberuntungan kali ini berpihak kepada saya, karena bersama Lek Trist : Disuguhi Sambal Tempe Lalap Pete.. heheheheh
           Maturnuwun Mbak erni, Lek Trist... Mas Lutfhan... Sendanguwo menunggu.... heheheh
Watu Lumpang Pedalangan Banyumanik
     Sampai Ketemu di penelusuran berikutnya.

#hobikublusukan 

Senin, 24 Februari 2020

Jangan Lupa Menengok Watu Lumpang Cemoro Sewu saat wisata ke Gumuk Reco Sepakung

      Senin, 24 Februari 2020. Lagu milik Patty Smith 'Sometimes love just ain't enough' menjadi latar cerita kali ini.      
Watu Lumpang Cemoro Dewu Sepakung banyubiru
         Awalnya setahun lalu saya ikut kegiatan 'one day trip with blogger" yang diadakan Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang. Salah satu destinasi-nya menuju Wisata Gumuk Reco Desa Sepakung Banyubiru. Saat itu karena hanya peserta jadi tidak bisa mampir ke Cemoro Sewu, walaupun lokasi wisata ini hanya berjarak kurang lebih 100m dari Gumuk Reco Sepakung, yang bikin merana itu di Cemoro Sewu Ada ODCB yaitu Watu Lumpang. 
Gumuk Reco Sepakung 



















     
     Cukup lama sebenarnya saya dan istri merencanakan quality time berdua ke Gumuk Reco Sepakung ini.
     Di lokasi Wisata Gumuk Reco Sepakung, seperti namanya ada batu yang dipercaya warga adalah arca = reco. Nama lokasi pun konon dari batu ini. 

Ayunan Langit Gumuk Reco Sepakung
       Ayunan Langit, Ondo langit juga Helipad dan sarang burung adalah spot selfie favorit di Wisata Gumuk Reco ini. banyak yang instagrammable! Tiket masuk, parkir dan voucher wifi total saya berdua Rp. 27rb.  
     Sarang Burung, 















      View selama perjalanan sangat memukau, puncaknya  tentu bermain Ayunan Langit dengan pengalaman seru. Tentu bagi yang berani! Saya? Enggak lah.. wekekek.  Cukup RP. 10 rb untuk menikmati sensasi adrenalin itu, melihat istri saya berayun diatas jurang saja ngilu.
         Teringat 2 anak masih kecil. wkwkwk... saya cukup jadi yang mendokumentasikan aja. Hahahaha...
Ondo Langit Sepakung
      Untuk "Ondo Langit" tiketnya 25 ribu. Saya memberanikan diri, agar dirumah tak diejek istri terus, plus dapat foto romantis, karena sometime love just ain't enough!
       Cikal bakal 'Gumuk Reco' : Gumuk berarti Bukit, sedangkan Reco adalah Arca = "Bukit yang ada Arcanya".  Saat di Gumuk Reco saya melihat ada beberapa monyet liar mencari makan di atas Ondo Langit. semoga gak nakal... tapi menjadi daya tarik sendiri masih ada monyet liat berarti alam Desa Sepakung masih original.
       di Lokasi Watu 'Gumuk Reco' :
Gumuk Reco Sepakung : Batu Cikal bakal nama Gumuk Reco 
    Setelah menghabiskan waktu berdua di Gumuk Reco, kami kemudian menuju Cemoro Sewu, walaupun kondisi mulai gerimis tapi kepalang tanggung, saya harus ke Cemoro Sewu!, Kali ini saya tak boleh melewatkan begitu saja.      Karena hujan, saya akhirnya naik sendiri... sementara Istri nunggu di parkiran. 
Cemoro Sewu Sepakung
      Saat penelusuran, melihat fasilitas Cemoro Sewu saat ini nampaknya lama ga di rawat = terbengkalai. Mulai dari Mushola yang lama tak digunakan, toilet yang lama tak dibersihan. Spot foto ayunan, flying fox juga Pintu Surya yang sempat firal tak terurus. Semoga ada perbaikan lagi😭 Sambil celingak-celinguk saya mencari dimana watu Lumpang Cemoro Sewu Berada. Sampai puncak Cemoro Sewu Alhamdulillah hujan reda. Saya terus jalan kaki sendiri.. sampai di puncak, ketika napas sudah ngos-ngosan,  dan mendaki cukup membuat saya mulai ragu. 
Watu Lumpang Cemoro Dewu Sepakung banyubiru
      Dipuncak Cemoro Sewu saya sampat menyibak grumbul rumput, walau was-was ada binatang yang tersembunyi, belum lagi  monyet monyet liar tadi, bila mereka naik dan berjumpa.. bagaimana jal? Deg deg plas jadinya ....   wkwkwk 
      Akhirnya saya pasrah... tak semangat. Dalam batin saya malu sama istri, nanti jawab apa ya..

