Tampilkan postingan dengan label arca. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label arca. Tampilkan semua postingan

Jumat, 06 September 2019

Misteri Baran Gunung Ambarawa : Jejak Peradaban yang tertinggal

Situs Baran Gunung Ambarawa
      Jumat, 6 September 2019. Ingin mengubah tradisi, biar tak ada lagi istilah kemisan. Jadi blusukan itu tak harus ditentukan hari… namun lebih karena ‘yang penting bisa’,’durasi masih bisa di intip celahnya’, dan lain sebagainya. 
       Seperti kali ini. Hari Jumat kalau kata orang adalah hari pendek, namun bagi saya tentu saya ubah menjadi hari paling bisa untuk blusukan, sekaligus bisa jumatan di Masjid yang berdekatan dengan situs. Awalnya ketika ketemu rekan-rekan saat ada seremoni ritual “Bathara Gana wangsul” di Kalijaro (Kamis, 5 september 2019). (Apresiasi tinggi kepada Mas Dhany, Waktu tenaga dan segala sumber daya yang beliau punya untuk merawat Bhatara Gana ini….) 
      “Ada info A1 di Baran Gunung, Potongan Arca, Struktur Kemuncak dan Batu persegi. Saiki yoh!”, tantang Pak Nanang. Mas Dhany langsung pasang muka teraniaya. Kalau sekarang tentu gak akan bisa ikut, lha Mas Dhany itu ya ketua panitia seremoni ritual ini. Saya? Cuman mesem saja. Wkwkwwk. , tentu tak Cuma diam. Tapi berpikir strategi agar penelusuran ke Baran Gunung Jumat saja. Akhirnya, dengan lobi tingkat diplomat…. Berhasil juga. 
       Esok paginya, setengah serampangan saya iseng untuk melempar ajakan ke Mas Eka WP… (walaupun pesimis, beliau super sibuk sekarang jadi pejabat alias raja yang rapat terus…tapi snacknya ga pernah dibagi2, dibawa blusukan). Mas Dhany tentu tak lupa saya ajak, misi saya tentu mencari yang bisa saya bonceng. Wkwkwkwk. 
Mie Ayam Pak Keman Berokan
       Janjian untuk Jumatan di Masjid sebelah rumah Pak Nanang, Saya dan Mas Dhany saja.
     Awalnya memang rasa deg-deg an... karena beberapa hari lalu saya, Mas Seno membuat konsprasi untuk nglimpe Bu Wahyuni..  sekaligus sengaja biar Pak Nanang terkena jebakan durasi... ingin tahu kisahnya baca blog kisah sebelum ini : salah-satu-jejak-peradaban-bandungan.html ...  hehehe... 
     Ngobrol ngalor ngidul sambil ngisi perut agar tak goyah dengan Mie Ayam Pak Keman Berokan (Bu Wahyuni adalah anak Pak Keman founder Bakso Pak Keman yang melegenda di jagad per-kulineran Ungaran) Kami Sementara sudah kumpul, tapi mas Eka WP entah… katanya nyusul tapi sampai saya habis berbatang2 (tuan belum datang) Djarum …. Ach mungkin beliau dapat nasi dos trus ‘kirmah’ tak jadi ikut. Karena Mas Eka ini tentusaja Mas Dhany versi  lain.  wkwkwkwkkw
      Kali ini kami ditemani Mas Edo Piyut, rekan Pak Nanang yang rumahnya berada dekat dengan situs kami yang akan kami telusuri. Kebaikan Pak Nanang kepada kami, semoga ‘Kang moho agung, murbeng dumadi maringi berkah kuarasan kagem Pak Nanang, Mpun maringi kulo energi lewat mie ayam”…. amin!
Mie Ayam Pak Keman Berokan
      Saat tinggal kuah terakhir, eh Twin Eka mrenges bareng muncul batang hidung mereka. Si kembar tak identik berboncengan sambil ngekek layaknya anak bayi tanpa dosa. 
      Batin saya untung Mie ayam saya sudah habis, kalau tak? Hmmmm.. iso direbut paksa... untuk cepat saya tandaskan... hahahahg. Mungkin melihat wajah mereka, (kelihatan kelaparan) akhirnya makan mie ayam juga. wwkwk. Singkat cerita, kemudian berangkatlah kami berpasang-pasangan… (tentu saja yang resmi cuma Pak Nanang dan Bu Wahyuni). Lewat Jalur Berokan, tembus jalan berokan, kemudian ambil kiri arah Baran Ambarawa. 
      Di sepanjang jalan kami melewati beberapa situs… mulai : Yoni Gayam sari, kemudian sendang seklothokSitus Makam Baran. Sementara di Baran sendiri saya mencatat ada lebih dari 8 watu lumpang... Dahsyat!!! untuk detail search  di blog ini.
Masjid Baran Gunung Ambarawa
       Kami kemudian parkir dihalaman rumah Mas Edo Piyut. Berjalan kaki menuju lokasi…. Yang kami tuju ternyata berada di belakang Masjid Dusun Baran Gunung Desa Baran Ambarawa. 
   Berjalan ke samping, saat saya kesini ada satu 'batu struktur candi' :
Baran Gunung Ambarawa
    Dan berada di tempat tersembunyi diantara lorong antar bangunan, Situs Baran Gunung tergeletak.
    Kemudian ada makam Mbah Salim. Untuk siapa dan sejarahnya bagaimana. Saya minim informasi.
      Situs tepat berada di tembok luar area makam :



