Tampilkan postingan dengan label makan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label makan. Tampilkan semua postingan

Kamis, 27 Juli 2017

Situs Soko, Lerep. Ungaran

     
      Kamis, 27 Juli 2017. Kemisan kali ini awalnya sudah nyaris terlewatkan, bagaimana tidak cuaca gerimis dari tadi siang tak reda. Penunjuk arah pun jam 3 lebih belum datang. Tepat saat Lek Sur beranjak pulang, saya pun beres beres. Eh, Mas Eka WP datang sambil mringis. "Sedetik lagi terlambat, ki wis meh bali", kata kami serempak. 
         Awalnya kami memang tak terlalu harus. Sebisanya saja.
     Namun untuk tak membuat gelo, walaupun gerimis kami tetap melanjutkan apa yang telah kami pinta tadi siang, kami diantarkan blusukan kemisan ke Lingga situs Makam Soko Lerep Ungaran. 
     Dari Alun-Alun lama Ungaran, kami melalui Karangbolo kemudian pertigaan ambil kiri, Setelah Waktu Gunung di sebelah kanan, ada gang ikuti, sekitar 150m pas di turunan, sebelah kiri ada jalan kecil menuju Makam Soko.
Makam Punden Soko, Lerep
     Masuk, 500m, pertigaan ambil kiri, kemudian ketemu dengan cungkup makam, yang kami tuju berada di bangunan ini ;
     Dari sumber informasi yang didapat Mas Eka Wp,  konon yang dimakamkan disini adalah Syech Ibrohim, Wali Tunggul Werdho (pak kyai nurul huda). (sumber interview bernama pak narto). Di makam punden soka, warga masyarakat mempercayai keberada an pusaka dari teken wali yang berupa lingga.
     Masuk dalam ruangan cungkup, terdapat 2 makam, Syech Ibrahim dan, sang istri beliau.
     Ditutup kain mori,  masing - masing maesan, juga teken wali (sebutan masyarakat untuk lingga). 
      Untung bersama Lek Sur, karena saya maupun Mas Eka WP tak berani membuka mori untuk sekedar mengetahui bentuk lingga saat ini. 
     Ada ketakutan aneh dalam diri saya (sebenernya saya, memang penakut .. hahaha...).
     Dan Lek Suryo tampil kedepan, dengan hati hati membuka mori, tentunya dengan mohon ijin sebisanya. 
    Kami berdua dibelakang Lek Suryo ikut berdoa semoga ga kenapa-napa. Karena kami tak berniat macam-macam namun hanya sekelompok orang yang ingin uri-uri sejarah nenek moyang.
     Setelah kain mori dibuka, penampakan lingga ;
Lingga Situs Soko, Lerep Ungaran
     Kondisi lingga sudah aus, tak ada lambang siwa, yang masih terlihat bentuk 8 sisi di bagian dasar lingga yang tertanam semen. 
    Untuk dimensi lingga, kami tak punya keberanian untuk detail mengukur. Dulu pernah Lingga ini dipindahkan, namun tak tahu menahu tiba-tiba lingga diposisi semula. Sejak saat itu tak ada yang mencoba memindahkan kembali.
     Informasi tambahan yang didapat Eka Wp, tentang keberadaan "Masjid Wurung", tak jauh dari lokasi makam, sebuah gumuk yang dikelilingi sawah.  dimana biasanya warga menganggap struktur peninggalan batu kuno mesti peninggalan wali. 
Lingga Soko
     Sebuah distorsi sejarah, yang biasanya kami temui bukti dan sisa - jejak peradaban adalah bangunan suci masa Hindu Klasik = candi.
      Pengalaman kami, jika menelusuri jejak peradaban hindu - budha klasik, akan lebih mudah bila kami bertanya tentang keberadaan Masjid Wurung/ tinggalan wali, warga tak tahu menahu jika kami tanya perihal yoni, candi dsb, malah kadang jadi curiga dan defensif.
    Beberapa saat, setelah lego telah melihat Lingga ini. Kemudian kami berkemas, Lek Sur kembali memasangkan kami mori.
       Ditambah hujan gerimis bertambah lebat, ditambah hari sudah tambah gelap kami memutuskan menyudahi blusukan kemisan kali ini.
Suryo dan Eka
     Mari ketahui dan lestarikan.... Jangan hanya media sosial saja... mari keluar di sekitar kita... barangkali selama ini kita abai.
Salam Peradaban