     Langkah lunglai menuruni Semoro Sewu, saya yang awalnya ingin selfie di Pintu Surya jadi tak bersemangat. Benar benar patah arang. Namun masih mencoba mengedarkan pandangan mata .. eh bila jodoh tak akan kemana... Ternyata saya lewati... 
Watu Lumpang Cemoro Dewu Sepakung banyubiru : Tepat di depan Ankringan bambu





















       Watu Lumpang Cemoro Sewu ada di Balik pohon Pinus... Sedikit tersamarkan rumput. Tepat di depan angkringan bambu. 
Watu Lumpang Cemoro Sewu Sepakung
Watu Lumpang Cemoro Dewu Sepakung Banyubiru
     Sayangnya dibeberapa kesempatan, saya ngobrol dengan warga Sepakung dan pengelola Wisata Gumuk reco tak ada yang tahu, bahkan kaget kok saya tahu, padahal menurut saya Watu Lumpang Cemoro Sewu bisa dijadikan lokasi dijadikan wisata sejarah wisata- religi bahkan bisa dijadikan kajian untuk tahu sejarah desa Sepakung bahkan Banyubiru.
Watu Lumpang Cemoro Sewu
     Watu Lumpang, atau yang dikeramatkan oleh para pendahulu kita sebagai Sang Hyang Kulumpang,  menempati tempat yang mulia di kehidupan ribuan tahun silam. 
      Di masa itu, Watu Lumpang sebagai sebuah media atau sarana untuk upacara keagamaan saaat masa mulai panen atau setelah panen sebagai wujud terimakasih atas karunia yang melimpah kepada Dewi Sri.
    Pemimpin upacara, dengan sarana watu lumpang ini menyiapakan sesajen juga sebagai pusatnya ritual memberikan persembahan hasil pertanian.
     Beberapa temuan lain, ada watu lumpang yang berelief atau beinkripsi sengkala tahun yang menandakan watu lumpang itu spesial. Digunakan sebagai sarana penetapan tanah perdikan= shima.
     Versi lain, watu lumpang yang lebih sederhana memang erat kaitan di kehidupan masa Hindu Klasik, Bahkan sebagai urat nadi kehidupan karena watu lumpang digunakan untuk menumbuk biji yang diolah sebaga bahan makanan. 
Watu Lumpang Cemoro Sewu
      Kondisi Watu lumpang masih lumayan, walaupun dugaan saya bentuknya sudah tak seperti dulu lagi, Namun masih mempesona sebagai sebuah saksi nyata peradaban.
Watu Lumpang Cemoro Sewu
       Sebagai bahan tambahan pemikiran di sepakung ada 2 situs sayng jaraknya cukup dekat : perlu dibaca pula 2 link situs ini. 
1. Yoni Truwangi Sepakung
2. Lapik Arca Tigorejo Tegaron
(ada di kisah blusukan berjamaah : Bblusukan Syawalan )
       Semoga. Harapan tetap ada....
      Segera saya hub istri untuk foto berdua. Bagaimanapun hobi dan keluarga haruslah harmonis.... "Sometime Love Just ain't enough".

Warung Bu Dar Karangjati

     Pemungkas Blusukan couple, kami kemudian mampir di Warung Makan Sop "Bu Dar" Karangjati. Menu Klangenan yang seger sekali....
di Watu Lumpang Cemoro Dewu Sepakung Banyubiru 
       Salam Pecinta Situs dan Watu Candi
sasadara Manjer Kawuryan
#hobikublusukan

