Rabu, 28 September 2016

Yoni Mie Ayam Pengging Boyolali

Yoni Mie Ayam Pengging Boyolali
     Rabu, 28 September 2016, penelusuran nekat ini awalnya beberapa tahun yang lalu saya memperoleh informasi setelah upload naskah pemandian pengging, jika di dekat pemandian pengging ada Bakul Mie ayam yang memakai Yoni untuk meja, dan itu tahun 2011. Setelah 5 tahun berlalu, barulah pada kesempatan kali ini akhirnya bisa kesampaian.
      Dan ini sesungguhnya adalah bonus dari Mas Yogga Wahyudi, "Sekalian mampir rumah mas nanti kita mampir di Kala yang nempel di Gapura dan Yoni Mie Ayam. Dekat Rumah saya kok", jelasnya. 
       Dari Jalan Semarang Solo, Pertigaan Pengging ambil kiri (Dari arah Solo) kira-kira 1 km ada gapura masuk desa yang menempatkan 2 pasang kala sebagai hiasan.
Kala 1
   Gapura ini adalah Gerbang menuju Dusn Ngaru-Aru, Desa Ngaru-Aru Kecamatan Banyudono Boyolali.
     Dari informasi yang saya dapat, dua pasang kala ini dulu diambil di area dimana Yoni Mie ayam berada. 
Kala 2
     Kuat dugaan saya ada bangunan suci yang berukuran besar di area ini. Terbukti adanya kala yang biasanya ditempatkan di pintu masuk bangunan suci tersebut : candi.
    Semakin tak sabar saya segera menelusuri keberadaan yoni di warung Mie ayam tersebut, yang ternyata sangat dekat sekali dengan rumah mas Yogga Wahyudi. "Hanya 100m saja mas!", jelas Mas Yogga.
Yoni Mie Ayam Pengging Boyolali
      Dari Gapura Kala kembar, kami terus kira-kira 500m, kemudian pertigaan ambil ke kiri. kira-kira 100m kemudian sampailah.
     Yoni Mie Ayam Pengging Boyolali ini secara administratif berada di dusun Bantulan Desa Jembungan masih di kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali. 
     Namun sayangnya, saat saya kesini sekitar jam 3 sore, Mie Ayam belum buka dasaran. Untuk gambar kondisi sebenarnya pemanfaatan Yoni ini tak saya dapat. Sambil nunggu bantuan dari mas Yogga saya uplod dulu naskah ini. Untuk berbagi kisah perjalanan saya.
Yoni Mie Ayam Pengging Boyolali

     Kondisi Yoni, dipendam dan diplester sebagian di lantai warung mie ayam tersebut, sehingga hanya nampak separuh saja.
     Hasil peradaban Hindu kuno ini adalah salah satu perwujudan Dewa Siwa. 
   Pada permukaan yoni terdapat sebuah lubang berbentuk segi empat di bagian tengah – untuk meletakkan lingga.
cerat Yoni Mie Ayam Pengging
    Yoni merupakan bagian dari bangunan suci dan ditempatkan di bagian tengah ruangan suatu bangunan suci. Yoni biasanya dipergunakan sebagai dasar arca atau lingga. Yoni juga dapat ditempatkan pada ruangan induk candi.
     Bentuk Yoni berdenah bujur sangkar, sekeliling badan Yoni terdapat pelipit-pelipit, seringkali di bagian tengah badan Yoni terdapat bidang panil. Pada salah satu sisi yoni terdapat tonjolan dan lubang yang membentuk cerat. 
cerat Yoni Mie Ayam Pengging
     Pada penampang atas Yoni terdapat lubang berbentuk bujur sangkar yang berfungsi untuk meletakkan lingga. Pada sekeliling bagian atas yoni terdapat lekukan yang berfungsi untuk menghalangi air agar tidak tumpah pada waktu dialirkan dari puncak lingga. Dengan demikian air hanya mengalir keluar melalui cerat. Beberapa ahli mengemukakan bahwa bagian-bagian yoni secara lengkap adalah nala (cerat), Jagati, Padma, Kanthi, dan lubang untuk berdirinya lingga atau arca.
    Lingga dan Yoni mempunyai suatu arti dalam agama setelah melalui suatu upacara tertentu. Sistem ritus dan upacara dalam suatu religi berwujud aktivitas dan tindakan manusia dalam melaksanakan kebaktiannya terhadap Tuhan, dewa-dewa, roh nenek moyang dalam usahanya untuk berkomunikasi dengan mereka.
    Dari informasi yang saya dapat dari Mas Yogga Wahyudi, dulu lingga pasangan Yoni ini ditemukan di sungai dekat posisi Yoni ini. kemudian diamankan di rumah salah satu warga. 
Yoni Pura Mandira Herdaya 
    Lingga ini, sempat dipakai untuk mengasah arit, juga  pancikan di pancuran, bahkan alas untuk kongkow pup, kemudian, untuk kembali memuliakannya, Pura Mandira Herdaya di Banyudono kemudian meminta dan di pasangkan dengan yoni yang telah ada di Pura sebelumnya. 
Setelah mengeksplor sebentar, kemudian saya berkesempatan mampir di kediaman mas yoga, sambutan super ramah dari keluarga besarnya... cerita panjang lebar dan banyak sekali infprmasi di sekitar pengging. Luar biasa.... Semoga lain waktu bisa kembali dan menelusuri semua informasi tersebut.




