Sabtu, 09 April 2016

Watu Lumpang Situs Polaman Mijen Semarang

Watu Lumpang Situs Polaman Mijen Semarang
     Sabtu, 9 April 2016. Awalnya saya mendapat beberapa info dari Kang Mas Roso melalui Percakapan di Messanger Fb. Ketika saya ngajak beberapa rekan responnya belum pasti, kebetulan cuaca pun tak bersahabat, alias hujan sederas-derasnya. Pikir saya tak kan ada rekan yang akan datang. Eh, ternyata.... saat mulai reda, tapi tetap rintik-rintik...Mbah Eka nongol di depan Rumah. 
    Jadilah kami Blusukan weekend, karena start sudah sore, kami sepakat hanya menelusuri 1 lokasi saja. Yaitu di area polaman, tepatnya watu Lumpang di Makam Kyai Ori. Dari Rumah saya, perjalanan melewati Pasar Gunungpati, terus ke arah Boja. kira-kira 5 menit, ada Puskesmas Polaman, di seberang jalan ada ****mart. 
Puskesmas Polaman

   Karena saat itu jalan ramai sekali, akhirnya saya memutuskan untuk memutar di dekat makam (sebelum SPBU), Saat memutar itulah saya sempatkan untuk menelusuri 'apakah ada tinggalan purbakala' di makam, karena khas pohon besar dan mata air di area makam ini, setiap saya lewat jalur ini selalu penasaran. Makam yang kami singgahi : makam Sebumi
    Setelah beberapa saat, kami cari yang kami maksud untuk sementara nihil. Kemudian kami bertanya pada ibu yang jualan di warung depan makam. "Di sana malah ada makam kuno, Makam Kyai Aji, Kalo Kyai ori dekat ****mart, di sampingnya ada rumah jelek, lha di belakang rumah itu mas", jelas Ibu tersebut, tentunya dalam bahasa jawa. 
    Kami segera menuju lokasi, kami tanya arah kepada bapak tukang ojek, tanpa kami duga, malah beliau berkenan mengantar kami. Video Amatir Makam Kyai Aji: 

        Warga masyarakat percaya, Kyai Aji ini dulunya yang merencanakan, membangun dan mengurus tata pengairan jaman dulu. Yang konon area Polaman ini menjadi lahan subur gemah ripah loh jinawi. 
    Beberapa saat kami di makam Kyai Aji, kami tak menemukan tinggalan purbakala berujud watu (seperti yang kami maksud), kemudian kami menuju lokasi berikutnya, 100m dari "makam kyai Aji" kami parkir di halaman toko xxxxmart tersebut, kemudian 'kulonuwun' ke empunya rumah sebelah toko ini --maksud saya yang kulonuwun mbah eka--- saya menyerahkan urusan ini sepenuhnya kepada beliau... hhahahahaha, alibi saya yang sebenarnya takut bin sungkan alias males ber-birokrasi---
     Beberapa waktu nego, akhirnya kami diperbolehkan mengunjungi Watu Lumpang yang tepat berada di belakang rumah beliau (kira-kira hampir seperempat jam Mbah eka ini negoisasi). "Awalnya sempat tak diperbolehkan, namun dengan jurus pamungkas luluh juga bapak tersebut", jelas Mbah Eka
    Kyai Ori sendiri, seperti yang dituturkan Pak Jarot Kepada kami adalah seorang ulama yang 'bubak yoso' alias babat alas mendirikan sebuah pemukiman yang saat ini dikenal dengan Polaman, sambil menyebarkan agama Islam. "Kyai Ori juga guru Mengaji", jelas Pak Jarot yang konon dulunya jagoan desa.
     "Makam kyai ori sebenarnya secara pasti belum diketahui letaknya, bahkan kyai atau sesepuh setempat "Kyai Rosyad"juga masih ragu, namun memang berada di sekitar area makam yang sekarang", jelas Bapak Jarot.
     Watu lumpang menurut penjelasan dari Bapak Jarot, pindahan dari  desa sokorame Gunungpati. Ditempatkan di pojokan area makam. "Dulu saya buatkan bangunan peneduh untuk makam Kyai Ori, namun beberapa waktu lalu roboh", jelas Bapak Jarot. "Karena tak ada yang merawatnya (merawat dalam artian luas)",  tambah beliau.
Watu Lumpang Situs Polaman Mijen Semarang

     Menurut Ibu yang mendampingi kami (kami lupa tanya apakah Ibu ini anak/istri Bapak Jarot). Hingga saat ini, selain banyak yang ziarah di Makam Kyai ori, ada pula yang ritual di watu Lumpang Polaman ini.
Watu Lumpang Situs Polaman Mijen Semarang
    "Ada yang ritual cuci muka menggunakan air dari watu lumpang, ada pula yang membersihkan watu lumpang kemudian mengisi dengan air yang berasal dari beberapa mata air", tambah Ibu tersebut.
 