Senin, 17 Februari 2020

Tak Sengaja ketemu Watu Lumpang Sambirejo, Bringin, Kabupaten Semarang

Watu Lumpang Sambirejo, Bringin
       Senin, 17 Februari 2020. Sama sekali tak ada pertanda perasan untuk ketemu sesuwatu saat saya ditugaskan playanan perpustakaan keliling ke Daerah Bringin Kabupaten Semarang. 
    Di awal perjalanan menuju lokasi pertama yaitu desa Kalikurmo (di desa ini dulu saya pernah menelusuri sebuah petilasan Syekh Siti Jenar dan berulangkali di ajak untuk menguak jejak kolonialisme oleh seorang rekan yang kebetulan perangkat desa.. namun memang bukan passion saya hehehhe). Tujuan yang kedua SD Sambirejo Bringin. Setelah dari SD, sebelum perjalanan kami lanjutkan, partner saya (Mas Teguh ) entah kesambet apa tiba-tiba nawari ngantar blusukan kalau ada tujuan di dekat area Bringin. 
Berada di depan rumah warga : Watu Lumpang Sambirejo, Bringin, Kabupaten Semarang
      Eh.. tepat saat nawari tadi pandangan saya beralih ke kiri jalan, dan langsung bersirobrok dengan sesu’watu’. Watu Lumpang!
     Saya langsung histeris berteriak, “Stop, kita mundur, Ada Watu Lumpang”, jelas saya. “Salahe mau ngejak blusukan”, tambah saya lagi sambil tertawa. 
Watu Lumpang Sambirejo, Bringin, Kabupaten Semarang
     Mas Teguh bingung, “Ono Watu?”, tanyanya. Tak saya jawab, karena langsung buka pintu mobil saya segera turun dan mohon ijin kepada warga yang kebetulan ada di dekat rumah. 
     Berada di depan rumah, Watu lumpang ini berbeda dengan biasanya lumpang biasa (tidak kuno). Bila yang biasa berbentuk kotak cenderung prisma. Ini berbentuk sedikit kotak dengan penampang atas ada pembatas tipis dibagian tepi. Berbeda dengan watu lumpang modern dimana penampang atas pembatasnya relatif kaku. 
Watu Lumpang Sambirejo, Bringin, Kabupaten Semarang
     Watu lumpang yang digunakan sebagai ritual permulaan masa tanam menempati posisi spesial bagi sarana ritual di masa agraris saat zaman Hindu klasik/kuno. 
      Tak banyak yang bisa saya korek informasi sisik melik tentang watu lumpang ini. Warga yang saya minta ijin tadi ternyata sudah pergi ke ladang. 
       Walaupun berada di pinggir jalan, saya yakin bahkan warga Sambirejo pun mungkin tak ada yang tahu ada watu lumpang kuno desa mereka. Semoga dilain waktu saya bisa ketemu dengan si empunya rumah. Agar bisa tahu sejarah dan kemungkinan “nguri-uri” Watu Lumpang ini.
      Semoga Watu Lumpang Sambirejo, Bringin ini tetap lestari. Bukti jejak peradaban masa silam.
Partner Blusukan Tak Sengaja : Watu Lumpang Sambirejo, Bringin, Kabupaten Semarang
    Bersama Partner ini pula saya dulu pernah juga tak sengaja bertemu dengan Yoni Santren Wonokerto Bancak (Coba ya baca juga kisah serunya) 
     Salam pecinta Situs dan Watu Candi 
Watu Lumpang Sambirejo, Bringin, Kabupaten Semarang
#hobikublusukan

