Dipakaikan Asmarajati pada para isteri
itu, supaya mereka puas birahinya secara luar biasa. Tentara Urawan yang akan
menyerang Bali, tertahan di Banyuwangi. Karena belum ada kapal sebuahpun. Jaya
Kusuma memerintahkan kepada para sentana dalemnya, untuk membuat rakit, yang
segera juga dapat diselesaikan. Rakit itu terbuat dari bambu dan batang pohon
pinang. Beberapa orang beserta senjata dimuat dalam rakit itu, senjata-senjata
ditutup dengan kajang hingga tidak kelihatan. Orang Bali harus mengira, bahwa
orang yang menaiki rakit itu adalah pedagang, yang kapalnya karam. Lagipula
dikira-kirakan, bahwa mereka akan mencapai pelabuhan Bali waktu matahari
terbit. Jadi seberangilah selat Banyuwangi dengan tiga buah rakit. Sebelum
matahari terbenam mereka sudah tiba di pelabuhan Pabeyan. Mereka mengatakan
bahwa kapalnya karam dan mereka pun diizinkan oleh orang Bali mendarat. Tapi
baru saja mereka menginjak tanah, merekapun membuka kedoknya sebagai musuh,
yang menuntut kapal-kapal yang ada. Menyusul pertempuran yang seru, dimana
orang Bali mengalami kekalahan. Pelabuhan Pabeyan diduduki oleh orang Jawa dan
beberapa kapal dibawa ke Banyuwangi.
Kapal-kapal diserahkan kepada
Jaya-kusuma. Ala-alat dan orang-orang dimuat ke dalam kapal. Sureng-rana akan
ditinggalkan di Banyuwangi, tapi ia memaksa ikut. Setelah tinggal semalaman
lagi, esok paginya mereka berangkat ke Bali.
Jaya Kusuma naik ke sebuah Parjala
yang bernama Tibang getih. Gorap. Jaladara
pun ada. Perjalanan selamat. Laut dilukiskan baik sekali. Pagi hari mereka tiba
di Pabejan, dimana segala sesuatu sudah dipersiapkan untuk Jaya Kusuma.
Gubernur Pabejan dalam keadaan luka
berlari menemui patih Agung untuk memberitahukan bahwa, pelabuhan sudah jatuh
kedalam tangan musuh. Setelah pemberitahuan itu, iapun menghembuskan nafas yang
penghabisan.
Raja Bali duduk dalam istana,
dikelilingi oleh para pembesarnya. Patih Jaja-asmarapun hadir.
Sekonyong-konyong datang Agung memberitahukan, bahwa musuh sudah mendarat dan
menduduki Pabejan. Raja memerintahkan mengadakan perlawanan. Jaja-asmara
keluar. Di pagelaran diumumkan untuk menyerang musuh.
Sementara itu Jaya Kusuma sudah
memindahkan tentaranya jauh ke pedalaman. Akhirnya ia tiba di Sapi-gumanang. Di
mana ia menyusun pertahanan. Mereka menunggu datangnya musuh, yang tidak muncul
juga. Dimaksudkan usul untuk memancing musuh keluar, tapi tidak satupun yang
sesuai dengan pikiran Jaya Kusuma. Akhirnya Sureng-rana mengusulkan memajukan
ultimatum.jaya Kusuma setuju dan memuji buah pikirannya itu. Disusun sepucuk
surat dan dikirim kek keraton dengan utusan berkuda.
Penjaga-penjaga gerbang keraton Bali
omong-omong tentang kemakmuran yang besar di Bali saat ini. Tapi menurut
ramalan Bali akan segera binasa. Yang seorang tidak percaya sama sekali ramalan
itu, sedangkan yang lain mempertahankan kebenarannya.
Para utusan tiba di gerbang dan
berhenti. Mereka berbicara dengan penjaga-penjaga tentang maksud kedatangannya.
Para penjaga meminta surat yang mereka bawa, untuk disampaikan kepada raja.
Tapi para utusan tidak mau memberikannya, mereka hendak menyerahkan sendiri
kepada raja. Terjadilah pertengkaran kemudian mereka berkelahi.
Perkelahian diteruskan, orang Bali
kalah. Disampaikan kejadian itu kepada Patih Agung, yang pada gilirannya
memberitahukan kejadian itu kepada raja.
Laporan diteruskan. Kanjeng Sinuhun
Raja menanyakan beberapa mengenai pribadi jaya Kusuma. Kanjeng sinuhunbermaksud
menampilkan Jaja-asmara sebagai raja dan menyuruhnya menerima para utusan
dengan memakai seluruh pakaian kebesaran kerajaan. Kanjeng sinuhun sendiri
hendak tinggal dalam keraton saja. Cau iri hati karena tidak diminta
nasehatnya. Kanjeng sinuhun menghiburnya dania berlucu-lucu.
Esok paginya patih Jaja-asmara keluar
di penghadapan, berpakaian sebagai raja. Agung dan Taju memukul canang di
Pagelaran. Rakyat berkumpul di alun-alun, dilukiskan pakaian raja dan
lingkungan sekitarnya.
Purwono (2009) Buku Materi
Pokok: Dasar-dasar Dokumentasi.
Jakarta: Universitas
Terbuka. Modul 2.
Dokumen
merupakan hasil rekaman yang berisi informasi. Dalam pengertian sehari-hari
dokumen diartikan sebagai secarik kertas yang berisi tulisan atau grafis
lainnya. Di PusDokInfo, dokumen diartikan sebagai media yang memuat atau berisi
informasi dalam berbagai format. (Buku, manuskrip, videotapes, dan file-file
dianggap dokumen).