    
    Video Amatir Watu Lumpang Polaman : 



     Blusuk "weekend" Bersama Mbah Eka, sang Peluluh Hati: 
Mba eka di Watu Lumpang Situs Polaman Mijen Semarang

     


















     Mari Kunjungi dan Lestarikan...

@ssdrmk di Watu Lumpang Situs Polaman Mijen Semarang
     



















    Salam Pecinta Situs Watu Candi, Save This Not Only a Stone!!

Kamis, 07 April 2016

Kemuncak Situs Topi Bandung Bondowoso Sumurejo Gunungpati

Kemuncak Situs Topi Bandung Bondowoso Sumurejo Gunungpati
     Kamis, 7 April 2016... Blusukan Kemisan berlanjut, walau sempet beberapa rekan duet kemisan berhalangan...namun usaha terakhir saya nego Mbah Eka berhasil.... Lumayan Menambah Eksistensi berlangsungnya "Ritual Kemisan" ---heheheheh, kalimat rodo lebay----
    Janjian jam setengah 4di depan SKB Gunungpati (Dulu bekas SD Sumurjurang- Saat ini desa Sumurjurang berganti nama menjadi Kelurahan Sumurejo---end.) Yang familiar, sebelum perempatan menuju Unnes. Dulu saat Wilayah ini masih ikut Kabupaten Semarang, dikenal dengan Desa Sumurjurang, Setelah Ikut Kota Semarang berubah menjadi Sumurejo, ---Barangkali karena nama Sumurjurang tak elok....
    Dari SKB, kami ambil arah kiri tepat di gang ada toko kelontong, (kalo malam ada penjual Nasi Goreng Favorit saya- Nasgor Jagad Rasa--- nama anak saya sama heheheh). Masuk gang tersebut... lurus terus kira-kira 700m , bila sahabat ketemu dengan beberapa bangunan milik PDAM, kemudian ada portal (motor bisa masuk), terus saja..... Melewati Penyimpanan air tinggalane 'londo' : Brongebow 'Moedal, tertulis tahun pembuatan 1911.
Brongeboe Moedal 1911
    Kemudian menyusuri jalan setapak disamping pagar bangunan ini. Suasana sangat berbeda disini...udara terasa sangat lembab, mungkin selain area penyimpanan air juga rimbunan pohon bambu sungguh lebat, ---Agak merinding juga--- barangkali si "Naja" berdomisili di bawah rumpun bambu itu.... Naja alias si sendok mematikan....masyarakat familiar dengan cobra----
pohon sekepeng
    --Saya tantang rekan saya max trist dan suryo idein untuk menelusuri lantai candi yang konon ada di sekitar rumpun bambu ini......----
     Parkir di halaman belakan penyimpanan air, jalan kaki menyusuri kebun kosong milik warga (--belum dapat sumber siapa yang punya lahan ini), Kemuncak tepat berada di bawah pohon 'sekepeng'.
   Ketika saya mendengar nama situs ini topi bandung Bondowoso, alis naik, alias saya bertanya-tanya..... kok bisa?.... Karena teringat cerita rakyat tentang Bandung Bondowoso vs roro Jongrang..... penasaran, apa hubunganya.....
Kemuncak Situs Topi Bandung Bondowoso Sumurejo Gunungpati
    Menurut cerita yang didapat mbah eka, Kemuncak ini di kenal warga secara turun temurun dengan nama Topi bandung Bondowoso, 
    Alkisah..
 Ketika Bandung Bondowoso ingin membangun candi di daerah kekuasaanya, beliau mencari batu di sekitar Gunung Ungaran. Saat itu melihat raja Jin di kejauhan, seperti dalam cerita rakyat yang berkembang, Bandung Bondowoso adalah penakhluk ribuan jin yang dikemudian hari ikut membantu membangun Seribu candi di Prambanan; memenuhii syarat Roro Jongrang. Setelah tahu, bahwa yang ada di situ adalah Bandung Bondowoso yang sakti mandraguna, raja Jin tersebut melarikan diri dan bersembunyi. Karena kesaktiannya, Bandung Bondowoso tetap mengetahuii lokasi persembunyianya. Kemudian Dilempar dengan batu yang sebenarnya baru dibuat kemuncak. Begitulah tutur tinular yang di ceritakan kepada saya melalui Mbah eka, tentu saja dengan sedikit improvisasi kalimat.

