Tampilkan postingan dengan label wonosobo. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label wonosobo. Tampilkan semua postingan

Jumat, 11 Desember 2020

Ada Arca Ganesha di Depan Kantor Perpustakaan Wonosobo

  Arca Ganesha di Depan Kantor Perpustakaan Wonosobo

   Sabtu, 12 Desember 2020. Tulisan ini sama sekali tak terencana, walaupun dulu sekitar tahun 2009 saya pernah mampir depan kantor di Perpustakaan Wonosobo dan sempat melihat patung Gajah. Waktu itu saya belum tergila-gila sesuWAtu, seperti  sekarang  ini. Entah mengapa terlupa, dan tak mengingat sampai kemudian, saat saya kesini lagi ketiga Gowes Silaturahmi (link video gowes dan naskah blusukan terkait, klik saja tulisan dalam kalimat bertanda kurung) 

  Arca Ganesha di Depan Kantor Perpustakaan Wonosobo

     Singkat cerita, ketika saya masuk ke halaman kantor, mata saya melirik halaman Kantor Perpustakaan, persis ada Arca Ganesha.

     Sayangnya ketika saya keliling di area dalam perpusda, tak ada narasi khusus tentang asal muasal Arca Ganesha dan Lapik Arcanya yang berbentuk Yoni. Padahal di dinding tertempel beberapa tinggalan kuno yang dilengkapi dengan Narasi.

      Sementara, salah satu staf perpustakaan yang saya tanya, maaf tak berani menyebutkan nama. Bercerita bahwa, "Arca Ganesha itu sudah ada sejak dulu dan berasal dari kawasan Dieng", hanya itu sepenggal cerita yang bisa saya dapatkan.

     Makhluk mitologi Dewa Ganesha ini masih berwujud mirip Gajah, Bukan Manusia berkepala 🐘. Ciri khas perut buncit, belalai berada ditangan kiri yang menggambarkan sedang mencomot kudapan manis. Sementara tangan kanan menggenggam ankusa atau alat melatih gajah.

 

    Dewa Siwa yang dikenal juga dewa kebijaksanaan, dewa ilmu pengetahuan terasa pas ketika di tempatkan di perpustakaan, namun saya kawatir panas hujan akan mengikis arca ini, moga2 tanpa mengurangi estetika bisa diberi peneduh dan tambahan narasi. Meski begitu, saya merasa iri, tempat saya bekerja tak pernah berpikir ikut bguri2, turut menyelamatkan dan mengambil filosofi situs seperti Perpustakaan Kab. Wonosobo ini... Salut 

     Sementara, Yoni yang terpasang dibawahnya berbentuk unik (walaupun ada dugaan ini hanya berfungsi sebagai lapik arca), namun karena bentuknya unik, ikonik dimana bentuknya cenderung bulat, sangat jarang Yoni di nusantara berbentuk seperti ini.  

Arca Ganesha di Depan Kantor Perpustakaan Wonosobo
 Arca Ganesha di Depan Kantor Perpustakaan Wonosobo
      Jadi biar tak berdebat, monggo terserah njenengan semua, yang penting bahwa mati kita uri-uri jejak peradaban .... itu point nya!

Close up :


   Tentu saya menerima dengan senang hati pencerahan mengenai Ganeha dan Yoni/ Lapik arca di depan Perpustakaan Wonosobo ini. 

Arca Ganesha di Depan Kantor Perpustakaan Wonosobo
 Arca Ganesha di Depan Kantor Perpustakaan Wonosobo

      Link video di Youtube Channel : Segera

     Maturnuwun Kang seto :


 Salam Pecinta Watu Candi

#Hobikublusukan

Yoni Situs Bangsri Desa Wonosari Wonosobo

Yoni Situs Bangsri  Desa Wonosari Wonosobo

         Sabtu, 12 Desember 2020. Setiap peluang sekecil apapun pasti saya manfaatkan, apalagi kali ini gowes di Wonosobo (video lengkap gowes di link ini) tentu sambil koordinasi kegiatan saya juga menyelipkan permintaan di sepanjang rute ada situsnya. 

