Tampilkan postingan dengan label ungaran. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ungaran. Tampilkan semua postingan

Jumat, 02 Maret 2018

Lingga Pathok Situs Lerep Ungaran

Lingga Pathok Situs Lerep Ungaran
       Jumat 2 Maret 2018. Mleset Kemisan tak blusukan penelusuran situs, hari Jumat jadilah. Informasi situs benda cagar budaya ini sebenarnya sudah cukup lama saya dipameri si pelakor. setelah sekian lama, sampailah hari ini... barulah saya merasa beruntung Mas Eka W Prasetya bersedia mengantar. Jumat Berkah judulnya. Karena kami satu masjid saat Jumatan sehingga bisa saya paksa.
Tanpa harus ngalor-ngidul berbasa-basi, saya minta Mas Eka yang didepan, selain berkejaran dengan waktu, langit juga mulai mendung. Dari perpustakaan Ungaran menuju lokasi ternyata tak sampai 5 menit. “Blusukanku kadohan!, begitu kata pertama yang saya pikirkan dalam hati….
Saya angkat topi, penelusuran beberapa waktu sebelumnya yang hanya mengandalkan insting dan melihat ciri geografi/geologi dan tanda-tanda alam beliau bisa menelusuri dan mendapati ada benda cagar budaya di lokasi ini. 
Sekali lagi apresiasi, karena di lain lokasi, walaupun sampai 8 makam dia telusuri, dia masuki di satu daerah karena hanya ingin menelusuri informasi abstrak yang dia terima. Memang keterlaluan si abstrak tersebut!
Kami berada di daerah Lerep, dimana data saya pribadi ada beberapa situs yang berada di area Lerep : Yoni Lerep, Situs Soko terlepas dari dulu beratus-ratus tahun lahu tak ada sekat daerah.
Kembali ke Situs yang saat ini saya telusuri. 
Berada di sebuah makam di lereng gunung Ungaran yang terjal, kiri jurang terjal dan masih suasana khas pegunungan. 
Dari kejauhan, pohon sangat besar menjadi pertanda….
      Setelah parkir motor, di pendapa makam, kemudian saya mengikuti jalan Mas Eka WP yang ada didepan, Sampailah….

Lingga Pathok Situs Lerep Ungaran
Lingga Patok


Dijadikan ‘patokan’, 


















Jejak Simbol Brahmasutra



















     Masih terlihat jelas simbol di lingga : BRAHMASUTRA, di kedua lingga pathok ini.

Menurut warga, dua lingga patok ini dulunya ditemukan di lereng sisi kiri makam ini” ungkap Mas Eka. Menilik keberadaan Lingga Patok, dulunya adalah sebagai penanda batas luar suatu area suci yang biasanya diatas/ ditengah ada bangunan suci yang disakralkan. 
Ciri Identik lingga, yang terlewat oleh orang..... 











.



Guider Blusukan Sangat tipis Setelah Jumatan :
Eka WP di Situs Lingga pathok Lerep Ungaran

Sebenarnya banyak cerita rakyat yang berkembang di area ini, ada beberapa makam keramat. namun maaf tak saya ceritakan. Selain minim sumber juga passion saya berbeda. 
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi
#hobikublusukan