Kemuncak Situs Topi Bandung Bondowoso Sumurejo Gunungpati
    Sudah sejak lama, Kemuncak ini diabaikan oleh warga  , Shahdan...semenjak ada seorang anggota TNI yang bermimpi ada sebuah batu peninggalan leluhur, kemudian beliau kesini dan membersihkan sekitar area ini, Bahkan membuatkan lantai 1m mengelilingi kemuncak itu. Dan Kata warga, "Ya itu satu-satunya orang yang peduli"....   

      
     Sayangnya saat kami kesini, tak membawa alat, sehingga cara kami memuliakan kemuncak ini ya sebisa kami..... 
lantai kemuncak terlihat setelah kami bersihkan rumput yang menutupi



     
        Di area ini, kami meyakini sebenarnya bukan hanya kemuncak ini... dari geografi dan geologi tanah; seperti subur, dekat dengan mata air dan berada di pegunungan. Saya 1000% yakin dulunya ada bangunan suci di area ini. Dari auranya saja cukup menggetarkan kami.... Kecurigaan kami, banyak watu bangunan suci itu dipakai saat londo kompeni membuat penampungan air. Baik dipakai sebagai pondasi atau dindingnya. Begitu luasnya bangunan penampung air, serta nama moedal yang dipakai, moedal dengan arti atau sinonom kata air mancur/ yang keluar memancar dari dalam tanah.... menguatkan dugaan saya. Ada "Sebuah bangunan suci masa lalu, erat kaitannya dengan Gunung dan Mata Air." Gambar foto saya ambil dari belakang Brongebow Moedal": 

     Video Amatir : 












      Blusuk bersama Mbah Eka.... Pemandu sekaligus Narasumber tangan kedua, plus silehan topi....wkwkwkwk lengkap sudah peran beliau...:




















Salam Pecinta Situs dan Watu Candi...
@SSDRMK di Kemuncak Situs Topi Bandung Bondowoso Sumurejo Gunungpati

























Save This Not Only A Stone!!!
Yuk Kunjungi dan Lestarikan

Kamis, 31 Maret 2016

Mengunjungi Yoni Situs Getas Pabelan Kabupaten Semarang

Benda Purbakala itu milik umum, siapa saja boleh melihat-mengunjungi-bahkan memuliakan-nya.......

     Apa maksud tulisan saya diatas, akan terjawab setelah cerita dibawah ini dibaca sampai habis....


