Senin, 08 April 2019

Jajan Srabi, Bonus Watu Lumpang Ngampin Ambarawa.


Lumpang Serabi Ngampin Ambarawa
Senin 8 April 2019. Lama tak jajan Kue Serabi saat lewat di Ngampin Ambarawa… entah kenapa hari ini saya langsung belok, sembarang lapak Serabi di pinggir jalan, kemudian pesan 1 makan di tempat dan 2 bungkus untuk oleh-oleh orang rumah. Kebetulan saya dari perpusling di area Jambu. Berhenti tepat di Bakul Srabi ini,
Serabi Ngampin
Sempat berbasa-basi tanya beliau tinggal dimana, tiba-tiba terbersit ide untuk bertanya tentang beberapa situs yang ada di Ngampin ini.

(termasuk situs yang berada di lokasi yang angker orangnya = saya mengalami sendiri diancam untuk tak publikasi padahal Situs benda Cagar Budaya itu adalah milik negara.... hahahaha. -- malah timbul kecurigaan --ya sudah yang waras ngalah.. namun yang pasti --- yang saya tulis ini tak ada kaitan dengan orang itu, sumber bukan dari orang itu.---- mohon jangan baper jika baca ini ya-- saya tak bermaksud menyinggung... namun tujuan saya adalah hanya edukasi.... biar semua orang tahu bahwa Situs perlu dilestarikan... bukan di klaim (lha kaloo hidup terus, kalo besok meninggal trus yang ngurusi siapa? Anakmu mau ngurusi? Ga dijual?)--- stop--- maaf saya malah ikut2an sewot.. trus apa bedanya saya? hahahaha. --arogan--- tutup kasus---
Lumpang Serabi Ngampin berada di belakang rumah ini
Tanpa saya duga Bakul serabi itu menunjuk arah, "Belakang rumah itu dibawah pohon randu ada Watu Lumpang Mas", saya hampir tersedak. tentu sebelumnya saya bertanya, apakah orang luar boleh melihat. Bakul serabi tersebut mengangguk sambil menyarankan saya untuk minta ijin ke yang punya rumah. Nampaknya beliau percaya kepada saya. Niat saya bukan kolektor bukan negatif pokoknya...
Watu Lumpang Ngampin Ambarawa.
Sayangnya cukup lama saya mengetuk pintuk, rumah tersebut kosong... kanan kiri juga sepi, kemudian saya menuju arah yang dimaksud. 
Niatnya jika ketemu pemilik (semoga ramah), bisa tanya cerita, legenda atau minimal tutur tinular, sisik melik keberadaan Watu Lumpang ini. Semoga dilain kesempatan saya bisa mengetahui dan menulis ulang kisah ini
Tanpa babibu.. saya setengah berlari... (Mohon ijin pemilik rumah, saya dokumentasi Lumpang nggeh) bukan bermaksud macam-macam... hanya ingin nguri-nguri hasil peradaban nenek moyang, tak lebih.
Watu Lumpang Ngampin Ambarawa.




















Tepat berada di perlindungan pohon Randu yang menjulang tinggi. 
Watu Lumpang Ngampin Ambarawa



















Closep up Lumpang Ngampin Ambarawa,


Keberadaan beberapa situs di Ngampin, yang tersebar dibeberapa titik, memunculkan dugaan saya pribadi bahwa dulunya area sekitar Ngampin Ambarawa ini ada entitas, kelompok masyarakat yang terstruktur yang telah berdiam disekitar area ini,  ada Candi Ngentak, Watu Lumpang dan lain sebagainya. 
Setelah merasa cukup, saya menyudahi penelusuran tak sengaja ini. 
Maturnuwun kepada Bakul Serabi yang dengan ramah memberikan informasi ini, semoga tetap ramah, tambah laris nggeh bu... (Saking senangnya saya terlupa foto beliau--semoga dlain kesempatan saya bisa ambil foto dan saya upload di sini... sebagai ucapan terimakasih)..
 --bersambung…

Salam pecinta Situs dan Watu Candi
#hobikublusukan

nb: Saat di lokasi ini banyak sekali nyamuk....