Selasa, 04 Februari 2020

Kemuncak Candi Paren Sidomulyo Ungaran

Kemuncak Candi Paren Sidomulyo Ungaran

        Rabu, 4 Februari 2020. Setelah Menelusuri jejak Candi Paren Sidomulyo Ungaran. (Sebelumnya kami menelusuri keberadaan Batu ODCB struktur Candi Paren : di klik ya untuk tahu benang merahnya) Kami kemudian bergerak menyeberangi jalan (exit tol Ungaran) tepatnya di Kantor Kelurahan Sidomulyo Ungaran. Keberadaan Mas Eka WP memudahkan langkah kami.. hehehe, seperti yang sudah saya bahas di naskah sebelumnya. 
Posisi awal Kemuncak Sidomulyo :
di Parkiran Rumah Sakir Kusuma Ungaran
    Berawal dari viral di medsos bulan april 2018, saat pembangunan lahan parkir RS Bersalin Kusuma Sidomulyo Ungaran. Salah satu pekerja mengirimkan foto batu itu dan bertanya itu batu apa. Berseliweranlah komentar.
     Intinya memang batu itu cudah cukup lama berada di area yang akan dijadikan lahan parkir Rumah Sakit tersebut. Karena saking bingungnya, situkang akhirnya mengecor di pojokan.
     Dari jejak digital yang saya peroleh (dengan sedikit usaha) akhirnya dapat kronologinya.
       18 April 2018  Mas Eka WP posting tentang Kemuncak ini di Medsosnya, kemudian beliau mencoba komunikasi dengan Lurah Sidomulyo yang saat itu kebetulan rekan dekat beliau. Setelah mendapatkan lampu hijau untuk penyelamatan, dengan menempatkan sementara Kemuncak itu di kelurahan.
        2 hari kemudian yaitu tanggal 20 April 2018. Bersama rekan Blusukan Lain (Mas Eka Budi, Apa Kabar?) dengan seijin pemilik lahan, Kemuncak Sidomulyo di selamatkan dan ditempatkan di Kelurahan Sidomulyo.
      Sepertinya memang Mas Eka dianugrahi kemampuan teknik social engineering nya yang top markotop menjadikan beberapa perangkat ikut meninjau sekaligus meminta kepada pihak RS Bersalin untuk diselamatkan ODCB Kemuncak Sidomulyo tersebut ke Kantor Kelurahan.
      Foto foto berikut ini saya ambil dari Facebook Mas Eka WP :
Penyelamatan Kemuncak Sidomulyo Ungaran
      Proses Pemindahan Dari Lahan Parkir ke Kantor Kelurahan Sidomulyo yang berjarak kurang lebih 200m. Kemudian di tempatkan sementara di salah satu rruangan Kantor Kelurahan Sidomulyo Ungaran.
     Dari cerita Mas Eka WP, selain berkoordinasi dengan Kelurahan Sidomulyo juga berkomunikasi dengan Pamong Budaya Ungaran, agar Kemuncak Sidomulyo ini bisa diselamatkan dan dipindah ke museum.
    Bagi kami para pecinta situs dan watu candi, keberadaan bukti kemuncak ini di Sidomulyo menjadikan perlu dilakukan kajian mendalam tentang sejarah  Ungaran... tentang candi Paren Sidomulyo. Agar tidak sekedar kira-kira dan klaim sejarah.... 
     Untuk bentuk Kemuncak yang menjulang tinggi, menjadikan tambahan dugaan kami bahwa dulu ada sebuah bangunan suci yang berukuran cukup besar di Paren Sidomulyo ini. 
    Banyak sebaran peninggalan di sekitar Sidomulyo cukuplah menjadikan titik awal dugaan yang mengarah dulunya memang berdiri megah. : 
1. 2 Yoni Situs Sidomulyo 
2. Arca nandi 
3. Kemuncak 
4. Struktur Batuan Kotak yang berceceran 
5. Dan Banyak struktur yang terpaksa tak bisa terlihat lagi karena dijadikan pondasi atai dasar lantai bangunan.
Kemuncak Candi Paren Sidomulyo Ungaran
     Disimpan di salah satu ruangan Kantor Kelurahan Sidomulyo, Kemuncak ini sudah aman.
      Apresiasi tinggi kepada segenap Jajaran Kelurahan Sidomulyo yang berkenan menyimpan sisa peradaban candi Paren Sidomulyo ini… Sehingga walaupun hanya pucuknya saja namun bisa menjadi kajian. 
      Semoga pihak terkait mulai memikirkan kajian dan penyelamatan struktur batu Candi Paren yang tercecer. Dari pada terlambat, hanya sisa sisa tak mengapa. Namun bisa mengubah sejarah yang lebih besar….. “Kota Ungaran” 
     Salam Pecinta Situs dan Watu Candi 
Lek Trist
Eka W Prasetya
     Masih menunggu foto dari Mas Seno, sementara Mas Eka WP dan Mas Seno sudah terdokumentasikan... 
     Sampai Ketemu di Penelusuran Berikutnya
Kemuncak Candi Paren Sidomulyo Ungaran
#hobikublusukan