I. Dokumen
Nontekstual, Tekstual, Grey Literatyre, dan Pengawasan Bibliografi
A. Jenis Dokumen
Manusia
menggunakan berbagai media untuk merekam hasil karya mereka yang sesuai dengan
pengetahuan dan teknologi pada jamannya, misalnya: tanah liat, papyrus, kulit
kayu, daun tul atau lontar, kayu, gading, tulang, batu, logam, kulit binatang,
pergamen (parchment = kertas perkamen), vellum (naskah yang ditulis pada kulit
binatang), leather (kulit binatang, kertas, papan, film, pita magnetik, disket,
video disk. Dari aspek keterbacaan: dokumen nontekstual atau korporil (disimpan
di musem-museum), dan dokumen literer (disimpan di PusDokInfo).
1. Dokumen Menurut Ketajaman
Analisis
· Dokumen Primer, dokumen yang
disiapkan oleh pengarangnya, berisi mengenai penelitian yang dilakukan endiri (misalnya:
artikel majalah ilmiah/jurnal, laporan penelitian, paten, disertasi, makalah
lokakarya, dan kartu informasi.
· Dokumen Sekunder, dokumen
yang berisi informasi mengenai dokumen primer (dokumen yang mengacu ke dokumen
primer, karena isinya merupakan deskripsi dan informasi tentang dokumen primer
(misalnya: bibliografi, katalog, majalah indeks, majalah abstrak dan daftar
isi).
· Dokumen Tesier, dokumen yang
berisi informasi mengenai dokumen sekunder (dokumen yang mengumpulkan,
menyarikan dan memindahkan informasi yang semula ada pada dokumen sekunder dan
terkadang dokumen primer yang kemudian diolah sesuai dengan kepentingan pemakai
atau pembaca (misalnya: buku ajar, direktori serta panduan literature
bibliografi dari bibliografi).
2. Dokumen Grey Literature
Grey Literature
= literatur kelabu = unconventional literature = non conventional literature =
literatur nonkomersial, jenis dokumen yang sukar atau tidak mungkin ditemukan
di pasaran bahkan perpustakaan (atau perpustakaan tidak semua memiliki),
misalnya: prosiding seminar, laporan penelitian, disertasi, naskah-naskah
kerjasama, kertas kerja pertemuan ilmiah/seminar, terbitan peerintah. Hal ini
dikarenakan jumlah cetakan/terbitannya sangat terbatas. Untuk bisa mendapatkan
grey literature, perpustakaan harus memiliki hubungan yang baik dengan suatu
lembaga/instansi.
Dewasa ini
telah diupayakan adanya pengawasan bibliografi terhadap Grey Literature oleh
PDII-LIPI, yaitu dengan menerbitkan bibliografi laporan penelitian dan
disertasi (Indeks Penelitian dan Survei, 1950-1977).
B. Bibliografi sebagai Pengawasan Terbitan (Dokumen)
A.M. Lewis
Robinson (1971): bibliografi disusun untuk membantu pemakai dalam menemukan
adanya suatu terbitan atau mengetahui batasan-batasan dalam pengenalan buku
atau dokumen lain yang diperlukannya. Juga, untuk melengkapi data statistik
mengenai kegiatan penerbitan dari kelompok negara atau suatu negara, sedangkan
untuk spesifikasi bibliografi memberikan informasi kegiatan intelektual dalam
suatu cabang ilmu pengetahuan.
Clapp (1955):
Bibliografi
merupakan alat komunikasi informasi yang cepat dan tepat, yang merupakan
gabungan dari catatan terbitan yang pernah dihasilkan oleh masyarakat dalam
berbagai jenis terbitan.
Donald Davinson (1975), bibliografic control:
Pengembangan dan
perawatan suatau sistem pencatatan yang memadai/cukup tentang semua yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan, tercetak atau terekan yang menambah
jumlah pengetahuan dan informasi bagi masyarakat.
Induk dari catatan tertulis dan yang terbit
disajikan untuk tujuan bibliografi
Organisasi
bibliografi adalah suatu penyusunan yang efektif yang dihasilkan dari
penyusunan daftar yang sistematis dari cantatan komunikasi masyarakat yang
disebut bibliografi.
C. Pengawasan Terbitan Secara Nasional
Dari kegiatan
Pengawasan Terbitan Secara Nasional muncul istilah National Bibliographic
Control, dengan kelengkapan:
-Buku dan phamplet yang terbit untuk dijual
maupun tidak dijual
-Indeks artikel
-Peta dan atlas
-Karya musik
-Audio visual
-Disertasi dan karya akademik yang tidak
diterbitkan
-Terbitan pemerintah daerah
-Direktori
Dari
masing-masing National Bibliographic Control muncul Universal Bibliographic
Control (UBC), yang merupakan realisasi kerjasama dalam jaringan informasi yang
telah dilaksanakan oleh pustakawan di dunia yang bisa berfungsi sebagai media
pameran buku internasional dan pengawasan terbitan dunia (Dothy Anderson,
1975).
II.
Pelestarian Dokumen
Dokumen, baik
secara fisik maupun informasi yang terkandung di dalamnya, perlu dilestarikan
bersama sebagai suatu rekaman budaya atau sejarah kehidupan bangsa yang menjadi
kebanggaan dan acuan dalam pengembangan bdaya bangsa di masa mendatang.
