Tampilkan postingan dengan label siwa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label siwa. Tampilkan semua postingan

Minggu, 10 Oktober 2021

Arca Keramat tinggalan Masa Hindu Klasik di Bogoreco,Kec. Guntur Demak

Arca di Situs Bogoreco, Guntur-Demak
     Minggu 10 Oktober 2021. Pandemi membuat segalanya menjadi berat, mulai dari pembatasan mobilitas sampai yang terberat kehilangan rekan blusukan, menjadikan semangat ngedrop pula. Berimbas dengan hasil blusukan yang tertunda bahkan hampir hilang.
     Butuh usaha keras mengingat kembali cerita blusukan yang sudah dilakoni, bagaimana tidak? sudah hampir setahun, naskah tak saya tulis. Saya mulai coba menggali informasi tentang blusukan terakhir yang belum tertulis, sampai memeriksa satu-persatu folder di komputer, laptop dan google drive. Setelah perjuangan, akhirnya ketemu satu lokasi .... dokumen Situs Bogoreco, Kecamatan Guntur kabupaten Demak. Juga menghubungi kembali mas Romi (guide blusukan saat itu) untuk mendapatkan informasi penting yang barangkali terlewat.
Diskusi setelah resik resik situs Tugu, Semarang : Saya, ssdrmk kaos Hitam, Mbak erni Mas Luthfan dan Mas Romi (yang berselfie)
     Kisah dimulai ketika, obrolan saat ketemu di resik-resik situs Watu Tugu, Jrakah Semarang. Saat itu disela-sela ngobrol, kami mendiskusikan ada sebuah informasi dari Mas Romi tentang hasil penelusurannya di dekat kampung halamannya (=dekat mranggen). 
    Saat itu, ditengah mepetnya waktu ketika ada keperluan mendesak di area Pucanggading. Saya melihat celah kesempatan waktu, hit n run .... saya janjian jam 4 dan rencana saya langsung meluncur, dan mas Romi kok kebetulan berkenan....
     Singkat cerita, jam 4 sudah berada di titik awal petunjuk menuju rumah Mas Romi, yang entah mengapa setiap ke rumah mas Romi saya selalu kesasar... aneh. Dari Mranggen, kami kemudian meluncur menuju kecamatan Guntur, motor sata bawa agak laju karena pertimbangan hari mendekati petang. 
   Arah maupun petunjuk benar- benar terlupa, pingin minta tolong mas Romi untuk mencari titik di google map satelite sangat rikuh... heheheh. jadi saya lompati saja ya.... (tapi entah nanti barangkali beliau berkenan memberikan titik di google map... nanti saya update).
     Yang saya ingat, kami masuk di jalan menuju persawahan, saat itu banyak tatapan tanda tanya dari warga. Kemudian kami parkir di sela-sela rimbunan Bambu, tepat dimana tujuan kami sudah ada di depan mata. 
Demak
Situs Bogoreco, Bogosari guntur Demak
    Berada di Dusun Bogoreco Desa Bogosari, dimana kemungkinan asal nama dusun ini karena keberadaan arca ini ( jawa = reco). Sementara di google baik kamus sansekerta maupun kawi tak ada arti untuk kata bogo.  Semoga sahabat ada yang berkenan memberikan pencerahan. 
     Walaupun di vlog nanti kami lebih mengarah arca ini Dewi Durga, namun kami tak juga menutup kemungkinan arca ini Rsi Agastya.  Ciri khas durga menginjak Kerbau (setelah lebih seksama tak nampak) tak ada. namun sekali lagi saya menerima pencerahan, bukan apa-apa... minim dokumentasi dan detail gambar menjadikan tulisan ini jauh dari kata layak.  Jadi semoga banyak lagi blusuker yang mengupas arca ini agar warga masyarakat menjadi tahu.
     "Lupa juga", kata Mas Romi saat saya tanya posisi Arca ini saat ini dimata warga ; bagaimana, legenda/ sejarah yang berkembang .. mungkin saya harus kembali lagi kapan-kapan untuk melengkapi lagi cerita saya ini. Selain banyak yang terlewat, HP saya juga mati, alhasil 90% dokumentasi di Bogoreco saya meminjam HP mas Romi.
     Versi Video vlog amatir di : https://youtu.be/qBx6j_Ezq_s


Maturnuwun mas Romi
Mas Romi, Mranggen
     Salah satu partner andalan, yang sering menuruti permintaan saya.. hehee... kapan-kapan njenengan ku antar kemana mas? heheheh ..
     Salam pecinta Situs dan watu Candi!
Spiritmu tetap kubawa kawan #lektrist
#hobikublusukan