Rabu, 27 Maret 2019

Ekspedisi Kembang Kuning Cepogo Boyali : Kolaborasi #1 Watu Lumpang - Watu Lesung

Ekspedisi Kembang Kuning Cepogo Boyali : Kolaborasi #1 Watu Lumpang - Watu Lesung
        Rabu, 27 Maret 2019. Akhirnya bisa juga.... terus terang kisah ini terjadi karena saya memaksa dengan sangat mengancam kepada Mas Eka Budi Z, pemilik Blog Karungrungan. Bagaimana tidak dipaksa... sekian tahun beliau hanya PHP saja setiap ku ajak blusukan. ---
      Awal ketertarikan saya menelusuri jejak sejarah Kembang Kuning tentu saja nama desa Kembang Kuning yang eksotis. Apalagi rekan yang berkesempatan mengikuti kegiatan blusukan bersama komunitas ‘Mboja_lali’ (sebuah komunitas yang juga concern dengan situs di area Boyolali) mengunggah foto-foto beliau saat berada di situs. Mata saya langsung tak bisa lepas dari keberadaan jejeran watu Lumpang. (Pak Nanang selalu saja berhasil pamer dan membuat saya merasa wajib menelusuri ulang)
   Alhasil, segera saya coba merencanakan strategi untuk penelusuran ke Desa Kembang Kuning ini. Sebuah Ekspedisi yang sepertinya akan menantang, penuh perjuangan, karena (musim) hujan tentu saja mengintai, belum pasti dapat partner… namun hari Rabu ini adalah kesempatan saya untuk free durasi (karena istri luar kota… dan besok sudah pulang…heheh—)
    Jadilah saya melempar ajakan ke beberapa rekan pecinta situs, walaupun saya menyadari tak akan mudah karena ini hari kerja. Untungnya Mas Seno bersedia menemani karena beliau masuk kerja shift malam, sayangnya calog guide andalan absen karena keduluan janji dengan orang lain. Tapi beliau berjanji memberikan detail petunjuk lengkap menuju lokasi, dan tentu saja Mas Eka Budi.
       Bagi saya pribadi.. blusukan kali ini terasa spesial karena saya sudah sejak lama berangan-angan bisa blusukan kolaborasi 2 blogger plus 2 youtuber (spesial situs).. hehehe… tidak bersaing namun saling menguatkan. Saya sendiri salut dengan Mas Eka Budi yang konsisten untuk terus ngevlog, sementara saya ngot-ngotan.
     Selain ingin mendapatkan petunjuk arah, atas saran dari Mas Yohanes, saya memberanikan diri mencoba menghubungi senior komunitas Pecinta Situs Boyolali “Mbo'ja_lali, Pak Pak Ody Dasa. Yang ternyata diluar dugaan luar biasa ramah, saya pribadi sampai melonjak gembira karena petunjuknya sangat lengkap bahkan sampai titik koordinat. Bahkan ada rekan yang dijawil pak Ody untuk mendampingi kami. Bagi kami ini sungguh keberuntungan tiada terkira. (Walaupun sayangnya pak Budi Wiyono terkendala teknis : mungkin kita belum berjodoh pak… berarti saya lain kali akan datang kembali, dan mencari njenengan untuk duduk ngopi bareng nggeh…)
     Bahkan dari Pak Ody Dasa pulalah, saya dapat akses ke Pak Kades Kembang Kuning, Bapak Yarmanto tapi terus terang saya ga berani… sangat sungkan untuk ngrepoti. "Matursembahnuwun Bapak, sudah dibalas WA saya, sebenarnya saya sudah didepan rumah... tapi... sungkan, rikuh walaupun hati ingin mendapatkan banyak cerita dari Bapak..."---

