Kamis, 02 Agustus 2018

Menengok Yukkkk .... : Watu Lumpang Kebon Agung Pringapus

         2 Agustus 2018. Lanjutan blusukan masih di zona Pringapus tepatnya dekat Pasar, destinasi yang kedua petunjuknya adalah gang setelah SMKN 1 Pringapus masuk. Ternyata saya buta sama sekali daerah yang akan kami telusuri ini,walaupun awalnya Saya  merasa cukup kenal wilayah di Kabupaten Semarang. Tapi menjadi asing ketika masuk ke pedalaman Jatirunggo Pringapus. Salah satu manfaat blusukan, saya jadi tahu daerah terpencil dan masih dalam bingkai Garuda Pancasila… hehehhe. 
       Sesampainya dilokasi terdekat. "Ini sudah dekat!", ujar Mas Eka. Tapi saya jadi malah curiga, istilah dekat Mas Eka Budi sangat meragukan. Benar saja, dia menunjuk saya untuk parkir didepan rumah warga, setelah minta ijin untuk nitip motor, kemudian kami melewati jalan di sela antara tebing padas dan rumah, menyusuri jalan setapak. 
       Tanpa saya duga kami meniti jembatan yang tingginya kira-kira 20m dari dasar sungai. 
    Yang cukup menengangkan "jembatan seadanya". Rangka terdiri hanya dari Besi kolom di rangkai dengan jarak 10cm. sementara sambungan hanya dililit kawat. Untuk menutupi jembatan dipakai anyaman bambu. Itupun sudah ada beberapa yang lapuk, setiap melangkah selain bergoyang juga suara bambu patah mengiringi. Terbayang kan bagaimana adrenalin kami meninggi menantang mental. 
        Melihat dasar sungai penuh dengan batu berukuran besar karena kemarau yang menyusutkan debit air sungai adalah bohong jika saya tak ndredek, ngewel. Dalam istilah jawa ada kata semengeren membayangkan masih 1 kali lagi menyeberangi jembatan ini. 
Watu Lumpang Kebon Agung Pringapus
      Tapi karena blusukan harus tetap terlaksana, selangkah demi selangkah terlewatkan juga… Langsung lemes. Karena seluruh energy terkuras untuk melawan ketakutan. Saat sudah menyeberangi jalan inilah, berpapasan dengan warga. Saat saya bilang minta ijin untuk melihat Watu Lumpang, sekonyong-konyong beliau kaget. “Kok bisa tahu, Kalau beruntung kalian bisa melihat kekayaan dunia. Tinggal kuat tidak lelaku disana”, panjang lebar beliau menjelaskan. Mohon maaf tak bisa secara detail, takutnya bisa kenyataan… hehehehe. 
Dulu ada dusun di lereng itu : Dusun Tambak Yang Hilang
      Posisi area yang kami telusuri ini seperti berada di tempat yang terpencil, dikelilingi tebing tinggi dengan aliran sungai yang membentuk kerucut. Bahkan beberapa tahun yang lalu, karena longsor tersebut satu dusun terpaksa di relokasi ke tempat yang lebih aman. Konon nama desa tersebut Adalah Dusun Tambak Desa Jatirunggo, Pringapus. 
      Watu Lumpang ada di tengah pematang sawah, dengan posisi yang sudah miring. “Dimasa banyak nomor togel beberpa tahun lalu, watu lumpang ini ramai. Begitulah manusia”, kata bapak yang berpapasan dengan kami tadi, yang ternyata beliau adalah Pak Modin desa. 
Watu Lumpang Kebon Agung Pringapus
      Ukuran Watu Lumpang sedikit lebih besar dan dengan kondisi yang lumayan lebih baik, dari Watu lumpang yang kami telusuri sebelum ini. 
       Berada di ketinggian, dikelilingi sumber air dan Subur adalah ciri kas yang melekat di area ini, sehingga menambah keyakinan tentang bukti keberadaan Situs di daerah dengan ciri Geografi seperti itu. 
       Posisi Miring di pematang, 
Watu Lumpang Kebon Agung Pringapus
      Masih terlihat bentuk spesial dari watu lumpang, dimana disisi terluar ada semacam pembatas air/ panel lumpang yang mengelilingi area pinggir lumpang. Hiasan sederhana tapi membuat spesial, karena biasanya lumpang dibagian penampang atas hanya datar. Selain cekungan lubang. 
Watu Lumpang Kebon Agung Pringapus
      Untuk fungsi lumpang, saya coba utarakan salah satunya saja, diduga sebagai media ritual permulaan masa tanam untuk persembahan kepada dewi kesuburan. 
Pohon itu, dibawahnya sendang 
       Diseberang sungai, disisi jalan kedatangan kami tadi, informasi yang saya dapat dari Mas Eka Budi ada sebuah sendang kembar yang cukup keramat, dengan berlindung dibawah pohon yang sangat besar. 
        Menurut cerita dari warga, sendang tersebut masih ada kaitan/ hubungan dengan Watu Lumpang ini. 
       Secara logika mungkin saja, Sendang atau pada masa itu bisa disebut petirtaan adalah tempat mensucikan diri terlebih dahulu sebelum ritual di watu lumpang ini.
      Seiring berjalannya waktu, ketika peradaban berubah. Watu Lumpang berubah pula fungsinya. 
     Dulu yang menjadi sarana suci beralih menjadi mitos, bahkan kadang airnya bermitos obat awet muda. yang terkini sering diminta nomor togel. Sehingga di banyak tinggalan lain banyak yang dimusnahkan dengan alasan musrik, padahal yang salah bukan batu nya tapi manusianya....     
      Mas Eka, sang andalan jika kepepet musti blusukan, hehehe, 
Watu Lumpang Kebon Agung Pringapus
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi 
Watu Lumpang Kebon Agung Pringapus
        Berlanjut ke blusukan ke Watu Lumpang Dusun Sambeng Jatirunggo Pringapus 
#hobikublusukan