Pemeliharaan dokumen tidak ditujukan pada dokumen yang sudah tua dan rusak
saja, tetapi juga pada bahan pustaka yang baru.
A. Definisi Pelestarian Dokumen
Konservasi
(conservation) dan preservasi (preservation)
memiliki nilai yang sama untuk istilah
pemeliharaan dokumen.
John M. Enchols dan Hassan Shadily. Kamus Inggris-Indonesia:
Konservasi
berarti: perlindungan, pengawetan.
Preservasi
berarti: pemeliharaan, penjagaan, dan pengawetan.
J.M. Dureau dan D.W.G. Clements. The Principles of the Preservation and
Conservation of Library Materials:
oPreservasi: mencakup unsur-unsur pengelolaan
keuangan, cara penyimpanan, tenaga, teknik, dan metode untuk melestarikan
informasi dan bentuk fisik dokumen.
oKonservasi: adalah teknik yang dipakai untuk
melindungi bahan pustaka dan arsip dari kerusakan dan kehancuran.
oKonservasi dalam perpustakaan adalah perencanaan
program secara sistematis yang dapat dikembangkan untuk menangani koleksi
perpustakaan agar tetap dalam keadaan baik dan siap pakai.
oKonservasi dalam museum semua kegiatan dalam
usaha melindungi benda-benda budaya untuk keperntingan masa depan.
Prinsip-prinsip konservasi sesuai dengan Code of Ethics and Guideline
for conservation Pratice (1986):
-Preservation of deterioration: tindakan untuk
melindungi benda budaya termasuk bahan pustaka dengan mengendalikan kondisi
lingkungan, melindungi dari faktor perusak lainnya, termasuk salah penanganan.
-Preservation: penanganan yang berhubungan
langsung dengan benda. Kerusakan oleh udara lembab, faktor kimiawi, serangga,
mikroorganisme harus dihentikan termasuk untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.
-Consulidation: memperkuat benda yang sudah rapuh
dengan jalan memberi perekat atau bahan penguat.
-Restoration: memperbaiki koleksi yang telah
rusak dengan jalan menambal, menyambung, memperbaiki jilidan yang rusak dan
mengganti bagian yang hilang bentuknya mendekati keadaan semula.
-Reproduction: membuat ganda dari benda asli,
termasuk membuat mikrofilm, mikrofis, foto repro, fotokopi.
Wendy Smith dari National Library of Australia:
· Preservation: semua kegiatan
yang bertujuan memperpanjang umur bahan pustaka dan informasi yang ada di dalamnya.
· Conservation: kegiatan yang
meliputi perawatan, pengawetan dan perbaikan bahan pustaka oleh konservator
yang profesional
· Resoration: kegiatan
konservasi yang memperbaiki bahan pustaka yang rusak agar kondisinya seperti
asli.
The American Heritage
Dictionary:
· Conservation: kegiatan
menjaga supaya tidak hilang, rusak atau disia-siakan.
· Preservation: kegiatan
melindungi kerusakan, resiko dan bahaya lainya, menjaga agar tetap utuh dan
menyiapkan sesuatu untuk melindungi dari kehancuran.
B. Tujuan Pelestarian Dokumen
Tujuan pelestarian dirumuskan:
1. Menyelamatkan nilai informasi dokumen
2. Menyelamatkan fisik dokumen
3. Mengatasi kendala keterbatasan ruangan
4. Mempercepat perolehan informasi, dokumen yang didigitalisasi sangat mudah
untuk diakses.
Fungsi pelestarian (Martoatmodjo, 1993):
1. Fungsi melindungi: bahan pustaka dilindungi dari serangan serangga,
manusia, jamur, panas matahari, air.
2. Fungsi pengawetan: dokumen menjaid awet dan lebih lama dipakai.
3. Fungsi Kesehatan: dokumen menjadi bersih sehinga pustakawan dan
pemakai menjadi/tetap sehat.
4. Fungsi pendidikan: perpustakaan dan pustakawan belajar bagaimana
cara memakai dan merawat bahan pustaka dan ruang perpustakaan.
5. Funsi kesabaran: perawatan bahan pustaka perlu kesabaran.
6. Fungsi sosial: perawatan bahan pustaka perlu dikerjakan
bersama-sama.
7. Fungsi ekonomi: bahan pustaka menjadi awet dan keuangan dapat
dihemat.
8. Fungsi keindahan: penataan dokumen menjadi rapi dan keindahan
perpustakaan akan lebih kelihatan.
Unsur-unsur penting dalam pelestarian bahan
pustaka: manajemen, tenaga, laboratorium/ruangan, dana.
C. Faktor-faktor Penyebab Kerusakan Dokumen
Secara umum,
kerusakan bahan pustaka dikarenakan faktor biologi (binatang pengerat,
serangga, jamur), faktor fisika dan kimia, dan faktor alam (sinar matahari,
banjir, gempa bumi, api dan manusia. Tiga
kelompok faktor penyebab kerusakan bahan pustaka:
1.Karakteristik bahan: bahan mempunyai sifat kimia dan
fisika yang tidak stabil.
2.Faktor Lingkungan: bahan pustaka mempunyai daya tahan
berbeda terhadap pengaruh lingkungan.
3.Faktor manusia: merupakan faktor dari luar dalam
penanganan dan penggunaan.
D. Mencegah Kerusakan Dokumen
Pencegahan:
1. Karena faktor lingkungan
§Menjaga
suhu udara 20-24o C
§Perlu
perlindungan terhadap sinar matahari langsung, atau dijauhkan dari candela
§Memasang
AC untuk mengurangi/menghindari pencemaran udara
§Memeriksa
bahan pustaka secara periodik untuk mencegah kerusakan dari tumbuhan dan
serangga
§Rak
sebaiknya terbuat dari bahan anti karat dan anti serangga
§Bahan
pustaka yang kena air perlu segera dikeringkan (hindari penjemuran dengan sinar
matahari)
2. Karena faktor manusia: perlu penyadaran dan penyuluhan tentang
penanganan dan penggunaan bahan pustaka, baik pustakawan dan pengguna.
E. Fumigasi, Deasidifikasi, dan Laminasi
1. Agar bahan pustaka bebas dari penyakit, kuman,
serangga, jamur dan lainnya, maka bahan pustaka perlu diasap dengan bahan kimia
(fumigasi).
2. Perlu
dilakukan penghilangan keasaman yang disebabkan oleh tinta
3. Perlu
pelapisan atau laminasi
F. Perbaikan Dokumen dan Restorasi
Kerusakan kecil
ataupun besar perlu perbaikan dengan: menambal, mengganti sampul menjilid
kembali, pengencangkan penjilidan.
G. Penjilidan
Agar bahan
pustaka tidak lepas dari strukturnya, maka perlu dijilid, yagn memerlukan
kehati-hatian dan ketelitian.
H. Pelestarian Nilai Informasi
Untuk
pelestarian nilai informasi bahan pustaka perlu dilakukan denga alih bentuk
dokumen (ke bentuk mikro atau microfilm). Selain itu dengan teknologi video,
sehingga lebih mudah untuk penyimpanan, pengolahan dan penemuan kembali
misalnya tersipmapn dalam CD-ROM yang mempunyai kelebihan:
1. merupakan penyimpanan informasi berkapasitas tinggi.
2. memudahkan dan mempercepat penelusuran
3. tahan terhadap gangguan elektromagnetik
4. memudahkan pembuatan katalog
5. mempercepat penerbitan
I. Rencana Pembentukan Bagian Pelestarian Untuk PusDokInfo
Bagian
pelestarian bahan pustaka tidak kalah pentingnya dnegan bagian-bagain lain di
perpustakaan. Dengan bagian ini, sewaktu-waktu terjadi kerusakan akan cepat
diperbaiki sehingga dokumen cepat siap di rak.
J. Peran Konservator Dalam pelestarian Dokumen
Konservator
memiliki tanggungjawab dalam memperbaiki fisik dokumen, membantu mengembangkan
kebijaksanaan pelsetarian, dan pengawetan dokumen, serta menentukan standar dan
spesifikasi setiap perbaikan dari segi profesi dan etika. Tugas konservator:
1.memperbaiki dokumen
2.mengadakan tes bahan kimia
3.mengadakan konsultasi kepada yang lebih berpengalaman
4.mengadakan konsultasi dan penelitian dengan ahli subyek
5.merencanakan dan mengorganisir perbaikan
6.mengawasi peralatan dan perlengkapan perbaikan dokumen
7.memberi saran perbakan dan perawatan
8.bekerjasama dengan konservator lain
K. Perencanaan Kesiapan Menghadapi Bencana
Perencanaan
diperlukan untuk:
1.memperkecil resiko kerusakan
2.mengurangi rasa panik staf
3.menyediakan strok bahan dan peralatan yang akan
digunakan dalam keadaan darurat
4.menyusun daftar nama orang dan lembaga yang harus
dihubungi jika dalam keadaan darurat
Perencanaan
kesiapan menghadapi bencana harus dituangkan dalam dokumen, yang berisi:
1.pedoman ringkas tentang prosedur pencegahan, renspon,
reaksi dan pemulihan
2.daftar personil yang bisa dihubungi
3.daftar konsultan dan pemberi jasa
4.daftar peralatan dan penyuplai
5.prosedur perolehan bantuan tenaga, dana, tempat dan
peralatan
Panji teringat pula apa yang dikatakan
oleh para dewa kepadanya, yaitu ahwa ia akan menemukan kembali isterinya
Sekar-taji dan kawan-kawannya setelah pertempuran di Bali. Sedang ia termenung,
isterinya, Sureng-ranamelihat bibirnya bergerak-gerak, atas pertanyaan
isterinya apa yang dilakukannya, Panji menjawab bahwa ia mendoa supaya menang
perang. Sureng-rana tidak percaya.
Astra-wijaya yang bersama isterinya
menyusul Panji, sudah tiba pula di Bali. Ia tidak menemukan panji di Pabejan,
karena itu meneruskan perjalanan ke pedalaman. Setelah bertemu dengan Panji, ia
menangis dengan sedihnya. Diceritakannya kepada Panji pengalamannya di
Bauwarna. Pun ramalan Wasi Curiganata disampaikannya kepada Panji.
Atas permintaan Astra-wijaya supaya
boleh tinggal bersama Panji. Panji menjawab bahwa Astra-wijaya harus memakai
nama Undakan.
Pun Astramiruda kini sampai kepada
Panji, dengan sepucuk surat dari Raja Urawan, yang mengatakan seluruh isi taman
sudah dibinasakan oleh Astrawijaya. Jayakusuma pun marah kepada Wijaya.
Sureng-rana berkata, bahwa untuk perbuatan semacam it, orang pria tidak boleh
dipersalahkan, yang bersalah semata-mata perempuan.
Miruda kini didamaikan oleh Panji
dengan Astrawijay, keduanya harus bersumpah didepan Panji. Permainan musik
gamelan diteruskan. Setelah dua lagu Astra-wijaya harus bermain. Dimainkannya
lagu yang bernama Mongkong, ialah
lagu yang diciptakan raja Daha marah kepada Candra Kirana. Keinginan Panji
hendak melihat kembali isterinya, menjadi keras oleh lagu itu. Diperdengarkan
beberapa lagu lain lagi, setiap Panji kali Panji teringat kepada isterinya yang
hilang.
Sementara itu tentara Bali sudah
berkumpul di alun-alun di bawah pimpinan Jaya-asmara. Segera mereka berangkat.
Suatu iring-iringan panjang para Bupati Bang Wetan beserta anak buah
menyongsong musuh. Cau memakai pakaian bagus dan pakaian compang-camping
sekaligus. Anak buah Jayakusuma pun sudah bersiap-siap untuk berperang.
Pertemuan kedua balatentara dan pertempuran.
Peperangan diteruskan, Sureng-rana
hendak berkelahi dengan Jaya-asmara. Suaminya mencegahnya. Ia hendak berhadapan
sendiri dengan Jaya-asmara. Dalam perkelahian satu-lawan satu Panji
menggoncang-goncang Jaya-asmara, dan Jaya-asmara lucut kedoknya, kembalilah ia
menjadi Onengan. Ia dipeluk oleh kakaknya. Seorang Pahlawan dipacung kepalanya.
Diserukan bahwa kepala itu kepala Jaya-asmara, yang diberinama Ekawarni oleh
Panji untuk meneruskan penyamaran. Panji mengundurkan diri ke tempat perhentiannya.
Para sentana dalem dikumpulkan untuk menyaksikan bahwa Onengan sudah kembali.
Ekawarni bertemu dengan
saudara-saudaranya. Jaya-kusuma menanyakan pengalamannya. Ekawarni menceritakan
apa yang sudah terjadi dengan dirinya, juga perihal ular yang menyerang raja
Bali. Selanjutnya Jaya-kusuma menanyakan, apakah raja Bali itu seorang
sungguh-sungguh orang Bali, dan seterusnya, dan seterusnaya, untuk membuktikan
bahwa raja Bali itu bukan seorang lelaki sungguh-sungguh.
Saat ini dieritakan tentang raja Bali.
Ia bermain Catur dengan para isterinya. Taruhannya demikian ; jika Raja kalah,
ia membayar dengan uang, jika ia menang para isterinya dapat ciuman.
Permainan diteruskan.
Sekonyong-konyong Patih Cau masuk. Ia membawa kabar bahwa orang mancanegara
sudah dibinasakan oleh musuh, pun Jaya-kusuma sudah tewas. Kanjeng Sinuhun Raja
bersedih hati dan memutuskan ia sendiri akan maju perang. Sekalipun isterinya
dibawa serta, supaya musuh mendapat harta rampasan banyak, kalau ia sendiri
kalah perang.
Isteri-isteri yang harus turut serta,
sudah membuat bermacam-macam kue dan makanan di rumah. Tentara berangkat maju.
Uritan iring-iringan.
Urutan kereta, yang dikenarai oleh
istri-istri Raja. Kanjeng Sinuhun naik Gajah dibelakang sekali. Dilukiskan
keadaan tentara Panji duduk dibelakang isterinya, Puteri Cemara. Ekawarni
diminta bermain seruling. Permainannya baik. Panji bertanya siapa yang
mengajarinya. Jawabnya, “Raja Bali”.Panji, “Tentu saja ia pandai sekali bermain”.
Asmarajayabuat pertamakali melihat
Ekawarni bermain seruling. Ia jatuh
cinta kepadanya dan ingin menjadi suaminya. Untuk itu ia hendak minta bantuan
saudaranya, Candra Kirana, apabila ia sudah ditemukan kembali.
Raja Bali pun muncul di medan perang.
Cau menjaga para isteri Raja, yang turut dibawa sambil teringat kepada
Ekawarni. Bersama Astramiruda ia banyak membunuh musuh. Banyak pahlawan Bali
yang tewas. Sureng-rana pun menyerang.
Pertempuran diteruskan. Sureng-rana
menawan semua isteri raja Bali, raja Bali berkelahi satu lawan satu dengan Jaya
Kusuma. Setelah beberapa lama Cau meminta supaya yang menang siapa yang kalah.
Jaya Kusuma jatuh pingsan, karena kesan yang diperolehnya dari raja Bali.
Sureng-rana datang kepada Jayakusuma, yang diangkat orang.
Kedatangan para utusan di bawah
Waringin Kurung. Mereka masih berbicara tentang tugas perutusannya. Sifat utama
seorang perutusan terdiri dari tiga perkara.
Dua orang diutus oleh kanjeng Sinuhun
Raja untuk meminta surat yang mereka bawa. Utusan Jaya Kusuma tidak mau
menyerahkannya kecuali kepada Kanjeng Sinuhun sendiri. maka disuruhlah Agung
meminta surat itu. Apabila para utusan melihat Agung, mereka mengenal sebagai
Prasanta, atau apakah ia hanya seorang yang kebetulan sama rupanya? Pun Agung
mengenali utusan itu dari orang Jenggala Manik. Para utusan itu akhirnya
dipersilahkan masuk tanpa pengiring. Mereka menyerahkan surat. Raja pengganti
memberikannya kepada seorang emban untuk diserahkan kepada Kanjeng Sinuhun Raja
yang sebenarnya.
