Jumat, 07 Mei 2010

Serat Nagri Ngurawan : Di Bawah Waringin Kurung


Di Bawah Waringin Kurung
(04)

Kedatangan para utusan di bawah Waringin Kurung. Mereka masih berbicara tentang tugas perutusannya. Sifat utama seorang perutusan terdiri dari tiga perkara.
Dua orang diutus oleh kanjeng Sinuhun Raja untuk meminta surat yang mereka bawa. Utusan Jaya Kusuma tidak mau menyerahkannya kecuali kepada Kanjeng Sinuhun sendiri. maka disuruhlah Agung meminta surat itu. Apabila para utusan melihat Agung, mereka mengenal sebagai Prasanta, atau apakah ia hanya seorang yang kebetulan sama rupanya? Pun Agung mengenali utusan itu dari orang Jenggala Manik. Para utusan itu akhirnya dipersilahkan masuk tanpa pengiring. Mereka menyerahkan surat. Raja pengganti memberikannya kepada seorang emban untuk diserahkan kepada Kanjeng Sinuhun Raja yang sebenarnya.
Emban Sebetan mempersembahkan surat kepada raja yang sebenarnya. Surat itu dibuka oleh Kanjeng Sinuhun. Isinya berupa ultimatum. Kanjeng Sinuhun Raja menanyakan beberapa hal mengenai para utusan itu, Sebetan memberikan penjelasan tentang mereka. Oleh penjelasan itu Kanjeng Sinuhun Raja Teringat pada tiga Pangeran Jenggala Manik. “Jadi demikian pikirnya, Panji datang kemari dengan tiga orang Sentana dalemnya.”
Selanjutnya dengan sedih ia teringat kepada suaminya, Panji. Bahwa ia memelihara sekian banyak istri, pun adalah demi suaminya, sekiranya suaminya itu masih hidup. Puteri Pragunan dan yang lain-lain melihat, bahwa Kanjeng Sinuhun Raja, setelah membaca surat tadi, seolah-olah terpikir sesuatu. Untuk menyembunyikan kesedihannya, ia menyayangkan keberanian orang Urawan, yang berani-beranian hendak menyerang Bali. Tapi para puteri mengetahui rahasia itu. Bagian Raja menyuruh panggil patih Jaya-asmara oleh seorang emban, bersama Agung dan Cau. Tiba di keraton ketiga patih itu diperintahkan menyusun balasan surat. Kemudian surat balasan itu diberikan kepada para utusan, yang selain itu menerima hadiah-hadiah yang lain. Para utusan dikirim kembali.
Agung dan Cau pulang ke keraton. Kanjeng Sinuhun raja memaparkan rencana perangnya. Para Patih keluar memberikan petunjuk-petunjuk kepada Bupati Mancanegara. Jaya-asmara kembali ke temoat kediamannya. Ia mempunyai dua orang istri, yang seorang putrid dari Mataun, yang seorang lagi dari Manila. Tapi mereka belum pernah bercampur dengan sang patih. Karena itu mereka bersedih hati.
Jaya-kusuma sedagn asyik menembang di Pesanggrahan dengan istrinya, sambil menunggu kembalinya para utusan. Para Bupati Kertasana dan lain-lain sudah hadir semua. Tidak lama kemudian datang para utusan, yang mengatakan bahwa surat sudah diterima. Balasannya diserahkan kepada Panji dan dibacakan oleh Sureng-rana. Isinya mengatakan bahwa raja Bali bersedia memulai pertempuran pada hari Senin depan. Jaya Kusuma menanyakan beberapa hal tentang raja Bali dan para pembesarnya. Oleh penjelasan yang diberikan ia teringat adiknya perempuan Onengan.


Serat Selanjutnya : Panji di Pabejan


Diketik ulang oleh sasadaramk.blogspot.com untuk membagi peradaban agar lestari…. Dari buku Kitab Jawa Kuno

Tidak ada komentar:

Posting Komentar