Selasa, 18 September 2018

Yoni Ngablak : Tak Sengaja Blusukan saat Study Banding Ke Perpusdes Muda Bhakti

“Sebenarnya saya sudah tak lagi mood untuk nulis cerita ini” …. 

Yoni Ngablak Srumbung Magelang

       Selasa, 18 September 2018. Sampai Hari H, saya masih ragu apakah saya benar-benar jadi diajak berkunjung ke Perpustakaan Desa Juara II Nasional Lomba Perpustakaan Desa Tahun 2018, dalam rangka belajar, menimba pengalaman : Perpusdes Muda Bhakti Desa Ngablak Kec. Srumbung Kabupaten Magelang.
      Sesudah apel, barulah rekan memastikan saya ikut, dirombongan akhir. Sempat membuat status, di IG yang otomatis terkoneksi dengan FB. Dengan kalimat bernada minta rekomendasi situs di area Desa Ngablak Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang. Saya iseng saja. 
     Sambil mencoba search di google kemungkinan keberadaan situs di desa ini, ternyata nihil, sementara di FB ada rekan yang respon namun ya hanya respon tak berarti. 
      Tanggapan dari 3 rekan berbeda (2 rombongan) bernada lain di pesan japri WA, menjawab pertanyaan saya dengan kata “Saya juga sedang blusukan”, mungkin mereka tertawa ngekek, ketika di status saya tadi tak mendapatkan respon positif… = tapi Pamer. Walhasil saya hanya bisa pasrah saja. Tentunya dengan memohon saya minta diantar di lain waktu. Hehehhe…. 
      Sempat mampir di Perpusda Kabupaten Magelang, sebenarnya ada dua rekan yang ingin saya ‘repoti’ pinjam laptopnya untuk cari data keberadaan situs di area yang saya tuju. Eh sayangnya kedua rekan ini malah pergi…. (mungkin sengaja – akan ditagih guide blusukan…hahahah). Ya sudah….. 
Perpustakaan Desa Muda Bhakti Desa Ngablak Srumbung Magelang
      Lebih dulu saya ceritakan, mengenai Perpustakaan Desa Muda Bhakti Desa Ngablak Kec. Srumbung Kabupaten Magelang ini. Yang menjadi tempat belajar mengenai pengelolaan perpusdes. Saya menyimpulkan, Perpusdes Muda Bhakti lebih dari layak menjadi Juara 1 Provinsi Jateng dalam Lomba Perpusdes Tk. Jateng Tahun 2018 dan Juara 2 Tk. Nasional. Saat saya mendokumentasikan beberapa fasilitas, sarpras dan koleksi serta foto kegiatan, mata saya tertuju pada area tepat di depan tangga menuju lantai 2. 
     “Pojok Museum”, langsung terngiang bisikan-bisikan entah dari mana… “Pastinya didaerah ini banyak sekali peninggalan purbakala yang bisa melengkapi pojok museum ini”, benak saya berbisik. 
     Fasilitas lain yang bikin saya kagum adalah bagaimana perpusdes ini mencari sumber pendanaan yang mandiri, contohnya membuat kedai kopi. “Sayang sekali kopi biji salaknya belum matang, jadi kami tak sempat merasakan bagaimana rasanya” 
    Saat saya berniat menuju kedai untuk nge-Teh bareng bersama rombongan dan tuan rumah, saya merasa ada yang menarik saya untuk menoleh! xxxxxxx. Hanya 2 detik saya terpana, kemudian tanpa berpikir macam-macam saya langsung menuju Yoni…. “Apa disana tak ada bunga seperti itu”, Tanya pak kades dari kejauhan. (cerita ngrasani ini saya dapat cerita dari rekan saat perjalanan pulang, tepat ketika saya setengah berlari menuju Yoni, terlihat dari posisi di kedai memang yang saya foto hanya bunga pacar banyu yang warna warni… hahahahah) 
Yoni Ngablak Srumbung Magelang
      Xxxxxxx* (keterangan ada dibawah)
       Kondisi Yoni memang sangat indah dari kejauhan, karena seperti dikelilingi bunga warna-warni, namun saat didekati, ternyata yang kelihatan itu adalah bagian belakang. Sementara bagian Depan telah rompal, termasuk bagian Cerat Yoni yang ikut musnah. Sementara dibagian lubang dimana Lingga berada sudah ditanami bunga warna ungu…. Seperti kelamnya Yoni…. (intermezzo), dimana kadang ungu diasosiasikan warna kesedihan dalam kesendirian. 
      Menurut Bapak yang punya rumah, Yoni ini adalah pindahan dari sungai yang tak jauh dari lokasi yang sekarang. “Saya selamatkan, saya bawa pulang daripada hanyut, kemudian rusak”, cerita bapak tadi. Pun demikian dengan 2 lumpang yang berada didekatnya. 
      Lubang di penampang atas Yoni, tempat seharusnya Lingga berada. berubah menjadi pot bunga.