Emban Sebetan mempersembahkan surat
kepada raja yang sebenarnya. Surat itu dibuka oleh Kanjeng Sinuhun. Isinya
berupa ultimatum. Kanjeng Sinuhun Raja menanyakan beberapa hal mengenai para
utusan itu, Sebetan memberikan penjelasan tentang mereka. Oleh penjelasan itu
Kanjeng Sinuhun Raja Teringat pada tiga Pangeran Jenggala Manik. “Jadi demikian
pikirnya, Panji datang kemari dengan tiga orang Sentana dalemnya.”
Selanjutnya dengan sedih ia teringat
kepada suaminya, Panji. Bahwa ia memelihara sekian banyak istri, pun adalah
demi suaminya, sekiranya suaminya itu masih hidup. Puteri Pragunan dan yang
lain-lain melihat, bahwa Kanjeng Sinuhun Raja, setelah membaca surat tadi,
seolah-olah terpikir sesuatu. Untuk menyembunyikan kesedihannya, ia
menyayangkan keberanian orang Urawan, yang berani-beranian hendak menyerang
Bali. Tapi para puteri mengetahui rahasia itu. Bagian Raja menyuruh panggil
patih Jaya-asmara oleh seorang emban, bersama Agung dan Cau. Tiba di keraton
ketiga patih itu diperintahkan menyusun balasan surat. Kemudian surat balasan
itu diberikan kepada para utusan, yang selain itu menerima hadiah-hadiah yang
lain. Para utusan dikirim kembali.
Agung dan Cau pulang ke keraton.
Kanjeng Sinuhun raja memaparkan rencana perangnya. Para Patih keluar memberikan
petunjuk-petunjuk kepada Bupati Mancanegara. Jaya-asmara kembali ke temoat
kediamannya. Ia mempunyai dua orang istri, yang seorang putrid dari Mataun,
yang seorang lagi dari Manila. Tapi mereka belum pernah bercampur dengan sang
patih. Karena itu mereka bersedih hati.
Jaya-kusuma sedagn asyik menembang di
Pesanggrahan dengan istrinya, sambil menunggu kembalinya para utusan. Para
Bupati Kertasana dan lain-lain sudah hadir semua. Tidak lama kemudian datang
para utusan, yang mengatakan bahwa surat sudah diterima. Balasannya diserahkan
kepada Panji dan dibacakan oleh Sureng-rana. Isinya mengatakan bahwa raja Bali
bersedia memulai pertempuran pada hari Senin depan. Jaya Kusuma menanyakan
beberapa hal tentang raja Bali dan para pembesarnya. Oleh penjelasan yang
diberikan ia teringat adiknya perempuan Onengan.
Kendan Gunung - salah satu daerah terjal di kendan
Di Jawa Barat, Kerajaan
Kendan telah eksis sejak tahun 536 sampai dengan 612 M. Kendan berubah nama
menjadi Galuh (permata) ketika masa Wretikandayun, penerus Kendan menyatakan
diri melepaskan diri dari Tarumanagara (Sundapura). Karena Terusbawa merubah
Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda (pura). Sejak tahun 670 M ditatar sunda
dianggap ada dua kerajaan kembar, yakni Sunda Pakuan dan Sunda Galuh.
Naman Kendan seolah
tenggelam dalam kebesaran nama Galuh, sangat jarang diketahui masyarakat
tentang wilayah dan kesejarahannya, kecuali beberapa masyarakat yang berminat
mendalami sejarah Sunda. Bagi sejarawan sunda eksistensi Kendan tidak dapat
dilepaskan dari Galuh. Kendan danggap cikal bakal Galuh. Bahkan sejarawan
Sumedang di Musium Prabu Geusan Oeloen membedakan Galuh Kendan dengan Galuh
Kawali.
Situs Peninggalan Kerajaan Kendan di Kp. Kendan Nagreg
Letak Kendan
Kendan didalam
catatan sejarah Jawa Barat diperkirakan terletak disuatu daerah diwilayah
Kabupaten Bandung, ditepi sebuah bukit (Kendan),+500 meter sebelah timur stasiun kereta api Nagreg.
Terdapat daerah hunian yang bernama Kampung Kendan, Desa Citaman, Kecamatan
Nagreg. Namun berdasarkan on the spot,
letak Kendan berada di sebelah barat stasiun nagreg dan termasuk Desa Nagreg.
Bukit Kendan
yang dimaksud sangat jauh untuk disebutkan memiliki jejak Sejarah, mengingat
perbukitan Kendan saat ini sudah hampir habis akibat tanahnya dieksploitasi
untuk bahan pembuatan bata merah.
Danau Purba di Kendan
Disekitar Nagreg
dan Citaman ditemukan pula suatu tempat yang disebut masyarakat sekitarnya
“tempat pamujaan”, Sayang istilah tempat pamujaan dalam paradigma masyarakat
sunda dewasa ini dikonotasikan negatif, karena sering digunakan “pamujaan”,
suatu cara meminta harta kekayaan kepada mahluk gaib, dan dianggap menyekutukan
Tuhan. Sama dengan istilah pesugihan.
Nama Kendan
lebih dikenal dalam dunia arkeologi, identik sebagai pusat industri perkakakas
neolitik pada jaman purbakala. Batu Kendan sudah lama disebut-sebut dalam dunia
kepurbakalaan. Disinyalir daerah Kendan sudah ramai dihuni penduduk sejak
sebelum tarikh masehi.