   Saya masih menunggu kiriman Gambar Embung Kembang Kuning, karena saat saya kesana terlalu fokus pada situs... juga keburu hujan.--semoga beliau berkenan...
     Langsung saja ya… cerita eksotisme Desa Kembang Kuning ini….. ---

Watu Lumpang - Lesung Desa Kembang Kuning
       Sebelumnya saya ceritakan dari awal Mula, berangkat dari Ungaran, jemput dulu ke rumah anak manja, Mas Eka Budi.. kemudian langsung ke lokasi kedua dimana Mas Sabaku Seno Menunggu di SPBU Bawen.
       Kami tancap gass menuju Cepogo. Setelah Pasar Ampel melewati jembatan langsung ambil kanan. Terus saja lurus sampai ketemu dengan Desa Kembang Kuning.
    Sayang sekali rencana saya untuk mengambil gambar Embung saat pulang (nanti gagal karena hujan). Padahal sangat eksotis… Embung Kembang Kuning sungguh sebuah destinasi wisata yang elok. Apresiasi kepada pemerintah Desa yang dipandegani Bapak Kades Yarmanto, menjadikan embung yang tujuan awal untuk pertanian menjadi sebuah tempat wisata desa yang natural, indah…sangat eksotis… dengan taman bunga (Ini saya lihat saat perjalanan menuju menjadi destinasi utama kami.… sebuah keselarasan tercipta)
     Koordinat pemberian Pak Ody Dasa yang kami pasangkan di GMaps mengarahkan kami untuk melewati Embung Kembang Kuning dan berbelok di jalan berbeton 50 meter sebelah kiri. 

Makam Desa Kembang Kuning
       Kami kemudian parkir di depan makam desa. Setelah itu mencoba cek barangkali ada sahabat komunitas Mboja_lali yang merapat…  Kami kemudian memutuskan untuk bertanya kepada beberapa warga dimana keberadaan Situs Lumpang Kembang Kuning.
     “Mlebet mawon teng suket gajah niku”, tunjuk warga pembawa rumput sambil tangan beliau mengarah ke area dimana suket Gajah setinggi kami. Nafas panjang, melenguh atau istilah lain yang sepadan menjadi ekspresi spontan kami bertiga. Namun pantang pulang sebelum blusukan. Akhirnya kami terobos.

     Sampailah...

Ekspedisi Kembang Kuning Cepogo Boyali : Kolaborasi #1 Watu Lumpang - Lesung

      Sampai tak bisa berkata-kata, deretan 9 watu lumpang dan 6 watu lesung langsung memaku pikiran saya, berbagai kemungkinan, berbagai dugaan melintas dalam pikiran saya. Apakah ada orang yang telah mengumpulkan jadi satu? atau sudah sejak dulu memang ada di area ini?
Eka Budi Z
      Semoga ada pencerah, (masih Menunggu cerita Dari Pak Ody Dasa dan Bapak Budi tentang cerita dari sini. Saking semangatnya kami, eh.... mas Eka Budi malah rebahan di suket.... rebah dengan cantik...
     Masing -masing kami langsung asik sendiri, mengabadikan dengan gadget masing masing. 
      Sial bagi saya, pinjaman kamera SLR ternyata terlupa memory card nya.... padahal bawanya sudah repot sekali.... (kejadian kedua dalam masa blusukan saya.... sial sekali. Alhasil saya dokumentasi seadanya dengan memory dan baterai yang terbatas.
     Keberadaan 9 watu lumpang dan 6 watu lesung sangat bisa menajdi sebuah bukti, keberadaan peradaban di Desa Kembang Kuning ini dulu pernah bersemayam dan maju pada masanya. Dugaan saya erat kaitannya dengan daerah agraris.... (karena banyak ahli memberikan penjelasan mengenai salah satu fungsi kedua watu ini untuk pertanian).     Close Up Watu Lumpang dan Watu Lesung (sebagian saja)