nb : 
Nunggu tambahan gambar dari Mas Yoga, Yoni Mie ayam Pengging ini penampakan saat Mie ayam buka dasaran




Salam Pecinta Situs dan Watu Candi
SSDRMK di Yoni Mie Ayam Pengging Boyolali

Mari Ketahui... Lestarikan...

Mampir di Yoni Kijing Miring, Sraten Desa Pucangan Kec. Kartasura Kab. Sukoharjo

Yoni Kijing Miring, Sraten kartasuran
     Rabu, 28 September 2016, lanjutan guide mas Yogga Wahyudi setelah janjian di Yoni Pasar Gladag, awalnya tujuan kami adalah Yoni warna-Warni Bangak Boyolali, namun saat hampir sampai di Pertigaan Kartasura, "Mas Mampir dulu di Yoni dekat sini, Ada Yoni Kijing Miring"... Saya sich Iyess sajah..! 
petunjuk jalan masuk menuju Yoni Kijing Miring
     Yoni ini pernah menghebohkan Solo raya, dan pernah di muat di surat kabar http://jateng.tribunnews.com/2016/08/15/heboh-warga-menggali-kijing-miring-di-permakaman-sukoharjo-temukan-benda-mengejutkan
     Petunjuknya di Jalan Solo Jogja, dari Solo.... Ambil arah kanan di pertigaan ini ( Seberang jalan ada Olimart.
      Masuk gang kampung kira kira 700m, cari saja pemakam an umum Sraten, Desa Pucangan. Terlihat jelas dari jalan Yoni yang saat ini sudah diangkat. 
Yoni kijing miring terlihat dari depan makam sraten pucangan
    Dari informasi surat kabar tersebut. Awalnya yoni ini terpendam sebagian di tengah-tengah sesaknya kijing di makam sraten ini. Wajar saja, ketika warga mengira ini sebuah kijing yang miring dan makam yang telah lama sekali ada di sini. sampai kemudian Bapak Wiyono Saputro (46) yang menemukan keanehan dan berinisiatif berembug dengan warga.
     Jadilah saat ini.... Penampakan jelas Yoni Kijing Miring....
Cerat  Yoni Kijing Miring, Sraten kartasura
      Pengangkatan oleh warga, baru saja, sekitar bulan Agustus... jadi saat saya kesini masih hot-hotnya (jika itu ibarat sebuah berita)
Sederhana namun sangat indah
     Kondisi Yoni relatif baik, jadilah timbul pertanyaan, berarti watu purbakala, apapun bentuknya akan lebih aman kondisinya, tak aus/ lapuk oleh lumut bahkan dirusak orang atau lapuk karena panas dan hujan.... jadi lebih baik di pendam sajakah? sebelum mendapat perhatian yang semestinya??! 
    Bentuk yoni pada umumnya yang ditemukan di Indonesia, persegi dan sangat presisi sekali. Masih sederhana tak ada hiasan relief ataupun corak di penyangga cerat. 
      Informasi inkripsi / tulisan tahun tak saya dapat, tentu saja penasaran dengan bentuk Lingga yang saat ini sudah hilang... barangkali ada angka tahunnya.... 
Siapa tahu???
 Lubang dimana seharusnya arca atau lingga berada ;
   Selain Yoni ditemukan pula batu bata jumbo yang oleh warga ukuranya sangat besar, bahkan lebih besar daripada batu bata benteng keraton.
       Mas Yogga, kebetulan juga menjadi saksi eskavasi yang dilakukan oleh warga, jadi tahu ada batu bata lain yang tersebar di sisi belakang makam. namun saat saya dan Mas Yogga mencari batu bata tersebut tak ada. 
     Padahal beliau yakin jumlahnya lumayan banyak. entahlah.. semoga disimpan oleh warga untuk diamankan.
      Terimakasih Mas Yogga Wahyudi, penelusuran berlanjut Ke Yoni Warna-Warni... tanpa foto, saatakan ku 'colong" fotone mas Yogga mliper je... wkwkwkwk
    Yoni Kijing Miring, nampaknya akan dirawat masyarakat sekitar...... semoga....
Yoni Kijing Miring, Sraten kartasura
Ketahui, Kunjungi dan Lestarikan...
di Yoni Kijing Miring, Sraten kartasura
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi

nb : 
Mohon maaf kualitas gambar mengecewakan, maklum SLR rusak... dan pakai hp saja. namun yang pasti bukan alatnya, yang penting penelusuranya.... idem? 

Yoni Warna Warni, Bangak Kec. Banyudono Boyolali

Yoni warna warni di Bangak Boyolali









     







     Rabu, 28 September 2016, Lanjutan penelusuran nekat setelah Yoni kembar Pasar Gradag Solo, Yoni Kijing Miring Sukoharjo kemudian Yoni Warna-Warni Bangak Boyolali. Awalnya karena postingan mas Yogga Wahyudi yang sangat memikat hati saya, postingan Yoni warna warninya menjadikan rasa hati ingin segera menyentuhnya (lebay.com), gayung bersambut... Ada tugas dari kantor untuk mengikuti seminar di Solo. Segera menyiapkan agenda dan rundown destinasi blusukan. 
     Menuju lokasi, dari arah Solo, sesampainya di pertigaan Bangak, Kec. banyudono kabupaten boyolali ambil kanan. Ikuti Jalan Bangak - Simo ini kira-kira 2 km, kemudian ada tugu kecil.. (Bila pagi ada pasar Krempyeng.) Ambil Kanan melewati kantor desa Bangak. Terus saja sampai ketemu dengan gerbang dusun Jetis, Desa Bangak kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali. Masuk gerbang dusun tersebut. Yoni warna warni ada di perempatan jalan, dekat dengan poskamling.
Yoni Warna Warni, Bangak Kec. Banyudono Boyolali
     Saat saya pribadi kesini, tak ada warga yang nampak dan bisa ditanya ihwal keberadaan yoni Warna-Warni ini. Berasal dari mana, maksudnya apa di beri warna dan di semen bagian lubang lingganya juga ditambah tonggak besi.
      Selain di cat, yang pasti merubah aura dan fungsi Yoni. Sekaligus mengaburkan sejarah Yoni ini. Saat saya disini. Pandangan aneh dari anak-anak yang tak tahu watu ini apa. Ya... memang sudah terjadi generasi lost history.
   Tak bermaksud menyalahkan siapapun, hanya dengan tulisan ini walaupun tak berpengaruh apapun, niat saya ingin membagikan cerita... bahwa watu ini bukan sembarang watu. namun watu spesial, sangat istimewa... Itu saja. 
---
   Sayang sekali tak ada anak-anak yang mendekat hanya melihat dari jauh, padahal sudah gemes untuk memberitahukan kepada mereka bahwa batu ini adalah peninggalan purbakala.
    Lubang, dimana seharusnya lingga berada, 
Penampang atas Yoni Bangak
     Yoni ini, ibarat sudah jatuh tertipa tangga, setelah itu kesleo dan tertimpa atap pula.... : sudah disemen, di beri tiang besi.., di taruh di perempatan, kalau ke-senggol truk bagaimana? dugaan saya untuk cagak umbul-umbul / lampu penjor.
    Lingga dan yoni adalah simbol manifestasi dari dewa tertinggi Dewa siwa dan Shakti-nya. Bisa pula melambangkan kesuburan.
   Di beberapa lokasi, terjadi distorsi sejarah, menganggap ini adalah jam matahari.