Pasir batu bukit
Kendan sampai saat ini masih di eksploitasi penduduk setempat, karena
mengandung bahan perekat yang sangat cocok untuk pembuatan gerabah. Haji Atang
pemilik bukit itu sekarang, memanfaatkan bukit kendan untuk dijadikan bahan
campuran bata merah. Konon kabar menurut cerita Pak Anang, keponakan Haji
Atang, pada waktu jaman belanda kakeknya mengeksploitasi tanah Kendan untuk
dikirim ke Belanda dari stasiun Nagreg melalui Pelabuhan Surabaya, bahkan
pembangunan gedung sate dan gedung lainnya di kota Bandung disinyalir
menggunakan bahan dari bukit Kendan. Mungkin keberadaan setasiun Nagreg pada
awalnya tidak dapat dilepaskan dari Daerah Kendan. Stasiun ini merupakan saksi
bisu dari diangkutnya material Kendan kedaerah lain.
Didaerah Kendan
pernah ditemukan ditemukan sebuah patung kecil. Para akhli sejarah menyebutnya
patung Dewi Durgi. (saat ini disimpan di museum Jakarta). Sedangkan di dalam
prasasti Jayabupati disebutkan, bahwa : kekuatan Durgi dianggap kekuatan Gaib.
Dalam cerita Lutung Kasarung, Nini Dugi dianggap berasal dari Kanekes.
Keberadaan
patung Durga ditempat pamujaan menimbulkan spekulasi dari beberapa akhli
sejarah. Pleyte (1909) mensinyalir daerah tersebut termasuk daerah “Kabuyutan”.
Sama dengan daerah Mandala, atau Kabuyutan yang ada diwilayah Cukang Genteng,
dekat Ciwidey Kabupaten Bandung.
Kerajaan Kendan
selain dikenal melalui gerabah purbakalanya juga disebut-sebut di dalam Naskah
Carita Parahyangan dan Naskah Wangsakerta. Kedua sumber dianggap duplikasi dari
Pararatwan Parahyangan. Sayangnya Pararatwan Parahyangan saat ini tidak
diketahui rimbanya. Namun karena dijadikan sebagai naskah rujukan maka
Pararatwan Parahyangan dipastikan keberadaannya lebih tua dari Naskah Carita Parahyangan
dan Naskah Wangsakerta.
Kisah Kerajaan Kendan
Bersumber pada naskah Pustaka Rajyarajya i
Bhumi Nusantara parwa II sarga 4 (naskah wangsakerta), yang selesai ditulis
tahun 1602 saka (1680 Masehi) di keraton kasepuhan Cirebon. Resiguru Manikmaya,
Raja pertama Kendan Sang Resiguru Manikmaya dating dari Jawa Timur. Ia berasal dari keluarga Calankayana, India Selatan.
Sebelumnya, ia telah mengembara, mengunjungi beberapa negara, seperti: Gaudi
(Benggala), Mahasin (Singapura), Sumatra, Nusa Sapi (Ghohnusa) atau Pulau Bali,
Syangka, Yawana, Cina, dan lain-lain. Resiguru Manikmaya menikah dengan
Tirtakancana, putri Maharaja Suryawarman, penguasa ke-7 Tarumanagara (535-561
M). Oleh karena itu, ia dihadiahi daerah Kendan (suatu wilayah perbukitan
Nagreg di Kabupaten Bandung), lengkap dengan rakyat dan tentaranya.
Resiguru
Manikmaya, dinobatkan menjadi seorang Rajaresi di daerah Kendan. Sang Maharaja
Suryawarman, menganugerahkan perlengkapan kerajaan berupa mahkota Raja dan
mahkota Permaisuri. Semua raja daerah Tarumanagara, oleh Sang Maharaja
Suryawarman, diberi tahu dengan surat. Isinya, keberadaan Rajaresi Manikmaya di
Kendan, harus diterima dengan baik. Sebab, ia menantu Sang Maharaja, dan mesti
dijadikan sahabat. Terlebih, Sang Resiguru Kendan itu, seorang Brahmana ulung,
yang telah banyak berjasa terhadap agama. Siapa pun yang berani menolak
Rajaresiguru Kendan, akan dijatuhi hukuman mati dan kerajaannya akan
dihapuskan.
Penerus
tahta Kerajaan Kendan, dari perkawinannya dengan Tirtakancana, Sang Resiguru
Manikmaya Raja Kendan, memperoleh keturunan beberapa orang putra dan putri.
Salah seorang di antaranya bernama Rajaputera Suraliman. Dalam usia 20 tahun,
Sang Suraliman dikenal tampan dan mahir ilmu perang. Sehingga, ia diangkat
menjadi Senapati Kendan, kemudian diangkat pula menjadi Panglima Balatentara
(Baladika) Tarumanagara.
Resiguru
Manikmaya memerintah di Kerajaan Kendan selama 32 tahun (536-568 Masehi).
Setelah resiguru wafat, Sang Baladika Suraliman menjadi raja menggantikan
ayahnya di Kendan. Penobatan Rajaputra Suraliman, berlangsung pada tanggal 12
bagian gelap bulan Asuji tahun 490 Saka (tanggal 5 Oktober 568 M). Sang
Suraliman terkenal selalu unggul dalam perang. Dalam perkawinannya dengan putri
Bakulapura (Kutai, Kalimantan), yaitu keturunan Kudungga yang bernama Dewi
Mutyasari, Sang Suraliman mempunyai seorang putra dan seorang putri. Anak
sulungnya yang laki-laki diberi nama Sang Kandiawan. Adiknya diberi nama Sang
Kandiawati.
