Kamis, 09 April 2015

Situs Duduhan Jatibarang Mijen Semarang

Situs Duduhan Jatibarang Mijen Semarang
2 April 2015
       Saat pulang dari Universitas Terbuka Mangkang, teringat akan info dari pem'blusuk' tokcer : alias kang Trisna, di jalur Semarang-Boja dekat BSB ada situs.  Yang teringat jalan masuk dekat Markas Brimob.. Saya ikuti insting saja, 
Tugu durian mijen

     Ancer2 nya Tugu Durian ini masuk... (mijen memang top dengan festival duriannya, biasanya festival sekitar bulan Maret...) terus saya telusuri jalan paving tersebut, jalan belok kiri, kemudian kanan trus lurus ikuti jalan aspal ...., sambil tengok kanan/kiri saya cari warung biru (seperti ingatan saya atas gambar kang trisna).
      
      Kemudian melewati SDN Jatibarang 02, di kejauhan saat saya ketemu dengan arah panah penunjuk ke Gunungpati, ada perasaan sedikit putus asa pikir saya, mungkin belum berjodoh untuk ketemu hari ini pikirku, "Langsung pulang saja", tapi  karena lapar dan ternyata ada warung Mie ayam.... Langsung deh berbelok parkir di depan warung biiiirruuu ....  itu.
     Dan ternyata Warung biru itulah Lokasi Situs Duduhan Berada. Didepan nya persis, dipinggir jalan di pertigaan. Situs Duduhan Jatibarang ini hanya 20m di dekat kantor kelurahan jatibarang
     Seingkat cerita.... Ketika pesanan mie ayam datang, saya minta ijin untuk ambil gambar Arca Nandi dan lapik arca.... : gambar disamping, saya ambil dari dalam warung, sambil menunggu es jeruk yang baru dibuat.

Situs Duduhan Jatibarang Mijen Semarang : 
Situs Duduhan Jatibarang Mijen Semarang
     Di situs duduhan terdapat lapik arca dan potongan tubuh arca Nandi. Menurut Bapak Yatno, Yang punya Warung Mie Ayam... Arca dan Nandi ini adalah pindahan dari lokasi gumuk di kebun belakang dusun. Saat itu, ketika ada lomba pembuatan taman antar RW, warga bersepakat untuk memindah secara gotong royong potongan Arca Nandi dan Lapik arca ini. Saat itu tema taman " Taman Sejarah"....
     Arca Nandi yang terpotong, menyisakan bagiah tengah , punuk dan kaki depan:
Arca Nandi : situs Duduhan Mijen Semarang
    Saya belum dapat info bagaimana arca ini ditemukan, apakah sudah terpotong seperti ini, atau malah dipotong untuk dipindahkan agar tidak terlalu berat, jika dipotong dimana sisanya.... (semoga bisa kembali ke sini dan update info ini)
     Nandi atau Nandiswara adalah lembu yang menjadi Wahana/ kendaraan dewa Siwa dalam mitologi Hindu.Dia juga merupakan juru kunci Siwa dan Parvati. Arca Nandi digunakan untuk pemujaan agama Hindu Siwa.









Potongan Arca Nandi dari depan....

Arca Nandi : situs Duduhan Mijen Semarang
Lapik Arca


    Keberadaan arca nandi, dapat dipastikan akan keberadaan Dewa Siswa. Saya menduga lapik arca ini diatasnya dahulu kala ada Arca Dewa Siwa. 
      Nama Duduhan sendiri kiranya berasal dari bahasa sansekerta :  duduh : 1 kuah; 2 petunjuk; duduh jangan : kuah sayur; nduduhi; memberi tahu; pituduh : petunjuk, pedoman (sumber: alangkumitir).
      Jika dihubungkan dengan keberadaan situs ini besar kemungkinan, (memperkuat dugaan saya) Situs ini adalah pemujaan Hindu Siwa. Dewa Siwa atau biasa dikenal dalam pewayangan jawa dengan Batara Guru yang berarti Maha Pemberi Petunjuk, Maha Tahu. 
dari Atas : 

Dari dekat... berpola :