Kamis, 24 Agustus 2017

Arca di Balemong Resort Ungaran : Blusukan di tempat yang nyaman

Arca Nandi di Balemong Resort Ungaran
Kamis, 24 Agustus 2017. Kemisan never stopped!. walau sang partner PHP.. hehehe
Penantian panjang dan saya hanya mengira naskah ini hanya impian saja. Bagaimana tidak, destinasi yang saya inginkan untuk telusuri ada di sebuah lokasi diluar jangkauan kemampuan saya. Walaupun tiap hari saya pulang pergi melewatinya, karena rumah saya di Gunungpati, hanya melirik saja "kapan saya bisa masuk" : begitu angan saya.
Informasi yang saya terima tentang keberadaan arca di lokasi ini sudah sekitar 3 tahun lalu. Salah satunya status dari rekan di facebook sekitar tahun 2015. Mas Andrew, akhirnya saya kesini mas....
Namun baru hari ini, saya bisa menyambanginya. Itupun melalui proses yang tak mudah. Ceritanya begini …..
Ketika tempat kerja, perpustakaan mendapatkan undangan untuk berkegiatan di Balemong oleh perpuseru CCFI, maka perasaan saya saat itu adalah sebuah doa yang terjawab. 
Kegiatan tersebut dimulai pada hari Rabu 23 s/d 24 Agustus 2017. Saking gembiranya, hari Rabu saya berusaha untuk datang lebih awal, namun malang tak dapat saya tolak. Tepat sesampainya di Gerbang masuk perpustakaan Ungaran di Alun Alun Lama. Badan saya terasa ada yang tak beres, mata berkunang-kunang alias blawur tanda meriang.
Singkat cerita, setelah mengeluarkan semua makanan yang saya makan saat sarapan serta yang saya makam dari tadi malam, akhirnya saya pulang diantar rekan kerja. Aneh-nya (maaf agak jorok), tepat didepan Balemong saya muntah lagi di atas mobil.. untungnya sesaat sebelum mengotori dalam mobil tas ransel berhasil saya saut  dan berhasil mutah didalam tas ransel saya.. heheheh… maaf.
Kandaslah hari ini saya ketemu dengan Arca di Balemong resort.
Belum menyerah, saya segera mungkin berusaha memulihkan energi agar hari Kamis, 24 Agustus saya bisa menghadiri hari terakhir kegiatan. Jujur saja motivasi terbelah antara menghadiri kegiatan dan melihat arca tersebut, tentunya prosentase lebih besar yang saya sebut terakhir,… hehehe.
Dan Akhirnya,
Arca Nandi di Balemong Resort Ungaran
“Beberapa patung buatan baru mas, dari perajin seperti di Muntilan, Bali dan Mojokerto. Tapi banyak yang asli seperti Arca Sapi yang ditengah halaman tersebut” jelas seorang OB saat saya tanya. Sang pemilik yang konon adalah warga Negara Belanda (antara heran dan gemas) kok ya lebih merawat… lebih menjaga budaya kita. Dia membuat konsep bangunan jaman kuno dengan mayoritas kayu dan batu sebagai bahan struktur bangunannya yang menjadikan suasana di Balemong sangat njawani, apalagi dibelakangnya berdiri Gunung Suci Ungaran (pada masa itu).
Tentu saja, menyimpan arca untuk kepentingan pribadi bahkan komersial (hiasan) pasti juga bukan tindakan yang bisa dibenarkan, tapi kemungkinan si holander ini pun memperolehnya dari kolektor lokal pribumi. Salah tapi mending-lah menurut saya, daripada di lokasi asli : insitu tapi di-gepuk, dibuat talud, di pasang keramik di cat, dsb, perlakuan kita malah nyatanya memang banyak yang begitu. (contohnya Yoni di Situs Njambon Ungaran ; lokasi yang tak terlalu jauh dari Balemong)
Saya malah apresiasi, atas konsep seperti ini….
Arca Nandi di Balemong Resort Ungaran
Intinya saya tak akan membahas salah atau benar, hanya ingin membagikan cerita saya menjumpai beberapa arca di Balemong Resort Ungaran ini. Itu saja. Karena salah atau benar ada instansi yang berwenang yang menentukan.
Setelah waktu istirahat, saya kemudian memanfaatkan untuk mendokumentasikan beberapa arca yang terlihat pandangan mata.
Arca Nandi
Arca Nandi di Balemong Resort Ungaran
Arca Nanddi dari belakang;
Arca Nandi di Balemong Resort Ungaran
Arca Dewa Brahma, Catur muka





























































Arca  
(Sampai naskah ini saya unggah saya belum ketemu informasi tentang nama arca ini, Saya menunggu informasi tentang arca ini ... dari pembaca yang berkenan )




Di beberapa titik ada batu bata yang berukuran jumbo : banon.
Batu Bata jumbo di Balemong Resort Ungaran


Salam Nyandi
Arca Nandi Balemong Resort Ungaran

Jika bukan kita yang melestarikan, Siapa Lagi…???

Kamis, 27 Juli 2017

Situs Soko, Lerep. Ungaran

     
      Kamis, 27 Juli 2017. Kemisan kali ini awalnya sudah nyaris terlewatkan, bagaimana tidak cuaca gerimis dari tadi siang tak reda. Penunjuk arah pun jam 3 lebih belum datang. Tepat saat Lek Sur beranjak pulang, saya pun beres beres. Eh, Mas Eka WP datang sambil mringis. "Sedetik lagi terlambat, ki wis meh bali", kata kami serempak. 
         Awalnya kami memang tak terlalu harus. Sebisanya saja.
     Namun untuk tak membuat gelo, walaupun gerimis kami tetap melanjutkan apa yang telah kami pinta tadi siang, kami diantarkan blusukan kemisan ke Lingga situs Makam Soko Lerep Ungaran. 
     Dari Alun-Alun lama Ungaran, kami melalui Karangbolo kemudian pertigaan ambil kiri, Setelah Waktu Gunung di sebelah kanan, ada gang ikuti, sekitar 150m pas di turunan, sebelah kiri ada jalan kecil menuju Makam Soko.
Makam Punden Soko, Lerep
     Masuk, 500m, pertigaan ambil kiri, kemudian ketemu dengan cungkup makam, yang kami tuju berada di bangunan ini ;
     Dari sumber informasi yang didapat Mas Eka Wp,  konon yang dimakamkan disini adalah Syech Ibrohim, Wali Tunggul Werdho (pak kyai nurul huda). (sumber interview bernama pak narto). Di makam punden soka, warga masyarakat mempercayai keberada an pusaka dari teken wali yang berupa lingga.
     Masuk dalam ruangan cungkup, terdapat 2 makam, Syech Ibrahim dan, sang istri beliau.
     Ditutup kain mori,  masing - masing maesan, juga teken wali (sebutan masyarakat untuk lingga). 
      Untung bersama Lek Sur, karena saya maupun Mas Eka WP tak berani membuka mori untuk sekedar mengetahui bentuk lingga saat ini. 
     Ada ketakutan aneh dalam diri saya (sebenernya saya, memang penakut .. hahaha...).
     Dan Lek Suryo tampil kedepan, dengan hati hati membuka mori, tentunya dengan mohon ijin sebisanya. 
    Kami berdua dibelakang Lek Suryo ikut berdoa semoga ga kenapa-napa. Karena kami tak berniat macam-macam namun hanya sekelompok orang yang ingin uri-uri sejarah nenek moyang.
     Setelah kain mori dibuka, penampakan lingga ;
Lingga Situs Soko, Lerep Ungaran
     Kondisi lingga sudah aus, tak ada lambang siwa, yang masih terlihat bentuk 8 sisi di bagian dasar lingga yang tertanam semen. 
    Untuk dimensi lingga, kami tak punya keberanian untuk detail mengukur. Dulu pernah Lingga ini dipindahkan, namun tak tahu menahu tiba-tiba lingga diposisi semula. Sejak saat itu tak ada yang mencoba memindahkan kembali.
     Informasi tambahan yang didapat Eka Wp, tentang keberadaan "Masjid Wurung", tak jauh dari lokasi makam, sebuah gumuk yang dikelilingi sawah.  dimana biasanya warga menganggap struktur peninggalan batu kuno mesti peninggalan wali. 
Lingga Soko
     Sebuah distorsi sejarah, yang biasanya kami temui bukti dan sisa - jejak peradaban adalah bangunan suci masa Hindu Klasik = candi.
      Pengalaman kami, jika menelusuri jejak peradaban hindu - budha klasik, akan lebih mudah bila kami bertanya tentang keberadaan Masjid Wurung/ tinggalan wali, warga tak tahu menahu jika kami tanya perihal yoni, candi dsb, malah kadang jadi curiga dan defensif.
    Beberapa saat, setelah lego telah melihat Lingga ini. Kemudian kami berkemas, Lek Sur kembali memasangkan kami mori.
       Ditambah hujan gerimis bertambah lebat, ditambah hari sudah tambah gelap kami memutuskan menyudahi blusukan kemisan kali ini.
Suryo dan Eka
     Mari ketahui dan lestarikan.... Jangan hanya media sosial saja... mari keluar di sekitar kita... barangkali selama ini kita abai.
Salam Peradaban




Jumat, 13 Januari 2017

Makan murah, rasa mewah, tempat wah plus lihat watu purbakala di sebuah Galeri

13 Januari 2017.
     Kali ini serba kebetulan, naskah ini benar-benar berbeda. Awalnya karena sesuatu hal. Saya pribadi ingin ngobrol santai dengan double eka. Awalnya pingin ngopi2 saja. "Mie Ayam wae, idep2 syukuran wis lulus", Mbah Eka menawarkan. 
     Singkat cerita kami langsung culik paksa, mas Eka Budhi (walaupun masih sarungan)...
    Langsung terbersit ide di benak saya, Ke Warung depan Galeri saja... Kata rekan disana murah (pikir saya). 
     Singkat cerita..... "Ki ra Sido Mie Ayam tapi warung gudeg ya, sing ono kemuncake kae lho", jelas saya. 
    Semua Sepakat dan Meluncurlah.
      Sebenarnya sudah sejak tahun 2014an saya kepingin kuliner di warung ini (Tujuan sebenarnya mengeksplor Kemuncak, dan menggali sisik melik berasal dari mana kemuncak ini). Namun baru kali ini  saya bisa menyambanginya. 
Kemuncak (2014)
      Foto disebelah tersebut saya ambil tahun 2014.
     Setelah kami pesan makan, Nasi mangut, kopi. "Tempat makan dibelakang mas di gazebo atau ruangan", jelas Mbok bakul e. 
    Dan kejutan itu langsung menyerang kami. Tak Hanya Kemuncak Besar... berturut-turut : 
Batu Relief
   Kemudian kami pilih di depan ruang yang posisinya paling enak....


    Saat akan makan, saya mencari tempat cuci tangan,  mata saya " bersirobrok!" memandang dengan tertegun terlihat eksotisnya rumah. Saya pribadi memimpikan yang seperti ini.
    ternyata di tempat cuci tangan ada Lapik sajen.











    


     Disebelahnya ada kemuncak: 








     Obrolan yang saya rencanakan tak kami bahas sama sekali, masing-masing tenggelam  dalam pikiran kami sendiri. Seperti prinsip jurnalistik yang terngiang-ngiang; What, Where, Who, When and How?
     Setelah sepiring Sayur mangut tandas, kami mulai tengok kanan-kiri. Untungnya, ketika kami selesai makan, pemilik keluar dari rumah. Kami di persilahkan untuk melihat-lihat. Bermain peran sebagai OKB yang ingin buat rumah eksotis... hahahahaha.... "Berdosa kita mas!"
     Seperti Biasa tanpa komando kami bagi tugas, bagian lobi-lobi tentu saja Mbah Eka WP... sing paling wibawa (=baca terlihat tua)..wakakakak. Dan kami berdua 
     Berjalan kekanan, ketemu dengan antefik ;
   
       Didekatnya, 
     
     Kami berdua (saya dan mas Eka Budhi), hanya umak-umik tak jelas, dan terbukalah mata kami. Kami yakin tak hanya ini.... yang seperti ini. Dan saya pribadi langsung lemes, satu piring nasi mangut tadi jadi tak terasa... Pedih! (kira-kira seperti itu--lebay yo ben!)
    Kemudian kami berjalan ke sisi rumah yang lain, 

    Ada watu lesung mini yang diletakkan terbalik, didekatnya terselip 2 watu


      Yang istimewa, ditengah kolam ada kemuncak yang lumayan detail dan rumit hiasanya....

    Sebenarnya, banyak cerita yang didapat Mbah Eka WP, Namun tentunya tak bisa kami tulis semuanya... (Ini juga sambil lobi untuk mendapatkan cerita dari Mbah Eka)
    Begitu elok nya tempat ini (diluar jual beli watu)... saya malah kembali ke sini lagi bersama istri..... 
     Salam Lestari Budaya

     Salam Pecinta Situs dan Watu Candi

Nb:
1. Kontributo foto by Eka Budhiyono
2. Kontibutor Narasumber dan Cerita : Eka WP.
3. 3 Piring Nasi mangut, 2 kopi, 1 teh anget : 35K
4. Maaf Lokasi kami tak bisa memberitahukan. Demi Keamanan saja. 

Minggu, 20 November 2016

Keberadaan Kala di Paren Sidomulyo : Jejak Bangunan Suci Masa Lalu

Kala Sidomulyo Ungaran
     Mingggu, 20 November 2016. Kali ini penelusuran tak biasa bagi saya pribadi. Karena hari minggu. Namun karena serba kebetulan... kebetulan ada double eka : Eka WP dan Eka Budhy yang siap blusukan minggu. tancap gas lah.... ---
    Niatnya kepingin mencari info di inbox fb nya mas Eka Budhi, dimana ada yoni di Putatan Sidomulyo Ungaran. Namun, kami cari, bertanya kepada pulhan warga--- akhirnya kami menyerah. Mungkin belum jodoh pikir kami.
     Sebagai obat kecewa, mas Eka Budhy menawarkan untuk mengajak menengok Kala di rumah koleganya di Grup FB Ungaran. Sebagai gambaran, di area ini perimeter 500m ada banyak tinggalan watu purbakala. Sebut saja :
  1.  Yoni Sidomulyo
  2. Yoni Paren
  3. Lumpang dekat makam Gatot Subroto
  4. Di sekitar rumah penduduk banyak lagi watu candi yang kami duga adalah satu rangkaian struktur Bangunan suci masa lalu.

    Menuju lokasi sangat mudah, didepan Rumah sakit bersalin di exit tol Ungaran ada gang. Masuk ikuti jalan tersebut, kira-kira 50m, kemudian sebelah kanan ada gang lagi namun lebih kecil. 
     Ambil kanan... Cari Saja Rumahnya Bapak Huda / Ibu Wanti.
    Kala ada di teras rumah beliau : 
Kala Sidomulyo Ungaran
     Konon ini adalah "warisan" dari usaha merawat melestarikan dari mbah buyut Bapak Huda, ---penulis lupa lokasi awalnya---- "Sebenarnya di lokasi awal masih banyak struktur sebuah bangunan tersebut", jelas Pak Huda, namun saat ini sudah tak diketahui dimana rimbanya.
    Kala atau mahakala adalah relief yang biasanya dietakkan di pintu sebuah bangunan suci (= candi) siwaistik (aliran), yang juga sebagai penjaga pintu/ tolak balak.
     Keberadaan Kala ini, membuktikan dugaan keberadaan Bangunan Suci / Candi di Kawasan Sidomulyo Ungaran ini.
Kala dari Belakang :


Kala dari Bawah (Ada kuncian) :


    Tak jauh dari Kala, di sebelah rumah (masih satu deret ) ada lagi kemuncak... yang sayangnya ada bekas cat biru :
 
     Ngobrol santai tentang banyaknya tinggalan purbakala di area ini bersama warga sekitar :



     What ever, Yang penting warga sudah mengetahui tinggalan leluhur berharga ini... dan itu tujuan sederhana kami....

     Salam Pecinta Situs dan Watu Candi

     Yuk Ketahui, lestarikan dan jaga untuk anak cucu kita











nb:
      Ada postingan rekan Mbah Eka : Mas Angga (satu kantor), Yang rumahnya dekat sekali..dengan posisi kala Sidomulyo ini ada watu purbakala lain...
Naskah ini bersambung ...