     31 Maret 2016, Blusukan Kemisan dengan Tujuan Yoni yang berada di area perkebunan Getas Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang akhirnya terlaksana juga, sempat berulangkali tertunda. Kali ini berangkat saya, lek Suryo dan Mbah Eka. Sebelum Menuju Lokasi rencana kami menyambangi rekan DEWA SIWA Kang Cow Pendiem selain silaturahmi, juga kami ingin minta petunjuk.
Mas Rio dan Telo Goreng
 Dari Ambarawa, kami melewati jalur tembus Tuntang Mampir sebentar di Yoni Sumurup Asinan Tuntang.
   Kemudian, mampir di "Graha Komunika" nya Cow Pendiem... di Buk Plengkung (nama familiar warga, trowongan rel kereta api yang dulu berbelok letter S.Bringin, namun kini sudah langsam). 
Suryo dan telo goreng
     Setelah beberapa kali 'tidak jadi" alias dibatalkan, kesampaian juga kopi darat dengan cow pendiem. Yang ternyata Aslinya Mas Rio.... (tapi tetep belum tau nama lengkapnya) hehehehe.
    Saat sampai di sini, hujan mulai reda. Beruntungnya kami, dapat suguhan teh panas manis dan telo goreng... seperti tahu saja beliau pada kondisi kami.... , kami bertiga belum makan siang plus kehujanan juga kedinginan hehehehehe..." maturnuwun Bu Rio"...., Saking joss nya nampak sahabat saya yang satu ini lahap tanpa menghiraukan saya ambil gambarnya. 
tugu Karanglo Bringin
    Setelah ngobrol ngalor ngidul, nampaknya mas Rio juga ingin turut serta mblusuk bersama kami. Jadilah kami berangkat menjadi 'empat sekawan' mencari batu. Dari buk plengkung, melewati tugu Dsn. Karanglo Bringin. 
     Kami ambil ke kanan arah menuju Pabelan / Kota Salatiga.   
Kebun getas Pabelan
     Kira kira 1km, melewati SMPN 1 Pabelan sebelumnya akan ketemu dengan Papan nama PTPN XI Kebun Getas. Tujuan kami kali ini berada di salah satu area rumah "sinder" perkebunan. Istilah yang fasih diucapkan jaman kompeni alias pimpinan perkebunan.
     Dari gerbang kami melihat ada 1 orang tukang kebun yang sedang membersihkan gulma dan rumput liar, juga seorang yang sedang cuci mobil, nampaknya sopir ndoro sinder. Kami berempat minta ijin tukang kebun, "Langsung mas minta ijin ndoro saja, itu di dalam", Kami lanjut, dan tanpa disangka sopir tersebut keponakan mas Rio. Pikir saya pribadi: "Aach pasti diperbolehkan".... namun ini hanya prasangka saja rupanya. 
rumah sinder

     Kenyataanya 360 derajat. Sangat berbeda! "Lapor satpam dulu"... "agak ketus, walo ada saudaranya. "Halah mas cuma liat watu candi tinggalan purbakala itu kok, ga lebih ga macam2...", setelah beberapa saat kami coba rayu, mas Rio pun turun tangan, "Sebentar, ta ijin ndoro dulu"... beberapa saat sopir itu masuk rumah, saat keluar malah muka tambah di tekuk, "Lapor satpam", ekspresi datar tambah ketus..... 
   Setelah berdiskusi sebentar, akhirnya mas Rio dan Mbah Eka yang minta ijin ke Pos satpam terlebih dulu. Sementara saya dan lek Suryo tetap di lokasi. Menunggu sambil harap-harap cemas, dalam hati kamu berdoa semoga diperbolehkan.
    Saya sempat ambil gambar... kira-kira jarak Yoni dengan saya berdiri hanya 50m saja, terlihat pula didekatnya ada makam kuno, juga sudah ada papan peringatan/ papan yang menandakan area itu situs Purbakala yang dilindungi.
 Yoni Situs Getas Pabelan Kabupaten Semarang

     Saat mereka kembali, dari jauh berbinar-binar, pikir saya sih boleh...Namun tanpa di duga..... #$%#$#$%^E$#$#R#$!!!!!
     Disuruh kembali esok pagi, karena satpam tak ada waktu ngantar aktivitas kami yang seperti ini.... , kurang lebih demikian jawaban satpam itu, seperti yang diceritakan ke pada saya. 
    Saya terpana...... hanya 50 langkah.... hanya sekejap mata melangkahkan kaki ini. Namun karena atas nama prosedur adopsi budaya feodal..... saya hanya bisa menatapnya saja. Apa boleh buat.... saya memang rakyat biasa yang hobi mengunjungi situs seperti ini. Dan apesnya saya menemui sisa kaku-nya peradaban jaman walanda yang mengakar ini.... "sendiko dhawuh", kami langsung balik kanan... menatap nanar Yoni Getas. Selamat tinggal alias goodbye.... semoga tetap mulia... 
    Air hujan mulai jatuh dilangit mengiringi laju berat motor kami pulang, saya masih terdiam, terpaku di boncengan.... masih tak percaya..... mental itu.... ---      Ingin lanjut blusukan ke area lain, mood kami sudah dicampakkan oleh 'beliau', yang dipertuan agung itu.     Mas Rio, kemudian mengajak kami untuk mampir di kediaman beliau, kata mbah Eka, "meh dipameri sesuatu"...... 
   Benar saja... koleksi mas rio ini sungguh Nguri-uri budaya... top sekali, "Njenengan tasih ngrawat tinggalan luhur ini"... sory no picture.... banyak lagi obrolan yang tak patut kami muat.... sebagai pengalaman kami saja...
     Sambil kami mendiskusikan apa yang menimpa kami sebelumnya,  seperti ini :
"Kenapa ya, lha wong cuman liat watu ae kok ga oleh??", "Ya memang prosedurnya......", "Budaya feodal sisa VOC memang khas nya".....---banyak lagi omongan yang membuat semakin menambah sesak hati kami----
   dan....untuk yang kedua kalinya.... Ibu Rio alias Istri Mas Rio membawakan sesuatu, yang bagi Lek Suryo Orang Kota akan nampak asing. "Sambal Tumpang" khas Bringin...... "Monggo mas Sak wontene", keramahan khas desa..."--yang tak kami dapatkan di perjalanan kami tadi.....
---