Jejak candi Sidomulyo Ungaran : Candi Paren Sidomulyo Ungaran

Jejak candi Sidomulyo Ungaran : Watu candi Paren
     Ketemu teman, ngobrol... Guyonan.. konon memperpanjang usia.. sederhana tapi ora sepele. Itu pula yang membuat saya tanpa pikir panjang langsung 'kluwer', ketika Lek Tris telp ngabari Mas Seno di kerjaan-nya. Kadang hanya ngobrol ngalor-ngidul bisa sedikit melupakan masalah di kerjaan. Apalagi ada 'Banyu klopo' selalu tersedia setiap nongkrong di lek Trist menambah Klangenan.
Lek Trist area
     Ide langsung terlintas untuk menambah keGayengan... selain blusukan di lokasi terakhir Lek Trist nyervis printer, juga teringat pernah beberapa tahun lalu viral kemuncak di lahan Parkir RS bersalin yang telah diamankan di kantor kelurahan. Dan tentu ada rekan dengan social enginering top markotop perlu kami panggil, agar mudah masuk ke kelurahan. Wkwkwk...yang kebetulan pula Mas Eka ini terlibat langsung memindahkan kemuncak tersebut, mungkin mirip Doyok di iklan angkong itu, Hehehhe...
      Kemudian kami coba hub Mas Eka WP. Eh nyantol juga,  kebetulan punya kebutuhan moodbooster yang sama.
    Setelah bercerita nabi-nabi sebentar, plus menikmati sajian khas londo nya Lek Tris (pizza karo donat jane luwih enak pohong goreng), Kami kemudian meluncur ke lokasi.
     Ceritanya, tanpa sengaja saat Lek Tris menerima panggilan untuk servis di rumah pelanggan printer nya... Melihat sesuWatu.
      Berada di area Sidomulyo Ungaran. Dimana ada beberapa situs yang memang sudah terdeteksi di sini dan beberapa sempat viral.
     Ada Yoni Paren Sidomulyo, Ada Yoni exit tol, Ada Lumpang Sidomulyo tak jauh juga pernah ditemukan jejak reruntuhan candi yang sampai saat ini saya tak bisa mengakses karena dipindah ke dalam rumah seseorang. Dan melarang siapapun melihat... Entah kenapa. (Penemuan struktur candi di sidomulyo yang sekarang musnah tak terdengar kabar di terpa angin :
 beberapa berita di link web 
1. https://jateng.tribunnews.com/2013/07/02/bupati-semarang-kompensasi-lahan-candi-tugas-bpcb-jateng) ,https://jateng.tribunnews.com/2013/06/27/perumahan-di-lokasi-ditemukan-candi-belum-berizin ,
2. https://jateng.tribunnews.com/2013/06/26/batu-candi-di-ungaran-disimpan-pemilik-tanah
Watu candi Paren Sidomulyo Ungaran
      Paren, Sidomulyo. Lokasi dimana satu struktur batuan Candi berbentuk kotak yang terlihat bermotif, berelief.
Watu candi Paren Sidomulyo Ungaran
          Setelah kami bersihkan dari lumt, dan kami balik, penampakan dibagian posisi bawah : 
watu candi Paren Sidomulyo
      Terdapat jejak bekas usaha pembelahan, untungnya urung dilakukan. Lebih dekat biar nampak jelas ciri yang menunjukkan ini bukan batu biasa saja :
Watu Candi Paren Sidomulyo Ungaran
     "Dulu banyak, tapi sudah dimanfaatkan untuk pondasi rumah", jelas ibu pemilik rumah. Sambil beliau menunjukkan sisa sisa struktur candi di bawah tatanan bunga diatas pot: 
Watu candi Paren Sidomulyo
     Keberadaan Batu kotak ini sangat dekat dengan Yoni Sidomulyo juga arca yang berada di rumah di sisi lain.
Watu Candi Paren Sidomulyo Ungaran
      Sebenarnya masyarakat juga banyak yang sudah paham keberadaan struktur ini membuktikan bahwa dulu ada bangunan candi. Namun memang baru sebatas itu.

Watu Candi Paren Sidomulyo Ungaran
     Juga 2 Struktur Batu berbentuk kotak dengan pola di salah satu sisinya (takik) :
Watu candi Paren
     Sampai ketemu di naskah berikutnya, yang masih terkait dengan keberadaan Candi di Paren Sidomulyo.
      Suasana dalam gambar, wajah dengan senyum tanpa batas seperti ini yang kerap ngangeni saat blusukan... heheh 
    Salam Pecinta Situs dan Watu Candi


sasadara manjer kawuryan : Candi Paren 
#hobikublusukan