      Dari jalan turunan (rute gowes : Rest area bedakah - pospol bedakah - dalan anyar - keseneng - sojopuro - candi - Jlamprang - arpusda), saya ga hafal hehehe, tepat sebelum masuk desa pas tingkungan ambik jalan setapak kekanan. Kira-kira 200m menyusuri jalan setapak tegalan, sampailah

Yoni Situs Bangsri  Desa Wonosari Wonosobo

      Dari narasi yang berada di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan kabupaten Wonosobo, Yoni secara administratif berada di wilayah Dusun Bangsri RT 07 RW I Desa Wonosari, Desa Wonosobo, di Tepian ladang milik Bapak Prihono (Maturnuwun Mas Topan atas bantuannya). 

Yoni Bangsri, Wonosari
      Sayangnya saya belum dapat info lebih detail keberadaan yoni ini, Dari terbatasnya waktu saya di lokasi ini... beberapa batuan yang terlihat tersebar memang mungkin ada keterkaitannya dengan Yoni ini. namun Lingga sudah raib entah kemana. Walaupun ada kemungkinan juga diatas Yoni ini bukan Lingga melainkan arca.

Lubang Lingga Yoni Bangsri, Wonosari

      Bertemunya Lingga dan Yoni melambangkan kesuburan. Yoni adalah manifestasi Dewa Siwa, sebagai ritus keagamaan umat Hindu di masa lalu. Yoni melambangkan Shakti (istri Dewa Siwa, sedangkan Lingga adalah Dewa Siwa.

Yoni Bangsri, Wonosari
    Yoni berukuran, P : 85cm. L : 85 cm. Tebal 70 cm dari Batu Andhesit. Kondisi berlumut. Di penampang atas, juga ada lubang cerat tempat air keluar. Ilustrasinya pimpinan ritual keagamaan menyiramkan trta amrta (air suci) diatas lingga. Kemudian Air suci yang keluar dari lubang cerat itu jadi salah satu unsur utama ritus.

      Tonton juga video singkat mlipir di Situs Bangsri Wonosobo ini :

Salam Pecinta Situs dan Watu Candi

di Yoni Bangsri, Wonosari

     Maturnuwun Mas Topan dan Mas Seto

Yoni Bangsri, Wonosari

#hobikublusukan

Kamis, 13 Juni 2019

Misteri Candi Bongkotan yang menakjubkan : Bonus Pasar Kumandang Bojasari Kertek Wonosobo


Candi Bongkotan, Kertek Wonosobo
Kamis, 13 Juni 2019. Beberapa tahun lalu, selintas dapat berita tentang sebuah situs di Wonosobo. Bahkan info tersebut jauh sebelum saya tahu (secara tak sengaja) situs Bogang yang juga di kota wonosobo, situs Bongkotan ini entah kenapa sangat menarik hati saya...
Setelah sekian lama keinginan terpendam, akhirnya hari ini bisa saya sambangi candi Bongkotan.
Blusukan Sendiri sebenarnya tak terlalu asik, tapi bagaimana lagi.... Beberapa yang tertarik ya hanya sebatas tertarik saja tanpa semangat untuk ikut. Ya sudah.... Blusukan must go on. Seperti biasanya nyuri waktu kerjaan (niru soalnya.... yang jadi teladan wae dolan terus) jadi ya coba balance lah. "Kerja terus kapan dolane". Wkwkwk.
Menuju Candi Bongkotan - Pasar Kumandang
 dari kerjaan sekitar jam 9 lebih, lewat jalur Ungaran-Sumowono-Kaloran-Temanggung-Wonosobo, dengan panduan peta di GMaps saya memantapkan hati, ditambah tawaran Mas Miko untuk bareng ke Candi Dieng menambah motivasi. Walaupun tentu saja nanti mempertimbangkan durasi, melihat jalur pulang padat merayap, bersamaan arus balik lebaran 1440H mestinya butuh waktu panjang agar durasi tak over time.
Juga ketemu dengan sedulur anyar, Mas Febri yang terlihat dari passion  situs nya sangat menarik. (Sedulur anyar di persitusan adalah penambah suplemen baru untuk penelusuran, tentu saja tak melupakan sedulur lawas... = Sedulur saklawase.
Menuju Candi Bongkotan - Pasar Kumandang
Tanpa mengurangi rasa paseduluran pula, nyuwun pangapunten untuk mas Seto, kali ini memang ku limpe. Berulang kali merepotkan tentu jadi sungkan.... Heheh. Tapi tenang masih ada watu gong .....
Tentu saja memperpanjang tradisi blusukan Syawalan yang biasanya bareng 2 Rekan Komunitas DEWA SIWA. Lewat GMpas, menuju Candi Bongkotan cukup mudah, walaupun penuh pengorbanan, jatah beli mie ayam untuk  beli kuota. Wkwkwk.
Singkat cerita, sampailah saya di Candi Bongkotan.. .
Beruntungnya, saya ketemu dengan Juru Pelihara, Ibu Siam. Sayang sekali beliau tak berkenan diambil gambarnya. Saya dapat cerita dari Bu Siam ini pula tentang penemuan Candi Bongkotan sekitar tahun 1989 pertama kali di ketahui oleh warga masyarakat, kemudian konon warga xxxxx maaf saya tak tega melanjutkan. Kemudian tahun 90an dinas terkait (BCB) melakukan penelitian. Maaf untuk data pasti saya belum tahu kapan kajian dilakukan.
Dari cerita Ibu Siam, diduga Candi Bongkotan lebih muda daripada Candi yang berada di Komplek Candi Dieng.
Reruntuhan Candi Bongkotan
Benar benar Tinggal Reruntuhan saja... kesan pertama saya saat sampai di Candi Bongkotan, dari jauh yang terlihat ...