Penelusuran Jejak di Pringapus : Watu Lumpang Makam Ngorolou Pringapus (Belakang Pasar Pringapus)

Watu Lumpang Makam Ngorolou Pringapus
            2 Agustus 2018. Kamis blusukan nampaknya sudah menjadi candu bagi saya, seperti ujaran seseorang yang dipopulerkan di komunitas sesama pecinta situs….. tapi saya lupa siapa…. Istilahnya “Nyandi itu Nyandu”. (Tapi tentu saja terkecuali rekan saya…hahahha. Apa kabar kawan?). Bagaimana tidak? Ibarat zat adiktif, penelusuran ke situs-watu candi seperti mempengaruhi alam bawah sadar saya. Jika lama tak blusukan saya akan gelisah seperti orang yang sedang kecanduan berat. Entah pagi ini, beberapa kerjaan yang harus jadi membuat under pressure, jika norml sebenarnya kerjaan itu biasa saja. Namun entah kenapa hari ini saya sama sekali tak bisa fokus. Sempat ngopi dan njarum dulu. Tapi tak mempan, saya tetap merasa tak tenang, malah saya berpikiran ketakutan akan terjadi sesuatu, barangkali pertanda apa gitu…. Ach! semoga saja tidak. 
 Watu Lumpang Makam Ngorolou Pringapus