    Maaf ternyata sahabat baca curhatan saya ya..... sebenarnya bukan curhatan, tapi saya menceritakan kisah blusukan kami. 
    Ya Suka Dukanya blusukan situs memang seperti ini.... tapi baru Kali ini.... kami benar-benar berduka..... hujan, dingin, kelaparan, hanya 50m tapi dilarang mendekat.....
    
"Orang Menanam akan menuai hasil..... seperti apa yang ia tanam"

Tak pernah menyerah.... membagikan budaya masa lalu.... untuk masa yang akan datang....
nb : maturnuwun mas Rio, Sambal Tumpangnya---Telo Gorengnya... JOSS GANDHOSS.... plus cerita-ceritanya... menambah wawasan kami.

Sumber informasi Keberadaan Yoni Situs Getas ini berasal dari web dinas Terkait : 
    Narasi di web tersebut : 

Nama Benda   :           Lingga dan Yoni
Lokasi             :          Dsn Getas Ds. Kauman lor
Ukuran            :
 Lingga            
 Diameter 15 cm T :  40 cm 
Yoni               
 : P : 60 cm
L : 60 cm
T : 40 cm
Bahan              :           batu
Periodisasi       :           Masa Hindu

Diskripsi           :           Benda ini berada di areal tanah yang dihuni oleh pimpinan sinder perkebunan PTP Getas berdekatan dengan makam belanda yang juga berada di areal ini. Saat dilakukan survey kondisi benda tidak terawat bahkan sebelum dilakukan pemotretan lingga yoni ini tertutup oleh semak belukar  dan banyak ditumbuhi lumut.

---------------------------------------
Salam Pecinta Situs dan Watu candi----

Ada Yoni Di Sumurup Desa Asinan Tuntang

     
Ada Yoni Di Sumurup Desa Asinan Tuntang
     Kamis, 31 Maret 2016. Blusukan "Kemisan" kali ini sudah kami putuskan untuk mengunjungi situs di getas Kecamatan pabelan. Sudah sejak lama tertunda karena beberapa alasan. Kali ini kami, saya, Lek Suryo dan Mbah Eka W. P meluncur dari Ambarawa setelah janjian terlebih dahulu di Perpustakaan Ambarawa. jalur yang kami pilih melalui jalur Alternatif : Ambarawa-Tambakboyo-Asinan Tuntang. "Biar mendapatkan suasana baru, diluar jalur mainstream", alasan Mbah eka saaat usul Jalur ini. 

    Pemandangan Rawa Pening mengiringi kami.... Saya tersenyum sambil di dalam hati akan saya kejutkan dengan pandangan Yoni di Pinggir Jalan Raya.
     Awan mendung mengiringi perjalanan kami, tapi seperti yang sudah-sudah...masih terpatri jargon Udan Blusukan Tambah Edyan... 
Cerat : Yoni Di Sumurup Desa Asinan Tuntang
    Dan Tepat hujan mulai turun di dekat Yoni itu. "Coba liat 50m dari posisimu, mbah...ada tonjolan cerat di pagar rumahh itu..!! Saya tersenyum saat melihat rona tak percaya dari mbah Eka dan Lek Suryo... Sejurus kemudian, sumpah serapah terlontar.... tak perlu saya tulis, namun sumpah serapah itu langsung berganti menjadi aksi pasang gaya... minta diambilkan gambar.... hahahahahaha....
       "Sebenarnya sudah tahu sejak lama, kulewatkan karena ini info yang kudapat tak lagi "in situ' namun pindahan dari lokasi yang lain, masyarakat biasa menyebut kolektor", jelas saya kepada mbah Eka dan Lek Suryo. Jadi saya tak tertarik untuk share tinggalan ini- pikir saya waktu itu. Namun saat ini saya tak ingin melupakan begitu saja bagaimana kisah perjalanan saya bersama saudara2 saya... hehehehehehe.
Yoni Sumurup Asinan tuntang
Lingga : Yoni Sumurup Asinan Tuntang
    Kondisi cerat masih bagus. 
     Saya sama sekali tak memperoleh informasi mengenai Yoni Sumurup ini. Kecuali ada salah seorang rekan Dewa Siwa, yang berhasil menemui si empunya hanya dan lagi-lagi hanya Kang Max Trist
      "Di dalam masih banyak lagi, selain berasal dari daerah sekitar ada pula yang berasal dari yogya dan magelang." cerita lek Trist (saat saya tanya informasi yang dia dapat dari empunya rumah)
   Yoni Sumurup, Asinan Tuntang ini masih lengkap dengan pasangan nya... Lingga. Tak ada 'grompal" ataupun kerusakan yang lain. Namun karena tak ada atap/ yang menutupi dari panas-hujan yoni dirambati lumut dan jamur. Sayang Sekali...
     Untuk melengkapi sisi lain Yoni Sumurup Asinan Tuntang ini saya mencoba membandingkan foto Max Trist 1 Tahun yang lalu. Coba di cermati ada yang berbeda, disamping Yoni tak ada lagi benda yang sebenarnya membuat saya penasaran...
Yoni Sumurup Asinan Tuntang (foto max trist)
    Bahkan atas kebaikan hatinya, Max Trist merelakan hasil bidikannya, 1 tahun yang lalu untuk saya bagi di sini.... Salut. beliau bisa detail beberapa watu candi di area ini. Saya pribadi takut untuk minta ijin ambil gambar, takut diusir... hehehehehe. namun Sekali lagi salut untuk Max Trist, 2 kali ini beliau bisa dapat akses masuk setelah yang pertama di sebuah kawasan pabrik di daerah Boja.... "Opo sih rahasiamu kang?.... pengasihan mesti?.... wkwkwkw."
Foto hadiah dari Max Trist : 

-watu candi

     









- lingga 











-Yoni, close up











- watu candi, macam-macam










- watu candi , entah apa ini saya tak jelas











     Ucapan "terimakasih", atas kontribusi saudara saya berikut ini naskah saya ini kelar juga....

1. Max Trist : the first
max trist
2. The Great, Eka W. Prasetya
eka w prasetya
3. The Lost.... Suryo Wibowo

























Salam Pecinta Situs dan Watu Candi
saya diYoni Di Sumurup Desa Asinan Tuntang
   Perjalanan kami lanjutkan ke lokasi tujuan awal, sampai ketemu di yoni Situs Getas Pabelan..... Salam satu Jiwa : Edan Tenan....... 

Jumat, 25 Maret 2016

Menelusuri jejak Peninggalan Purbakala di Makam Adipati Pragulopati

Yoni di makam Pragulopati
      Jumat 25 maret 2016, Liburan kali ini berasa istimewa karena mendapatkan kunjungan dari 2 orang kota (datang ke desa).... sugeng rawung kagem Lek Suryo kaliyan Kang Hendrie. Setelah ngobrol santai.... kami lanjutkan Blusukan. Tujuan kami yang pertama, 5 menit saja jauhnya dari rumah saya : Yoni di Makam Adipati Pragulopati. 
gerbang makam Adipati Wasis Joyokusumo : Pragulopati I
     Info awalnya dari kang mas roso... kemudian rekan Dewa Siwa yang pertama menelusuri Mbah Eka. Dari gambar postingan fb mbah eka inilah saya terpancing untuk segera mengunjungi. Kebetulan Lek Suryo dan Kang hendri menerima ajakan saya untuk Blusukan, saya bonusi Guide gonoharjo area.
   Dari Rumah, (Desa Pagersalam Gunungpati) kemudian kami meluncur menuju Gunungpati. Melewati Puskesmas Gunungpati, 500m kemudian ke arah pasar Gunungpati ada Perempatan. Ambil kiri langsung (perempatan tepat sebelum tanjakan setelah masjid sebelah kiri). Masuk Gang ini, ada petunjuk nya menuju Makam Pragulopati. 200m melewati Sumber air yang disedot PDAM kota Semarang kita akan sampai di pintu gerbang : Adipati Wasis Joyokusumo.
     Tak sampai 100m, kita sampai di Parkiran Makam, kami langsung menuju lokasi dimana masih terdapat tinggalan purbakala yang menarik atensi kami : Yoni. Walaupun cerita sejarah tentang Adipati pragulopati ini tak kalah heroik nya....(nanti sedikit saya ulas tentang sejarah beliau).
   Yoni di makam Pragulopati
Yoni di Makam Adipati Pragulopati

       Keberadaan Yoni di komplek makam Adipati Pragulopati I ini membuktikan telah ada peradaban jauh sebelum masa dimana Adipati Pragulopati hidup. Yaitu masa Mataram islam. Keberadaan area ini di wilayah perbukitan, subur dan dekat dengan mata air menjadi pembenar dugaan itu. 
Yoni di Makam Adipati Pragulopati I Gunungpati
    Oleh Masyarakat, yoni di anggap merupakan benda keramat "tinggalan wali", oleh warga tutur tinular sejarah menyebutnya sebagai umpak yang konon akan digunakan untuk bangun masjid oleh wali. namun sumber hanya mandeg  disitu. Wali siapa, tak ada yang bisa menceritakan.
       Kembali ke wujud sebagai yoni, keadaan secara umum cukup melegakan, karena Yoni sudah diberi pelindung. "Watu keramat" tinggalan wali menjadikan Yoni ini aman dari gangguan pihak "mafia' purbakala.... semoga!. Walaupun Lingga yang menjadi pasangan Yoni ini pun telah raib.
cerat sudah rusak : Yoni makam Pragulopati I

      Kondisi detail yoni yang paling ketara adalah rusaknya bagian cerat. Yoni sendiri adalah landasan lingga yang melambangkan kelamin wanita. Pada permukaan yoni terdapat sebuah lubang berbentuk segi empat di bagian tengah.
   Yoni merupakan bagian dari bangunan suci dan ditempatkan di bagian tengah ruangan suatu bangunan suci. Yoni biasanya dipergunakan sebagai dasar arca atau lingga. Yoni juga dapat ditempatkan pada ruangan induk candi (istilah masa sekarang untuk menyebut bangunan suci itu).
penampang atas yoni makam pragulopati I
   Bentuk Yoni berdenah bujur sangkar, sekeliling badan Yoni terdapat pelipit-pelipit, Pada salah satu sisi yoni terdapat tonjolan dan lubang yang membentuk cerat. Pada sekeliling bagian atas yoni terdapat lekukan yang berfungsi untuk menghalangi air agar tidak tumpah pada waktu dialirkan dari puncak lingga. Dengan demikian air hanya mengalir keluar melalui cerat. 
Yoni di Makam Pragulopati I

   Bagian-bagian yoni secara lengkap adalah nala (cerat), Jagati, Padma, Kanthi, dan lubang untuk berdirinya lingga atau arca. Lingga dan Yoni mempunyai suatu arti dalam agama setelah melalui suatu upacara tertentu. Sistem ritus dan upacara dalam suatu religi berwujud aktivitas dan tindakan manusia dalam melaksanakan kebaktiannya terhadap Tuhan, dewa-dewa, roh nenek moyang dalam usahanya untuk berkomunikasi dengan mereka. (diolah dari beberapa sumber)
     Sekilas Sejarah tentang Adipati Pragulopati : 