      Yang paling menarik hati, tentu saja potongan arca;
Baran Gunung Ambarawa
     Dugaan kami hanya terbatas dengan logika kira-kira... Dulu pernah ada arca Gajah juga, di dekat pohon pisang (5m) masih area situs ini. sehingga dugaan saya ini bisa saja Agastya, mungkin Durga atau malah Siwa.... karena keberadaan arca gajah (oleh warga mengingat dari bentuk arca berbadan manusia berkepala Gajah = Ganesha. Jadi tentu sangat memungkinkan tinggalan ini berciri hindu klasik.
      Close up :
Potongan Arca Situs Baran Ambarawa : Dugaan Arca Rsi Agastya
       Struktur bagian tepi bangunan, dimana ada pelipitnya,
       
situs Baran Gunung Ambarawa
     Yang unik selain potongan arca ada struktur lain, berbentuk balok jika dipukul berbunyi 'ting', kemudian juga batu yang biasanya berada di bagian atas bangunan (=candi), umumnya di kenal kemuncak.
       






















Baran Gunung Ambarawa


































      Kami mencoba juga menelusuri jejak lain disekitar area ini. Keberadaan sendang, kemudian makam kuno di tengah persawahan juga tak luput dari penelusuran kami. 
Ternyata ada Makam punden yang konon adalah adik kandung, yaitu Ki Bak Yem, Sementara tokoh "Ki Bagus Gunung yang dimakamkan di baran Gunung ini pula : Cek link blog :  situs-makam-kyai-bagus-gunung-baran.html"
      Bersama Narasumber, rumah beliau tepat disamping masjid;
Ibu (no name) terlupa bertanya nama beliau di Situs Baran Gunung Ambarawa
     Bersama ….. Kanan ke kiri : Bu Wahyuni, Mas Dhany, Mas Eka Saya dan sang guide  Mas Edo Piyut (yang moto Eka Budi Z)
di Situs Baran Gunung Ambarawa
     Jangan Lupa lihat juga versi Vlog di channel You tube : Situs Baran Gunung 

Salam Pecinta Situs dan Watu Candi 
ssdrmk di situs Baran Gunung Ambarawa
       Sampai Ketemu di Penelusuran Berikutnya 