     Dan tiba-tiba saja seperti terpekik, “Astaga! Lama ga blusukan, itu masalah saya”, langsung saya menyusun strategi, Prioritas pertama adalah Arca nandi di Temanggung, dimana sahabat saya ini berbaik hati seminggu sebelumnya memberikan share lokasi plus foto situs ketika pulang kampung melewati area ini. Namun sayangnya, share lokasinya ternyata ada kadarluarsa. Keraguan mulai muncul, karena saya jam 1 harus sudah diposisi awal lagi (Ungaran-durasi jemput anak), sementara saat saya terbersit untuk blusukan sekitar jam 9 lebih. Maturnuwun mas Hendrie, lain kali ya----. 
     Sambil mikir cara plus mencari alternatif lain, saya hubungi tiga rekan, (saya berani menyebut nama, bukan berarti menyesali yang tak bisa--- saya benar benar memahami--- karena saya yang spekulasi kok---jika tak bisa ya tak apa). Yang pertama Lek Trist (Max Trist nama bekennya), blogger pula, dia adalah orang pertama kali yang ketemu dan sama-sama kecanduan candi. Walaupun saya tahu kemungkinan kecil bahkan nol%, karena beliau ini lagi mengumpulkan banyak uang untuk blusukan luar pulau…. Jadi tertib masuk kerja. Pikir saya, saya hanya ingin mengajak… jika bisa syukur, jika tidak ya biasa saja… heheheheh---- misi 1 gagal. 
       Rekan kedua yang ku hubungi, Mas Eka WP spekulasi juga karena rekan yang satu ini kecanduan candi tipe demam alias panas dingin, terkadang semangatnya meluber tak bisa dibendung, eh dilain hari 360 derajat alias cuek .... hehehehe, ternyata sedang tugas luar. Sibuk tentu sudah pasti, karena beliau ini calon pejabat ideal. Ideal di kantor, karena jarang bolos (ajakan saya gagal terus : loyalitas-dedikasi tanpa batas walau tunjangan ngepas---salut!!!) dan dirumah ideal, karena…. (sensor) heheheh, malah jadi inget kawan lain yang punya keset unik. Masih kah bagaimana kesetnya? Tambah unik? ---- Misi 2 gagal pula. 
       Saya juga hubungi sahabat yang ketiga bersamaan dengan misi yang kedua tadi, bernama hampir sama pula, nampaknya merekapun berencana membentuk kongsi Paguyuban khusus Eka. Hehehehe. Awalnya cukup lama membalas pesan, saya sudah menyusun rencana nekat ke tujuan awal, yaitu Temanggung. Walaupun tanpa bekal petunjuk. Sesaat sebelum sampai di pertigaan arah exit tol, depan DPRD, (Saya dari Alun-lun Ungaran menuju Temanggung) hape saya bergetar tanda ada pesan yang masuk. Angka hitungan trafict light juga masih lama, iseng kubuka, eh Eka yang kedua alis Mas Eka Budi menyanggupi dan sudah siap menunggu di rumahnya. 
      Jadilah. “Tujuan kita banyak, tergantung durasimu. Hanya seputaran Pringapus”, Mas Eka Budi menawari. Saya sich oke saja. Karena yang penting itu ya biar gelisah berganti jadi pikiran fresh. Aneh memang! Hehehehe. 
     Kami meluncur menuju Pasar Pringapus, belok kanan. Petunjuk nya ada sungai kecil, setelah jembatan ambil kanan, menyusuri gang perkampungan,  kemudian ketemu dengan makam dusun Ngorolou Desa Pringapus.
      Setelah parkir motor, kemudian kami memasuki kompleks makam. Kebetulan saat saya kesini ada warga yang menggali makam. Nampaknya baru saja ada yang meninggal. Untungnya posisi penggalian cukup jauh, sehingga tak ada rasa sungkan saya ketika mendokumentasikan Watu Lumpang. 
Watu Lumpang Makam Ngorolou Pringapus 
       Posisi watu lumpang di area belakang makam. Dengan kondisi yang cukup lumayan walaupun banyak sisi yang grompal. 
Watu Lumpang Makam Ngorolou Pringapus 
       Dengan ukuran yang tak terlalu besar. “Dulu watu lumpang ini terpendam tanah, hanya kelihatan penampang atasnya saja”, ucap warga yang mendekat melihat saya mengambil gambar. 
        Kondisi watu lumpang nampaknya antara ada dan tiada. Ada dan diketahui warga namun tak ada sama sekali usaha untuk nguri-nguri. Sayang sekali. Lama-lama akan lapuk sendiri. Padahal ini menjadi bukti garis merah peradaban kuno yang pernah bermukim di sekitar area ini…. 
     Bererapa fungsi Watu Lumpang diyakini memiliki tempat khusus sebagai sarana upacara suci masa lalu. Dugaan fungsinya antara lain sebagai sarana ritual penetapan tanah perdikan, sarana ritual persembahan kepada Dewi Kesuburan saat permulaan ataupun masa panen.
        Mas Eka Budi sedang mengorek info situs lain, 
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi 
Watu Lumpang Pringapus
    Berlanjut ke blusukan ke Watu Lumpang Kebon Agung Pringapus 

#hobikublusukan

Kamis, 19 Juli 2018

Mengunjungi Yoni di Makam Keramat Ki Ajar Bontit : Sang Legenda

Yoni di Makam Keramat Ki Hajar Buntit 

Kamis, 19 Juli 2018. Dua hari sebelumnya, postingan informasi mengenai Yoni yang berada di Makam Ki Hajar Buntit dari rekan komunitas yang jarang ketemu tapi sekali memberi infomasi di facebook, langsung mengunci destinasi blusukan. Maturnuwun ‘Kang Mas Roso”, hari ini kami telusuri…
Beberapa rekan saya ajak untuk turut serta, tapi ya itu mungkin mereka sibuk… hehehe. Tapi maklum karena saya memang memilih jam pagi (durasi jam 1)… partner kali ini adalah rekan yang lama absen pula, terakhir nyaris blusukan sebelum putar haluan (baca link cerita ke Situs : Petirtaan Kali Puring, Tengaran)… Semangat golek keringat Mas Eka WP.
Janjian jam 9, start di Perpustakaan Ungaran. Saat saya menuju Lt 1, (ruangan saya ada di Lt2), saya dicegat rekan. Ada orang yang mencari, pikir saya Mas Eka WP, eh ternyata orang lain. 
 Beliau memperkenalkan diri dari pegiat googleMaps , ingin ngobrol tentang blusukan. Tak mau panjang lebar, saya langsung ajak beliau 'Pak Yon'… “Tapi tunggu sebentar ya, ada rekan lain yang tertarik ikut”, jelas Pak Yon.
Singkat cerita, kami kemudian berangkat ber4. Bagi saya dan Mas Eka seperti menemukan semangat lebih, ketika orang diluar komunitas kami tertarik turut serta, bahkan mungkin kami bisa turut numpang tenar pula… siapa tahu,,, wkwkwk.
Blusukan kali ini berempat, kompak dengan motor plat merah (taktik, karena kami nanti akan melewati jalur perkebunan cengkeh, karena sedang panen maka banyak penjaga yang berlalu lalang. Jika memakai plat hitam cenderung susah… heheheheh). Lewat Alun-alun lama arah Kalisidi, setelah sebelumnya singgah terlebih dahulu di Situs Setoyo, tepatnya di Al Madina. Dimana ada 1 Umpak (dugaan sementara) unik.
Kemudian, kami menuju Simeri (letaknya berada di tengah perkebunan Cengkeh - Durian Zansibar, satu jalur dengan Curug Lawe. Setelah melalui daerah Simeri, kemudian langsung menuju Ngumpul, Pasigitan Boja Kendal.
Jalan Melewati aliran air sungai yang sangat jernih dan dingin, (kalau musim hujan ketinggian air lebih tinggi);

Saya sarankan saat kesini hindari musim durian, / panen cengkeh, karena akan banyak tatapan curiga dari penjaga/ bahkan sahabat akan dipersulit. Padahal saya yakin sahabat bukan durian yang menjadi destinasi, tapi pasti dicurigai...hehehehe. --itu mengapa kami pakai plat merah.... untuk memudahkan saja. 
 Tapi tentu saja, tergantung nasibe awak, kadang yo kalau tampang melas pastinya lolos dengan mudah.. hehehehe (intermezzo).
Mengunjungi Yoni di Makam Keramat Ki Hajar Buntit
 “Sekitar dua tahun lalu kesini, kompleks makam belum seperti ini. Dan saya yakin belum ada yoni itu”, terang mas Eka WP. Bagaimana cerita sejarah Ki Ajar Bontit sendiri Sahabat baca di sini ya : https://myimage.id/khoul-ki-ajar-bontit/), Bagi saya pribadi dibanyak versi ini yang paling sesuai logika. --- 
Yoni yang berada di pojokan dekat dengan jalan kearah toilet/ sebelah kiri pintu masuk makam ini nampaknya memang baru diletakkan di lokasi ini. Kami (saya dan mas Eka wp) menduga pindahan dari tempat lain. Juga Lingga dan Yoni bukan pasangan yang asli. Karena nampak tak pas. Saya pribadi menduga dua benda sakral ini dari dua tempat yang berbeda. 
Yoni di Makam Keramat Ki Ajar Bontit
 Bahkan mas Eka WP, yakin Yoni ini berasal dari sebuah kampung kuno yang di akhir 1920-an warganya dipaksa untuk pindah karena desanya dibuat perkebunan. 
     Nama desa Kuno itu Desa Tejomanik, yang kira-kira posisinya ada tak jauh dari Makam Ki Hajar Buntit ini.
Cerat Yoni Makam Ki Ajar Bontit, 
Cerat Yoni di Makam Keramat Ki Ajar Bontit
Yoni nampak terpisah menjadi 2 bagian, entah tapi tentunya bukan knockdown
     Cerat sudah tak jelas ditambah ternyata ada plester di lubang Lingga (karena mungkin lingga berbeda ukuran, sehingga untuk aman diplesterlah…..










Lingga, Yoni Makam Ki Hajar Buntit :
Lingga di Makam Keramat Ki Hajar Buntit 
Saat saya kesini, sekitar 1 jam… juru kunci tak nampak, walaupun sebenarnya saya ingin sekali mendengar bagaimana cerita mengenai Yoni ini. Semoga lain waktu bisa ketemu.
Kearifan Lokal, 

Video amatir (nunggu edit ya)

.  Kami berselfie dulu,
Saya, Pak Yon, Eka WP dan teman Pak Yon (lupa namanya)
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi
Yoni di Makam Keramat Ki Ajar Bontit

#hobiku blusukan


nb : 
Atas Perkenan Pak Yon, inilah hasil blusukan dengan pegiat Googlemaps.... Link lokasi plus ulasan singkat :  https://goo.gl/maps/ggriBW3XWeu





Minggu, 15 Juli 2018

Yoni Pasar Karetan Dusun Segrumung Desa Meteseh : Bonus Keseruan Kegiatan Diskusi Sejarah di Pasar Karetan Meteseh Boja.

Diskusi Budaya Dewa Siwa di pasar Karetan

      Komunitas Dewa Siwa Kembali mengadakan kegiatan edukasi Situs sejarah kepada masyarakat. Kali ini bertempat di “Pasar Karetan”, Desa Meteseh, Boja Kabupaten Kendal. Bekerjasama dengan Genpi, kegiatan yang dilangsungkan mengikuti jam operasional Pasar Karetan, yaitu dari Jam 6 pagi sampai dengan jam 12 siang. 
Pasar Karetan

      Pasar Karetan sendiri adalah konsep wisata kuliner yang sangat unik, dimana dikawasan ini setiap pengunjung yang masuk, jika ingin membeli kuliner tradional yang tersedia uang harus ditukar dengan girik. 
Games Ular Tangga oleh Dewa Siwa

      Setiap stan kuliner berdiri terpisah di gazeboo, suasana alami pedesaan masih khas, rekomendasi bagi yang suka kekunoan yang berkarakter!
       Dengan semangat itulah, ditambah niat edukasi situs kepada masyarakat seluas-luasnya. 
Narasumber Diskusi Budaya : Tri Subekso Pra Vlatonik dan Ihsan DS
     Dewa Siwa Mengadakan : Diskusi Budaya “Menguak Sejarah Boja dan Sekitarnya”, selain diskusi Budaya, juga Pameran foto situs cagar budaya di sekitar Boja plus games 'Ular Tangga' dan kegiatan akan kami akhiri dengan Blusukan bersama ke Candi Trisobo yang memang tetangga desa Pasar Karetan ini.
      Dari diskusi ini, beberapa kenyataan kami dapat simpulkan, bahwa memang banyak orang yang tak menyadari disekitarnya ada peninggakan yang masih terabaikan.
      Foto bersama sebelum blusukan bersama, 
Foto bersama Dewa Siwa setelah Diskusi di Pasar karetan Boja
      
    Saat diskusi inilah, Bu Nanang Klisdiarto dengan sangat mengagetkan kami semua. Beliau berkata, “Di perjalanan menuju Pasar Karetan ini ada Yoni di sebelah kanan jalan!”, “Sekitar 200m dari lapangan”, tambah beliau. 
           Jadilah, setelah kami berbarengan naik odong-odong, ternyata benar. Kami semua ternyata tak jeli, terlewat, tentu saja kecuali 2 orang : Pak dan Bu Nanang. 
        Destinasi 1, Yoni Situs Segrumung Desa Meteseh Boja, 
Yoni Pasar Karetan Dusun Segrumung  Desa Meteseh
        Kondisinya sangat memprihatinkan, 
Yoni Pasar Karetan Dusun Segrumung  Desa Meteseh Boja
     Yoni sudah rusak dibagian penampang atas. Namun masih terlihat jelas sisa lubang kotak dimana Lingga seharusnya berada, cerat juga nampak walaupun samar.
     Sayangnya kondisi Yoni memilukan, sebagian besar bagian atas yoni rusak, tak berbentuk lagi. 
     Selain Lingga sudah tak ada, arca Nandi sudah luput pula dari pandangan kami. 
     Saat Mas Imam minta ijin sebelum rombongan Dewa Siwa datang, ke Yoni situs Pasar Karetan ini mendapatkan cerita bahwa, “Yoni ini pindahan dari tengah gumuk di perkebunan karet itu”, jelas Mas Imam kepada kami. Surprise sekali, ternyata dekat dengan Pasar Karetan.
Yoni Pasar Karetan Dusun Segrumung  Desa Meteseh 
      Saat tiba di sini, selain kondisi Yoni sendiri memprihatinkan, tak kalah ngerinya adalah pecahan beling (bekas mangkok dan piring) yang bertebaran di sekitar Yoni, bahkan sebelumnya menumpuk di lubang lingga. 
     Semoga…. dengan tulisan ini warga sekitar tahu bagaimana sakralnya batu ini di masa lalu. Punya nilai dan makna yang sepatutnya kita dilestarikan. 
    Bukan harus di perlakukan istimewa, tapi tolonglah ditempatkan di lokasi yang layak…. 
     Semoga pengelola pasar karetan ataupun desa Meteseh pernah membaca blog saya ini, dan tergerak hatinya. 
      Potensi besar Meteseh, selain pasar karetan punya pula benda cagar budaya, potensi wisata sejarah….. 
     Seperti biasa, sebelum melanjutkan penelusuran foto bersama dulu,
Yoni Pasar Karetan Dusun Segrumung  Desa Meteseh : Dewa siwa 
      Setelah merasa cukup kami kemudian melanjutkan Blusukan bareng-bareng ini ke Trisobo, dimana ada 2 tinggalan purbakala. 