Yoni Ngblak Srumbung
    Bagian Cerat yang hilang, 


       Cerat adalah bagian Yoni yang berfungsi sebagai tempat keluarnya air suci saat ritual upacara. 
     2 Lumpang, tak kan saya kupas lebih detail, sahabat baca naskah lain di blog saya saja ya... bukan berarti saya yang di remehkan karena blusukan lumpang trus mutung, tapi memang perlu untuk buat kalimat ini... hehehe. "Lumpang tetap lumpang, punya arti!!

Watu Lumpang Ngablak Srumbung Magelang
       Yang sangat unik, (seperti) gapura terbuat dari pohon yang hidup dan membentuk pintu gerbang. Ini proses yang sangat lama dan sangat sangat keren sekali! 


Salam pecinta situs dan watu candi 

Bersama Pemilik rumah, founder perpus dan pustakaan Kab Magelang
     Terimakasih kepada semua pihak yang berperan mewujudkan blusukan sekaligus kerja ini. Termasuk pihak yang pura-pura baik tapi sebenarnya sebaliknya. Hahahahaha. (intermezzo)

*-----
       Mohon dimaklumi saya buat minim keterangan lokasi karena agak sedikit 'terancam'. Setelah bercerita takutnya yang membaca itu salah satunya mafia Kolekdol, hobinya jual benda cagar budaya, memang banyak oknum ba#$%&t itu dan anehnya tak tersentuh hukum, malah semakin banyak mendapatkan curian BCB itu. 
    Dan kenapa kalimat awal saya seperti itu, saya dianggap jadi salah satu kambing hitam penyebab hilangnya beberapa situs...hehehehe. karena ternyata kata-nya orang yang membaca kisah blusukan saya ini ada penyusup.... 
    Tapi bagi saya, biarlah... karena mungkin memang beda ideologi persitusan saja...--- case close!----

Sampai ketemu blusukan berikutnya.... "Ketahui, Lestarikan"

nb :
setelah kesini lagi , bisa membuat Vlog nya :

#hobikublusukan

Senin, 03 September 2018

Dua Watu Lumpang Desa Harjosari Bawen : Dikepung Pabrik, Yuukkk Diselamatkan.....

Watu Lumpang Desa Harjosari Bawen
           Senin 3 September 2018. Akhirnya mendapatkan titik terang juga. setelah hampir 4 tahun lalu saya menelusuri jejak keberadaan Watu Lumpang ini. Saat itu informasi yang saya dapat mengenai keberadaan Watu Lumpang berada di belakang Pabrik 'coke warna merah. Saat itu dengan semangat '45 bersama Mas Eka WP langsung coba kami telusuri, namun ternyata tahun 2014 itu belum kami temukan saat penelusuran mencari jejak tersebut. 
    Sampai kemudian ada rekan posting hasil penelusuranya (Bu Noorhayati), seketika saya langsung mencoba meminta petunjuk. Setelah beberapakali tertunda akhirnya Senin ini jadilah. Janjian jam 3 kurang 15 menit di lapangan Desa Harjosari Bawen Ambarawa, eh Surprise.... ternyata ada juga Pak Nanang Klisdiarto dan mas Widjatmiko.... W.O.W. 
     Ngobrol sebentar bahas project, kemudian mereka bertiga sepakat dan berkenan kompak  mengantar saya ke Watu Lumpang tersebut. Tentunya kebahagiaan tak terkira, bagaimana tidak melihat mereka, terutama Bu Noorhayati yang sering jadi sasaran bully, Pak Nanang tentunya saya juga---..... kalau mas Miko siapa yang berani bully? wkwkwk. Masih militan bersemangat untuk menelusuri jejak, Walaupun (ini kata orang yang meremehkan lumpang) hanya lumpang. Tapi Lumpang tetaplah Lumpang, sederhana namun punya jejak sejarah yang indah.... yang menyimpan bukti peradaban.
Watu Lumpang Desa Harjosari Bawen

   Dari lapangan Desa Harjosari, kami kemudian jalan kaki menyusuri pematang sawah, beberapakali berpapasan dan ketemu petani yang sedang memanen padi, sambil menatap aneh mereka bertanya, "Mau kemana?", Saat kami jawab, "Ingin menelusuri Lumpang", seketika ekspresi mereka nampak bingung, antara kaget, aneh, dan penuh tanda tanya, tapi saya yakin ada sedikit juga rasa respek... 'Berarti masih ada yang masih ingin melestarikan tinggalan leluhur.' Saya optimis mereka mbatin begitu...wkwkwkkw.
         Sekitar 10 menit kami jalan kaki dibawah terik matahari, namun semilir angin mampu meredamnya. Sampailah kami.
Watu Lumpang Desa Harjosari Bawen
    Kondisi Watu Lumpang, ditengah ladang warga.

Watu Lumpang Desa Harjosari Bawen
        Beberapa sisi watu lumpang sudah tak utuh lagi, gompal. Sepertinya Watu Lumpang ini pun sudah tak digunakan lagi. Watu Lumpang penampakan dari sisi belakang, 
Watu Lumpang Desa Harjosari Bawen
      Beberapa saat diskusi, menimba ilmu dari Mas Wijatmiko, tentang beberapa hal yang berkaitan dengan Watu Lumpang.
Watu Lumpang Desa Harjosari Bawen
         Kejutan lain, saya diarahkan untuk jalan kaki kearah belakang, sekitar 20m... "Loh Kok Ada Watu Lumpang lagi...", ternyata ada 2 lumpang yang berdekatan!
       Kondisi Watu Lumpang yang kedua memang sedikit berbeda. Dibanding yang pertama, Watu Lumpang yang kedua kondisinya agak sedikit mengkhawatirkan. Sudah tak bulat lagi.
     Dapat informasi mengejutkan, (=baca membuat kawatir), bahwa lahan ini sudah dibeli sebuah perusahaan, dan tak lama lagi akan didirikan Pabrik, terus terang saya galau, apakah bisa 2 Watu Lumpang ini direlokasi ke tempat aman, misalnya Kantor Desa/ bisakah.... bagaimana ya warga masyarakat? Jangan dijual ya...atau bahkan digepuk!...saya dan teman2 berkenan urun tenaga ikut relokasi ke lokasi aman.....

      ---  ya walaupun ini Lumpang tapi Ini Lumpang Peradaban.....

     Salam Pecinta Situs dan Watu Candi
Mas Miko, Bu Noorhayati, Saya dan Pak Nanang K
     Nb: Saya ucapkan terimakasih kepada Bu Noorhayati, Pak Nanang dan Mas Miko yang masih saja Militan Penelusuran Jejak ini, Sampai ketemu lagi....
Watu Lumpang Desa Harjosari Bawen
#hobikublusukan

Sabtu, 25 Agustus 2018

Blusukan Edisi Spesial : Arca Nandi Kentengsari dan Wisata Alam Posong Temanggung

