Tampilkan postingan dengan label Pringapus. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pringapus. Tampilkan semua postingan

Kamis, 18 Januari 2018

Mengunjungi Yoni situs Kemasan Pringapus : Edisi Spesial langsung Transfer foto dan video dengan Laptop Asus X555QA


     Kamis, 19 Januari 2018. Blusukan situs tiap hari Kamis yang sengaja saya gaungkan dengan istilah “Kemisan” tetap menjadi ritual pengusir penat. Yang spesial, saya mendapatkan pinjaman Laptop Asus X555QA, milik teman kerja untuk dipakai transfer foto dan video langsung di lokasi blusukan. Blusukan kok bawa laptop? Ceritanya, beberapa saat lalu saya curhat, sering kesulitan transfer dan bahkan pernah hilang dokumentasi hasil blusukan gara-gara proses transfer yang kurang lancar. Tanpa saya duga, rekan tersebut nawari untuk membawa laptopnya.... jadilah...
       Kali ini tujuan kami, di daerah Pringapus Kabupaten Semarang tepatnya di Makam Kemasan. Petunjuknya cukup mudah, Dari Jalan Solo Semarang, pertigaan traffict Light Karangjati dari arah Semarang Ambil kiri, kemudian kira-kira 5km ketemu dengan pertigaan Klepu Ambil kiri lagi... Di area ini ada beberapa situs berturut turut : Watu Lumpang Klepu # 1 dan # 2 , Situs Mbodean , Watu Lumpang Bodean. Kemudian sampai di pertigaan Kemasan ambil kiri. 1km kemudian sebelah kanan masuk 100m sampailah di lokasi.
       Informasi keberadaan Situs ini tak mudah saya dapatkan, seorang pemblusuk yang terlebih dahulu ke lokasi ini nampaknya terobsesi julukan the special one and only one.  Sehingga nampaknya susah berbagi…. Bahasa keren itu "arep di pek dewe". Semoga saya salah sangka. Berbekal dari gambar postingannya, kemudian saya coba merekontruksi lokasi, mengira-ira, bertanya rekan, sahabat lain yang mungkin hapal daerah yang saya maksud.  Singkat cerita, petunjuk-petunjuk berdatangan dari orang yang masih baik. Jadilah naskah ini 
Yoni situs Kemasan Pringapus 
     Yoni Situs Makam Kemasan Pringapus, 
Yoni situs Kemasan Pringapus
      Konon ditemukan warga saat menggali makam, kemudian oleh warga diangkat dan ditempatkan di lokasi yang sekarang (seperti yang Eka W.P ceritakan kepada saya). 
 Yoni situs Kemasan Pringapus
      Kondisi Yoni saat ini sudah memprihatinkan, banyak rompal, berlumut dan ditumbuhi jamur yang terlihat di banyak titik. Seperti biasa yang saya temui, dan sebenarnya inti peninggalan ini adalah Lingga sudah tak ada, Lingga = pasangan dari Yoni. Kadang masyarakat menyebut dengan lumpang dan alu. 
Cerat Yoni Kemasan Pringapus
       Selain keberadaan Yoni, banyak pula pecahan banon atau batu bata (berukuran besar) yang ditumpuk tak beraturan di sekeliling yoni. Juga di pakai untuk hiasan makam.
Yoni kemasan menurut saya pribadi masuk di kriteria yoni sederhana, dalam arti yoni polos tanpa hiasan motif, relief maupun makhluk mitologi hindu.
penampang atas Yoni Kemasan
Yoni yang merupakan manifestasi Dewa Siwa sebagai perlambang permulaan kehidupan baru setelah bersatunya Siwa (lingga) dan shakti (Istri Dewa Siwa) / ibu pertiwi, juga perlambang kesuburan.  
     Di penampang atas Yoni ada lubang tempat dimana Lingga seharusnya berada. Dimana ada ritual penyiraman air suci, susu (tirta amerta) yang akan keluar melalui lubang cerat (cerat = tonjolan di sisi depan Yoni dengan lubang tempat keluar air suci).  
badan Yoni Kemasan Pringapus
Air hanya keluar melalui cerat Yoni karena di penampang atas yoni terdapat penahan air di setiap sudut.
Beberapa banon masih terlihat polanya, menjadikan bukti bahwa banon tersebut menjadi bagian struktur bangunan (suci) masa lalu.
      Seperti biasa, saat dilokasi blusukan, kami membuat video dokumenter amatir plus masing-masing dari kami mengabadikan dengan kamera HP. 
     Setelah merasa cukup, saya kemudian langsung transfer semua file dari hp. Ternyata Benar apa yang pemilik laptop ini ceritakan, proses transfer cukup cepat, walaupun dengan berbagai merk hp. 

     Sebelum mengakhiri blusukan kemisan ini kami kemudian berfoto bersama dengan self timer di atas nisan,

Eka WP, ssdrmk, Beny dan Suryo di Yoni Kemasan Pringapus

Video Amatir di Situs Yoni Kemasan : 

        Salam Pecinta situs dan watu candi.
Yoni situs Kemasan Pringapus 

Mumpung dapat pinjaman laptop, sesaat setelah sampai rumah, saya kemudian mengolah foto dengan adobe photoshop. Kinerja Laptop ASUSX555QA ini cukup baik. Cepat dalam proses edit foto saat saya membuka beberapa foto sekaligus, ukuran layar 15,6 dan dimensi pixel 1366 x 768 menjadi rama di mata.
Transfer dokumentasi dengan AsusX555QA
 Setelah itu, saya juga langsung edit video dokumenter, dengan aplikasi Video Editor, tak mengecewakan dan yang paling menarik saat proses render di finishing. Ternyata Asus X555QA ini cukup cepat.
Bagi saya pribadi, blusukan dengan Laptop ASUS X555QA di ransel, nyatanya sama sekali tak merepotkan, dengan bobot hanya 2,3 kg, dokumentasi saya tersimpan serta langsung bisa mengumpulkan hasil dokumentasi rekan lain menjadi pengalaman yang baru bagi saya. Menjadi penenang hati, tak kan lagi hilang hasil blusukan.
 Karena penasaran, kemudian saya coba intip spesifikasi laptop Asus X555QA ini ;
Ukuran Layar
15,6 inci (1366 x 768)
Prosesor
AMD A10-9620P
GPU
AMD Radeon R5 430
RAM
4GB
Memori Penyimpanan
1TB HDD
Overall, memuaskan dan merasa spesial blusukan kali ini. 


         Artikel ini diikutsertakan pada Blog Competition ASUS AMD - Laptop For Everyone yang diselenggarakan oleh bocahrenyah.com