Destinasi ke 2, 
Lapik Trisobo : buka link Situs Lapik Trisobo
Lapik Trisobo
      Awalnya, karena saya sudah merasa pernah saya pribadi lewati saja, tapi alangkah terkejutnya ketika sekarang ada 2 lapik arca.
Lapik Trisobo
     Seperti kembar. Ya sudah..... saya nikmati saja gambar kiriman dari rekan...
     Konon lapik ini pindahan dari Candi Trisobo, destinasi selanjutnya blusukan bareng bareng kali ini.

Destinasi ke 3, : Candi Trisobo
Candi Trisobo
       Kunjungan kali ke tiga saya pribadi, sangat spesial tentu saja karena kali ini banyak teman blusukan. Sayangnya karena sudah di amankan PuslitArkenas? 2 arca yang berada di Candi Trisobo sudah tak bisa kami lihat. 1 arca sebenarnya belum saya telusuri, tapi kemungkinan sudah dibawa pula.
      Foto bersama, destinasi utama kegiatan ini.....
dewa Siwa di Candi Trisobo, Boja
Destinasi 4,






       Setelah dari Candi Trisobo, kami kemudian balik arah menuju Lapangan (parkir) pasar karetan, kemudian lurus ke Dusun Slamet. Dimana ada peninggalan Keramik yang belum lama ini (sekitar Desember 2017: baca link berita dibawah naskah).
      Kebetulan salah satu rombongan adalah saudara dari penemu keramik ini, yang diduga peninggalan dinasti Ming. “Dulu ditemukan saat menggali pondasi saat akan membuat warung di depan rumah”, cerita ibu pemilik rumah.
       Karena waktu sudah beranjak sore, badan saya juga sudah mulai goyah, maka saya sendiri ijin untuk pulang, sedangkan banyak rekan yang lain melanjutkan penelusuran ke Situs Yoni Cangkiran.
    Beberapa rekan juga ada yang pulang. Karena Bapak Budi Susilo rumahnya yang terjauh, kemudian saya tawari ikut ke Cangkiran atau saya temani untuk mampir di Yoni Pragola Pati.

     Jadilah Destinasi selanjutnya saya bagi 2… hehehehe.

Destinasi 5A, 

        Di Situs Cangkiran, karena saya tak dapat cerita serunya jadi hanya lewat gambar saja yang akan bercerita sendiri.
Situs Yoni Cangkiran
Destinasi 5B, 
Bapak budi Susilo di Yoni Situs Pragola pati

      Seperti tawaran saya, Bapak Budi Susilo saya antar ke Yoni yang berada di Komplek Makam Pragolapati.      Walaupun mata sudah berkunang-kunang, badan sudah gemetar. Tapi karena Bapak Budi Susilo saat saya ke rumahnya dibonusi 6 situs, (baca kisah dolan Magelang 1-6), ingin rasanya membalas guide, namun saya dengan sangat menyesal hanya bisa menemani satu destinasi saja. “Maturnuwun Pak Budi Susilo purun mampir teng gubug kulo”.
     Walaupun tepat sesaat beliau starter motor, pulang.... saya mutah2... masuk angin - pusing. Tapi saya rasa sepadan bahkan saya tak menyesal bisa turut serta di kegiatan hari ini.
    Sekaligus istri tak jadi manyun karena saya sakit… hahahahha. Berkah…. Seru! saya tertawa menertawakan diri saya sendiri, sudah menaklukkan keset yang katanya gatel…. "Apa kabar juragan keset? Lama ga ketemu?"--- (maaf ini memang untuk satu rekan itu, jangan terlalu serius dibaca ya…)

     Salam Pecinta Situs dan Watu Candi.

      Sampai ketemu di Kegiatan Komunitas Dewa Selanjutnya…Segera!

#hobikublusukan

     
Salam Pecinta Situs dan Watu candi
Nantikan Even Komunitas Dewa Siwa Yang lain...

NB:



  1. Semua foto saya sertakan adalah dokumentasi di Album Grup FB DEWA SIWA.
  2. Dimuat pula di media online https://www.indopos.co.id/read/2018/07/15/144226/pasar-karetan-kehadiran-tamu-mancanegara
  3. Berita Penemuan Keramik https://radarsemarang.jawapos.com/radarsemarang/read/2017/12/18/34116/mangkok-keramik-diduga-dari-era-dinasti-ming

Minggu, 08 Juli 2018

Yoni di Depan Museum BPK RI Magelang

Yoni di Depan Museum BPK RI Magelang
      Jumat, 29 Juni 2018. Dari Prasasti Manttyasih, Bapak Budi Susilo kemudian segera member kode saya untuk langsung melaju dibelakang beliau. Yang saya tak sadari, bahwa keberadaan destinsi yang kedua ini ditengah kota, hampir tiap ke Yogyakarta Kalau pulang pasti melewati Gedung Museum BPK ini. Dimana Ada Yoni yang mejadi tujuan kami. 
Yoni di Depan Museum BPK RI Magelang
    Kemungkinan insitu atau sudah pindahan dari lokasi lain (walau dekat), saya tak akan membahas. Tapi perhatian ‘respect’ dari instansi ini sudah cukup melegakan. 
     Diberi tali rantai besi mengelilingi Yoni menjadi bukti usaha menghargai, ditambah ada sedikit narasi di depan Yoni yang menginformasikan bahwa ‘batu ini’ bukan sekedar batu biasa. 
      Yoni didepan Gedung Museum BPK ini masih bersama Lingga, dengan hiasan cerat yang sebenarnya Nampak indah bila tak rusak, ada ular naga dan kura kura yang melambangkan dua kehidupan. 








      Di bagian dasar Yoni ada motif teratai, padma yang mengelilingi, 
Relief Padma di bagian bawah Yoni

Video Amatir menunggu ya…. (edit dan Upload)… 

       Walaupun terik, karena matahari masih tepat diatas kepala kami, tapi kami abaikan. Dibawah banyak pasang mata yang menatap kami (usai jumatan mereka tiduran di teras Masjid sambil melihat aktifitas kami) tapi kami tetap close up Yoni ini, dimana menurut kami semakin kami menatap detail lebih dekat semakin kami penasaran. Jadi kami mencoba cuek saja. 
      Untuk fungsi dan bagian-bagian Yoni, sahabat search sendiri ya….. banyak kok di buku ataupun mbah google…. 
     “Ayo lanjut jalan kaki, dekat kok”, Bapak Budi Susilo bergegas. Itu di seberang sana Gedung Bakorwil Kedu berada. Dua detik saya sempet terpana, tidak percaya.. akhirnya setelah sekian lama hanya berangan-angan hari ini terkabul juga. Setelah 3 tahun memendam keinginan Blusukan ke Bakorwil Kedu terlaksana pula. 
      Kepada Kawan yang dulu pamer (bukan pamer dalam arti negatif—karena ada muatan motivasi agar segera menelusuri) Hei..! saya sudah akan disini! 

      Terimakasih kepada Bapak Budi Susilo, 
Budi Susilo di Yoni di Depan Museum BPK RI Magelang
      Salam Pecinta Situs dan Watu Candi, 
Sasadara MK di Yoni di Depan Museum BPK RI Magelang
      Lanjut ke penelusuran ketiga : Situs di Kompleks Bakorwil Kedu (Magelang). 

#hobiku blusukan