#hobikublusukan

Kamis, 20 Desember 2018

Arca Unfinished Mongkrong, Wonosegoro Boyolali

Arca Unfinished Mongkrong
20 Desember 2018, masih ‘Ekspedisi Lintas Batas Wonosegoro, naskah ini adalah cerita destinasi ke empat kami. Saya, Pak Nanang, Bu Wahyuni dan Mas Seno. Berturut-turut dari Situs 2 Yoni Mongkrong, Lumpang Punden, Lumpang #2 pinggir jalan. Kemudian setelah berpamitan dan mengucapkan banyak terimakasih kepada guide Bapak Suntoro kami langsung menuju lokasi selanjutnya. “Nanti kita akan melihat Arca yang belum jadi”, cerita Pak Nanang. Destinasi ini adalah berkat guide dari rekan semasa SD bu wahyuni. Dimana sang empunya rumah yang ada arca ‘unfinished’ adalah kerabat dari rekannya. Pak Widodo nama beliau, renacananya setelah penesuluran ini kami akan mampir. “Dirumahnya banyak Banon”, jelas Pak nanang. OK lah!....
Maaf, karena lupa sudah hampir 10 hari baru saya tulis, dan tak punya catatan petunjuk arah, sehingga saya tak bisa detail. Namun yang pasti Desinasi kali ini masih Di Desa Mongkrong Kecamatan Wonosegoro Boyolali. 
Tepatnya di dusun Krangkeng di rumah Bapak Suwardi. Tentu tak membutuhkan waktu lama, sampailah kami.
Arca Unfinished Mongkrong
“Saat saya berumur 20an, saya bawa dari sawah garapan saya di pinggiran desa”, cerita Pak Suwardi mengawali cerita kepada kami tetang asal usul Arca  unfinished ini. 
Pak Nanang, Pak Suwardi dan Istri
Close  up, 
Arca Unfinished Mongkrong
Beliau ingin mengamankan batu yang menurut beliau pasti bersejarah ini, karena waktu remaja beliau juga tahu keberadaan beberapa arca di lumpang punden sebelum dicuri orang (Bahkan satu-satunya yang tertinggal saat ini sudah dihancurkan).
Arca Unfinished Mongkrong : dari samping
Diskusi kami berempat mengira-ira ini bakalan Arca apa….. tentu bukan si perut gendut bergading, karena nampaknya bagian perut ‘sispack’. Bisa Durga, Siwa, wisnu, dll. Dari bentuk belakang unfinished arca ini kami malah menduga ini bagian dari relung sebuah bangunan.
Arca Unfinished Mongkrong : dari belakang
Setelah cukup mengeksplor, kami kemudian berpamitan dan menuju rumah teman masa kecil bu Wahyuni, Pak Widodo
Pak Widodo Mongkrong
Benar memang, Ada jejak beberapa Banon dibeberapa sisi rumah, “Dulu masa Bapak saya masih terlihat banyak. Sebelum diplester. (foto Banon masih nunggu kiriman mas Seno)
Sambil beristirahat, kami merencanakan untuk penelusuran lanjutan ke Yoni Krajan Desa Timpik Susukan, dan Candi Payungan di Kecamatan Kaliwungu, karena jarak cukup dekat dan saya merasa wajib untuk ‘gantian menjadi guide’, namun mas Seno ternyata menyerah dulu, alias pulang tapi bukan durasi keset teles….. heheheh.
menthok dan Pak Nanang-Bu Nanang di Mongkrong
Saat sedang berniat pulang, eh malah Pak Widodo menangkap Menthok, tentu saja dimasak. Terus terang saya gundah. “Alamat gagal semua blusukan lanjutan nich”, soalnya Menthok itu masaknya lama sekali…
Yach akhirnya benar saja. Sampai jam 4 belum matang juga, akhirnya saya berpamitan mendahului.            
Durasi masih berlaku bagi saya…dan ngebut karena jam 5 harus sudah sampai rumah… gila nich…. Jalan sedikit lupa…..
Beberapa jam kemudian dipameri Makan Menthok, nasib belum rejeki memang. Sekelam 'Ekspedisi Lintas Batas' kali ini.
Sampai ketemu di penelusuran selanjutnya
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi
saya dan Arca Unfinished Mongkrong
#hobikublusukan