Watu Lesung Bundar
Watu Lesung Kotak
Ketebalan salah satu Watu Lumpang Kembang Kuning





























       Mulai Blusukan kali ini, saya mulai lagi ngeVlog :
     Tapi maaf saya masih amatir.... dengan segala keterbatasan...
Mas Seno, Mas Eka Budi Z, Saya (ssdrmk) di Watu Lumpang Watu Lesung Kembang Kuning
     Kami, 'Bila Kami bersama... Nyalakan tanda bahaya....(superman is dead) menjadi tagline.... heheheh.
     Foto saya dibawah ini berkat Mas Seno yang heroik, menjadi martir "berubah menjadi manual humandrone alias manjat pohon.... Edyan tenan ...makasih sekaligus salut..... (walaupun akhirnya Gantian Mas Eka Budi yang manjat untuk mendapatkan gambar mas Seno pula. 
manual humandrone : wkwkkwk

      Saya? jadi penyemangat saja plus berdoa mereka tak digigit semut ngangkrang...wkwkwkkw
saya di Watu Lumpang - Lesung Desa Kembang Kuning Cepogo Boyolali
      Jika dari atas, pemandangan jejeran Watu Lumpang dan Watu Lesung sungguh menggetarkan jiwa.... elok.... joss pokoknya :
Situs Watu Lumpang  dan Watu Lesung Kembang Kuning  Cepogo (sumber foto : Seno/eka budi z)
    Salam Pecinta Situs dan Watu Candi, Berlanjut ke Destinasi kedua. : Yoni Desa Kembang Kuning (setelah naskah jadi segera terhubung lewat link)
#hobikublusukan

nb : 
  1. Maturnuwun kagem Bapak Kades Yarmanto, Bapak Ody Dasa, Pak Budi Wiyono, Mas Yohanes dan Pak Nanang yang berkenan memberikan support, motivasi dan petunjuk detail. Salam sembah sungkem untuk sedulur Mbo'ja Lali.
  2. Duet Blusukan KOLABORASI dengan Master Blogger Eka Budi ZjelajahKarungrungan.blogspot.com Silahkan baca juga kisah kami di blog beliau.... Juga di Channel Youtub beliau : https://www.youtube.com/watch?v=CBOs4sE5OJ0&feature=share

Candi Telo, Cepogo Boyolali



Candi Telo, Cepogo Boyolali
Rabu, Maret 2019, Destinasi blusukan terakhir. Candi Telo. Saya memberanikan diri untuk mencoba memberanikan diri bertanya kepada Bapak Kades tentang dimana lokasi Candi Telo ini. Terus terang sebenarnya selain bertanya lokasi, saya pribadi ingin menggali cerita sejarah dan cerita lain dari situs yang berada di Desa Kembang Kuning ini, termasuk “Candi Telo” (Semoga dilain kesempatan kami bisa silaturahmi langsung dengan Bapak kades).
Ketika mendengar kali pertama keberadaan ‘Candi Telo’ dari Pak Nanang Klisdiarto, menjadikan saya menduga-duga kenapa Candi ini di kenal dengan Candi Telo?
Saat akan beranjak ke Candi Telo, gerimis mulai menghalangi kami, namun  tanggung… kepalang basah… hujan-hujanan sekalian saja pikir kami…. ‘udan sansoyo edan blusukan’, begitu kira-kira sesanti untuk motivasi kami. Walaupun tak ada jaminan nanti sampai dirumah tak masuk angin lalu kerokan.. hehehehe…
Dari Yoni Embung Kembang Kuning, kami kemudian menuruni jalan desa, pertigaan ambil kanan. Masih menelusuri peta GMaps kiriman dari Pak Ody Dasa yang mengarahkan kami melewati jembatan, jalan menanjak kemudian kami ternyata (keblabasen) sampai di Pasar Desa Tumang. Yang mengingatkan kami pada sebuah batu yang bertuliskan angka tahun. Hasrat hati ingin sekali namun…. Karena tak ada guide akhirnya kami urungkan.. hehhehe. Dari Pasar Tumang kemudian kami balik arah. Tepat sebelum turunan tajam kami ambil kiri. Ternyata kami memasuki perkambungan perajin wajan (perkakas memasak). Ingin sebenarnya bawa oleh-oleh buat istri… tapi malu dengan rekan …wkwkwkkwkw. Sempat bertanya dua kali untuk memastikan sekaligus tidak terkena sorot mata curiga. Sampailah kami di Poskampling. Kami Sarankan motor parkir di sekitar Poskampling tersebut, jalan selanjutnya jalan sangat curam, paving berlumut., Saya dengan scopy, roda sempat mleset tak bisa berhenti.
Berhenti di rumah terakhir sebelum sungai, lanjut dengan jalan kaki. Menyeberangi sungai (untung tidak banjir). Beberapa saat clingukan mencari…   akhirnya ketemu juga Candi Telo.
Candi Telo, Cepogo Boyolali