Kamis, 23 November 2017

Menapaki Jejak peradaban masa silam di Makam Handayaningrat

Arca Durga di Makam Handayaningrat
          Kamis, 23 November 2017. Cerita ini sesungguhnya tak kami rencanakan, blusukan kemudian ini sejatinya hanya 6 situs, 3 lek  Sur jadi guide, sisanya gantian saya yang jadi petunjuk arah.  Yang pertama YoniSitus Recosari, kemudian Lapik Situs Recosari, yang ketiga Candi Musuk, keempat Candi Kragilan, selanjutnya di Yoni Warna warni Jetis, Bangak dan terakhir di Yoni Situs Karangkranggan Bangak Boyolali. Di dua situs terakhir tersebut, kesempatan saya membuat video blusukan. Dimana penelusuran setahun lalu memang belum membuatnya.
            Video amatir Yoni Warna warni : 


Video Amatir Yoni Karang :


     Sebelum bertandang kerumah Mas Yogga, sebenarnya ingin mampir ke lokasi dimana ada Yoni dengan 2 lubang di penampang atasnya, namun ternyata lokasi tersebut terkunci rapat (di pengging). Akhirnya kami langsung menuju rumah beliau dengan melewati Yoni Mie Ayam Pleret Pengging
    Singkat cerita, setelah bertukar kabar baik, ngobrol ngalor ngidul, Mas Yoga menawari kami untuk mampir ke makam Handayaningrat. Mumpung belum hujan katanya. Memang awan pekat menggantung di langit menunggu jatuh saja.
    Dari rumah mas Yogga, (karena keluar masuk gang saya tak mampu mengingat, hubungi saja beliau….hehehe), kira-kira 10 menit kemudian sampai. Destinasi kali ini terlihat dari kejauhan sebuah pohon yang sangat besar, ya… makam ada di bawah pohon tersebut.
       “Ada arca Durga Mahisasuramardini  di dalam area makam”, jelas Mas Yoga. Sesaat kami tiba, warga (seorang nenek), menawari kami bunga mawar untuk nyekar : 10k. Bonusnya kami dicarikan juru kunci yang memang pagar makam tergembok. Saat menunggu inilah, kami berkeliling di sekitar makam, disisi makam ada bangunan peristirahatan para peziarah yang juga dilengkapi bagan silsilah Handayaningrat yang juga adalah menantu Raja Majapahit : Brawijaya V, istri dari Putri Retno Pembayun.
      Kami kemudian bergerak disisi yang lain, yang lumayan rimbun oleh beberapa pohon, ternyata jejak sebuah bangunan masa lalu pernah ada disini, salah satu bukti ya ini, Kemuncak  :
Kemuncak di Makam Handayaningrat
     Cukup lama, nenek tadi mencari juru kunci makam, terus telang kami gelisah, karena angin mulai bertiup kencang dan hujan hanya menunggu waktu saja.
     “Nyuwun sewu nak, wau kulo teng saben”, jelas Kakek juru kunci sambil membuka gembok gerbang makam. “Monggo, Ki Ageng niku (sambil menunjuk sebelah kanan), ingkang sebelahipun ingkang garwa”, jelas beliau.
Dengan berdoa sebisa kami, sekaligus mohon ijin kepada Ki Ageng ingin mendokumentasikan arca durga.
     Setelah selesai, kemudian kami menaburkan bunga mawar ke makam dan beberapa titik termasuk di depan arca Durga yang masih ditutupi kain.
    Kami bertiga, saling berpandangan mata, terlihat jelas kode bahasa tubuh kami semua meyiratkan tak berani untuk minta ijin. Karena kami tahu Arca ini begitu di keramatkan. Namun, kami tetap mencoba mencari cara, karena tujuan kami semata-mata baik adanya. Agar cerita peradaban tak lenyap begitu saja. Semoga terjaga niat kami.
       Tanpa kami sepakati, di waktu yang sempit… akhirnya kami menyingkap kain dan segera menyentuh langsung, senang rasanya bisa melihat hasil olah budi olah karya leluhur.
      Karena kami takut, beberapa foto saya pribadi tak bisa kami lihat, blur semua padahal Lek Suryo saya foto hasilnya oke, plus hanya beberapa saja kami sempat mengabadikan.
     Arca Durga.
Arca Durga
     Kondisi sudah di cat hitam mengkilap.
     Kondisi ukiran tangan lumayan terlihat jelas, hanya kepala arca yang musnah.
Namun perbawa arca ini masih kuat kami rasakan.
Semoga tetap mulia dan lestari,
       Selain adrenalin karena waktu yang sempit (=baca juru kunci tak lihat aksi kami) hujan mulai deras, sederas-derasnya, maka terpaksa kami menyudahi.
     Karena waktupun sudah mulai petang, walaupun hujan sangat deras, tapi kami bertiga sepakat untuk kembali ke rumah Mas Yogga Wahyudi dulu, sebelum melanjutkan perjalanan pulang.
     Sebelum Pulang, selain dapat blusukan plus, kami juga dapat "cakar bakar super pedass", cocok sekali suasana sore, hujan dan hawa yang dingin… Matursembahnuwun mas Yogga…. 
  
Salam Pecinta Situs Dan Watu Candi

Makam  Handayanungeat

nb :
maturnuwun Mas Yoga....