      Bersama Bapak Yatno, saking penasarannya beliau  malah tinggalkan warung mie ayam, ngobrol dengan saya.... 
Pak Yatno: "Kok ambil gambarnya banyak banget mas? buat apa?"...
Saya : Hobi pak, kalau ada gambar yang jelek kan ada gantinya...
Pak Yatno: asli nya mana?
Saya : Gunungpati pak, Dagersalam tepatnya....
Pak Yatno.: "haaaaa....???Pagersalam, saya punya lahan disana!"
...dan semakin seru obrolannya.... ternyata lahanya 50m dari rumah saya!.... matursembehnuwun pak Yatno... Secepatnya saya balik lagi ke duduhan...ada yang terlewat... dekat gapura ada batu candi.
Situs Duduhan Jatibarang Mijen : Bersama Pak Yatno
     
Mari Lestarikan peninggalan situs di Semarang..... jangan biarkan terpendam ingatan..... Grup Pecinta situs Semarang

Save This Not Only a Stone
Situs Duduhan Jatibarang Mijen Semarang
Salam Pecinta Candi

Senin, 06 April 2015

Situs Nglimut Gonoharjo Boja Kendal

 Situs Nglimut Gonoharjo Boja Kendal
     29 Maret 2015.

      Pulang tutorial di Singorojo, ku sempatkan mbolang dulu, kebetulan salah seorang mahasiswa ada yang berdomisili di Desa Gonoharjo.... thank's to Sufyan
gambar 1 : menuju Gonoharjo
         Jalurnya dari terminal cangkiran, ikuti jalan menuju Gonoharjo, yang terkenal dengan wisata Pemadian air panas Nglimut Gonoharjo.
    Sampai ketemu dengan pertigaan dengan papan petunjuk :(gambar 1)
gambar 2 : menuju Gonoharjo








Masuk ke gerbang desa Gonoharjo (gambar 2)




gambar 3 : menuju Gonoharjo









Lanjut ke pertigaan ke 2 
(gambar 3)



     Kira-kira 500 meter... ada tanjakan  S ... tingkungan pertama ambil yang kanan... Gambar 4 saya ambil dari atas. Sobat langsung ambil kanan

Gambar 4  : ikuti panah menuju situs Gonoharjo

    Tak sampai 100m (hati-hati jalan menurun dengan kondisi paving yang ga rata) sobat akan sampai  di Situs Nglimut Gonoharjo






Sampailah  Situs Nglimut Desa Gonoharjo 
 Situs Nglimut Gonoharjo Boja Kendal
Yoni Situs Nglimut Gonoharjo
     Kondisi  situs secara keseluruhan 'watu candi" hampir 90 % ditutupi lumut... sudah ada pagar keliling, namun kondisi pagar sudah rusak. Dari pencarian saya belum ada kode inventarisir dari dinas terkait yang nampak.... 



     Yang kita temui di situs ini :
1. Yoni, 
2. Lingga,

     Penggambaran Siwa selain sebagai manusia, seringkali digambarkan dalam bentuk lingga. Lingga yang digambarkan sebagai kelamin laki-laki biasanya dilengkapi dengan Yoni sebagai kelamin wanita. Persatuan antara Lingga dan Yoni melambangkan kesuburan. Dalam mitologi Hindu, yoni merupakan penggambaran dari Dewi Uma yang merupakan salah satu sakti (istri) Siwa.
           Yoni adalah landasan lingga yang melambangkan kelamin wanita (vagina). Pada permukaan yoni terdapat sebuah lubang berbentuk segi empat di bagian tengah untuk meletakkan lingga.
          Bentuk Yoni yang ditemukan di Indonesia pada umumnya berdenah bujur sangkar, sekeliling badan Yoni terdapat pelipit-pelipit, seringkali di bagian tengah badan Yoni terdapat bidang panil. Pada salah satu sisi yoni terdapat tonjolan dan lubang yang membentuk cerat. Pada penampang atas Yoni terdapat lubang berbentuk bujur sangkar yang berfungsi untuk meletakkan lingga. 
cerat yoni situs nglimut

      Pada sekeliling bagian atas yoni terdapat lekukan yang berfungsi untuk menghalangi air agar tidak tumpah pada waktu dialirkan dari puncak lingga. Dengan demikian air hanya mengalir keluar melalui cerat. Beberapa ahli mengemukakan bahwa bagian-bagian yoni secara lengkap adalah nala (cerat), Jagati, Padma, Kanthi, dan lubang untuk berdirinya lingga atau arca.
Cerat Yoni Situs Nglimut

     Lingga dan Yoni mempunyai suatu arti dalam agama setelah melalui suatu upacara tertentu. Sistem ritus dan upacara dalam suatu religi berwujud aktivitas dan tindakan manusia dalam melaksanakan kebaktiannya terhadap Tuhan, dewa-dewa, roh nenek moyang dalam usahanya untuk berkomunikasi dengan mereka. Dalam ritus dan upacara religi biasanya dipergunakan bermacam-macam sarana dan peralatan, salah satu di antaranya adalah arca.

      Kura Kura dan Ular naga di Bawah Cerat Yoni : 
Kura2 Yoni Nglimut
Ular Naga Yoni Nglimut











      
      KURA-KURA
       Kura kura adalah salah satu, dari sepuluh Dasa Awatara dalam agama hindu. yang diyakini sebagai penjelmaan material Dewa Wisnu dalam misi menyelamatkan dunia.  
Dalam kitab purana Kurma Awatara / sang kura-kura, muncul saat Satya Yuga : 

     Satyayuga atau Kertayuga, merupakan tahap awal dari empat (catur) Yuga. Siklus Yuga merupakan siklus yang berputar seperti roda. Setelah Satyayuga berakhir, untuk sekian lamanya kembali lagi kepada Satyayuga. Satyayuga berlangsung kurang lebih selama 1.700.000 tahun. Setelah masa Satyayuga berakhir, disusul oleh masa Tretayuga. Setelah itu masa Dwaparayuga, lalu diakhiri dengan masa kegelapan, Kaliyuga. Setelah dunia kiamat pada akhir zaman Kaliyuga, Tuhan yang sudah membinasakan orang jahat dan menyelamatkan orang saleh memulai kembali masa kedamaian, zaman Satyayuga.
      Satyayuga merupakan zaman keemasan, ketika orang-orang sangat dekat dengan Tuhan. Hampir tidak ada kejahatan. Pelajaran agama dan meditasi (mengheningkan pikiran) merupakan sesuatu yang sangat penting pada zaman ini. Konon rata-rata umur umat manusia bisa mencapai 4.000 tahun ketika hidup pada zaman ini. Menurut Nathashastra, di masa Satya Yuga tidak ada Natyam karena pada masa itu semua orang berbahagia.


      Pada masa Satyayuga, orang-orang tidak perlu menulis kitab, sebab orang-orang dapat berhubungan langsung dengan Yang Maha Kuasa. Pada masa tersebut, tempat memuja Tuhan tidak diperlukan, sebab orang-orang sudah dapat merasakan di mana-mana ada Tuhan, sehingga pemujaan dapat dilakukan kapanpun dan di manapun. (sumber : wikipedia)

NAGA

     Ular   Naga atau yang dikenal dengan nama Taksaka, bertugas menjaga candi. Wujud naga dipahat di bawah cerat yoni karena yoni selalu dipahat menonjol keluar dari bingkai bujur sangkar sehingga perlu penyangga di bawahnya. Fungsi naga pada yoni tampaknya erat kaitannya dengan tugas penjagaan atau perlindungan terhadap sebuah bangunan.
Yoni : relief di bawah naga
     


Dibawah naga ada relief : 


RELIEF KALA DI CERAT YONI : 





     Batara Kala adalah sosok rakasa ganas sebagai dewa penguasa waktu dan berhubungan dengan sisi perusak dari Dewa Siwa. Kala adalah putera Dewa Siwa yang bergelar sebagai dewa penguasa waktu (kata kala berasal dari bahasa Sanskerta yang artinya waktu). Dewa Kala sering disimbolkan sebagai raksasa yang berwajah menyeramkan, hampir tidak menyerupai seorang Dewa. Dalam filsafat Hindu, Kala merupakan simbol bahwa siapa pun tidak dapat melawan hukum karma.
     Relief Betara Kala digambarkan dengan kepala yang besar dengan rahang atas yang besar dibatasi oleh gigi taring besar, tetapi tanpa rahang bawah.



3. Umpak




         Fungsi umpak adalah sebagai fondasi atau tatakan tiang penyangga sebuah bangunan. Umpak mempunyai peranan yang penting pada sebuah bangunan, karena merupakan titik kekuatan sebuah bangunan Umpak berbentuk persegi besar dan terbuat dari bongkahan batu yang biasanya pada sisi-sisinya dihiasi ukiran. 
         Penggunaan umpak juga berkembang dan diadaptasi pada masa kejayaan kerajaan Hindu-Budha di Indonesia. Pada masa itu umpak banyak digunakan sebagai tatakan penyangga tian-tiang besar di bangunan kraton dan tempat pemujaan, seperti candi. 
   Bahkan pada masa itu terdapat beberapa rumah-rumah penduduk yang sudah menggunakan umpak di dalamnya. Awalnya Umpak hanya berbentuk bongkahan batu dengan hiasan ukiran yang sangat sederhana, dengan bagiah ada lubang untuk tiang. Namun umpak mengalami perkembangan dari segi arsitektur dan nilai kegunaannya.
     
4. Batu Candi berelief
relief di situs nglimut



 5. Batu Candi
     
Begitu banyaknya batu candi yang berserakan, menandakan dulunya ada bangunan berupa candi yang menaungi Lingga Yoni ini. Sebagai Bangunan suci untuk pemujaan. Ciri-ciri keberadaan bangunan candi pun mendekati kebenaran, seperti berada di ketinggian, dekat dengan sumber air. Bukti yang menguakan adanya beberapa batuan candi berpola, batu candi pengunci, berbentuk khusus serta batu candi berelief.


Batu candi : Situs Nglimut












Batuan candi yang ada di luar pagar...









Bersama Mas Muhammad Sufyan Alwi : 
Terimakasih mas..!!!



    Situs ini memang sudah ber pagar (namun ala kadarnya alias sudah rusak), namun belum tercover BPCB kah? belum ada Papan tanda peringatan dan papan petunjuk situs.... 



To be continue.... 
bersambung situs di kawasan wisata gonoharjo......

Save This Not Only A Stone
Salam Pecinta Candi

Jumat, 27 Maret 2015

Ganesha Situs Banjaran Karangjati


Ganesha Situs Banjaran Karangjati
     24 Maret 2015
     Hasil penelusuran informasi di internet beberapa tahun lalu, masih tersimpan. Ternyata membuat saya bersemangat lagi... Mbolang kali ini memang butuh perjuangan yang ekstra. Karena berada di dekat jalur PP saya kerja, niat saya menyempatkan berangkat/pulang mbolang terlebih dahulu. saya hitung ada 4 kali saya berusaha nyari Situs Dewa Ganesha ini,baru keempat kalinya bisa ketemu... mulai dari kurang tepatnya info dari web site yang saya dapat...., masyarakat sekitar juga ga tahu keberadaannya, juga kendala cuaca. Berbagai hambatan yang saya temui itu, tak mengurangi semangat saya.
  Jalurnya arah Semarang sebelum pasar Karangjati ada jalan masuk ke Ngobo, ati2 ketika di gang masuk ini... selain termasuk jalan berkategori 'blindspot' juga sering macet dan rawan. Masuk kira-kira 100m ketemu dengan gang Jl. Suka Rukun.
PT USG Congol :
gambar saya ambil dari parkir motor depan rumah warga
      Ikuti Jalan itu, sampai ketemu dengan perempatan, ambil lurus, kemudian perempatan ke dua ambil kanan arah ke Parik Garmen PT. USG Congol.
    


     Jalan menuju Situs ini tepat di depan PT. USG Congol ambil kanan arah persawahan, Parkir Motor di depan rumah warga. 

ganesha Karangjati
Gambar disamping adalah gambar yang menjadi bekal saya mbolang....... dan ternyata info lakasi nya salah.... bukan ngimbun tapi Banjaran, Masih Sama Karangjati. 
Sempat "clingak-clinguk", karena tak terlihat dewa Ganesha di sekitar sawah di depan ku... info gambar dari Dinas Pariwisata, Keterangan sumber gambar : Arca ganesha ini berada di tengah sawah milik ibu Siti warga Ngimbun Karangjati


   Karena keterangan seperti itu, ketika kusampai ku langsung mengedarkan pandangan... namun setelah beberapa lama ga terlihat juga, sempet mau mutung. Beruntung ada seorang ibu-ibu (beliau ga berkenan diketahui namanya), , karena saya saking senengnya diantar ke  situs, saya lupa foto beliau... namun tak mengurangi hormat saya, beribu terimakasih saya ucapkan pada beliau melalui tulisan ini, sudah repot mau menunjukkan lokasi Situs Arca Ganesha. 
     Beliau pun dengan yakin, "Saya 'bejo' ketemu dengan ibu itu, soalnya kalo orang lain belum tentu tahu keberadaan Situs ini, karena banyak warga yang sekitar saat ini pendatang.. 
jadi untuk peninggalan leluhur ini jarang yang peduli apalagi memperhatikan", jelas beliau.
  Petualangan sebenarnya menanti, Jalurnya melewati pematang sawah, pas saya mbolang ke sini tanah pematang sawah baru saja dicangkul.

    Telusuri pematang sawah itu sampai ketemu dengan sungai, kemudian sebrangi... 

         Arca Dewa Ganesha ada di tengah kebun dan disela-sela pohon sengon (dibawah tulisan merah)

 Ganesha: Dewa pengetahuan, kecerdasan, kebijaksanaan dan pelindung terhadap segala bencana
Ganesha Situs Banjaran karangjati
       Ganesha (Dewanagari) adalah salah satu dewa dalam agama Hindu dan banyak dipuja oleh umat Hindu, yang memiliki gelar sebagai Dewa pengetahuan dan kecerdasan, Dewa pelindung, Dewa penolak bala / bencana serta Dewa kebijaksanaan. Ia dikenal pula dengan nama Ganapati, Winayaka dan Pilleyar. Dalam tradisi pewayangan, ia disebut Bhatara Gana, dan dianggap merupakan salah satu putra Bhatara Guru (Siwa).
Ganesha Situs Banjaran karangjati
               
   Kondisi Arca Ganesha Situs banjaran Karangjati ini cukup memprihatinkan.             Pelapukan oleh alam dan diperparah dengan pembiaran arca ini di sini menjadikan Ganesha nampak seperti ini dari dekat.
    Menurut informasi yang ada arca tersebut sudah beberapa kali akan dipindahkan namun tidak berhasil.


Ganesha Situs Banjaran karangjati
    








Ganesa berkepala gajah dengan perut buncit. Patungnya memiliki empat lengan, yang merupakan penggambaran utama tentang Ganesa. 



Ganesha  karangjati

    Dia membawa patahan gadingnya dengan tangan kanan bawah dan membawa kudapan manis, yang ia comot dengan belalainya, pada tangan kiri bawah. Motif Ganesa yang belalainya melengkung tajam ke kiri untuk mencicipi manisan pada tangan kiri bawahnya. Dalam perwujudan yang biasa, Ganesa digambarkan memegang sebuah kapak atau angkusa pada tangan sebelah atas dan sebuah jerat pada tangan atas lainnya. 