Reruntuhan Candi Bongkotan
- jejak sumuran Candi plus lantai,
Sumuran Candi Bongkotan
Di sumuran ini yang menjadi 'nyawa sebuah bangunan suci, dimana terdapat 8 unsur batuan mulia... Entah dimana saat ini.
- Ada Yoni, tanpa lingga. Bentuk lumayan indah.... Dengan detail relief indah yang mulai aus dan penyangga cerat berbentuk 2 hewan mitologi kuno : ular Naga dan kita kira yang masing - masing melambangkan dunia atas dan dunia bawah. Namun sayangnya keduanya dengan kondisi kepala yang rusak.
Yoni Candi Bongkotan
- terlihat pula Lapik, dugaan ibu Siam ini bisa Lapik Arca atau tempat menaruh sesaji.
Lapik Candi Bongkotan

- yang menjadi perhatian saya tentu saja struktur batuan candi yang berdiri tegak, terlihat mirip lingga namun dengan ukiran yang lebih besar dari Yoni yang berada di pojok belakang kompleks candi bongkotan.










-Juga terlihat 3 Candi pendamping atau Perwara,
Candi Perwara Candi Bongkotan
Sedih rasanya, sebuah bangunan suci tinggal reruntuhan.... Walaupun apalah daya saya...
Ketika berdiskusi, kami (saya, Bu Siam dan Mas Febri) datang lagi Gus Syaiful.... (Di akhir cerita saya dapat banyak pencerahan mengenai Candi Bongkotan ini).
Jejak Relief, 
Relief Candi Bongkotan
Ketika saya sudah merasa cukup, seperti mendapat jawaban atas rasa sedih saya...., Gus Syaiful mengajak saya untuk melihat 3 makam kuno. Namun mohon maaf dengan sangat terpaksa saya tidak mempublish untuk kebaikan semua pihak. Tapi kesimpulan saya langsung berubah.
Masih bisa merubah, Candi Bongkotan bukan lagi sebuah reruntuhan jika warga masyarakat sudah siap lahir batin.... Saya yakin. Bila tidak ada lagi perasaan memiliki yang berlebihan niscaya Candi Bongkotan akan terlihat nyata.....
Pasar Kumandang Bojasari Kertek Wonosobo
Seperti yang saya lihat, di samping Candi Bongkotan Ada wisata Tradisional "Pasar Kumandang", yang pastinya keindahan Candi Bongkotan disandingkan dengan konsep wisata pasar Tradisional pasti dahsyat... Kalau Gus Syaiful berujar.... Jika SDM siap, pasti akan nampak.... Sesanti yang patut di cermati.
Harapan itu masih ada..... Saya yakin!
kopi khas Bongkotan, Bojasari, Kertek : homemade by Gus Syaiful
Mampir di rumah Gus Syaiful, dan saya dapat oleh2 Sebungkus Kopi Robusta khas Bongkotan. Yang diolah sendiri tangan beliau.... Rasanya ta menyesal saya datang kesini walaupun saat saya di Candi Bongkotan mengalami hal yang belum pernah rasakan dari 2010 saat saya keranjingan blusukan situs....
Rem depan motor yang tak berfungsi dengan baik plus lampu motor mati tak membuat saya kapok..... Bagi saya itu pertanda.. 3 jam berangkat, sedang pulang hanya 2,5 dan Durasi tetap aman... Plus cerita berkesan ini bisa saya wariskan ke anak cucu. Sungguh harus bersyukur.
Maturnuwun Mas Febri, Ibu Siam dan Gus Syaiful