Cerat Yoni Warna Warni Bangak, 
Cerat Yoni Bangak
     Lubang cerat, sebagai jalan keluar air suci. Dimana ritual yang dilakukan, salah satu bagian upacara adalah menyiramkan air pada lingga yang telah diolesi 'mentega', tetesan demi tetesan itu lah yang dikumpulkan menjadi point utama.

  





    Di dekat Poskamling, tepatnya dibelakangnya ada batu yang kami duga masih ada kaitan dengan area bangunan suci masa lalu di sekitar dusun jetis ini yang satu kesatuan dengan Yoni Warna-warni Dsn. Jetis Desa Bangak Kecamatan Banyudono Boyolali ini.

    Perjalanan berlanjut, menelusuri Yoni yang belum lama ditemukan saat pembangunan jalan Tol Semarang-Solo.

Video Amatir  (23-11-2017) :


Salam Mblusuk Nekat
Matursembahnuwun Mas Yogga :



















Mari Kunjungi, Lestarikan, 












Stop Vandalisme perubahan bentuk!!!


nb : 
Mohon maaf kualitas gambar mengecewakan, maklum SLR rusak... dan pakai hp saja. namun yang pasti bukan alatnya, yang penting penelusuranya.... idem?

Ada Yoni di Pasar Gladag Solo

     Rabu, 28 September 2016. Dan lagi... acara seminar di Solo area jika pulangnya tak menelusuri jejak watu purbakala pastinya ada yang kurang bagi saya. 
gambar dari pak yophie
     Apalagi ini penelusuran dengan dibiayai kantor.... wkwkwkwk.
   Beberapa rekan saya minta rekomendasinya, kemudian datanglah rekomendasi dari Pak Yophie... "Tengok Yoni di Pasar Gladag Solo saja. Belakang gapura persis! ", jelas beliau. 
    Singkat cerita, saat kegiatan berlangsung, sambil mengikuti kegiatan saya lembar ajakan untuk menemani penelusuran di Pasar Gladag. 
     Di luar dugaan... respon luar biasa datang dari mas Yogga Wahyudi.
     Berbekal petujuk arah dari rekan yang ikut seminar (kebetulan rumahnya di Solo)... sekitar jam 1 saya meluncur. Janjian dengan Mas Yogga di gerbang pasar Gladag.
Gapura Pasar Gladag
      Sambil nunggu mas Yogga, saya mengeksplor sendiri, walaupun dibawah tatapan mata aneh orang sekitar saya... Tapi cuek saja.
    Berada di belakang persis Gapura Pasar Gladag.
    Gapura Keraton PBX, sangat megah dan bersejarah gapura berwarna putih ini....












     Ditengah keramaian PKL pasar Gladag :
 Yoni di Pasar Gladag Solo
     Bapak parkir yang kebetulan di area Yoni ini cerita, "Batu itu, dulu dipakai untuk menyembelih hewan hasil buruan sultan", saya mengangguk saja. ya hanya cerita itu yang saya dapat. 
 Yoni di Pasar Gladag Solo
        Lubang lingga sudah di tutup semen, cerat yoni masih terlihat jelas, dibeberapa bagian yoni sudah aus, rusak.
 Yoni di Pasar Gladag Solo
     Seperti janjinya, mas Yogga menjadi partner blusukan Solo raya ini. "Itu di sebelah kanan ada lagi.... ", tunjuk Mas Yogi. Persis di seberang jalan... Melongo saya, segera saya menyebari jalan dan..... namun saat saya kesini, ditutupi tumpukan barang PKL, sehingga yoni ini tak kelihatan.
     
      Yoni, salah satu media mendekatkan diri umat hindu kepada sesembahannya; dewa Siwa yang dimanifestasikan dalam bentuk Lingga-Yoni. (Sayangnya tak ada lagi Lingga). 
Yogga Wahyudi
     Keterangan lebih lanjut mengenai asal usul Yoni ini berasal, apakah insitu atau pindahan saya belum memperolehnya.
      Setelah Ngobrol santai sambil menikmati pemandangan lalu lalang orang lewat tanpa peduli dengan sejarah watu purbakaini, kami merasa cukup, Mas Yogga menawari saya untuk guide Yoni Kijing Sraten Kartasura, Yoni warna-warni Bangak Boyolali, Yoni Jalan Tol dan Yoni Mie Ayam Pengging (link terhubung segera setelah naskah selesai, yang butuh perjuangan berat nulisnya.. jeda nulis dan blusukan cukup lama)

---
Jadilah kami meluncur....

     Maturnuwun Mas Yogga....




Ketahui dan lestarikan..... 

Salam Pecinta Situs dan Watu Candi

nb : 
Mohon maaf kualitas gambar mengecewakan, maklum SLR rusak... dan pakai hp saja. namun yang pasti bukan alatnya, yang penting penelusuranya.... idem? 
     

Minggu, 18 September 2016

Ada Umpak di Makam Grendem Desa Campurejo Boja

Umpak di Makam Grendem Desa Campurejo Boja
           Sabtu 18 September 2016, tujuan ketiga edisi blusukan Sabtu nekat. Setelah yoni gowok desa Ungaran Boja, Candi Ngularan Boja. Kemudian kami lanjut ke daerah campurejo, dimana di area tersebut ada 2 situs yang sudah saya ketahui :  Yoni campurejo dan lumpang CV. Merapi Campurejo (hanya lek Trisno yangg berhasil masuk, entah pakai ilmu apa.  Yang lain sempat merasakan arogansi pak satpam. Hahaha... Kasian ....). 
Umpak di Makam Desa Campurejo Boja
      Kembali ke destinasi kita kali ini, petunjuk-nya adalah makam di kanan jalan (dari Boja) masuk gang cari lagi makam dusun Grendem, ikuti jalan kampung tersebut, sedikit berliku, jadi saya sarankan tanya saja kepada warga, dimana makam Dsn. Grendem Desa Campurejo.
    Langsung mudah dikenali dengan keberadaan watu purbakala di depan makam, dekat pendapa makam. Kami menduga batu ini adalah sebuah umpak. Alas tiang dari kayu.. jadi dugaan kami selanjutnya adalah dulu sekali ada bangunan yang besar sekali, melihat lubang di umpak  ini. Warga sekitar menyebutnya dengan punden desa Grendem.
     Selain umpak persegi panjang ini yang nampak, ada pula 2 patok yang di susun sedemikian rupa menjadi makamm dengan posisi umpak di tengah.
Sayangnya karena kami terburu-buru, kami tak secara detail dan teliti memeriksa 2 patok tersebut, barangkali ada inkripsi tulisan atau angkat tahun... sayang sekali. 
    Kami juga mencoba menelusuri di beberapa area makam namun hasilnya nihil. Entah, barangkali masih ada yang terpendam di tanah, menunggu warga menggali pusara dan menemukan struktur yang lain..
 Setelah dari sini, kami memutuskan untuk melanjutkan blusukan ke situs serat rawi. Singkat cerita, situs tersebut berupa makam punden, yang menurut cerita warga adalah prajurit dari Mataram Islam, yang dimakamkan sini, karena huru-hara ditengah perjalanan. Maaf no picture karena ada hal tertentu yang tak bisa kami jelaskan.
   Karena jam sudah durasi pulang, saya dan mbah eka tak ikut lagi penelusuran selanjutnya..... 
      Mblusuk bersama... Guide hunter  Mas Imam; mas eka slims, mbah eka wp., lek suryo, jagad.
Umpak Grendem Campurejo Boja
Salam Pecinta Situs Watu candi
saya dan jagad di situs Umpak Makam Dsn Grendem Desa Campurejo Boja
Ketahui, kunjungi dan Lestarikan....

Menelusuri Jejak Candi di Dusun Ngularan Desa Candi Boja Kendal

     18 September 2016, Setelah destinasi pertama yaitu : yoni Gowok Ngabean Boja Kendal, Kami lanjut ke Daerah Karangmanggis, Boja. Di sini ada Yoni Situs Karangmanggis.. Saat saya kesini sekitar tahun 2015, ketika ngobrol dengan Ibu yang punya rumah diberi informasi di desa Candi  Ada reruntuhan candi. Namun Baru Saat ini, setelah Mas Imam berhasil menelusurinya saya bisa ke sini dan blusukan. 
Candi Karangmanggis Boja :       
     Petunjuk yang paling mudah, tulisan Quatra di pinggir jalan, bila dari arah Gonoharjo sebelah kiri, Yoni Karangmanggis masuk gang sementara Reruntuhan Candi di Dusun Ngularan Desa Candi  maju lagi arah ke Boja kira-kira 100m kemudian ambil gang ke kanan.
    Berada di pekarangan rumah seorang warga RT 03 RW II Dusun Ngularan, Desa Candi Boja Kabupaten Kendal.
 Jejak Candi di Dusun Ngularan Desa Candi Boja Kendal
      Saat kami tiba, yang langsung ada di pikiran kami sama semua,  "Penasaran dengan bentuk waktu purbakala" ini di sisi yang terpendam. Ketika mencoba meminta ijin si empunya rumah ternyata sangat welcome. Jadilah Kami balik : 
Membersihkan : Watu Candi di Dusun Ngularan 
    Setelah kami balik, selain nampak tanah melekat yang tebal juga beberapa hewan yang hidup damai sebelumnya disini; Kalajengking nya besar sekali, saat saya mau foto malah mumpet.
     Kami berupaya membersihkan dengan peralatan seadanya. Dan bersyukurnya, Ibu pemilik rumah  menawari ember, sikat dan tentu saja air artesis yang mengalir.... Sungguh beruntungnya kami.....
   Perdebatan kami hanya seputar yakin atau tidak ini adalah Arca, yang mengisi relung sebuah Bangunan suci --candi-- yang tinggal bentuk kasarnya karena proses lapuk atau malah pernah ada usaha perusakan.
     Perdebatan kami akhirnya mendapat pencerahan ketika ibu si empunya rumah bilang "Riyen kulo alit, tasih ketingal tangan lan sikile", kurang lebih-nya bila diterjemahkan bahasa indonesia "Saat kecil masih terlihat bentuk tangan dan kakinya". "Teng Kebun mriko nggeh tasih kathah mas, watu kadhos ngoten", sambil telunjuknya menunjuk arah.
      Setelah kami bersihkan :
arca yang lapuk di Dusun Ngularan Desa Candi Kec. Boja

    Saat selesai, kembali Mas Imam menunjukkan kembali  (seperti petunjuk ibu tersebut), kebetulan mas Imam ini bebeapa waktu sebelumnya sudah menelusuri, hanya berjarak kurang dari 50m, tepat didepan rumah (di tengah kebun milik warga lain) :
Watu Candi di Dusun Ngularan Desa Candi Boja Kendal

      Dari beliau juga cerita, watu ini mirip sekali bentuknya.... (kami sebenarnya ingin mengangkat tapi karena sdm sudah loyo... juga harus ijin yang punya tanah juga... akhirnya kami tunda keinginan itu. 
Dari sisi yang lain :  Jagad Pramudhita
     Pemikiran kami bila tinggalan disatukan, pihak desa tahu... sadar sejarah, kemudian watu purbakala ini bisa jadi icon desa... trus bisa jadi wisata sejarah.... apa tidak keren sekali??? namun sayang kesadaran ini belum ada.....---
     Kemudian, penelusuruan berlanjut, 10m masuk kedalam, ada lagi : 
     Yang menurut hemat kami jumlahnya, seharusnya lebih dari satu .....
    Kami sendiri masih ragu apakah ini umpak sebuah tiang kayu yang juga unsur dari bangunan suci... atau salah satu unsur sebuah bangunan suci yang saat ini banyak orang mengenal dengan istilah candi... Kami masih tanda tanya. "???"
      Kemudian, 5 m di sebelahnya malah lebih dahsyat lagi, RERUNTUHAN watu .... berpola dan yakin 100% bahwa di area ini dulu ada bangunan Suci!
Reruntuhan Candi di Dusun Ngularan Desa Candi Boja Kendal

     Tanpa bermaksud macam-macam, dan melawan peringatan warga "wingitnya watu bulat itu", kami menyatukan watu bulat dan reruntuhan candi, agar semakin diketahui oleh warga awam... bahwa reruntuhan ini tak main-main.... DULU sekali ada sebuah bangunan suci!
dikumpulkan ceceran watu suci jaman itu 

    Saat kami selesai dan beristirahat sejenak, datanglah crew dewa : Lek Suryo. dan jadilah foto bersama kami pandawa lima minus  Jagad Pramudhita
    Mblusuk bersama... Guide hunter  Mas Imam; Double  : Eka W Prasetya - Eka Budhi dan Generasi berikutnya : Jagad Pramudhita
Dusun Ngularan Desa Candi Boja Kendal
Salam Pecinta Situs Watu candi

Mari Selamatkan