      













 Telo saya artikan sebagai salah satu jenis tanaman ubi saja…. Bukan umpatan. Hehehehe. Telo yang oleh orang kota dikenal dengan nama Ketela pohon, saya cari di sekitar Candi Ini ternyata tak ada. Saya kira karena pengaruh rimbunnya bambupetung di sekitar area ini.
Dugaan saya malah dulu di reruntuhan bangunan suci (=candi) ini dulu ada satu atau beberapa batu yang berbentuk mirip Telo…. Apakah lingga atau ornament/struktur? Saya malah percaya itu… Karena biasanya penamaan atau penyebutan warga terhadap sesuatu biasanya mirip dengan benda atau makhluk di sekitarnya.
Bila melihat keberadaan Bangunan suci yang dekat dengan aliran air (sumber air= saya yakin dulu ada sumber air disekitar sini atau bahkan malah ada petirtaan dan bangunan ini pasti tak berdiri sendiri. Namun letak yang tak berada di puncak, timbul pikiran saya… Bangunan ini menjadi tempat sebelum ke  Bangunan Utama. Atau istilah yang (kayaknya kalau tidak salah) ‘Damasala’
Begini imajinasi saya… :  Warga atau pemimpin ritual keagamaan, sebelum beribadah… Mensucikan diri dulu di petirtaan. Kemudian menyiapkan segala sesuatu termasuk kesucian jiwa di Bangunan ini (di Candi Telo), setelah itu berlanjut beribadah ke Bangunan Utama diatasnya.
Mohon maat itu adalah imajinasi saya pribadi, untuk merekontruksi logika saya pribadi. Tentunya lemah dalam pembuktian, jadi saya menerima pencerahan…..
Namun satu yang pasti, Adanya bekas Papan peringatan  BCB, membuat saya sedikit tercenung… Berarti sudah pernah diperhatikan… namun kenapa kini enggak?
----  Semoga pihak desa tergerak…. Potensi natural alamnya sangat dahsyat. Semoga tetap bersih suci dan lestari.
Nampak mirip dengan watu lumpang…
Milip Watu Lumpang di Candi Telo, Cepogo Boyolali
Close up Candi Telo, Jejak struktur Bangunan Suci itu .... Struktur dasar yang masih tersisa:


       Salam pecinta situs dan watu candi.
Kami di Candi Telo, Cepogo Boyolali (Saya, Eka Budi Dan Seno)
Vlog di channel Youtube :

Semoga ada pembaca yang berkenan membagi kisah lebih detail tentang Misteri Candi Telo ini.... (mohon tinggalkan pesan ya)