Sampai ke temu di penelusuran berikutnya
Salam Pecinta Situs Watu Candi
#hobikublusukan

Kamis, 01 November 2018

Candi Bogang : Candi yang konon tak terselasaikan


Candi Bogang Wonosobo
       Kamis, 1 November 2018. Sebuah rencana cukup lama yang akhirnya terkabul juga. Sekitar awal tahun 2012, waaktu itu saya bersama rekan kerja perjalanan pulang dari Perpusda Purbalingga, saat mobil berjalan lumayan ngebut, saya duduk di jog barisan belakang mobil sejuta umat. 
      Ketika melamun menengok sebelah kiri…. Mata saya langsung dikagetkan penampakan arca budha! Dipinggir jalan, Saya bingung, harus bagaimana akhirnya terdiam. Setelah 1km kemudian mobil mampir di SPBU, saya bercerita kepada rekan, eh rekan tersebut malah “Lha tadi minta berhenti sebentar tidak apa apa kok!”, lemes saya…. 
     Sampainya dirumah, saya langsung mencari informasi dan data keberadaan situs ini. 
   "Candi Bogang”…. Nyesek….! Keinginan penelusuran ke Candi Bogang timbul lagi, menyala di hati setelah membaca berita mengenai penemuan Arca Budha kedua sekitar tahun 2017.
     Akhirnya hari ini setelah berulangkali rencana menemui kegagalan, akhirnya saya nekat “Harus hari ini atau tidak sama sekali”, Begitu tekad saya. Sambil mencoba menghubungi “sedulur lanang” Wonosobo, jam 10 saya langsung meluncur. 
      Bagaimanapun durasi tetap menjadi adrenalin yang harus saya taklukkan, Jam 4 wajib sudah sampai rumah. Sambil menyiapkan fisik, Perlengkapan (jas hujan, sandal jepit karena sudah mulai memasuki musim penghujan), mental (blusukan situs sendiri butuh mental khusus, sudah lama saya tak mengalaminya, perlu menumbuhkan lagi) dan tentu saja karena ini blusukan logistik tak terlalu banyak. (coba nanti di akhir tulisan akan saya tulis berapa logistik yang saya butuhkan. Singkat cerita.
       Pas azan dzuhur, saya sampai di Candi Bogang, langsung masuk dan mohon izin ke petugas. Segera mengeksplor. Memuaskan pandangan mata saya.


Candi Bogang
    Pertamakali ditemukan, kepala Arca Buddha pada tanggal 23 Februari 1982 (saat ini demi alasan keamanan Kepala arca di simpan di Museum Karmawibhangga Kompleks Candi Borobudur). awalnya, tempat ini hanya suatu gundukan tanah tanpa ada bangunan di atasnya. 
     Namun, saat tempat ini akan dijadikan tempat parkir oleh pemilik rumah makan yang berada tepat di sebelah Candi Bogang, ternyata ditemukan sebuah arca kepala Budha. Penemuan arca tersebut kemudian dilaporkan kepada BCB Jateng dan menjadi titik awal dari ekskavasi kawasan Candi Bogang.
(Saya ambilkan dokumentasi tarabuana kepala arca tersebut).

      Candi Bogang sendiri berada di Jalan Raya Banyumas KM 5,5, berseberangan dengan Kantor Imigrasi II Wonosobo. Secara administrasi Candi Bogang berada di Kelurahan Selomerto, Kecamatan Selomerto, Kabupaten Wonosobo. 
   Saat saya lewat itu (2012), Arca yang tampak dari jalan raya hanya satu. 