Arca Nandi Kentengsari Candiroto Temanggung
       Sabtu, 26 Agustus 2018. Saat itu, kalau tak salah Desember 2017 Mas Hendri Samoesir share foto ngetrip nya bersama sang istri di grup WA. Seketika itu juga, entah kenapa saya langsung jatuh cinta, obyeknya adalah Arca Nandi di Desa Kentengsari, Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung.
Arca Nandi Kentengsari candiroto, foto by Hendri Samosir
      Suasana di sekitar Situs tersebut nampak sangat menyejukkan mata. Juga posisinya dipinggir jalan.
     Yang gila adalah enam bulan sebelumnya saya ternyata telah datang ke Kentengsari Candiroto Temanggung, dimana teman kerja menikah dapat istri dari desa ini, saat itu saya bahkan sempat keblabasen (saya baru tahu kurang dari 100m saya balik arah Situs ini berada) hampir ke lokasi situs Sayang sekali dewi fortuna belum memayungi saya.
    Beberapakali di setiap momen saya mencoba merencanakan penelusuran ke Situs Arca nandi ini. Namun ada saja penghalangnya. Mulai dari acara mendadak, sampai petunjuk yang hilang begitu saja. Ya hilang.... 
      Sampai kesempatan itu datang, saya mencoba melakukan dengan 'cara' yang berbeda. jika biasanya penelusuran sendiri atau ngajak rekan. Kali ini strategi saya ngajak orang paling dekat dalam hidup saya. Yang memang jarang saya ajak. Istri.
    Tentu saja, karena mengajak istri, selain ke Situs Arca Nandi Kentengsari, saya tawari ke wisata alam Posong di Kledung Temanggung. Mohon maaf untuk kedua anak saya, (Jagad-Bhumi) kami tinggal di rumah mbahnya...hehehehe.. 
      Terus terang saya juga ingin waktu 'couple time' yang sangat langka kami bisa menghabiskan waktu cuma berdua. 
       Berangkat dari Semarang sekitar jam 10, setelah mengantar istri terlebih dulu di Jl. Thamrin Semarang (saya sempat pula ke Gramedia beli peta perjalanan ke Jatim--rencana trip bareng selanjutnya), melewati jalur tembus Temanggung, yaitu langsung lewat Kaloran - Kandangan.
    Karena beberapa petunjuk yang diberi rekan sudah hilang semua, membuat ragu, sehingga saya bertanya ke warga yang berada di pinggir jalan : arah menuju Candiroto. Petunjuk yang saya dapat, harus ambil kanan menuju Gemawang. Walau saya ragu, karena seingat saya saat kondangan ke rekan saya, lewat jalur yang sebelah kiri. 
     Namun saya percaya bapak tersebut, tapi akhirnya kejadian yang tak mengenakkan saya alami juga. Hampir 20 menit saya melaju, namun semakin jauh keraguan semakin jelas. Untungnya sedikit terobati karena jalurnya melewati hutan Pinus yang sejuk dan damai. Sempat beristirahat sebelum balik kanan saya mengulang lagi menyusuri jalan menuju Muntung.
     Beberapa waktu sampailah kami di pertigaan Muntung, Ambil kiri kemudian langsung Kanan melewati SMA N 1 Candiroto. Sampai disini saya sudah 100% mengingat jalan ini. 
      Tak Sabar rasanya menuju lokasi. 
      Sampailah, 
Arca Nandi Kentengsari Candiroto Temanggung
    Konon dulu ada 2 Arca nandi di Kentengsari ini. Nama Desa Kentengsari juga biasanya bermula dari keberadaan sebuah batu 'kenteng" yang biasaya disebut untuk memudahkan mengingat sebuah lokasi : penanda, sementara kata "Sari" dugaan saya bisa jumlah watu kenteng lebih dari satu atau watu kenteng itu sangat indah. Sementara istilah Kenteng = Yoni. 
       Secara sederhana, menghubungkan nama Desa, kemudian adanya bukti keberadaan Arca Nandi di Kentengsari, saya pribadi menduga ada sebuah tempat suci di lokasi ini. Arca Nandi adalah Wahana dari Dewa Siwa, yang di manifestasikan dalam wujud Yoni = kenteng. Lingga, Lapik dan bahkan mungkin struktur batu Candi. 
Arca Nandi Kentengsari Candiroto Temanggung
       Arca Nandi Ketengsari Candiroto ini unik, dengan bentuk yang menurut saya berbeda dengan arca Nandi seperti yang biasa saya temui. Arca Nandi yang merupakan perwujudan dari Sapi/Lembu ini duduk dengan posisi njerum. 
Arca Nandi Kentengsarii Candiroto Temanggung
    Walaupun memang tak secara detail persis sama hewan aslinya 100%, namun tetap membuktikan bahwa ini juga adalah hasil olah karya peradaban leluhur. Tetap sangat mempesona.
Arca Nandi Kentengsarii Candiroto Temanggung
    Ditambah latar belakang gunung Sindoro yang gagah. Sangat mengagumkan!
    Setelah merasa cukup, karena durasi juga membatasi kami berdua. Kami segera memutuskan untuk menuju destinasi plus blusukan spesial couple ini. Setelah sebelumnya sempat mampir beli Bakso-Mie Ayam di perempatan  (lupa nama perempatannya), namun rasanya tak karuan. Untungnya kami berdua sangat lapar. ---             Blusukan couple Bersama Istri :
Arca Nandi Kentengsari Candiroto Temanggung
      Dari desa Kentengsari Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung, kemudian kami menyusuri jalan desa, tembus Parakan dan meluncur kearah Wonosobo. tepatnya didaerah kledung lokasi Wisata Alam Posong berada.
    Saya pribadi cukup senang, ketika Blusukan spesial romantis kali ini. Selain bisa lihat situs Arca Nandi, bisa wisata pemandangan alam merefreshkan pikiran pula, yang paling penting adalah bisa berduaan dengan Istri Karena"Keluarga itu paling penting!!", 
Posong Temanggung
          Salam Pecinta Situs dan Watu Candi