Cerita mengenai Ganesha : 
 Ganesa lahir dengan tubuh dan kepala manusia, kemudian Siwa memenggalnya ketika Ganesa mencampuri urusan antara Siwa dan Parwati. Kemudian Siwa mengganti kepala asli Ganesa dengan kepala gajah. Detail kisah pertempuran dan penggantian kepala, memiliki beragam versi menurut sumber yang berbeda-beda. 
    Dalam kitab Brahmawaiwartapurana terdapat kisah yang cukup menarik. Saat Ganesa lahir, ibunya,Parwati, menunjukkan bayinya yang baru lahir ke hadapan para dewa. Tiba-tiba, Dewa Sani (Saturnus), yang konon memiliki mata terkutuk, memandang kepala Ganesa sehingga kepala si bayi terbakar menjadi abu. Dewa Wisnu datang menyelamatkan dan mengganti kepala yang lenyap dengan kepala gajah. Kisah lain dalam kitab Warahapurana mengatakan bahwa Ganesa tercipta secara langsung oleh tawa Siwa. Karena Siwa merasa Ganesa terlalu memikat perhatian, ia memberinya kepala gajah dan perut buncit.
    Dalam kitab Siwapurana dikisahkan, suatu ketika Parwati (istri Dewa Siwa) ingin mandi. Karena tidak ingin diganggu, ia menciptakan seorang anak laki-laki. Ia berpesan agar anak tersebut tidak mengizinkan siapapun masuk ke rumahnya selagi Dewi Parwati mandi dan hanya boleh melaksanakan perintah Dewi Parwati saja. Perintah itu dilaksanakan sang anak dengan baik.
      Alkisah ketika Dewa Siwa hendak masuk ke rumahnya, ia tidak dapat masuk karena dihadang oleh anak kecil yang menjaga rumahnya. Bocah tersebut melarangnya karena ia ingin melaksanakan perintah Parwati dengan baik. Siwa menjelaskan bahwa ia suami Parwati dan rumah yang dijaga si bocah adalah rumahnya juga. Namun sang bocah tidak mau mendengarkan perintah Siwa, sesuai dengan perintah ibunya untuk tidak mendengar perintah siapapun. Akhirnya Siwa kehabisan kesabarannya dan bertarung dengan anaknya sendiri. Pertarungan amat sengit sampai akhirnya Siwa menggunakan Trisulanya dan memenggal kepala si bocah. Ketika Parwati selesai mandi, ia mendapati putranya sudah tak bernyawa. Ia marah kepada suaminya dan menuntut agar anaknya dihidupkan kembali. Siwa sadar akan perbuatannya dan ia menyanggupi permohonan istrinya.
    Atas saran Brahma, Siwa mengutus abdinya, yaitu para Gana, untuk memenggal kepala makhluk apapun yang dilihatnya pertama kali yang menghadap ke utara. Ketika turun ke dunia, gana mendapati seekorgajah sedang menghadap utara. Kepala gajah itu pun dipenggal untuk mengganti kepala Ganesa. Akhirnya Ganesa dihidupkan kembali oleh Dewa Siwa dan sejak itu diberi gelar Dewa Keselamatan.
     Sebagian badannya terpendam sehingga tidak dapat diketahui secara pasti apakah arca ini beralas atau tidak. 


Dari dekat : 




Dari Samping : 

 













Dari belakang: 






Bila tetap dibiarkan seperti ini, tak butuh waktu lama, Arca Ganesha Banjaran karangjati ini lapuk!!!! .... Adakah cara untuk membuat sedikit melindungi? Lapor ke pada siapakah seharusnya.......------
Patut Kita Wacanakan..... diskusi welcome di 081805803200 / fb : Saya


nb: 


Saat perjalanan pulang....saya ketemu dengan seorang kakek, Setelah kujelaskan saya dari mana... Beliau bercerita.... Arca Ganesha ini masih ada hubungannya dengan Arca Ganesha Mbah Dul Jalal.
"Mbah Gono", masyarakat jaman dulu menyebut arca itu..... sampai saat inipun kadang masih ada beberapa yang melakukan ritual di arca itu" jelas kakek iu

---Bila dihubungkan dengan fakta keberadaan 3 buah arca ganesha di daerah sekitar bergas ini... (Satu lagi arca ganesha pondansari) kemudian beberapa sisa batu-batu candi di Situs Kalitaman Wujil bergas--- bolehkah saya menyimpulkan kawasan ini dulunya semacam kawasan pusat pendidikan?, dengan fakta pendukung letak di bawah lereng gunung ungaran yang berdiri kokoh Candi Gedong songo... 
Namun sahaya hanya menduga saja.... Saya yakin suatu saat kebenaran sejarah akan terkuak......


*****

Save the This...Not Only a Stone!!!








Salam Pecinta Candi