       Karena memang arca yang kedua masih terpendam (masih dalam satu area) dan saat itu belum diangkat.

eskavasi arca kedua Candi Bogang

     Saat ini (2018) Kedua Arca, sudah berdiri dan ditempatkan di Pendopo ini. 
Arca di Candi Bogang

     Arca yang pertama tak punya ciri khusus, namun arca yang kedua (yang berukuran lebih besar) memiliki bentuk khusus, seperti yang dipaparkan Veronique Degroot dalam bukunya Candi, Space and Landscape: A Study on the Distribution, Orientation and Spatial organization of Central Javanese temples remains, menyebutkan bahwa arca kedua Candi Bogang ini mempunyai bentuk yang menyerupai bodhisattva avalokitesvara.
Arca yang pertama : 



Arca Yang Kedua, 







    
      Informasi yang terpampang di papan informasi di sekeliling Candi Bogang memang tidak secara detail membahas Arca ini. Berikut ini yang bisa saya cuplikkan dari papan keterangan Candi Bogang :

       Berdasarkan tinggalan artefak berupa Arca Buddha berukuran relatif besar menunjukkan situs ini memiliki peranan penting dalam perkembangan sejarah masa pengaruh Hindu-Buddha di Jawa periode abad VIII-X Masehi. Pada masa itu telah berdiri Kerajaan Mataram Kuno.      Kerajaan Mataram Kuno diperkirakan berdiri sejak awal abad ke 8. Pada awal berdirinya, kerajaan  ini berpusat di Jawa Tenga. Kerajaan ini sebenarnya mempunyai dua corak agama yang dianut di dalamnya, yaitu hindu Siwa dan Buddha Mahayana. Masuknya pengaruh ini merubah tatanan hidup masyarakat menuju kondisi yang lebuh baik dari sebelumnya. Tata kehidupan masyarakat yang diatur melalui lembaga kesukuan berubah menjadi lembaga kerajaan yang lebih kompleks seperti adanya sistem birokrasi, undang-undang, tentara dan istana yang mengatur kehidupan masyarakat. Konsp ini merupakan awal kehidupan bernegara

Candi Bogang
     Berbeda dengan Candi Arjuna ataupun candi lainnya yang berada di kawasan Dieng yang merupakan peninggalan Hindu, Candi Bogang ini merupakan situs peninggalan agama Budha. Jacques Dumarcay dalam bukunya Candi Sewu and Buddhist Architecture of Central Java menyebutkan bahwa Candi Bogang merupakan bukti penyebaran Budha oleh Wangsa Sailendra di daerah Wonosobo, yang kemungkinan terjadi pada Abad 7 - 8 Masehi. 
    Literatur lain yang ditulis oleh Djoko Dwiyanto dalam Laporan Hasil Sementara Ekskavasi Penyelamatan Candi Bogang mengatakan bahwa situs ini erat kaitannya dengan situs Candi Mendut, candi Buddha yang terdapat di Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang. Arca dan batuan candi yang ditemukan di kawasan ini mirip dengan struktur batuan dan arca Candi Mendut. 
    Candi Bogang, mungkin saja dulu merupakan bakal candi yang serupa dengan Candi Mendut, namun tidak terselesaikan pembangunannya,  entah karena perselisihan atau bencana atau sebab lain yang masih terselubung misteri tanda tanya. 
Mie Ongklok Wonosobo
     Setelah merasa cukup, kemudian saya beristirahat sambil menunggu sedulur Wonosobo "Kang Seto" yang langsung nyamperin. Awalnya akan di antar ke 1 situs lagi. Namun karena jam ditangan saya sudah menandakan durasi mepet. Saya angkat tangan dan lain kali saja. 
Tapi Pesona Mie Ongklok tak mampu kutolak.
 Maturnuwun Kang Seto.

Saya dan Kang Seto
Salam pecinta situs dan watu candi


Sampai ketemu di kisah blusukan selanjutnya….
#hobikublusukan

Sumber Bacaan : 
1. wedangankopijahe.blogspot.com
2. tarabuwana
3. gmaps

Nb:

· -Kurang lebih 6 jam jam PP dari Ungaran saya habiskan waktu untuk blusukan ini, termasuk istirahat beberapakali
· 2 kali isi pertalite @ 20rb.
· 1 x mampir di xxxxxmaret ( 2 roti sandwich coklat, 1 botol air mineral, 1 teh kotak, 1 kopi dan 1 pocari sweat, jarum12) total 40rb (free Mie Ongklok...hehehe)
“60rb saya sudah sampai Wonosobo - PP….. mahal atau murah itu relatif”.