Tampilkan postingan dengan label Nandi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Nandi. Tampilkan semua postingan

Kamis, 21 Januari 2016

Situs Lembu, Dusun Lembu Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang

Situs Lembu, Dusun Lembu Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang 
Kamis, 21 Januari 2016
   "Jalan Rusak, Naik turun, licin dan jauh......" seorang bapak menjelaskan kala itu. "Seperti jalan ke Surga" : kata informan tentang Dsn. Lembu Bancak Kemarin... Kalimat itu pula yang membuat saya menunda-nunda penelusuran ini. tapi akhirnya ---
    Kamis wajib Blusukan menjadi cara saya untuk menelusuri area yang sejak lama diangan-angan. Dan Partner saya masih Lek Suryo, Blusukan ini lanjutan menelusuri Yoni Situs Santren Wonokerto Bancak.
mantap rasa
     Jam Makan siang tepat kami sampai di Bancak, isi perut sebentar, Mie ayam murah meriah sambil tanya rute dan medan.
mie ayam mantap rasa Bancak
gambar 1
    





    Sedikit melegakan, jawaban dari penjual mie ayam, "Jalan memang jauh mas, tapi ga separah itu kok, sudah di beton semua...." (saya cerita petunjuk yang kudapat sebelumnya.) Setelah rehat sejenak, kami lanjutkan. 
     Sesuai petunjuk yang kami dapat tadi, dengan jalan yang ke arah susukan, melewati alas jati dan papan nama masuk jalan ke Makam keramat " Simbah wali bayi wali ragas rogo". Sekitar 200m kemudian ketemu dengan Petunjuk (gambar 1) Tandon air. 
      Tandon air biru dipinggir jalan ini. Setelah tandon air ada jalan ke kiri menurun, jalan sudah lumayan (tidak seperti bayangan saya : sudah cor2-an.
gambar 2
    Ikuti jalan itu, melewati hamparan sawah, menyusuri pinggir sungai, melewati jembatan dan menembus hutan jati milik warga. Sampai kemudian ketemu dengan pertigaan (gambar 2).
   Sungguh suasana sangat alami dan menyejukkan mata. Dari Pertigaan yang ada Patung Lembu/ Kambignya itu.... sobat sudah dekat. Lumayan untuk merecharge semangat kembali....
    Pas di Perempatan saat kami berhenti dan memutuskan untuk bertanya kembali, ternyata... Situs itu ada di depan mata kami
Situs Lembu, Dusun Lembu Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang 
   Akhirnya sampailah kami....
    
     Situs Berada persis di area halaman rumah Bapak Waji.                    Seperti info dari Situs budaya lokal (yang sekarang sudah hilang situs tersebut, merger instansi nampaknya)...  Secara detail informasi yang terpampang :

       Patung Nandi
Ukuran :
  • Panjang : 35 cm
  • Lebar : 17 cm
  • Tinggi : 24 cm
Patung Arca 
  • Panjang : 22 cm
  • Lebar : 19 cm
  • Tinggi : 22 cm
     Kedua Arca ini berada di halaman rumah warga yaitu Bapak Waji. Kondisi kedua arca tidak utuh. Bagian wajah rusak sehingga tidak dapat diketahui identitas arca. Sedangkan untuk arca lembu bagian wajah juga sudah rusak.  (begitu bunyi info tersebut)
Situs Lembu, Dusun Lembu Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang 
     Keadaan situs saat ini sungguh menggembirakan bagi saya, walau kedua arca sudah tanpa kepala (namun perhatian warga begitu nyata) dengan di buatkan rumah arca. Juga atensi beberapa warga yang mendekat saat saya meng'eksplor' situs ini. 
gambar 3 :Situs Lembu, Dusun Lembu Kecamatan Bancak 
   Sungguh membanggakan warga Dusun Lembu ini, Sudah tahu pentingnya menjaga tinggalan leluhur demi pengetahuan anak cucu kelak (narasi satu paragraf yang saya simpulkan dari percakapan dengan warga). Nampak di gambar 3, beberapa warga ikut menemani kami serta menjadi sumber informasi bagi kami.
     Video Amatir saat kami di Situs Lembu, Kecamatan Bancak : 