Arca Nandi Kentengsari 
#HobikuBlusukan

Jumat, 17 Agustus 2018

Situs Watu Lumpang Jatipelen Desa Wonorejo Pringapus : #1


    Situs Watu Lumpang Jatipelen Desa Wonorejo Pringapus : #1 
  Jumat, 17 Agustus 2018. Beberapa kali di setelah ikut upacara memperingati HUT RI, saya penelusuran situs juga. Entah kenapa, saya merasakan sudah lengkap alias lebih afdol jika blusukan juga. Mungkin mencoba merasakan bagaimana melakukan 'perjuangan' menelusuri situs seperti para pejuang bergelirya, walaupun tak bernilai apa-apa karena tentu saja tak akan dapat disandingkan dengan perjuangan para pahlawan saat merebut dan mempertahankan kemerdekaan dari penjajah. 

       Tapi niat saya ingin juga berperan walau sedikit dan, sepele saja.... ingin pula memperjuangkan kelestarian hasil budaya sejarah bangsa, dengan berbagi cerita seperti ini. Maaf jika terlalu muluk.... Kegagalan beberapa kali rencana blusukan sebelumnya membuat saya meneguhkan hati untuk 'harus' blusukan. Walaupun tentu butuh guide spesial, karena pemandu ini pastinya harus rela berkorban waktu maupun tenaga. 
     Dua kandidat telah saya hubungi, sebenarnya 2 kandidat ini ‘ok’ semua. Namun kandidat 1 ternyata ditugaskan sebagai peserta upacara detik-detik proklamasi. Menjadi dilema, karena hari ini Jumat, waktu semakin mepet. 
    Sebagai alternatif, saya hubungi kandidat yang kedua. "Siap, tapi setengah 1 kudu selesai. Soalnya ada panggilan,dari bos!" tangkas kandidat ini cepat membalas pesan WA saya. Selain menyanggupi, beliau ikhlas menunjukkan arah bahkan menawari 4 destinasi situs benda cagar budaya yang akan kami telusuri. Tanpa pikir panjang segera saya menyusun strategi, biar rame saya dikabari Mas Eka Wp. Kembaran dari si kandidat, kembar nama maksudku, bukan kembar yang lain.... hehehe. Biar aman dari istri, anak saya ajak pula, hehehhe... kebetulan juga pulang dari upacara di sekolahnya. 
Menuju  Situs Watu Lumpang Jatipelen Desa Wonorejo Pringapus : #1 
       Tentu saja saya telah menyisipkan baju ganti di tasnya..... Janjian jam 9, singkat cerita sesaat sebelum berangkat, Mas Eka Budi ternyata punya jaringan baru, mahasiswa KKN Unnes ingin turut serta merasakan blusukan bersama kami, konon salah satu programnya 'nguri - nguri’ situs di sekitar 'Kelurahan Gedanganak'. W.O.W.... sangat jarang yang care seperti ini. Seperti yang kita ketahui, di Gedanganak ada beberapa situs salah satunya tinggalan berupa lumpang, kemudian petirtaan Gedanganak (yang sampai saat ini belum berhasil kami telusuri jejaknya, karena konon sudah didirikan rumah diatasnya. 
      Setelah terlebih dulu kami ngampiri di posko KKN, di Kelurahan Gedanganak. Kami kemudian meluncur menuju tujuan : yaitu Jatipelen Wonorejo Pringapus. Lewat jalur di area perkebunan karet, Sebelum Yoni - Arca Nandi Situs Wonorejo kami ambil kanan. Saat kami datang, jalan sedang dicor, sehingga kami mencoba mencari jalan alternatif lain. Yang membuat kami kesasar namun mendapatkan berkah. 
     Warga yang kami tanyai malah menyarankan jalan lain agar parkirnya tak terlalu jauh. 
     Situs Jatipelen ini pernah saya singgung di penelusuran sebelumnya, masih di area pringapus pula :  Lumpang Dusun Sambeng Wonorejo Pringapus
    Walaupun salah satu dari kami harus kena musibah dulu : ban Bocor... Tapi tetap semangat.
       Setelah, parkir di halaman warga, dan sebelumnya ijin nitip sebentar motor kami, kemudian berjalan kaki menyusuri pematang sawah. Jadilah, 
 Situs Watu Lumpang Jatipelen Desa Wonorejo Pringapus : #1 
     Watu lumpang di pinggir pematang sawah, dengan Posisi sudah miring. Terlihat jelas watu lumpang ini sudah ditinggalkan. 
     Ditinggalkan dalam arti sesungguhnya, tak ada lagi yang menghargasinya pun sebagai media ritual ataupun beda suci yang menjadi sarana utama upacara. 
 Situs Watu Lumpang Jatipelen Desa Wonorejo Pringapus : #1 
    Tapi masih untung tak dikenapa -napa, biasanya diremuk, dibuat pondasi atau bahkan dijual. Yang akan membuat putus lah sejarah area ini. 
    Close Up penampang atas Watu Lumpang dengan Lubang ditengahnya, 
 Situs Watu Lumpang Jatipelen Desa Wonorejo Pringapus : #1 
       Keadaan yang cukup panas membuat Watu Lumpang ini seperti membara saja, tak ada tanaman yang menghijau disekitarnya, bahkan rumput keras pun ikut mengering. Jika sedikit lebay : "Se-kering atensi warga terhadap Watu Lumpang ini", kurang lebih demikian. 
     Salam Pecinta Situs dan Watu Candi 
Situs Watu Lumpang Jatipelen Desa Wonorejo Pringapus : #1 
      Berlanjut ke Watulumpang Jatipelen 2 Pringapus. 
 Situs Watu Lumpang Jatipelen Desa Wonorejo Pringapus : #1 
#Hobikublusukan 

nb ; 
Mohon maaf kamera seadanya sehingga gambar kurang memuaskan. 

Watu Lumpang Kawah yang mempesona : Desa Wonorejo Pringapus

Watu Lumpang Dusun Kawah  Desa Wonorejo Pringapus
      Jumat 17 Agustus 2018. Masih di Blusukan Hari Merdeka lanjutan dari 2 Watu Lumpang Jatipelen Wonorejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang. Saat kami beristirahat, Mas Eka WP yang sebelumnya ban Bocor Karena tidak kuat dibonceng kembarannya, ternyata nyusul juga, walau secara pribadi sempat khawatir beliau mutung dan balik kanan. Tapi salut dengan pantang menyerahnya, dan tetap mencari kami. Sempat melihat Watu Lumpang Jatipelen 1, secara ikhlas Mas Eka WP sepakat lanjut ke Lumpang berikutnya. (saya merasa aneh, kok dadi apikan ya? Opo karena blusukan karo mahasiswi KKN ya?hehehe!!). 

      Tujuan kami masih di desa Wonorejo, hanya beda dusun. Yaitu Dusun Kawah. Dalam perjalanan, Mas Eka Budi bungkam, tak memberi cerita apapun batu cagar budaya yang akan kami lihat ini. “Pokoknya Lumpang ini sangat menarik!”, kata Mas Eka Budi penuh misteri. 

     Kira-kira 5 menitan kemudian setelah melewati gang menuju makam dusun, sampailah kami. Petunjuk keberadaan Watu Lumpang nya adalah gubuk di tengah lapang. (sebenarnya jika dimusim hujan gubuk tersebut berada di tengah sawah). 
     Pemandangan cukup indah!, 
Watu Lumpang Kawah yang mempesona : Desa Wonorejo Pringapus
      Dari rekan facebook, (maturnuwun : rekan dengan akun 'kyai tapak angin', memberikan tambahan informasi. Cukup mencengangkan. Bahwa di sebelah utara, jika musim hujan  di area persawahan ada fenomena alam yang mengagumkan. "Semacam semburan uap panas yang meletup-letup. Itu hanya terjadi saat musim hujan. Semakin besar letupan gas tersebut semakin panas airnya", jelas Kyai Tapak Angin.
      "Nama Kawah konon juga berasal  dari letupan gas tersebut", imbuhnya. Kami semua tak sabar, ingin segera masuk. Untungnya tidak dikunci. 
     Yang pertama masuk adalah tentu saja sang guide, namun tiba-tiba keluar dengan heboh lebay, “Waaahh ada kulit ular!”, Mas Eka Budi Histeris, (saking alaynya dengan aksen jawa serta bahasa wajah yang lucu, tak tega saya ceritakan..maaf), beberapa dari kami kaget namun setelah mencermati ‘hanya’ kulit ular, kami berturut turut mengintip dan kemudian masuk. 
      Sebuah pertanda bahwa di lokasi ini tentunya sangat nyaman, yang berarti tenang, nyatanya ular saja berganti kulit dilokasi ini.
     Saya jadi teringat teman yang sangat takut dengan ular, bahkan lebih kecil dari jari kelingkingnya. (mantan rekan blusukan tadi, apa kabar?) 

Istimewa, sangat!
Watu Lumpang Kawah yang mempesona : Desa Wonorejo Pringapus
     Adalah kesan pertama saya, istimewa dari bentuknya yang masih sempurna, istimewa dari perhatian warga pula. Keren pokoknya. Warga menyebutnya dengan Mbah Godek. Dikeramatkan dan masih sering dipakai untuk ritual tertentu.

Close up.,
Watu Lumpang Kawah Desa Wonorejo Pringapus
     Karena masjid sudah mulai adzan, waktunya kami untuk menyudahi blusukan ini.
     Bagaimanapun juga blusukan adalah hiburan sementara kewajiban kami Jumatan tetap harus kami laksanakan. 

Eka WP dan Mahasiswa KKN Unnes
     Sampai ketemu lagi di Blusukan, Penelusuran situs berikutnya. Maturnuwun Mas Eka Budi dan Eka WP juga teman-teman KKN yang turut serta blusukan Jumat Seru ini, Semoga kelak bisa berjumpa lagi. 
Eka Budi dan Mahasiswa KKN Unnes
     Sukses untuk project pelestarian Cagar Budaya di Kelurahan Gedanganak!

Salam Pecinta Situs dan Watu Candi 
Bersama Jagad di Watu Lumpang Kawah Desa Wonorejo Pringapus
#hobikublusukan

Situs Watu Lumpang Jatipelen Desa Wonorejo Pringapus : #2

Situs Watu Lumpang Jatipelen Desa Wonorejo Pringapus : #2
       Setelah dari Lumpang yang pertama, di Jatipelen Desa Wonorejo Pringapus, kami kemudian menyeberangi jalan, mengikuti pemandu kami : Mas Eka Budi dan masih bersama 4 mahasiswa KKN Unnes, “Ini lumpang yang kedua di dusun yang sama”, ucapnya sambil celingak-celinguk terlupa, karena sudah lama terakhir kesini, begitu alibi dari Mas Eka B. ‘Faktor U’, batin saya. 
     Beberapa saat kemudian, akhirnya ketemu juga, itupun  setelah semua terlibat mencari. Posisi sama dengan Watu Lumpang yang pertama, yaitu di pematang sawah, namun yang kedua ini kondisinya sudah terpotong tak utuh lagi. Walaupun lebih mulus, karena mungkin saja masih terpendam sebagian. Sedangkan yang pertama tadi sudah dipermukaan semua. 
     Namun kondisi sama-sama ditinggalkan. Watu Lumpang Jatipelen yang kedua ini kalau menurut saya auranya masih berwibawa. Entah kenapa perasaan saya merasa Watu Lumpang ini lebih Indah. 
     Sebelum-nya saya perlu intermezzo, mungkin yang membaca cerita perjalanan saya ini juga ada yang bosan, kok watu lumpang, lumpang lagi lumpang lagi... bagi saya walaupun banyak orang yang gak terlalu peduli bahkan meremehkan keberadaan watu Lumpang yang ‘biasa’, bukan ‘Sang Hyang Lumpang’ (berciri khusus seperti ada inkripsi, relief dll) namun bagi saya ‘cuek’ saja. Sesederhana pun, Watu Lumpang adalah jejak peradaban di masa yang telah lalu. Walapun tak menyentuh peradaban kebangsawanan hanya rakyat jelata. Biarlah yang meremehkan itu, karena orang orang tersebut merasa ilmunya sundul langit lupa melihat bumi, karena saya memang hanya ingin berbagi jejak peradaban saja. Maaf ya sahabat. Saya perlu menulis ini untuk memberikan pandangan saya juga. ---- dan untuk memotivasi diri sendiri.
Situs Watu Lumpang Jatipelen Desa Wonorejo Pringapus : #2
     Watu Lumpang yang kedua ini, secara fisik bentuknya berbeda. Terkesan agak kotak.
     Keberadaan 2 Watu Lumpang di satu area yang cukup dekat, bagi saya pribadi memunculkan dugaan ramainya peradaban waktu itu. 
Watu Pande
      Apalagi ada beberapa ciri lain, seperti tanah yang subur, dekat dengan mata air, dimana peradaban akan selalu dekat dengan ciri-ciri tersebut.
      “Tak jauh dari watu Lumpang ini ada sendang yang ada batu unik nya, Kalau warga menyebut dengan batu pande.” Jelas Eka Budi. 
     Konon menurut warga dulunya di sendang ini ada seorang empu yang bermukim dan ahli membuat senjata. 
     Jarak sekitar 100m dari Watu Lumpang.
     Namun entah kenapa, saya malah berasumsi ini adalah bakalan struktur sebuah bangunan, terlihat dari kotak-presisi yang ingin dibuat. 
      Kok bisa?! Jika ini adalah untuk menempa? Kenapa posisinya agak jauh dari air sendang. sekitar 2m. 
       Apakah tidak repot? Apalagi konon ini adalah sendang suci. 
     Jika ini batu asahan untuk mempertajam logam setelah di tempa, kenapa malah terlihat presisi? 
      Tentu saja tak ingin sedikitpun menggugat legenda yang telah mematri di hati warga tentang sendang pande ini, bahwa dulunya ada empu pembuat senjata. 
      Biarlah menjadi kearifan lokal, dan menjadi pemacu warga untuk tetap melestarikan legenda, sejarah desa nya. 
     Bersama Guide Eka Budi dan Mahasiswa KKN Unnes 2018 Kelurahan Gedanganak

Salam Pecinta Situs dan Watu Candi 
Bersama Jagad : di Situs Watu Lumpang Jatipelen Desa Wonorejo Pringapus : #2
      Bersambung Lumpang Berikutnya : Lumpang Kawah Wonorejo Pringapus. 

#hobikublusukan