Ekspedisi Mongkrong Wonosegoro Boyolali : Lumpang, Umpak.... dan tragedi

Lumpang - Umpak Mongkrong

        Kamis, 20 Desember 2018. Setelah mendokumentasikan 2 Yoni di rumah Pak Didik, sudah link blog Yoni situs Mongkrong , seperti yang telah di tawarkan beliau, kami akan dipandu oleh karyawan Pak Didik. 
SDN Mongkrong 02 Wonosegoro

      Ada beberapa situs yang akan kami telusuri dengan guide Pak Santoro. 
     Dari Rumah Pak Didik di dekat Pasar Mongkrong, kemudian kami melanjutkan penelusuran, dengan terlebih dahulu parkir di Rumah Pak Santoro yang berada di seberang SDN Mongkrong 02. 
     Ternyata kami diajak berjalan kaki melewati lapangan sepakbola tepat di Samping SDN Mongkrong 02.
     Kami sebenarnya penasaran, apakah jarak jalan kaki jauh atau hanya selemparan batu saja. 
     Ternyata, setelah berjalan melintasi Lapangan, kemudian memasuki halaman belakang rumah seorang warga yang nampaknya dapur.
    Dibawah pohon Serut, tepatnya Destinasi yang kedua kami berada. Situs Lumpang-Umpak Mongkrong berada.

Lumpang - Umpak Mongkrong 
     “Saya menyebutnya Watu Lumpang, mbah saya juga menyebut watu lumpang”, jelas ibu pemilik Rumah. Sementara Pak Santoro mengungkapkan bahwa masyarakat mengenal dengan Watu Lumpang Punden. 
Lumpang - Umpak Mongkrong 
       Ada dua watu purbakala memang, yang berukuran besar Nampak seperti ‘bekas’ lumpang yang hilang separuhnya pada bagian atas lumpang, menyisakan samar lubang bulat ditengah.
Lumpang - Umpak Mongkrong 
        Sementara batu yang berukuran lebih kecil, kami sempat berdiskusi sejenak. Memunculkan dugaan bahwa ini umpak sebuah bangunan suci masa lalu. 
       Dimana ada hubungan dengan kepercayaan masayakat bahwa area ini dulunya pernah ada sebuah bangunan suci lengkap dengan beberapa arca. Kata Pak Santoro Salah satunya yang akan kami telusuri nanti. 
     Setelah mendokumentasikan 2 watu purbakala Lumpang dan Umpak, kami kemudian berjalan lagi menyebrangi lapangan bola menulu “Lawangan”, saat kami mencoba bertanya detail apa dan bagaimana Lawangan tersebut, Pak Santoro menjawab, “Lihat saja nanti”, terus terang kami kepo… (alias sangat penasaran…) apakah dorpel pintu candi? Atau tangga candi.. tak sabar rasanya.
Menuju Lawangan : Pintu Gaib 

      Setelah berjalan menyusuri jalan terjal, dan ternyata mengarah ke sungai sampailah kami…

Situs lawangan : Mongkrong Wonosegoro
     “Ini Pintu Graib, yang menghubungkan dunia ini dengan dunia lain”, jelas Pak Suntoro. Kami semua bengong, saling lihat satu sengan yang yang lain.. 
     Kemampuan kami tak ada satupun yang sensitive dengan indra keenam. Alhasil tak lama kemudian satu persatu kami naik lagi. 











     Namun pemandangan di sungai berbatu alam ini sungguh mempesona.
   “Semoga penelusuran berikutnya menggembirakan. Dari ‘Lawangan”, kami kemudian arah ke lapangan lagi, langsung ambil kanan menyusuri lapangan, tepatnya mengarah persis dibelakang rumah yang ada lumpang dan umpak tadi.
    “Tempat yang akan kita tuju ini ada Arca Dewa cukup besar sedang menginjak sapi”, jelas Pak Suntoro. Kami berempat seketika gembira meluap luap. 
      Berada di tengah kebun Jati, yang banyak ulat daun jati. bikin geli plus merinding, apalagi ternyata Bu Wahyuni K. yang sampai berekpresi lucu... hehehhe... terbersit melempar 1 saja...wkwkwk 'pikiran jahat'....), sampai kami ingin berlari tak sabar melihatnya. 
     Namun takdir tak dapat ditolak….
     Kami sangat terlambat...
Bekas Arca Mongkrong 

      " Beberapa tahun lalu saya masih melihat jelas arca tersebut, bahkan Pak Didik pernah rasan-rasan ingin mengamankan melestarikan dirumah beliau", jelas Pak Suntoro. 
      Seketika saat tahu sudah tak nampak lagi Arca tersebut. 
     Yach.. terlihat jelas sisa sisa penghancuran arca tersebut.... 
      Ingin rasanya teriak... dan kulari kepantai.... biar teriaknya lepas tak ada yang peduli... 
     Namun apa daya... Wonosegoro jauh dari Pantai. Sedih? sudah pasti...
      "Sebenarnya selain arca tersebut, dulu banyak batu bata jumbo disini. Banyak yang diambil warga dijadikan pondasi", tambah Pak Suntoro sambil menunjukkan remukan 'banon' yang tersebar luas.....
      Sibuk dengan pikiran masing-masing, cukup lama kami terdiam kemudian satu persatu kami berlalu. Nampaknya Pak Suntoro memahami perasaan yang berkecamuk dalam hati kami. 
      "Ini masih ada satu lagi, ikuti saya", hibur beliau.... dan bersambung....





     Saya Bu Nanang dan Mas Seno, Pak Nanang yang foto di Lumpang mongkrong #1 :


Salam Pecinta Situs dan Watu Candi.










Lanjut ke Situs selanjutnya : ….. wonten candake 
- Lumpang di jalan Gang Mongkrong 
- Unfinished Arca Dusun Krangkeng desa Mongkrong 
#hobikublusukan