    Nama aslinya adalah Wasis Jayakusuma putra Ki Ageng Panjawi, saudara seperjuangan Ki Ageng Pamanahan. Kakak perempuan yang bernama Waskitajawi menikah dengan Sutawijaya putra Ki Ageng Pamanahan, dan melahirkan Mas Jolang.
     Ki Ageng Penjawi diberi tanah perdikan oleh Sultan Pajang (Sultan Hadiwijaya = Jaka Tingkir) di daerah Pati, atas jasanya dalam peperangan melawan Arya Penangsang dimasa Kerajaan Demak masih berdiri dan bergelar Ki Ageng Pati 
    Sutawijaya kemudian mendirikan Kesultanan Mataram tahun 1587, sebagai raja pertama bergelar Panembahan Senopati. Sementara itu, Wasis Jayakusuma menggantikan ayahnya sebagai bupati Pati bergelar Pragola. Secara suka rela ia tunduk kepada Mataram karena kakaknya dijadikan permaisuri utama bergelar Ratu Mas, sedangkan Mas Jolang sebagai putra mahkota.
    Pada tahun 1890 Pragola ikut membantu Mataram menaklukkan Madiun. Pemimpin kota itu yang bernama Rangga Jemuna (putra bungsu Sultan Trenggana Demak) melarikan diri ke Surabaya. Putrinya yang bernama Retno Dumilah diambil Panembahan Senopati sebagai permaisuri kedua.
     Peristiwa ini membuat Pragola sakit hati karena khawatir kedudukan kakaknya (Ratu Mas) terancam. Ia menganggap perjuangan Panembahan Senopati sudah tidak murni lagi. Pemberontakan Pati pun meletus tahun 1600. Daerah-daerah di sebelah utara Pegunungan Kendeng dapat ditaklukan Pragola.
    Panembahan Senopati mengirim Mas Jolang untuk menghadapi pemberontakan Pragola. Kedua pasukan bertemu dekat Prambanan. Pragola dengan mudah melukai keponakannya itu sampai pingsan.
     Panembahan Senopati berangkat untuk menumpas Pragola. Menurut Babad Tanah Jawi, Ratu Mas sudah merelakan kematian adiknya. Pertempuran terjadi di Prambanan. Pasukan Pragola kalah dan mundur ke Pati. Panembahan Senopati mengejar dan menghancurkan kota itu. Akhirnya, Adipati Pragola pun hilang tidak diketahui nasibnya.
   Menurut Bapak Turman (Juru Kunci Makam), Adipati Pragola I memang tidak meninggal, namun mengasingkan diri di Gunungpati ini. Yang dulunya hutan belantara, kemudian babat alas. Jika sebelumnya menjadi orang yang berkedudukan tinggi, dia rela hidup di hutan dengan penduduk yang sangat sedikit. Namun konon Kuda Tunggangan Adipati Pragulopati yang gagah dan perkasa yang bernama Kuda "Sembrani" di sita oleh Panembahan Senopati, kemudian diolok-olok diganti seekor sapi.
Bapak Turman : Jurukunci Makam Pragulopati I
   Namun atas kerendahan hatinya, serta kesabaran yang tinggi Adipati Pragulo I "mung narimo, ikhlas". Saat ini, sapi beliau dikubur di dekat Polsek Gunungpati. Oleh masyarakat dibangunkan atap/ bangunan untuk melindungi makam. Foto makam segera update, soalnya sering lewat--jadi tunggu saja) (sumber : wawancara dengan Bapak Turman)
    Atas perkenan beliau, Juru Kunci. Kami bertiga di perkenankan untuk "ziarah" ke Makam Adipati Pragulo I. 
makam Adipati Pragulo I
     "Didalamnya juga ada silsilah raja-raja jawa sampai dengan Adipati Pragulopati" jelas beliau. Sampai saat ini, di waktu tertentu bupati Pati maupun PNS dari Kabupaten Pati sering berkunjung dan ziarah di makam Penguasa Pati ini.
    


   Rekaman wawancara dengan Pak Turman : proses upload you tube


     Blusukan bareng : 
Lek Suryo, Yoni Pragulopati, Kang Hendrie dan Saya (@ssdrmk)









        Yang surprise sekali : Makam Mbah Saya, beliau alm. Mbah Tubi dimakamkan di area ini, 10m dari makam Adip\ati Pragulopati I. Saya tak menyangka ada tinggalan purbakala tersisa disini...... Alhamdulillh...selain ziarah kubur simbah, bisa rutin minimal 1 tahun sekali pas lebaran nengok Yoni .... hehehehehe... Salam.
     Mari Kunjungi dan Lestarikan : 
saya di Yoni Makam Pragulopati I Gunungpati

Save this....Not Only a Stone!!!
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi