Jumat, 22 Juni 2018

Watu Lumpang Situs Karangjoho Desa Samban, Bawen

Watu Lumpang Situs Karangjoho Desa Samban Bawen
       Jumat, 22 Juni 2018. Seperti yang sudah - sudah ditahun yang lalu. Setiap lebaran pasti selalu ada saja cerita penelusuran situs. Namun sayang, kali ini tak ada kesempatan yang kudapat, walau sebenarnya memungkinkan. 
       Beberapakali usaha sudah kulakukan, menghubungi rekan saat mudik ke daerah Demak, kemudian silaturahmi ke beberapa tetua komunitas : Nasib saya kurang mujur, saat silaturahmi tak ada yang dirumah --- salam Pak Mustain M. dan Pak Nanang K. -- tapi untung saja beliau tak ada, kalau dirumah pasti akan kupaksa untuk guide blusukan syawalan... heheh--- namun tentu saja cerita di naskah ini menjadi berbeda.
       Kemudian baru hari ini, titik darah penghabisan saya kembali bangkit, setelah seorang sahabat senior di facebook yang memberi semangat "Ditunggu lho kisah mbolangnya", Matursembahnuwun Bapak Agus Darjanto, tanpa njenengan sangka, sebenarnya telah menyulut api semangat blusukan... hehehe.. salam paseduluran nggeh.
  Menghubungi rekan yang masih 'berkenan' untuk ku ajak blusukan... eh gak ada yang bisa. Untung saja cahaya harapan datang dari rekan .... "Ada destinasi yang cukup dekat dan bisa penelusuran single!", urainya. (maturnuwun Mas Eka Budi). Saat mempersiapkan mental, eh setelah Jumatan, saat prepare diampiri Mas Eka WP yang ternyata juga geleng kepala. Tapi motivasinya lumayan jadi tambahan amunisi, "Gampang kok pinggir jalan, petunjuknya, cari masjid, maju terus, Lapangan Voli kemudian makam ada dibelakangnya". 
        Jadilah meluncur sendirian menuju lokasi, Bukan berarti kembali blusukan solo (alias single) cukup menyenangkan, namun "Blusukan harus tetap berlangsung", menjadikan laju ku yakinkan. 
Semar Sang Pamomong : Karangjoho Samban, bawen
   Berangkat dari Ungaran jam 1 siang, meluncur arah Solo, sampai di dekat Rumah Sakit Ken Saras ambil kanan, menyeberang ke arah desa Samban. Ikuti Jalan menuju Dusun Karangjoho (akan ada papan petunjuk arah). Sampai kemudian sahabat akan ketemu dengan patung Semar sang Pamomong yang menunjuk ke arah Gunung kendalisodo. Namun maaf saya tak akan menceritakan detail legenda, mitos seputar area ini.
        Dari Sumber yang saya baca di Blog Mas Eka Budi ---: Karang Joho sendiri berasal dari nama tokoh yang mbabat alas (mendirikan dusun ini), yaitu Kyai Karang dan Nyai Semi. Konon dulu ada pohon Joho disini sehingga lambat laun daerah ini dikenal dengan nama Karang joho. (Makam beliau ada di komplek makam yang kita datangi ini)
Watu Lumpang Situs Karangjoho Desa Samban, Bawen
       Tepat berada dibelakang lapangan Bolavoli, Watu Lumpang berada di pojokan makam di lereng jurang. Nampaknya bagian sisi bawah jurang terdapat sendang/sungai. (Saat saya disini banyak anak-anak riang bermain air)
      Saya hanya menduga ini adalah watu Lumpang, untuk memudahkan saja menyebutnya. Walau memang untuk fungsi belum secara jelas saya ketahui. 
       Beberapa sumber yang saya baca watu lumpang digunakan sebagai salah satu media (sarana) penetapan tanah sima, ada lagi sebagai sarana untuk persembahan kepada Dewi Sri. 
       Untuk fungsi sederhana sebagai alat penumbuk bahan makanan saya kesampingkan karena saya meyakini watu lumpang ini dulunya sangat sakral.
     Kondisi Watu lumpang sudah tak utuh lagi, dimana grompal di semua sisi, bahkan disalah satu sisi sudah memakan hampir 25%. 
        Saya menduga dulunya Watu Lumpang ini berbentuk hampir bulat utuh. 
      Lubang Watu Lumpang, 
Watu Lumpang Situs Karangjoho Desa Samban, Bawen
Cukup besar, dengan simestris... presisi khas buatan ahli di masa lalu.

      Video Amatir (nunggu proses edit dana upload ya...tapi maaf karena partner sudah pensiun jadi benar2 amatir--belum punya sarana yang lengkap)

Sampai ketemu di Penelusuran Berikutnya
Watu Lumpang Situs Karangjoho Desa Samban, Bawen

Salam Pecinta Situs dan Watu Candi

Kamis, 24 Mei 2018

Petirtaan Situs Kalitanggi Klero Tengaran : Sendang Kalitanggi


Petirtaan Situs Kalitanggi Klero Tengaran : Sendang Kalitanggi
Kamis, 24 Mei 2018. Tujuan terakhir dari ‘Blusukan Kemisan, edisi Puasa tetap seru blusukan’ di Klero. Yang pertama Sendang Klero, kemudian Situs Makam Kuno di Dusun Poncol Klero, dan yang terakhir ya yang sahabat baca ini. Dari Poncol, kami keluar menuju jalan raya, melewati Candi Klero. Keluar gerbang ambil kiri arah Solo. Setelah Jembatan kembar (tapi tak serupa), langsung ambil kiri. Ingat tepat setelah jembatan.
Diakhirnya nanti…. Sebenarnya ada jalan langsung lokasi tepatnya sebelum Puskesmas Tengaran (yen ra puasa mampir puskesmas iso njaluk traktir …. Apa kabar kawan yang kerja di Puskesmas Tengaran? Hehehhehe. Sori no name. rahasia! Wakakakka), Mas Eka Budi berujar, “Kalau lewat jalan cor itu tak akan tahu sensasi lain…“, maksudnya watu candi yang bertebaran di rumah penduduk, depan, samping dan belakang rumahnya.
Kami titip parkir motor di samping warung dekat cucian mobil. Kemudian berjalan kaki menuju sendang melewati jalan sempit sela rumah warga.
Sampailah,
Petirtaan Situs Kalitanggi Klero Tengaran : Sendang Kalitanggi
Sendang masih digunakan oleh warga untuk aktivitas.
Tempat Jemuran?
Banyak batu besar berbentuk kotak, beberapa ada pola.
Petirtaan Situs Kalitanggi Klero Tengaran : Sendang Kalitanggi
Petirtaan Situs Kalitanggi Klero Tengaran : Sendang Kalitanggi
Riyen kathah sanget mas, tapi akeh sing di colong, kependem juga” seorang warga yang sedang mencuci pakaian bercerita dengan logat medhoknya, sengaja tak saya translate.
Petirtaan Situs Kalitanggi Klero Tengaran : Sendang Kalitanggi
Beningnya Sendang Tanggi ini menggoda kami untuk menceburkan diri…namun sayang seribu sayang. Diatas sendang ini ada kandang hewan…. 
jalan Cor-coran sebelah puskesmas Klero menuju Kalitanggi
 Posisinya diatas, dibelakang rumah warga (posisi sendang memang dibelakang rumah tersebut) “Tau dong bagaimana baunya… dan mungkin kalian juga berpikiran sama dengan ku… “Bagaimana resapan kotoran itu? Apakah tidak pengaruhi air ini?”…. Achhh!!
Saya tak mampu berkomentar banyak… hanya satu kata : Eman! Satu lagi potensi ini terlupakan! Ide sederhana,  kenapa Desa Klero tak dijadikan desa Wisata? Kemudian asset situs di rekontruksi ulang menjadi sebuah kawasan wisata sejarah? Begitu susah ya? Candi Klero, 4 situs, Khas Buah Waloh, kerajinan, sungai besar yang masih bening. Alam yang sejuk…. Pokoknya banyak potensinya!
Keberadaan beberapa situs disekitar candi Klero menguatkan dugaan saya selain mestinya terkait, area ini mungkin dulunya sudah berkembang sebuah pusat (entitas kerajaan vassal) peradaban. 
Saya juga menduga (bahkan yakin!), bahwa petirtaan megah pernah ada disini. Kenapa bisa saya pribadi menduga seperti itu…. Yang paling utama; Beberapa tahun lalu, saya mendapatkan cerita dari pamong budaya kenalan saya, di Sendang ini dulunya ditemukan arca. Sudah pula Kab.Smg 1 menengoknya. Tapi atas dasar kesepakatan bersama arca tersebut dipendam lagi. Dengan pertimbangan keamanan. 
Dari bocoran yang saya terima, arca dengan tangan 4 dan dibawahnya ada sapi. Sudah jelas itu siapa. Semoga tetap aman disana!
Yang kedua, struktur batu kotak berukuran sangat besar, keberadaan makara, kemuncak mejadi bukti. “Makara yang ikonik sudah diselamatkan ke BCB”, jelas Mas Eka Budi. Kemuncak yang terbengkalai di sudut kebun, 

Yang ketiga ; kemudian seperti yang dijanjikan mas Eka, kami juga di tunjukkan beberapa struktur batu candi.  Sambil kami mengakhiri blusukan kali ini, kami pulang dengan sedikit jalan yang berbeda, masih melewati jalan depan rumah warga.
Ini berturut turut sensasi yang dijanjikan :
 

Kemisan kali ini, membuktikan bahwa meskipun puasa, tetap blusukan tak menjadikan puasa kami batal. Tentunya rekomendasi blusukan ke petirtaan saja… wkwkwkwk, iya pora mas Dhany? 
Dhany Putra 
Matursembahnuwun mas Eka Budi waktu istirahatnya terganggu (beliau sebenarnya malam sebelumnya kerja masuk malam).Foto Mas Eka Budi nunggu kiriman...
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi
Sampai ketemu lagi di Kemisan seru yang akan datang #gantiduet jadi lupa tak membuat video amatir.
 #hobiku blusukan

Situs Poncol Klero Tengaran


Situs Poncol Klero Tengaran
Kamis, 24 Mei 2018. Lanjutan dari Blusukan Kemisan, edisi Puasa tetap seru blusukan di Klero. Keluar Sendang Klero, awalnya langsung seperti rencana. Tapi mas Dhany ngeyel (dengaren iso ngece, “Durasimu kok cepetmen?!”), ya sudah, semoga ngeyelnya bermanfaat! Akhirnya saya ikuti. Sesampainya di jalan dekat candi Klero kami ambil kiri, kalau sebaliknya kearah jalan utama. Hanya sekitar setengah km saja, sampailah kami di dusun Poncol. Kami bertanya sebanyak 2 kali kepada warga tentang dimana keberadaan Sendang Pawon. Nama ini cukup memantik rasa semangat kami untuk menelusuri, bagaimana tidak? Di lokasi yang berbeda dengan nama berunsur ‘pawon’,  ada situsnya : sebut saja Kalipawon Ambarawa, Karangpawon Candirejo Tuntang, dan Watu pawon Kawengen Ungaran juga tentu ingat Candi Pawon.
Saat kami masuk gerbang Dusun Poncol terus terang ada wangi bunga khas, namun saya pribadi belum ngeh. (tetap baca ya). 100m setelah itu, kami parkir di masjid Dusun Poncol, seperti saran warga yang kami temui. Kemudian kami berjalan menuju Sendang Pawon (Sendang diarah depan masjid, seberang jalan). Melewati ratusan anak tangga yang menurun curam (--terbayang tantangan kami nanti, waktu kembali, semoga sepadan!).
Kemudian sampailah….
Sedndang Watu Pawon Poncol
Disambut ular sawah yang sedang ninis (saat akan saya foto mumpet malu mungkin). Kami celingukan, mengedarkan pandangan barangkali watu purbakala yang kami maksud disekitar sendang. Beberapawaktu kemudian kami pastikan hanya nama saja, kecuali batu unik yang tak bisa kami duga-duga ini apa:
Sendang Watu Pawon Poncol Klero Tengaran
Modus Mas Dhany kembali terulang, akhirnya saya ikuti pula….. wkwkkwkw
Beberapa waktu kami cari, akhirnya kami putuskan yntuk menyudahi. Kami kemudian dengan gontai meniti tanjakan tangga yang menurut kami semakin bertambah jumlah anak tangganya. Beruntung Mas Eka WP tak turut serta, bisa-bisa kumur ‘Degan Hijau’ beliau. Kami kemudian berniat lanjut menuju destinasi terakhir.
Kami kemudian kembali, niat kami langsung menuju sendang berikutnya. Saat lewat di gerbang tadi saya sempat terlintas dalam pikiran “apa ini ya, kok harum sekali??!”, tepat saat saya selesai berpikiran seperti itu. Mas Eka Budi menepuk pundak dan “Stop!”, teriaknya. Saya bingung sejadi-jadinya, kemudian dia balik badan dan berlari. Saya putar balik motor untuk nututi, ternyata…
Di sebuah lokasi (di pinggir jalan) berpagar batako keliling ternyata ada makam kuno. Hanya 1 makam. Makam tersebut memakai watu candi untuk nisannya! Rejeki memang tak akan kemana!
Selain watu candi tersebut yang membetot perhatian kami, keberadaan kayu tua yang sudah mati dan tumbuh disampingnya satu pohon kamboja. Nampaknya bunga kamboja inilah yang tadi saya hirup wanginya, padahal cuma satu pohon saja. Ach..!! saya tak tanggap ternyata. Untung ada Mas Eka Budi yang jeli.
Segera kami mengeksplor.
makam keramat Situs Poncol Klero Tengaran
Watu candi terlihat jelas polanya,
makam keramat Situs Poncol Klero Tengaran
Disekeliling lantai area makam ini sudah dipaving, sehingga kami tak tahu lagi watu candi lain yang mungkin saja digunakan untuk lantai. Berbagai kemungkinan bisa saja ; entah watu candi ini awalnya bagian strukur Candi Klero yang dibawa kesini untuk dijadikan makam. Atau malah diarea ini dulunya ada pula bangunan suci masa lalu? Dugaan berseliweran di pikiran kami.
Makam Mbah Poncol, Situs Poncol Klero Tengaran
Seorang ibu yang rumahnya tepat disamping makam ini, saat kami tanyai hanya bilang, “Makam Keramat mas, sing mbabat alas alias pendiri dusun poncol ini, warga menyebutnya Kyai Poncol”, urai ibu tersebut. Cerita ya hanya terbatas itu. Karena beliau juga menambahkan bukan asli warga Poncol. Semoga suatu saat ada yang melengkapi cerita ini (berkenan meninggalkan komentar). Agar cerita tetap terjalin sampai nanti.
Karena waktu sudah menunjukkan jam 11, kami kemudian segera untuk menuju destinasi terakhir.
Crew Kemisan kali ini, Saya, Eka Budi dan Dhany Putra…,
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi
Lanjut menuju Sendang "Kali Tanggi" masih di Klero Tengaran. #hobiku blusukan

Yoni di Situs Sendang Klero Tengaran


  Sendang Klero Tengaran
Kamis, 24 Mei 2018. Malam sebelumnya spekulasi minta antar rekan untuk menjadi guide ‘kemisan”, rekan ini juga yang memberikan informasi. Yang membuat saya kaget, tak biasanya rekan ini berbaik hati pada saya…heehhehe. Maturnuwun Mas Eka Budi. Seperti ditakdirkan mungkin, karena rencana blusukan saya memang pagi eh sang guide ini pun bisanya pagi. Setelah mendapatkan kepastian, barulah kemudian nawari rekan2 yang lain. Sedikit yang respon (mungkin karena puasa atau alasan lain saya tak tahu). Salah satu yang menanggapi, Mas Eka ternyata wedi mokah. Hanya satu yang respon positif berniat turut serta. Surprise sekali, karena biasanya Mas Dhany ini durasi nya menggetarkan bulu kuduk. Wkwkwk
Padahal pastinya lebih ngirit lho, karena tak mungkin untuk jajan mie ayam ataupun beli sekedar air mineral. Cukup pertalite 2 liter sudah PP., walaupun memang godaan air minum sangatlah menantang.  Kali ini penelusuran agak berbeda, walaupun hanya seputaran Kabupaten Semarang alias situs lokalan, namun karena durasi saya juga bertambah gasik, akhirnya Kami bertiga menyepakati untuk jam 9 start kemudian jam 12 sudah harus kembali lagi.
Tujuan yang kami pilih adalah Klero. Daerah yang termasuk wilayah Kecamatan Tengaran di Kabupaten Semarang, ikonik dengan Candi Kero (selain candi ada juga lumpang klero). Karena motoran dengan preman trabas, mas Dhany, laju motor kali ini gass poll terus. “Ayo ngebut wae, lewat tengah kota Salatiga”, ujar Mas Dhany. Ternyata oh ternyata, ngebut dan lewat kota Salatiga ternyata SIM nya expired. “Di JLA banyak operasi!”, tambahnya. Sssstttt.! Gilanya lagi, Mas Eka Budi tak membawa dompet, padahal uang di dompet saya tinggal goceng. Agar tenang, tentu saja saya tak cerita, yang penting tanki bbm full … wkwkwk.
Tak sampai satu jam kami sampai, Kami ikuti jalan menuju candi Klero, lurus terus ikuti jalan cor, 1 kali kiri, kemudian triple kanan maka sampailah….  Kami sarankan di jalan yang mendekati lokasi untuk berhati-hati, selain curam juga jalan berlumut. 
  Disambut pohon bulu yang cukup besar.
Pohon Belu di Situs Sendang Klero Tengaran

Di Sendang ada Yoni!
Yoni di Situs Sendang Klero Tengaran
Yoni di Situs Sendang Klero Tengaran
Hanya Sendang, begitu warga menyebutnya, tak ada identitas khusus lain”, jelas Mas Eka Budi. Tak menungu waktu lama kami segera mengeskplor. Saya segera mengabadikan gambar sesuai passion. Saya biarkan Mas Dhany dan Mas Eka mengorek informasi dari warga yang kebetulan akan mencuci tikar dan nampaknya akan mandi.
Yoni Sendang Klero dari berbagai Sisi,
Yoni di Situs Sendang Klero Tengaran
Lubang tempat lingga berbentuk kotak, sementara Lingga sudah raib.
Lubang Lingga Yoni di Situs Sendang Klero Tengaran

Bagian tubuh Yoni tumbuh lumut, menunggu lapuk!,

Cerat yang sudah Rusak,
Cerat Yoni di Situs Sendang Klero Tengaran
Dari obrolan dengan seorang warga tersebut, saya ikut mencuri dengar… ada banyak informasi lanjutan, mulai dari watu dampit, beberapa mitos, legenda diseputaran Klero ini bisa kami dapatkan. Maaf tapi saya tak bisa tulis karena alasan tertentu. Maaf ya…. Tapi satu info tentang Sendang Pawon di dusun Poncol Masih di Desa Tengaran, tak mampu kami tahan untuk segera kami sambangi setelah ini. Baca di naskah selanjutnya.
Struktur batu candi lain, yang berbentuk kotak yang ada di dasar sendang, 
Struktur Batu Candi di Situs Sendang Klero Tengaran
Saat disini ada beberapa warga yang melakukan aktivitas berbeda, ada anak-anak memancing wader (ikan kelihatan jelas di dalam jernihnya air sendang berseliweran), ada bapak-bapak yang mandi (no pict) serta Ibu dan anaknya yang sedang mencuci tikar, terus terang saya merasa kurang well. Membuat kesan sendang ini jauh dari sakral. Kumuh oleh air sabun dan jemuran (sekali lagi ini subyektifitas saya, karena sebenarnya potensi wisata di Sendang ini sangat keren). Acchh mungkin Cuma mimpi saja…..----
Cuci di Situs Sendang Klero Tengaran 
Mungkin masih terkena efek #terlupagantiduet sehingga saya terlupa untuk mempersiapkan HP untuk membuat video amatir… Sayang sekali. Semoga dilain waktu bisa mengulangi.
Eka Budi - Dhany P : Yoni di Situs Sendang Klero Tengaran
      Terimakasih, Blusukan bersama mereka… Ternyata Puasa blusukan tetap seru, apalagi blusukan di tempat yang berair segar. Bisa menyiram kepala plus nyicipi setetes mata airnya… wekekekek (Mas Dhany lagi modus). 
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi
ssdrmk di Situs Sendang Klero Tengaran
Lanjut ke penelusuran kedua : Situs di Dusun Poncol Klero Tengaran.
#hobiku blusukan