Rabu, 30 November 2016

Mengunjungi tinggalan purbakala : Lingga Yoni di Pura Mandira Herdaya Dsn. Bantulan, Ds. Jembungan, Banyudono, Boyolali

     Rabu, 30 November 2016. Blusukan nekat... obat stress... destinasi kali ini super sekali, rekomendasi sekaligus guide spesial dari Mas Yogga Wahyudi

  1. Lingga Yoni Pura Mandira Herdaya.. Bantulan, Jembungan, Banyudono, Boyolali.
  2. Yoni Makam Dk. Cikalan, Ngaru Aru, Banyudono, Boyolali. 
  3. Yoni Makam Dk. Bodean, Dukuh, Banyudono, Boyolali. 
  4. Yoni Pojok Dukuh Bodean Dukuh Kec. Banyudono. Kab. Boyolali
  5. Situs Gajah Ndekem.. Legundi, Cepokosawit, Sawit, Boyolali. 
  6. Situs 4 Lumpang dan Sendang Legundi, Cepokosawit, Sawit, Boyolali. 
  7. Situs Yoni tegal  Plumutan, Barengan, Teras, Boyolali. 
  8. Situs Lingga Yoni dan Lumpang Bunder Gede.. Plumutan, Barengan, Teras, Boyolali.
  9. Situs Yoni Pasar Pengging, Candirejo, Dukuh, Banyudono, Boyolali.

    Masing Masing dalam urutan rangkaian naskah tersendiri...., (Setelah Naskah Jadi Semua terhubung link) Selamat menikmati, kisah perjalanan kami, 
      Kali ini, blusukan luar kota menuju Kabupaten Boyolali berkat kemurahan hati mas Yogga Wahyudi, berangkat dengan kumpul terlebih dulu di bengkelnya      Mas Dhany Putra di Karangjati, Rencana kami berempat. Saya, Mas Dhany Putra, Lek Suryo dan Mas Iwan Putra. (Namun yang berangkat dulu saya dan Lek Suryo, Mas Dhany dan Mas Iwan : Nyusul - kami ketemu di destinasi ke 4).
      Singkat cerita, kami mampir dulu di Rumah Mas Yogga Wahyudi, didaerah pengging dan memang kebetulan 8 destinasi diatas hanya seputaran rumahnya saja. Joss tenan. Sebelumnya Rumanya sangat dekat dengan Yoni Mie Ayam Pengging dan Kala Kembar di Gapura.
  suplemen penambah semangat : sehat lek suryo?
        Tujuan Pertama kami adalah, Pura Mandira Herdaya Dusun. Bantulan, Jembungan, Banyudono, Boyolali. 
     Sebelumnya mampir dulu di Rumah Mas Yogga Wahyudi di Bantulan Ds. jembungan Banyudono. "Asyik nemu makanan..." Lek Suryo Histeris..... "Tapi kok lomboknya pedes ya... "??-- jawabsaya... alibi untuk makan tahu sebanyak-banyaknya itu mas Yogga... ehhehehe---
     Melewati Yoni Mie Ayam.... Ngobrol sejenak dan menentukan rangkaian destinasi, kami Segera beranjak... Karena sadar..destinasi kali ini super sekali. = banyak!!!
Arca di Pura Mandira Herdaya Dsn. Bantulan, Jembungan, Banyudono, Boyolali
   Sebenarnya kami agak segan, ketika diajak mas Yogga untuk masuk ke Pura, namun ketika masuk ke gerbang melihat banyaknya arca serta lingga yoni lengkap maka kami beranikan diri untuk melihat secara dekat.
    Mohon maaf, niat kami hanya ingin mengagumi tinggalan leluhur... bukan berniat macam-macam.
Lingga Yoni di Pura Mandira Herdaya Dsn. Bantulan, Jembungan, Banyudono, Boyolali
    Yoni dan lingga yang berada di Pura Mandira Herdaya ini, cerita dari mas Yogga bukan asli pasangannya. 
Lingga berasal dari Yoni Mie Ayam, dulu sempat menjadi ijakan orang mandi dan cuci di sungai, sementara lingga asli Yoni ini sudah pecah. 
Lingga Pura Mandira herdaya (foto By Yogga Wahyudi)

     Arca Ganesha, berjejer dengan Arca Resi Agastya
 Arca di Pura

    Lebih dekat dengan arca arca di Pura mandira Herdaya :
Ganesha
Resi Agastya

resi Agastya










     







     Bagi kami arca yang terpotong kepala tetap berharga, value-nya melebihi patung utuh buatan jaman sekarang.
--
Maaf jika tulisan saya ada yang tak berkenan....
---
     Trio blusukan, Lek SuryoMas Yogga Wahyudi dan saya @SSDRMK.
Di Pura Mandira Boyolali



      Menghargai lintas batas.... toleransi demi kebhinekaan....
Lingga Yoni Pura Mandira Boyolali
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi.