Selasa 15 September 2020. Penelusuran kali ini sungguh beruntung. Sebelunya beberapa hari lalu saya di beri gambar Mas Agus Suradi (Rekan Pegiat Literasi founder Joglo Pintar Lebu Bancak) tentang situs yang berada di bancak. Saya tentu gerak cepat merespon. Kebetulan hari ini ada tugas ke Bancak, bersama rekan kerja, jadi sekalian saya mencoba menghubungi Mas Agus untuk jadi guide. yang ternyata menyanggupi.
Setelah sebelumnya sempat mengisi dulu energi dengan Mie Ayam di Bringin, ritual sebelum atau sesudah blusukan tentu andalan adalah Mie Ayam. hehehe.
Kemudian kami janjian di Dekat Kantor Desa Wonokerto Bancak, setelah ngobrol sejenak sambil nglinting kami kemudian mengekor mas Agus. Parkir di pinggir jalan tepat di Batas Desa Jlumpang dan Desa Plumutan.
Batas Desa Plumutan
Kami kemudian jalan menyusuri sawah tadah hujan yang kering. Cuaca cukup panas dan saya terlupa bawa topi/ slayer, jadila helm-nya mas agus saya paksa pinjam saja... hehehe. Beberapa saat berjalan, kami kemudian sampai di lokasi dimana adaa 6 pohon jeruk ditengah sawah.
foto saya ambil dari tugu Batas Desa
Setelah beberapa saat sampailah kami,
yoni Plumutan, Bancak
Mas Agus menceritakan dongeng atau legenda yang berkembang di warga : Batu Purbakala ini konon pernah dibuang ke jurang sebelah sana, akan tetapi balik lagi. Kemudian dibiarkan oleh warga", jelas Mas Agus.
Sayang sekali saat kesini, Kondisi yoni sudah Terbelah! hanya tinggal separuh saja!
Channel Youtube :
Maturnuwun Para Partner,
Saya Mas Agus Joglo Pintar Dan Didik Ariyanto
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi Sampai ketemu di penelusuran berikutnya #hobikublusukan
Tahun 2011, saat kesini.. ternyata saya tak mencari informasi lebih detail. Selain Candi Cetho - Candi Sukuh - Situs Planggatan ternyata ada Candi Kethek yang terletak di dekat Candi Cetho. Setelah sampai dirumah kemudian barulah tahu ada Candi Kethek, jadi jangan tanya bagaimana menyesakkan hati.
Setelah 9 tahun kemudian barulah saya bisa berkunjung ke Candi Kethek ini. Dari pengalaman pribadi saya, kekuatan pikiran memang ternyata bisa berhasil pula, walau entah ini kebetulan atau terbukti. Setiap dengar rencana piknik bareng kerjaan saya selalu membayangkan piknik bareng ke Candi Cetho. Dan akhirnya harapan terkabul.
Pas pula dengan hari dimana, adat kebiasaan "Ngemisan" biasa saya lakukan beberapa waktu lalu. Kamis,10 September 2020, bersama rombongan tempat kerja bidang Perpustakaan akhirnya tanpa perjuangan sebagaimana saya biasa lakukan sendiri, tinggal duduk sampai fasilitas makan minum lengkap. hehehe. Saya tentu ijin juga agar tak ditinggal rombongan, karena tentu saya ngeblass sendiri ke candi Kethek.
Untuk blusukan versi Vlog di channel Youtube :
Menuju Candi Kethek cukup mudah, tapi karena saya ikut rombongan yang include tiket masuk candi Cetho, jadi saya melalui candi Cetho. Bila ingin langsung, sebelum gerbang masuk di sebelah kiri, ikuti saja jalur menuju pendakian gunung Lawu (ada papan petunjuk)
Masuk area yang sama dengan Puri saraswati dan Sendang Cetho, menuju candi Kethek sejalur dengan pendakian Gunug Lawu dengan membayar HTM 7K. Sebenarnya penasaran dengan Puri Saraswati dan Sendang. Tapi prioritas pertama tentu harus Candi Kethek. (Jalur menuju Candi Kethek via Candi Cetho komplit di video saya)
Melewati jalur bebatuan, dengan udara yang segar terasa menyejukkan rongga paru-paru, walau sedikit ngos-ngossan. namun tentu sangat excited. kira-kira 300m setelah jalan kaki sampailah :
Candi Kethek
Lokasi Candi Kethek
berada di lahan milik Perhutani.
sebelah barat laut lereng Gunung Lawu, secara administratif masuk wilayah
Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Candi Kethek
Kethek dalam bahasa Jawa berarti kera,
nama yang diberikan oleh penduduk setempat kepada candi ini karena dahulu ada
banyak ditemukan kera di daerah ini. Namun saat saya disini tak ada satupun yang terdengar maupun terlihat batang hidungnya si kethek itu. hehehee.
Tambahkan teks
Dari papan informasi yang di sandarkan (mungkin sudah akan diganti), Candi kethek ini diduga peninggalan, sejaman dengan candi Cetho dan Sukuh yaitu berasal dari abad ke 15 yang merupakan masa akhir Majapahit.
Candi Kethek, diduga adalah Candi Hindu dengan ditemukan arca kura-kura. (Namun saya saat kesini mencari tak ketemu, di papan informasi memuat keterangan arca kura-kura di salah satu foto dibawah ini :)
Beberapa close up Candi Kethek :
candi kethek
Candi Kethek
Tangga Masuk ke bagian Candi paling atas :
Bagian paling atas Candi Kethek, Ada semacam tempat ritual/ tempat ibadah :
Candi Kethek
Candi Kethek
Candi Kethek, saat saya kesini suasana sangat syahdu. tenang, bikin hati terasa bahagia. Pemandangan dari atas :
Jumat 4 September 2020. Mumpung lagi musim gowes, ide gowes blusukan muncul lagi. Kalau dulu pernah saya mencoba gowes dari Ambarawa ke Situs Candi Ngembat di daerah Brongkol terasa aneh karena sangat jarang orang yang gowes. Namun di masa sekarang, walaupun bukan akhir pekan namun Jumat biasanya dipakai karyawan instansi/ kantor untuk berolahraga seperti gowes. Jadi sepanjang perjalanan saya ketemu dengan beberapa rombongan goweser.
Karena menemukan rekan dengan hobi watu sangat tidak mudah, ini ditambah hobi gowes… tambah langka pastinya. Tapi saya menemukan calon duet gowes Blusukan… Pie Kabare Mas Yohanes Salatiga… ? ayo blusukan gowes Salatiga area.. hehehee.
Start Gowes Sendang Banyubiru
Setelah gowes blusukan ini, baru saya sadar ternyata Situs Sendang Banyubiru sudah familiar dengan situs Sendang Banyubiru ini.. (saya terlewat/ sepertinya ada yang jahat menyembunyikan dari saya biar dulu tak saya tulis di blog…. Hahahha. Dugaan tapi mendekati kenyataan).
Untungnya ada berita yang cukup mengejutkan di suatu hari. Ada penemuan batuan Candi di dekat pasar Banyubiru, dimana seperti biasa ‘Ketua TACB like lone wolf : ada dimanapun situs baru ditemukan… sangar pokoknya….). Sambil menyimak dan menyimpan gambar kedalam memori, agar suatu saat jika sudah ketemu waktu bisa saya telusuri ulang. (Di bawah saya sertakan dokumentasi rekan dari waktu-ke waktu Sendang banyubiru), agar kronologis waktu bisa terdokumentasikan.
Dan Gowes hari ini bisa menyambanginya. Disambut batuan candi 'balok panjang', yang kemungkinan struktur batu candi penyususun petirtaan "Sendang Banyubiru"
Video perjalanan Gowes Blusukan di Link You tube :
Konon ceritanya Sendang Banyubiru ini adalah sebuah tempat yang menjadi cikal bakal nama Banyubiru itu. “Air sendang berwarna biru”, tak pernah kering walau kemarau panjang. Bapak Roni yang kebetulan saya temui saat kesini bercerita bahwa, sejarah Banyubiru sangat kuno, “Saya meyakini Banyubiru sudah ada sejak abad ke 7, jauh sebelum Ki Ageng Banyubiru bermukim di sini”, Bapak Roni membuka percakapan. Beliau adalah pegiat budaya yang juga mempelopori warga untuk bersama-sama nguri-uri Sendang Banyubiru ini.
Bapak Roni :
“Dulu sebelum kami selamatkan, banyak batuan sendang yang sudah dibawa orang”, jelas Bapak Roni. “Kemudian kami berkoordinasi dengan pak Kades tentang niat kami melestarikan Sendang Banyubiru yang merupakan identitas. Dan gayung bersambut, Kepala Desa mendukung dengan anggaran desa yang lumayan. Sehingga menambah semangat kami untuk terus menjaga warisan kuno ini. ", tambah Pak Roni.
Sendang Banyubiru
Batu struktur candi sementara, saat ini ditata untuk nanti rencananya ditempatkan di tempat yang lebih layak
Batu Candi Petirtaan Banyubiru
Close up Batuan Candi yang berbentuk kuncian:
Semoga semakin banyak 'Bapak Roni' yang lain. Dengan semangat menjaga warisan peradaban masa lalu tentu menjaga identitas kepribadian bangsa pula.
Sendang hasil Renovasi :
Sendang Banyubiru
Blumbang Biru, dimana legenda air yang selalu biru memancar dari dalam tanah :
Warga mempercayai bahwa nama Banyubiru berawal dari Sendang ini, Tokoh-tokoh penting di masa lalu pernah tinggal di Banyubiru. Air sendang juga tak pernah kering walau kemara panjang, juga berkhasiat untuk kesehatan.
Saya tampilkan dokumentasi Sendang Banyubiru dari masa ke masa, yang sempat didokumentasikan beberapa rekan.
Hari ini, Jumat 4/9/2020. Berasal dari sedikit salah sangka, ketika pak Plt kec. Ungaran barat menolak ikut blusukan Candi Renteng, tapi malah posting sesuwatu juga.
Walau salah duga, namun tetap saya screenshoot, tapi asline memang sedikit mbatin, woalah jebul karna kangen karo kembaran ora kembar Dampit makane wegah blusukan. Beliau posting temuan pipi candi di Ngablak Candirejo, yang notabene memang di wilayah beliau. Jadi di satu sisi saya juga berprasangka positif, walau sedikit mungkin saja ingin gerak cepat membackup. Nampaknya jiwa Pecinta Situs Watu candi Komunitas DEWA SIWA sudah mendarah daging di jiwa Bapak Eka, jadi berani meski sendirian. Selain dari komunitas, berlatar pejabat Kecamatan Ungaran Barat sehingga jalan Bapak Eka tentu lebih mudah.
Awalnya saya tidak ngeh, bahwa itu temuan berada di area yang dulu sempat saya juga telusuri... Link blog di : Candi Ngablak Candirejo Ungaran (Perlu sahabat baca juga agar tahu perkembangan kronologis situs candi Ngablak ini).
Ceritanya Bapak Turhamun, penggarap tanah kas Desa ketika akan menanam kacang, cangkulnya membentur batu. Ketika di gali ternyata batu itu berbentuk mirip gagang keris (istilah saya ambil di CandiPayungan Kaliwungu).
Lokasi, dimana Candi Ngablak berada :
Candi Ngablak, Ungaran
Bersama TACB, Pamong Budaya, Pejabat Kecamatan dan Saya dari Komunitas DEWA SIWA meninjau lokasi penemuan. Dimana kami duga Candi Ngablak dulunya megar disini.
Penemuan Candi Ngablak Ungaran
Temuan batuan tersebut memang berada di gumuk, dimana diduga dulunya pernah ada bangunan berbentuk candi. (Sekali lagi baca dulu cerita saya sebelumnya ya, biar nyambung). Sayangnya tak jelas batuan itu dibawa kemana, tak mungkin batuan struktur penyusun candi dibawa hampir semua ke bcb Jateng di Prambanan. Dugaan saya warga masyarakat waktu itu kena tipu yang membawa adalah kolekdol. Karena bila BCB mestinya malah dilakukan restorasi. Bukan malah dibawa semua, kecuali tentunya special. Bila kata warga "Batuan Yang dibawa banyak sekali bahkan lebih dari 3 truk".
Namun nasi sudah menjadi bubur, untuk menelisik ulang juga relatif sulit, banyak saksi mata juga hanya jarene saja.
Saat saya berkesempatan mampir Ngablak, Pejabat Kecamatan Ungaran Barat, Bapak Eka WP berkenan mengantar, juga malah ketua TACB Kabupaten Semarang juga ingin meninjau sekaligus survai awal lokasi penemuan plus Pamong Budaya Ungaran Barat, Mas Bram.
Mas Bramantyo, Pak tri Subekso, Saya dan Bapak Eka WP (Pejabat Kec. Ungara Barat)
Sesaat setelah dibersihkan :
Tinggalan Candi Ngablak, Candirejo Ungaran
Foto : Candi Ngablak by Eka Budi
Pipi Candi, atau struktur batuan yang biasanya ada di kanan dan kiri Candi saat ini sementara diselamatkan di rumah Bapak Turhamun.
Harapannya sih struktur tersebut masih bisa diselamatkan, misal di bawa ke museum Pandanaran, agar masih ada bukti yang tersimpan dengan baik Sejarah Candirejo.
Close up
Batuan peninggalan zaman Hindu Klasik ini dugaan saya sejaman atau berdekatan dengan era Candi Gedongsongo. Jenis batuan putih, perkiraan saya ini salah satu jenis batu piroklastik. Dulu akan nampak megah Candi Ngablak dengan batuan putih ini.
Relief pipi tangga candi, nampak sederhana namun sangat indah.... :
Candi Ngablak : Kemana sekarang?
Nama Desa Candirejo sendiri tentunya berarti pasti bahwa di area ini ada Candinya. Dari penyebutan sebuah nama tempat, orang dulu mengambil ciri mudah untuk penanda.
Banyak sebaran situs di atea ini : (search Candirejo, Ungaran. di sasadaramk.com untuk mengetahui).
Dokumentasi peninjauan awal ada di Video penelusuran di Channel youtube :
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi
Sampai ketemu di Penelusuran Selanjutnya....
Salam Kenal, dan mari nguri-nguri watu bersama Komunitas DEWA SIWA :
Komunits Dewa Siwa
nb :
Sebelum pulang dengan santainya Bapak Eka (saya membonceng), menempuh jalur lain kemudian tiba-tiba berhenti di depan WATU LUMPANG atau UMPAK!!!!, sedikit baper, namun apa daya..... Dan masih didekat candi ngablak Candirejo Ungaran. Dugaan saya sementara pasti terkait dengan Candi Ngablak..
Batuan candi Beralih fungsi
Semoga pemilik mengubah keadaan, minimal diperlakkukan lebih layak.... please ...
Jumat 28 Agustus 2020. Lanjutan dari PenelusuranCandi Renteng, Tak Jauh dari Candi Renteng di jalan masuk menuju Kawasan Wisata
Gunung Telomoyo ada sebuah makam keramat. Dulu dikenal dengan “Makam Dalangan’. Saat bersama anak
istri ke Telomoyo beberapa tahun lalu, (sekitar 2014) sempat feeling pingin mampir. Namun karena bawa
anak kecil akhirnya saya tunda. Kemudian saya mencoba bertanya di grup FB
Komunitas Dewa Siwa waktu itu, di jawab
dengan sebuah dokumentasi dari Mas Hendrie Samosir yang memang benar benar ada.
Seingat saya Batu-batu Candi berbentuk balok
berukuran besar. Sayangnya sampai saya nulis cerita ini tak dapat menemukan
jejak digital foto unggahan mas Hendrie tersebut. Si Empunya juga kadungdelete dari memori hp-nya. Sementara
dokumentasi lain di dunia maya juga belum ketemu.
Alhasil Makam ndalangan memang benar-benar misterius.
Dari selancar dunia maya yang saya lakukan, hanya ketemu satu cerita, yang
cukup menarik (bantuan link berita online dari Legenda hidup blusukan : Pak
Nanang Klisdiarto). https://Borobudurnews.com
dengan artikel berjudul “Napak Tilas
Tragedi Tewasnya Seluruh Kru Pewayangan di Kaki Telomoyo”.
Konon saat pertunjukan Pewayangan di Dusun Sepayung
(nama dusun sebelum tragedi ini), ada angin lesus yang sangat besar…. Panggung wayang
dan pohon-pohon besar rubuh menimpa seluruh kru pewayangan (Dalang, Sinden dan
para Nayaga- Penabuh Gamelan) yang mengakibatkan tragedi memilukan tersebut. Kemudian
seluruh korban dimakamkan di Makam yang dikenal dengan Makam Dalangan. Kemudian
nama dusun berubah menjadi Dusun Dalangan Desa Pandegan Kecamatan Ngablak
Kabupaten Magelang. Sampai saat ini tak ada yang berani nanggap wayang kulit karena takut kejadian tersebut terulang lagi.
Kembali ke topik keberadaan batu balok di makam Dalangan
yang dulu pernah saya lihat melalui foto mas Hendrie, adalah struktur batuan
Candi.
Batuan Candi Di makam Dalangan
Setelah saya mencari beberapa literatur yang bisa
saya coba telaah. Ketemu satu dari Veerbek “Raporten 1914”, yang hanya membahas
Candi Renteng. Jadi dugaan mblawur
saya batuan balok itu adalah bagian dari struktur Candi Renteng. Yang kemudian
di pindahkan untuk dijadikan pathokan makam.
Jejak Batuan Candi di Makam Dalangan:
Pathok Makam Dalangan : Batuan Candi Renteng?
Pathok Makam Dalangan : Batuan Candi Renteng?
Yang tersisa hanya beberapa Batu Kotak yang sudah
dijadikan Pathokan Makam, sementara yang lain entah dimana. Dugaan saya yang
lain menjadi pondasi bangunan di area makam. Bangunan Baru yang mungkin saja
dipakai berfungsi untuk pendopo.Sayang sekali…… mengorbankan jejak
Candi Renteng. Padahal Candi Renteng lebih kuno dan lebih nyata sebagai sebuah
sejarah bukan hanya legenda asal usul. Sejarah
memerlukan bukti otentik bukan hanya tutur tinular.
Saat ini oleh warga Makam Dalangan diberi Nama Punden
Arum. Namun sejarah sisik melik keberadaan dan sejarah makam perlu juga ditambahi
sebagai deskripsi singkat agar generasi muda tahu legenda di Makam ini. Legenda
tentang asal usul nama Dusun Dalangan. Saya kemudian baru ngeh kenapa di gerbang depan ada gunungan wayang dan tatanan
Pakeliran wayang yang membuat awalnya saya berkerut.
Link Channel Youtube :
Sampai ketemu lagi di enelusuran situs dan candi berikutnya....
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi
Nb:
1.Maturnuwun kepada rekan rekan Komunitas Dewa
Siwa yang saya repoti ketika mencari literatur jejak Makam Dalangan ini ; Mas
Hendri Samosir, Mas Widjatmiko, mas Eka WP dan Pak Nanang Klisdiarto.
3. Sumber bacaan : Rapporten van den Oudheidkundigen Dienst in Nederlandsch-Indie 1914.
Inventaris der Hindoe-oudheden op den grondslag van Dr. R.D.M. Verbeek’s Oudheden van Java. Samengesteld op het
Oudheidkundig Bureau onder Leiding van Dr. N.J. Krom.