Sang
Kandiawan, disebut juga Rajaresi Dewaraja atau Sang Layuwatang. Sedangkan Sang
Kandiawati, bersuamikan seorang saudagar dari Pulau Sumatra, tinggal bersama
suaminya. Sang Suraliman, menjadi raja Kendan selama 29 tahun (tahun 568-597
M). Kemudian ia digantikan oleh Sang Kandiawan yang ketika itu telah menjadi raja
daerah di Medang Jati atau Medang Gana. Oleh karena itu, Sang Kandiawan diberi
gelar Rahiyangta ri Medang Jati.
Material Keraton Kerajaan Kendan
Setelah
Sang Kandiawan menggantikan ayahnya menjadi penguasa Kendan, ia tidak
berkedudukan di Kendan, melainkan di Medang Jati (Kemungkinan di Cangkuang,
Garut). Penyebabnya adalah karena Sang Kandiawan pemeluk agama Hindu Wisnu.
Sedangkan wilayah Kendan, pemeluk agama Hindu Siwa. Boleh jadi, temuan fondasi
candi di Bojong Menje oleh Balai Arkeologi Bandung, terkait dengan keagamaan
masa silam Kendan.
Sebagai
penguasa Kendan ketiga, Sang Kandiawan bergelar Rajaresi Dewaraja. Ia punya
lima putra, masing-masing bernama Mangukuhan, Karungkalah, Katungmaralah,
Sandanggreba, dan Wretikandayun. Kelima putranya, masing-masing menjadi raja
daerah di Kulikuli, Surawulan, Peles Awi, Rawung Langit, dan Menir.
Kemungkinan, lokasi kerajaan bawahan Kendan tersebut berada di sekitar
Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut. Pendahulu Kerajaan Galuh.
Sang
Kandiawan menjadi raja hanya 15 tahun (597-612 M). Tahun 612 Masehi, ia
mengundurkan diri dari tahta kerajaan, lalu menjadi pertapa di Layuwatang
Kuningan. Sebagai penggantinya, ia menunjuk putra bungsunya, Sang
Wretikandayun, yang waktu itu sudah menjadi rajaresi di daerah Menir.
Sang
Wretikandayun dinobatkan sebagai penguasa Kerajaan Kendan pada tanggal 23 Maret
612 Masehi, dalam usia 21 tahun. Malam itu, bulan sedang purnama. Esok harinya,
matahari terbit, tepat di titik timur garis ekuator. Sang Wretikandayun tidak
berkedudukan di Kendan ataupun di Medang Jati, tidak juga di Menir. Ia
mendirikan pusat pemerintahan baru, kemudian diberi nama Galuh (permata). Lahan
pusat pemerintahan yang dipilihnya diapit oleh dua batang sungai yang bertemu,
yaitu Citanduy dan Cimuntur. Lokasinya yang sekarang, di desa Karang Kamulyan,
Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis.
Sebagai
Rajaresi, Sang Wretikandayun memilih istri, seorang putri pendeta bernama
Manawati, putri Resi Makandria. Manawati dinobatkan sebagai permaisuri dengan
nama Candraresmi. Dari perkawinan ini, Sang Wretikandayun memperoleh tiga orang
putra, yaitu Sempakwaja (lahir tahun 620 M), Jantaka, (lahir tahun 622 M), dan
Amara (lahir tahun 624 M).
Ketika
Sang Wretikandayun dinobatkan sebagai Raja Kendan di Galuh, penguasa di
Tarumanagara saat itu, adalah Sri Maharaja Kretawarman (561-628 M). Sebagai
Raja di Galuh, status Sang Wretikendayun adalah sebagai raja bawahan
Tarumanagara. Berturut-turut, Sang Wretikandayun menjadi raja daerah, di bawah
kekuasaan Sudawarman (628-639 M), Dewamurti (639-640 M), Nagajayawarman
(640-666 M), dan Linggawarman (666-669 M).
Ketika
Linggawarman digantikan oleh Sang Tarusbawa, umur Sang Wretikandayun sudah
mencapai 78 tahun. Ia mengetahui persis tentang Tarumanagara yang sudah pudar
pamornya. Apalagi Sang Tarusbawa yang lahir di Sunda Sembawa dan mengganti nama
Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda. Ini merupakan peluang bagi Sang
Wretikandayun untuk membebaskan diri (mahardika) dari kekuasaan Sang
Tarusbawa.
Sang
Wretikendayun segera mengirimkan duta ke Pakuan (Bogor) sebagai ibu kota
Kerajaan Sunda (lanjutan Tarumanagara) yang baru, menyampaikan surat kepada
Sang Maharaja Tarusbawa. Isi surat tersebut menyatakan bahwa Galuh memisahkan
diri dari Kerajaan Sunda, menjadi kerajaan yang mahardika.
Sang
Maharaja Tarusbawa adalah raja yang cinta damai dan adil bijaksana. Ia
berpikir, lebih baik membina separuh wilayah bekas Tarumanagara daripada
menguasai keseluruhan, tetapi dalam keadaan lemah. Tahun 670 Masehi, merupakan
tanda berakhirnya Tarumanagara. Kemudian muncul dua kerajaan penerusnya,
Kerajaan Sunda di belahan barat dan Kerajaan Galuh di belahan timur, dengan
batas wilayah kerajaan Sungai Citarum. Pada tahun 1482, kedua kerajaan ini
dipersatukan oleh Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi), menjadi Kerajaan Sunda
Pajajaran.