Kamis, 24 Mei 2018

Petirtaan Situs Kalitanggi Klero Tengaran : Sendang Kalitanggi


Petirtaan Situs Kalitanggi Klero Tengaran : Sendang Kalitanggi
Kamis, 24 Mei 2018. Tujuan terakhir dari ‘Blusukan Kemisan, edisi Puasa tetap seru blusukan’ di Klero. Yang pertama Sendang Klero, kemudian Situs Makam Kuno di Dusun Poncol Klero, dan yang terakhir ya yang sahabat baca ini. Dari Poncol, kami keluar menuju jalan raya, melewati Candi Klero. Keluar gerbang ambil kiri arah Solo. Setelah Jembatan kembar (tapi tak serupa), langsung ambil kiri. Ingat tepat setelah jembatan.
Diakhirnya nanti…. Sebenarnya ada jalan langsung lokasi tepatnya sebelum Puskesmas Tengaran (yen ra puasa mampir puskesmas iso njaluk traktir …. Apa kabar kawan yang kerja di Puskesmas Tengaran? Hehehhehe. Sori no name. rahasia! Wakakakka), Mas Eka Budi berujar, “Kalau lewat jalan cor itu tak akan tahu sensasi lain…“, maksudnya watu candi yang bertebaran di rumah penduduk, depan, samping dan belakang rumahnya.
Kami titip parkir motor di samping warung dekat cucian mobil. Kemudian berjalan kaki menuju sendang melewati jalan sempit sela rumah warga.
Sampailah,
Petirtaan Situs Kalitanggi Klero Tengaran : Sendang Kalitanggi
Sendang masih digunakan oleh warga untuk aktivitas.
Tempat Jemuran?
Banyak batu besar berbentuk kotak, beberapa ada pola.
Petirtaan Situs Kalitanggi Klero Tengaran : Sendang Kalitanggi
Petirtaan Situs Kalitanggi Klero Tengaran : Sendang Kalitanggi
Riyen kathah sanget mas, tapi akeh sing di colong, kependem juga” seorang warga yang sedang mencuci pakaian bercerita dengan logat medhoknya, sengaja tak saya translate.
Petirtaan Situs Kalitanggi Klero Tengaran : Sendang Kalitanggi
Beningnya Sendang Tanggi ini menggoda kami untuk menceburkan diri…namun sayang seribu sayang. Diatas sendang ini ada kandang hewan…. 
jalan Cor-coran sebelah puskesmas Klero menuju Kalitanggi
 Posisinya diatas, dibelakang rumah warga (posisi sendang memang dibelakang rumah tersebut) “Tau dong bagaimana baunya… dan mungkin kalian juga berpikiran sama dengan ku… “Bagaimana resapan kotoran itu? Apakah tidak pengaruhi air ini?”…. Achhh!!
Saya tak mampu berkomentar banyak… hanya satu kata : Eman! Satu lagi potensi ini terlupakan! Ide sederhana,  kenapa Desa Klero tak dijadikan desa Wisata? Kemudian asset situs di rekontruksi ulang menjadi sebuah kawasan wisata sejarah? Begitu susah ya? Candi Klero, 4 situs, Khas Buah Waloh, kerajinan, sungai besar yang masih bening. Alam yang sejuk…. Pokoknya banyak potensinya!
Keberadaan beberapa situs disekitar candi Klero menguatkan dugaan saya selain mestinya terkait, area ini mungkin dulunya sudah berkembang sebuah pusat (entitas kerajaan vassal) peradaban. 
Saya juga menduga (bahkan yakin!), bahwa petirtaan megah pernah ada disini. Kenapa bisa saya pribadi menduga seperti itu…. Yang paling utama; Beberapa tahun lalu, saya mendapatkan cerita dari pamong budaya kenalan saya, di Sendang ini dulunya ditemukan arca. Sudah pula Kab.Smg 1 menengoknya. Tapi atas dasar kesepakatan bersama arca tersebut dipendam lagi. Dengan pertimbangan keamanan. 
Dari bocoran yang saya terima, arca dengan tangan 4 dan dibawahnya ada sapi. Sudah jelas itu siapa. Semoga tetap aman disana!
Yang kedua, struktur batu kotak berukuran sangat besar, keberadaan makara, kemuncak mejadi bukti. “Makara yang ikonik sudah diselamatkan ke BCB”, jelas Mas Eka Budi. Kemuncak yang terbengkalai di sudut kebun, 

Yang ketiga ; kemudian seperti yang dijanjikan mas Eka, kami juga di tunjukkan beberapa struktur batu candi.  Sambil kami mengakhiri blusukan kali ini, kami pulang dengan sedikit jalan yang berbeda, masih melewati jalan depan rumah warga.
Ini berturut turut sensasi yang dijanjikan :
 

Kemisan kali ini, membuktikan bahwa meskipun puasa, tetap blusukan tak menjadikan puasa kami batal. Tentunya rekomendasi blusukan ke petirtaan saja… wkwkwkwk, iya pora mas Dhany? 
Dhany Putra 
Matursembahnuwun mas Eka Budi waktu istirahatnya terganggu (beliau sebenarnya malam sebelumnya kerja masuk malam).Foto Mas Eka Budi nunggu kiriman...
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi
Sampai ketemu lagi di Kemisan seru yang akan datang #gantiduet jadi lupa tak membuat video amatir.
 #hobiku blusukan