Kamis, 07 Desember 2017

Situs Lesung Lumpang Kaliulo Pringapus

Add caption
Kamis, 7 Desember 2017. Ritual blusukan kemisan berlanjut. Bukan sebuah obsesi, namun hanya sekedar menyempatkan diri berbagi, bukan ingin dikenal tapi lebih baik situs yang kami telusuri diketahui banyak orang, sekali lagi terserah anggapan orang, karena ini sekedar hobi. Ya... hobi yang mungkin aneh bagi banyak orang banyak.
Musim hujan yang sedang puncaknya tak menyurutkan kami untuk berkoordinasi, tetap semangat. Dimana pernah hitz di komunitas kami, "Udan tambah edan, banjir ora mlipir, tetep blusukan" spirit itulah yang masih lekat di hati.
Kamis ini sebenarnya prioritas kami penelusuran luar kota di area Kedu, namun kami juga membuat rencana cadangan bila situasi dan kondisi tak memungkinkan, yaitu beberapa postingan rekan sesama penikmat sensasi blusukan. Kami pilih destinasi yang lumayan dekat. Rabu malam saya mencoba menghubungi lewat WA dan Messanger. Isi dari pesan saya hanya minta petunjuk arah (ancer-ancer). 1 orang yang saya Messanger (sampai keesokan harinya = hari Kamis tidak merespon walaupun tanda sudah dibaca).
Situs Lesung Lumpang Kaliulo Pringapus
Berselisih detik setelah itu, kemudian 2 Orang saya WA. Orang ke kedua dengan pesan yang sama hanya minta petunjuk bukan minta diantar malah melemparkan saran untuk minta petunjuk orang yang ketiga dan malah pamer situs lain.
Setelah itu saya WA orang ketiga, yang kuhubungi lagi-lagi tak ada respon (ternyata dilain hari setelah kisah ini saya tulis, ketemu orang ketiga dan klarifikasi, dia hanya diberi arah saja dan belum pernah diajak serta).
Ya sudahlah, lagu Bondan prakoso langsung terngiang….. Tak pernah mundur. Kami malah tertantang atas attitude rekan tersebut (dari sisi saya, masih kuanggap rekan) ini... Kok ya mahal sekali… sepertinya mau di pek dewe…. hahahah.
Selain Situasi yang tidak memungkinkan untuk blusukan Luar kota, tantangan itu juga yang , membuat kami mengalihkan destinasi. Meluncur menuju Pringapus. Hilang satu tambah satu…. Bagaimana tidak, saat akan berangkat, saya malah dapat tawaran untuk ditunjukkan area Kaliulo Pringapus oleh rekan kerja, Yang juga berdomisili di Pringapus, bertepatan dengan jam pulang kerjanya.
Sesampainya di Lemah Abang hujan tumpah dari langit, sangat deras sekali. Tapi tak menyurutkan langkah  untuk terus melaju. Pertigaan Klepu kami ambil kiri melewati mBodean (situs mBodean), tepat sesampainya di Perempatan Kamasan, hujan tiba-tiba berhenti, sepertinya alam memudahkan kami.
Mengikuti dibelakang rekan, yang berkenan menunjukkan daerah yang dimaksud. Kami belok kiri, sesampainya di hutan karet, PTPN Ngobo area Kaliulo, kemudian kami bertanya kepada sorang ibu penderes karet. “Oh ya ada, Lumpang dan Lesung. Nanti lurus saja ikuti jalan ini, ketemu pertigaan ambil kiri. Ada jembatan masuk kiri lagi. Dipinggir jalan yang biasanya banyak trail lewat”, jelas beliau. 
Tak menunggu lama, kami segera bergegas menuju arah yang dimaksud, masalah kemudian didepan kami. Ternyata ada 2 jembatan dan dua-duanya sebelum jembatan ada jalan arah kekiri dan terdapat jejak ban motor trail. Saya kemudian pilih jembatan pertama. Tancap gas berjalan kaki. Saat mencari dimana gerangan situs itulah gerimis mulai turun.  Kepalang basah saya tetap menyisir dikanan-kiri jalan di area perkebunan karet. 500m pertama semangat tetap tinggi, walau tak ada orang sama sekali. 500m kedua hati saya mulai agak ragu. Tapi tetap saya berjalan agar bila kembali benar-benar mendapat kepastian. 500m ketiga keraguan mulain menyeruak dan sampailah di 500m keempat saya putuskan untuk balik kanan.
Walau tersenyum getir, namun beginilah suka duka blusukan. Dan benar saja dari kejauhan Lek Suryo cengar-cengir…. “Tak kiro ilang, sampai enthek 3 rokok”, ejeknya….. “Situs ada di jembatan yang kedua”, tambahnya.  Karena hujan, mohor diparkir di pinggir jalan beraspal. Kami kemudian jalan kaki.    
Video Amatir :

Berada di dekat jalur pengangkut hasil karet dan banyak jejak Trail, sayangnya melewatkan begitu saja.  
Lesung Pringapus
Kondisinya secara keseluruhan baik bila di lihat dari sisi ketahanan ratusan tahun batu ini walau sama sekali tak ada yang uri – uri.
Kondisi Watu Lesung, lapuk dan retak di beberapa nagian. 
Ditambah lumut jan jamur menggerogoti batu peninggalan ini.
Fungsi Watu Lesung masa lalu, banyak yang menduga dan mengira-ira; sebagai alat untk menyucikan ; pusaka, atau wadah air suci dan guyonan tapi mungkin serius sebagai bejana batu tempat mandi bayi.
Terus terang saya pribadi sangat penasaran fungsi asli Batu ini... semoga kapan-kapan bisa saya temukan (barangkali di kirimi), literatur mengenai fungsi dan kegunaan watu lesung.
Beberapa dokumentasi kondisi terkini (7 des 2017) Watu Lesung ini (semoga tetap mulia dan lestari) :


Kondisi lumpang sedikit berbeda, masih mulus.
Lumpang Kaliulo Pringapus
Menumbuk sajen, biji-bijian atau bahan makanan mungkin menjadi fungsi sakral Watu Lumpang ini. 
Watu Lumpang yang spesial (ada inkripsi, relief) bahkan digunakan untuk upacara penetapan tanah sima.
Sayangnya saya pribadi sejak awal blusukan penelusuran situs ini belum pernah melihat lumpang spesial yang digunakan untuk upacara penetapan tanah perdikan (sima). 
Dibeberapa lokasi, air di watu lumpang dipercaya memiliki khasiat. Ada yang bisa membuat awet muda, juga obat sakit gigi. Bahkan karena kepercayaan penyembuh sakit gigi, syahdan.... di satu lokasi di lereng gunung ungaran ada Watu Lumpang yang dihancurkan karena emosi warga ketika sakit gigi, berkumur dengan air di lumpang tapi malah tambah sakit.
Lubang lumpang bundar sempurna. Lumpang masih 'cantik', dan perbawa nya masih terasa. 
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi.
Mohon maaf di kisah kali ini tersirat energi negatif, saya mencoba mengungkapkan semua yang saya rasakan ketika blusukan…. 
Sekalian sebagai penanda dan pengingat kepada saya untuk selalu berpikiran positif
Semoga pertama dan yang terakhir dan menjadi pembelajaran bagi saya.
      Mengakhiri blusukan kemisan ini, selain lelah secara fisik dan hati. Hujan dan jalan kaki lumayan jauh cukup membuat gemetar karena sangat lapar. 
Akhirnya mampir di Mie Ayam di perempatan Kamasan Pringapus 
#terimakasihtantangan
#kapokbertanya
#Hobiku Blusukan

Kamis, 06 Juli 2017

Penelusuran Watu Lumpang Klepu #2 : Dusun Klepu Pringapus

Add caption
Kamis, 7 Juni 2017, Setelah dari Situs Watu Lumpang di makam Mbah Gatti Klepu, Penelusuran berlanjut. Keluar dari area perkebunan karet kemudian memasuki perkampungan di sebelah kebun karet ini. 
Yaitu Dusun Klepu, Desa Klepu Kec. Pringapus. Kami (saya membonceng Lek Suryo) mengikuti saja guide kami yang memang sebelumnya pernah ke lokasi ini.
Tak butuh waktu lama, kurang dari 5 menit kami sampai di lokasi yang kedua.
Watu Lumpang Klepu #2 : Dusun Klepu Pringapus 
Watu lumpang berada di pinggiran dusun tepat di kebun palawija milik warga dan berbatasan dengan (nampaknya) villa seseorang, terlihat dari pagar tinggi dan mengelilinginya. Kondisi watu lumpang relatif lebih utuh dibandingkan watu lumpang di penelusuran sebelum ini : penelusuran watu lumpang klepu#1.
Watu Lumpang Klepu #2 : Dusun Klepu Pringapus 
 Saya tak akan membahas lagi fungsi (yang mungkin) watu lumpang. Secara fisik kondisi lumpang masih 99%. Namun keadaan sungguh memprihatinkan. nampaknya watu lumpang ini untuk 'nongkrong' ayam serta tempat yang bikin kerasan (katanya jika anak pup di rumah orang kerasan? hehehehe tertawa miris), terlihat dari warna putih di penampang atas lumpang, yang ternyata bukan jamur. 
Watu Lumpang Klepu #2 : Dusun Klepu Pringapus 
Air di Lumpang juga semakin tak membuat kami betah berlama-lama disini.  berwarna hijau dengan komposisi air yang hanya berapa persen, sisanya... (maaf saya tak tega untuk melanjutkan). Selain tentu saja Nyamuk yang banyak sekali. 
Watu Lumpang Klepu #2 : Dusun Klepu Pringapus 
 Lubang Lumpang yang terlihat sempurna. Sayangnya pemandangan ini kenyataannya tak seindah seharusnya.
Sebelum kami melanutkan Penelusuran Triple Lumpang selanjutnya berfoto lebih dulu, penelusuran Kemisan dengan Trio ini:
Watu Lumpang Klepu #2 : Salam Nyandi
Perjalanan berlanjut, Lumpang ke dua.
Salam Nyandi
Salam Peradaban

Penelusuran Watu Lumpang Klepu #1 : Makam Mbah Gatti

Watu Lumpang Klepu  : Makam Mbah Gatti
Kamis, 7 Juni 2017, Akhirnya kembali ke rutinitas Blusukan Kemisan. Dan Masih bersama rekan yang membuat patron ritual kemisan ini ada : Lek Suryo. Destinasi tujuan kami dengan minta bantuan guide Mas Dhany yang punya banyak stock triple Lumpang di area Pringapus, dan tentu saja karena masih dalam suasana lebaran, silaturahmi ke yang tua. Haghaghag...
Janjian di TB Jaya Milik beliau di Traffict Light Karangjati, saat ngobrol dan rehat menikmati kopi, tak dinyana datang lagi Mas Be tepe a.k.a mas nono', yang awalnya beliau bermaksud beli tutup pralon melihat kami dudur berjejer langsung balik kanan dan tak jadi lanjut pulang. Percakapan seru kami, dengan beliau berakhir dengan kesepakan : beberapa bulan lagi berencana jelajah "Medang Kamulan" Blora area. 
Mas Be te pe : Janji = Utang lho.... Saking serunya ngobrol, kami terlupa untuk foto bersama! 
Sayangnya beliau janjian dengan seseorang, jadi tak bisa turut bersama kami. setelah suguhan wajib (kopi) di TB. Jaya tandas, meluncurlah kami menuju arah Pringapus.
Watu Lumpang Klepu #1 : Makam Mbah Gatti
Menuju arah Pringapus, pertigaan Klepu kami ambil kiri, kira-kira 300m sebelah kiri di pinggiran dusun ada jalan tanah berbatu, kami masuk menyusuri area kebun karet. Sekitar 100m sebelah kiri ada jalan setapak yang menurun, kemudian melewati sawah (uniknya sawah ini berada di kelilingi kebun karet di sisi kiri, sementara di kanan lahan yang penuh pohon Jati).
Watu Lumpang berada di area Makam Keramat Mbah Gatti, seorang warga yang sedang “tunggu manuk”, alias menunggui masa panen padi dari serangan burung, saat kami tanyai geleng kepala perihal sejarah atau legenda Mbah Gatti ini. Semoga salah satu yang membaca tulisan ini yang mengetahui berkenan membagikan….
Kondisi Watu Lumpang hanya penampang atasnya saja yang terlihat, bagian bawahnya terpendam di dalam tanah. 
Watu Lumpang Klepu #1 : Makam Mbah Gatti
Dengan Bentuk yang sudah tak beraturan lagi. Umumnya lumpang berbentuk Bulat Presisi ataupun kotak dengan pola hiasan tertentu.
Watu Lumpang Klepu #1 : Makam Mbah Gatti
Dibeberapa literatur menjelaskan, tentang kemungkinan berbagai fungsi Watu Lumpang. Watu lumpang yang khas, ada relief ataupun inkripsi dan dilengkapi dengan struktur kuno yang lain biasanya dibuat sebagi tetenger  penetapan sima.
Watu Lumpang Klepu #1 : Lubang lumpang
Fungsi yang lain sebagai alat untuk mempersiapkan sesajen untuk berbagai ritual penyembahan masa lalu, sedangkan secara luas dan umum fungsi Lumpang yang biasa hanya sebagai alat untuk menumbuk biji-bijian atau bahan makanan.
Video Penelusuran :

 Penelusuran Kemisan dengan Trio ini:
Watu Lumpang Klepu #1 : Makam Mbah Gatti


Perjalanan berlanjut, Lumpang ke dua.

ssdrmk
Salam Peradaban


Jumat, 26 Mei 2017

Menelusuri Jejak Peradaban di Area PTPN Jatirunggo Pringapus : Makam Mbah Cogeh

Situs Makam Mbah Cogeh : Jatirunggo Pringapus
          Jumat, 26 Mei 2017. Berawal dari postingan foto hasil Blusukan rekan yang sangat menarik hati karena ada potongan arca Rsi Agastya,, kemuncak (ratna pada candi hindu), yang dipermakamkan serta struktur batu candi (dan beberapa watu lumpang). Segera, mumpung belum Puasa Ramadhan pikir saya, mencari waktu longgar ditengah padatnya agenda. Bersyukur sekali saat Mbah Eka WP konfirmasi bersedi ngantar sekaligus mboncengke. Janjian di perpustakaan Ungaran, kemudian kami meluncur ke Pringapus, terlebih dulu singgah di Rumah Bapak Zaini (Juga Pelestari Cagar Budaya), yang kebetulan rumahnya di samping PTPN Jatitunggo. Surprise!, ternyata dirumah bapak zaini menunggu dengan tenang dan damai (baca=menghabiskan suguhan) si teman lengkong Eka B dan rekannya Mas Nur (Salam kenal mas!). 
       Saya baru pertama ini face to face dengan beliau, yang ternyata penuh kejutan. Maaf tak bisa kami ungkap di sini... Biarlah menjadi pengalaman berharga bagi kami. "Biar bisa masuk ke area PTPN, Pak Zaini adalah kuncinya", jelas Mbah Eka. "Biar pengalaman kita saat penelusuran situs di PTPN Getas Pabelan tak terulang", tegasnya lagi. Saya mengangguk, teringat pengalaman buruk waktu itu : baca saja link diatas.
      Benar saja, Kami tak ada halangan berarti, birokrasi feodal tak menakuti kami lagi dan langsung menuju destinasi kami : Makam Mbah Cogeh 
Makam Mbah Cogeh
       Saat kelambu dibuka, saya langsung disuguhi kemuncak (ratna) candi hindu yang sudah di 'permakamkan'. 



      Dari informasi yang saya terima, bangunan sinder, yang berada di area tertinggi dari bukit (dimana PTPN Jatirunggo ini berada) banyak struktur bangunan candi yang menjadi material gedung tersebut. Salah satu yang tertinggal adalah batuan struktur alas candi yang tersebar di beberapa titik :
Batu Candi di Tangga Makam Mbah Cogeh


Struktur Batu Candi : Di Gedung Pusat PTPN Jatirunggo

Jadi Pijakan : Struktur batu candi di PTPN Jatirunggo

Keberadaan bukti bukti yang tertinggal serta ciri-ciri dimana puncak bukit umum terdapat bangunan suci masa lalu, terdapat seumber mata air, subur dan kondisi tanah yang stabil dan tentu saja tersebarnya peninggalan lain di sekitar area, dan tentu saja utara adalah gunung Suci Ungaran (dianggap suci pada masa lalu).


Perkebunan yang merupakan warisan penjajal VOC ini menjadikan menghapus jejak purbakala kuno dengan peradaban penjajah, sebenarnya ada beberapa bukti tinggalan VOC, namun maaf saya tak tertarik.

Saya pribadi yakin, Bangunan suci = candi yang  berada di area ini cukup besar/tinggi dengan bentuk kemuncak yang menjulang.



Memcoba membandingkan dengan kemuncak Candi Prambanan :




























       Mitos atau cerita tentang Mbah Cogeh tak secara eksplisif saya dapatkan, (saya nunggu komentar di naskah ini untuk pelengkap sejarah, agar tak musnah).

      Foto saya ambil hasil penelusuran sebelum saya. dengan memaksa dan tanpa ijin... wkwkwkwk
Pak Zaini, Mas Dhanny dan Mbah Eka WP, dan yang motret.
Salam Peradaban
Situs Makam Mbah Cogeh : Jatirunggo Pringapus
     Maaf ada hal yang tak sepenuhnya saya perlihatkan (saya tutupi badan saya---)... pesanan dari rekan... no publish!.
    Penelusuran berlanjut, Masih di area dekat PTPN Jatirunggo....