Candi Telo, Cepogo Boyolali

         Sampai Ketemu di Kisah Penelusuran Berikutnya

#hobikublusukan

Yoni Situs Embung Kembang Kuning, Cepogo Boyolali

Yoni Situs Embung Kembang Kuning, Cepogo Boyolali
        Rabu, Maret 2019. Masih terkait dengan Situs Lumpang-Lesung di Embung Desa Kembang Kuning Cepogo Boyolali. "Diatas Embung persis", begitu pesan dari Pak Nanang. Akhirnya kamipun menuju lokasi (masih saya, Mas Seno dan mas Eka Budi). 
       Hanya terpisahkan tanah lapang, menyusuri jalan paving, tak lebih dari 1 menit sampailah kami....
Embung Kuning sungguh Eksotis
        Dilihat dari posisinya, kami duga Yoni ini ditemukan saat pembangunan embung. Jadi mungkin belum terlalu lama. Sekitar tahun 2016. 
Yoni Situs Embung Kembang Kuning, Cepogo Boyolali

       Untuk dugaan ini benar Yoni saya idem saja dengan senior-senior di Boyolali. Walaupun nanti bisa dipastikan setelah nampak semua. 
       Dari cerita yang saya dapat, plus pesan WA dari Bapak Kades kepada saya nampaknya harapan ‘museum Desa” akan terwujud untuk menambah fasilitas Desa wisata yang sedang dikembangkan. 
Yoni Situs Embung Kembang Kuning, Cepogo Boyolali
      Yoni dengan 2 lubang berbentuk oval ini memang sangat unik. Terus terang baru kali ini melihatnya. Saya menduga dua lubang itu satunya adalah lubang dari arca yang berdiri diatasnya, sementara lubang satunya adalah tempat dimana lingga berada. 
Yoni Situs Embung Kembang Kuning, Cepogo Boyolali
    Bentuk Yoni Oval, apakah karena ada pengaruh tanah Hindustan saya kurang paham. Karena biasanya bentuk yoni di Nusantara ini persegi. 
Yoni Situs Embung Kembang Kuning, Cepogo Boyolali
     Yang bulat maupun oval sangat jarang ditemui. 
    Maturnuwun kepada Bapak Kades Yarmanto yang mengirimkan gambar landscape dari atas 'Taman Bunga Kembang Kuning' yang saya lewatkan, tak sempat mampir karena fokus di durasi, cuaca yang ,mulai gerimis dan tentu saja kami tak menyangka ada tempat seindah ini. 
      Terus terang ketika saya uplod di IG banyak yang tertarik pak… sebuah potensi yang secara cerdas telah dikembangkan Pemdes Kembang Kuning ini. 
Yoni Situs Embung Kembang Kuning, Cepogo Boyolali
      Suasana natural, alami masih saya rasakan… bahkan walaupun tanpa bisa saya abadikan… saat saya duduk mengamati Yoni Kembang Kuning ini tak jauh ada sepasang ‘Gangkrangan’ (Musang) lewat mencari makan. Membuktikan alam masih bersahabat dengan hewan liar, Semoga tetap lestari.
Embung Kembang Kuning :
Embung Kembang Kuning : sumber foto jelajahkarungrungan.blogspot.com
Taman Bunga Kembang Kuning :
Taman Kembang Kuning  Cepogo " sumber foto : Bapak Kades Yarmanto

Taman Kembang Kuning  Cepogo : Sumber foto Bapak Kades Yarmanto
   Team "Bila Kami Bersama--Nyalakan Tanda Bahaya" Blusukan Happy pokoknya, 
       Salam pecinta situs dan watu candi. 
 Situs Embung Kembang Kuning, Cepogo Boyolali
       Vlog di channel Youtube : 
https://youtu.be/koy-1kfkIeo
      Bersambung ke kisah di Candi Telo 
      #hobikublusukan

nb:
kisah ini ditulis pula oleh mas Eka Budi  di Link blog : jelajahkarungrungan