    Yang menarik bagi kami, (bahkan saya sempat membawa sebagai oleh-oleh) adalah batu lempeng yang datar. Saat saya bertanya pada warga : ooo batu itu memang banyak... biasanya ditemukan warga saat mengolah ladang, konon sebagai tatanan untuk jalan supaya rata... Spontan saya takjub, sangat amazing,, bila benar.... sudah tinggi lah peradaban nenek moyang kita..... paving jalan modern sekarang tak ada apa - apanya dengan jaman itu......--- bila di hubungkan dengan kondisi/ ciri khas peninggalan yang berada di tengah.... Letak geografis Lembu bancak ini memang logikanya ada di jalur lalu lintas masa itu...... W...O..W!!!! 

      Blusukan Bersama Lek Suryo
saya (kanan) dan lek suryo di Lembu Bancak Kab. Semarang
Mari Lestarikan Tinggalan Leluhur ini
was here : dusun lembu bancak
  Save This... Not Only a Stone...

Kamis, 07 Januari 2016

Menelusuri Jejak Candi di Kalibeji Tuntang : Ada Nandi di Samping rumah

Menelusuri Jejak Candi di Kalibeji Tuntang : Ada Nandi di Samping rumah

Kamis 7 Januari 2016

      Masih Blusukan Penelusuran jejak Candi, Lanjutan dari Naskah Yoni Situs Bejirejo Kalibeji Tuntang. Seperti janji Bapak Kusriyanto yang berkenan menunjukkan ebberapa watu relief di rumah Mertua beliau kami jalan mengekor di belakang Bapak Kusriyanto.
      Jalan kaki menyebrangi jalan kampung, tepat depan rumah Yoni Bejirejo... Menyusuri jalan kampung tersebut, kira-kira 100m awaskanlah mata kalian. Karena Pandangan menohok ada di samping rumah papan.
Ada Nandi di Samping rumah : Kalibeji Tuntang

       Kebetulan memang saat itu, pandangan saya, pertama yang menangkap sosok arca Wahana Dewa Trimurti tertinggi : Dewa Siwa itu. "Eits...Stop...stop...lihat ....", spontan kami mendekat; Nampak dari belakang rumah, tepatnya dari kamar mandi ada dua orang ibu usai memandikan anaknya. Namun pandangan salah satu ibu sungguh tak bersahabat, awalnya saya pribadi maklum karena baru melihat kami, namun menjadi lebih tak bersahabat, ketika kami jelaskan kami ingin mengambil gambar alias hanya dokumentasi dengan super 'defensif' nya langsung ketus, "Itu punyanya mertua saya!", Kami hanya Ambil dokumentasi bu, ini kan peninggalan Purbakala, bukan milik perseorangan. "Batu itu awalnya bukan disini bu, tapi di depan perkarangan bapak... jadi bukan milik mertua ibu!", tambah Bapak Kusriyanto yang menemani kami. yang nampaknya gemas pula.
Candi Kalibeji : Ada Nandi di Samping rumah
     Saya langsung menyingkir tak tahan dengan gaya sok tahu ibu itu, Yang tahan dan bersabar memberikan pencerahan nampaknya hanya Mbah Eka WP... ---Tapi saat saya konfirmasi di lain hari nampaknya mbah Eka juga sudah melupakan semua percakapan dengan Ibu itu. "Bila di ingat, bikin sakit hati...", jelasnya...---- 
kalibeji : tak terbantahkan ada candi
    Saya kemudian mencoba mengamati beberapa lokasi, karena yakin tak hanya Arca Nandi ini saja. Dan Benar pula... Ada Watu Candi besar berpola di teras rumah ini.
   Di tiang rumah, di tiap pojokan menggunakan pula watu candi sebagai alasnya.
   Kemudian, penelusuran kami lanjutkan, menuju rumah Bapak Kusriyanto, yang konon mengumpulkan batu berelief dari sekitarnya. 
    Di Dekat arca Nandi, banyak pula pecahan watu yang kami yakini adalah pecahan dari Batu Candi yang berasal dari struktur sebuah bangunan suci masa lalu itu. Terlihat dari ciri-ciri batu yang identik dengan jenis batu Arca Nandi dan Watu Candi Berpola.
kalibeji : pecahan watu candi

Kalibeji : jadi tempat sandal
          Saat menuju Lokasi yang ingin ditunjukkan kepada kami, kami melewati sebuah rumah yang menggunakan alas tempat sandal di lantai teras rumahnya dengan Watu Candi....

     
    Sebelum kami ditunjukkan, jalan masuk ke Rumah mertua beliau banyak watu candi kotak (saya yakin dulu menjadi bagian / struktur bangunan suci--candi--- itu)



    Batu Ber-relief itu : 
Relief watu candi di Kalibeji













   Keberadaan Watu Candi Berelief ini, kemudian 2 yoni tak jauh dari lokasi dan tentu saja Arca Nandi menjadikan keyakinan kami semakin bertambah. Tentang Keberadaan Sebuah Bangunan Suci Masa Lalu. Dan Menambah kuat dugaan kami adanya pemukiman kuno di sekitar area ini. Sebagai bahan penguat, perjalanan kami lanjutkan ke penelusuran selanjutnya : Mahakala di sendang Kalibucu, Kalibeji... (link segera terhubung setelah naskah selesai)


Video amatir rekan Lek Wahid : 
link you tube
  1.  http://youtu.be/5UhPDyKn2Lc
  2. https://www.youtube.com/watch?v=42looanVPOQ

Save This Not Only a stone.
Arca Nandi di Samping Rumah : Kalibeji

Mari Lestarikan....

Kamis, 05 November 2015

Candi Tempel, Jatisari Mijen Semarang

Candi Tempel, Jatisari Semarang
Kamis, 5 Nopember 2015
    Berawal dari 'iming-Iming' Beliau Pak Tri Subekso, pecinta Sejarah sejati.... yang memposting berita di koran Radar Semarang,  jadi Gatal saya ingin segera kesana. Berita tersebut : http://www.radarsemarang.com/2015/11/02/lagi-temukan-situs-candi-di-jatisari.html.
    Awalnya di 'warning', jika tak beruntung susah masuh area Situs. "Ada di tengah Peternakan". Tapi terkadung suka mbusuk, patut kami coba dulu, nothing to lose, cuma mengandalkan keberuntungan saja, serta ijin yang berkuasa tentunya.
     Segera, tiga hari sebelum hari H, saya membuat postingan ajakan beserta info lengkapnya, Setelah berkomunikasi ada beberapa rekan yang tertarik. 
lekker isi mie
Gambar petunjuk 1 (foto by wahid)
   Berangkat dari perpustakaan Ambarawa, saya dan lek Suryo pilih Jalur memutari Gunung lewat Sumowono, Limbangan Boja. kemudian transit di masjid Tambanan Mijen, Sambil nengok yoni yang ada di depan masjid. Sambil nunggu, ada jajanan anak kecil yang menggugah selera, Lekker isi mie... hehehe. Lumayan pengganjal perut.
            Beberapa waktu menunggu... ternyata beberapa Rekan DEWA siwa membatalkan keikutsertaanya... Akhirnya kami langsung meluncur ke petunjuk kedua "Pasar Ace Jatisari Mijen", sambil Menunggu Rekan Lain : Kang Trist. 
     Dari arah Boja menuju Semarang, Saat di Pasar Ace  Jatisari Mijen ini, Ambil Gang ke Kiri. (Gambar petunjuk 1), 

Gambar petunjuk 2.
Kemudian ikuti gang tersebut. Sampai ketemu dengan Masjid Dusun Tempel yang diseberangnya ada gang (Gambar petunjuk 2). 
   Area peternakan ada di Ujung gang ini.

    Saat mencari keberadaan ternak inilah, kebetulan saya tanya warga yang ada di pinggir jalan waktu itu. "Wis ayo bareng karo aku, mengko ta terke", sambil beliau mbonceng motor saya. "Omahku kulone" Tambah Beliau. Singkat cerita, nama beliau Bapak Ahmadi, rumahnya sebelum peternakan berjarak 20m (3 rumah). 
Restricted area!
     Setelah sampai, beberapa saat kami menunggu diluar, teringat cerita dari Pak Tri Subekso yang mungkin saja masuknya sulit, juga pengalaman rekan yang gak bisa masuk, saya Cuma pasrah saja. Apalagi Bapak Ahmadi mengetuk dengan keras berulang kali tak ada jawaban.
    Dan, keberuntungan kami akhirnya datang. Istri dari Bapak Ahmadi datang sambil membawa peralatan untuk mencari makanan ternak. "Ewangi golek rambanan pak ning njero ternak"..., setelah beberapakali mencoba berteriak kembali, kemudian dari dalam tampak ada seorang yang mendekat, membuka pintu... dan kemudian bisa-lah kami masuk. 
hasil ngitip
Gambar diambil melalui lubang pintu
    Sempat mengintip melalui lubang di pintu, nampak candi tempel di tengah area peternakan. 
    Masih dengan sikap tak ramahnya pula sambutan kepada kami. Walaupun sudah dijelaskan oleh Bapak Ahmadi Tujuan kami. Bahkan Bapak Ahmadi dengan serius, "Mereka tak jamin, wong mung tilek watu candi kok ga oleh... udah ayo mas nyantai saja..." Ajak beliau meyakinkan kami. Kami jadi bersemangat dan lebih percaya diri dengan keberadaan Bapak Ahmadi. Niatnya kami baik, sama sekali ga mengganggu area ternak. Cuma niliki candi saja kok..... semoga si pemilik ternak memahami maksud kami. 
    Walaupun begitu kami tetap tak tenang, kawatir pemilik ternak datang dang mengusir kami. Sambil berharap-harap cemas Kang Trist Segera datang dan bergabung. Karena kesempatan langka nan terbatas ini.
Yoni Candi Tempel
      Segera saya ambil gambar, terasa sekali saya terburu-buru, clingak-clinguk takut yang punya datang.
     Candi yang kini hanya tinggal reruntuhan saja,  terdiri atas 1 yoni utuh, 1 patung nandi, 4 umpak, 4 kemuncak candi dan sejumlah batu yang diperkirakan bagian dari dinding penyusun candi. Melihat bentuknya, sejumlah batu bisa diperkirakan sebagai sudut penampang candi. Patung nandi di tempat ini dalam kondisi patah di bagian kepala, namun patahan tersebut masih ada.
Bapak ahmadi dan Yoni Candi tempel
    Yoni 

    Yoni adalah landasan lingga yang melambangkan kelamin wanita. Pada permukaan yoni terdapat sebuah lubang di bagian tengah untuk meletakkan lingga. 
     Yoni merupakan bagian dari bangunan suci dan ditempatkan di bagian tengah ruangan suatu bangunan suci tersebut. 
Yoni Candi Tempel Jatisasri Mijen
   Bentuk Yoni berdenah bujur sangkar, sekeliling badan Yoni terdapat pelipit-pelipit, seringkal di bagian tengah badan Yoni terdapat bidang panil. 
     Pada salah satu sisi yoni terdapat tonjolan dan lubang yang membentuk cerat. Pada sekeliling bagian atas yoni terdapat lekukan yang berfungsi untuk menghalangi air agar tidak tumpah pada waktu dialirkan dari puncak lingga. 
    Dengan demikian air hanya mengalir keluar melalui cerat. Bagian-bagian yoni secara lengkap adalah nala (cerat), Jagati, Padma, Kanthi, dan lubang untuk berdirinya lingga atau arca
     Arca Nandi, Patah di leher, namun kepala masih ada didekatnya

Arca Nandi Candi Tempel Jatisari Mijen Semarang




      Nandi atau Nandiswara adalah lembu yang menjadi Wahana dewa Siwa dalam mitologi Hindu. Dia juga merupakan juru kunci Siwa dan Parvati. 
Arca Nandi  Candi Tempel : kepala arca patah

     Candi/ Bangunan suci yang mempunyai arca Nandi dikategorikan sebagai candi untuk pemujaan agama Hindu Siwa. Nandi juga adalah guru dari 18 Master/  Siddha.
   Arca Nandi biasanya di posisi menghadap Yoni (tuan-nya).
Arca Nandi Candi tempel Jatisari Mijen Semarang
      Umpak.
Umpak di Candi Tempel Jatisari Mijen
         Di Candi Tempel Jatisari mijen ini juga masih tersisa umpak. Yang membuktikan dulunya ada sebuah bangunan suci. Yang kemungkinan dengan tiang kayu sebagai penyanggga atap bangunan tersebut.
    Kemuncak
Kemuncak Candi tempel
          Kemuncak candi,  dan sejumlah watu candi lain yang juga unsur sebuah bangunan suci.
   Selain kemuncak, yang tersisa dari peninggalan Candi Tempel ini banyak batu berpola. 
     Menurut Bapak Ahmadi, saat kecil dulu lebih banyak lagi watu bertumpuk di area ini. "Dulu sebelum ada peternakan ini, saya sering bermain di sekitar tumpukan watu candi ini. Banyak sekali watu yang ada reliefnya. Tempat ini kata simbah saya wingit dan dijauhi oleh warga. konon karena itulah dijual kepada pengusaha ternak ini", jelas Bapak Ahmadi.
     "Air yang ada di Tengah lubang Yoni, dulu dipercaya warga berkhasiat untuk mengobati rasa sakit", Tambah Bapak Ahmadi. Namun saat kami kesini air di lubang Yoni ta nampak bekasnya. Mungkin efek kemarau panjang (tapi yoni/ lumpang lain kemarau panjang sekalipun air kok masih ada ya? Rasa penasaran dalam hati saya----), ataupun sudah hilang energi positif Yoni tersebut.
     Masih Bapak Ahmadi Bercerita, "Saat ramai togel beberapa tahun lalu, hampir tiap malam ada saja yang ritual disini." Warga juga menyayangkan perilaku tersebut, wong ini tempat suci kok di pakai untuk seperti itu. namun Kami ta sanggup untuk melarang...." Imbuh beliau.

    Sebagian watu Candi berpola itu, 



watu berpola di Candi tempel

   Dilihat dari sisa-sisa yang masih tersimpan di area peternakan Tempel jatisari mijen ini, Nampak nyata keindahan Bangunan suci tersebut.
Foto selfie by maxtrist

      


 Lewat tulisan ini, saya ingin ucapkan terimakasih kagem beliau Bapak Ahmadi yang menemani kami, mendampingi kami dan menjadi narasumber kami. "Matursembahnuwun bapak.... sanesh wedal sowan teng ndaleme panjenengan...."



Keterangan foto selfie : Paling depan ke belakang berurutan : Max Trist, bapak Ahmadi, @SSDRMK dan Lek Suryo.






Mbolang bersama : Saya, Kang Trist, Lek Suryo

Salam Pecinta Situs

Save This Not Only a Stone....
Mari Kunjungi dan Lestarikan

Rabu, 12 Agustus 2015

Situs Pidodo Karangtengah Demak

Situs Pidodo Karangtengah Demak
Minggu 9 Juli 2015

       Setelah dari Situs Candisari Mranggen, Pandawa Lima "Pemblusuk situs" : Saya, Mas Trist, Mas Romi, Mas Indra dan mas Suryo melanjutkan ke tujuan yang kedua. Desa Pidodo Kecamatan Karang Tengah Kabupaten Demak.
 Dengan bantuan googlemaps, kami meluncur. Sambil berharap jaringan tetap ada. Sebetulnya jarak memang tak terlalu jauh, hanya 11km saja. Namun Cuaca yang sangat panas membuat perjalanan terasa sangat jauh dan berat. Saya sampai habis 3 botol air mineral dalam perjalanan menuju Pidodo. Petunjuk yang sempat saya abadikan.
    Menuju Pidodo, penanda arah yang paling mudah adalah... Bila sudah dekat dengan Sungai Tuntang dan Buyaran (Pasar) berarti sudah sangat dengan Desa Pidodo, tak sampai 2km saja.
Kantor Desa Pidodo : tempat kami berhenti dan bertanya
      Saat kami sudah sampai Desa Pidodo... Terasa langsung semangat lagi. Sudah tak terasa panas menyengat ubun-ubun. Hanya satu  saja : tak sabar segera ingin tahu situs Pidodo. 
    Namun, 3 warga kami tanya angkat bahu, Ibu-ibu di warung (pura2 beli rokok) ku tanya geleng-geleng kepala. Malah Mas Romi tanya Pak RT juga terkejut, malah balik bertanya, "Apa ada mas di Pidodo?", "Lho kok?".... Kami belum menyerah... kemudian Mas romi mencari sendiri Rumah Bapak Carik .... Saat dia kembali, "Pak, Carik terkejut, emang ada mas? mungkin di kuburan Mbah Kopek, di belakang SDN Pidodo... Di Makam itu memang ada patung", ulang mas Romi seperti jawaban dari Bapak Carik.  Ta berbasa-basi lagi kami segera angkat kaki menuju makam Mbah Kopek, Sesuai petunjuk Bapak Carik.  
    Segera kami putar balik arah meluncur ke lokasi. Awalnya saya sempat memandang lama Makam di Belakang SD itu, ketika kami tiba di Pidodo, dan ternyata seharusnya saya juga percaya kepada hasrat saya tadi untuk menengok di makam itu terlebih dulu.
   Kemudian kami parkir di depan musholla sebelah makam.
      Setelah minta ijin/ menyapa warga yang berada di belakang musholla, sambil bertanya dimana patung mbah kopek? "Ooo di bawah pohon asem, dipinggir makam itu mas". , jawab seorang Bapak. Kami secepatnya menuju lokasi.
   Dan Sampailah kami :


Arca Durga Situs Pidodo Demak
     Di situs Piododo ini ada Arca Durga, Yoni, umpak dan batuan candi lepas. Masyarakat sekitar lebih mengenal dengan 'Mbah kopek". Oleh Masyarakat dikeramatkan, dibangunkan pula alas untuk arca ini sekaligus penanda bahwa sering pula digunakan untuk ritual.

     Keberadaan arca di tengah areal makam, sedikit warning bagi kami agar menjaga sikap dan tingkah laku saat disini. 

      Menurut kepercayaan umat Hindu, Durga (Dewanagari: दुर्गा) adalah shakti Siwa. Dewi Durga (atau Betari Durga) adalah ibu dari Dewa Ganesa, Dewa Kumara (Kartikeya) dan Ashokasundari. Ia kadangkala disebut Uma atau Parwati. Dewi Durga biasanya digambarkan sebagai seorang wanita cantik berkulit kuning yang mengendarai seekor harimau. Ia memiliki banyak tangan dan memegang banyak tangan dengan posisi mudra, gerak tangan yang sakral yang biasanya dilakukan oleh para pendeta Hindu.
Arca Durga Situs Pidodo
     Di Pidodo ini ada Arca Durga yang sedang menginjak lembu dan tangan yang memegang Asura Mahisa. (Akan saya kutipkan cerita untuk menjelaskan arca durga tersebut)  Kemudian Yoni, umpak dan batuan candi lain yang rusak
 Di Nusantara, Dewi ini cukup dikenal pula. Candi Prambanan, yang konon juga dipersembahkan kepada Dewi ini. Kisah tentang Bunda Alam Semesta :
     Dalam cerita rakyat, kita mengenal legenda Roro Jonggrang di Candi Prambanan. Kita tidak tahu banyak, sejak kapan kisah Roro Jonggrang melegenda, dan apakah patung yang disebut Roro Jonggrang di Candi Prambanan tersebut betul mewakili legenda tersebut? Roro Jonggrang adalah seorang putri raja yang tidak senang orang tuanya ditaklukkan dan dia diminta menjadi istri sang raja penakluk. Dia berupaya menolak dengan berbagai upaya, dan karena sang raja penakluk marah maka dia dikutuk menjadi patung. 
    Di Candi Prambanan terdapat relief kisah mulia Ramayana dan di dunia ini hanya di Candi Prambananlah kisah Ramayana dipahat pada dinding candi sebagai relief. Dalam kisah Ramayana, disebutkan bahwa Sri Rama yang sering disebut titisan Sri Vishnu pun pada saat perang melawan Rahwana berdoa kepada Bunda Alam Semesta yang berwujud sebagai Durga. 
    Patung Roro Jonggrang tersebut sesungguhnya adalah patung Durga Mahishasuramardini, Durga yang mengalahkan asura Mahisha. Patung yang menggambarkan Dewi bertangan delapan dan menginjak kerbau (mahisha) tersebut tidak ada kaitannya dengan Roro Jonggrang tetapi jelas menggambarkan patung Durga Mahishasuramardini. Kata Prambanan sendiri berasal dari Param Brahman, Kebenaran Mutlak Tertinggi
      Dikisahkan suatu waktu, Resi Markandeya menceritakan kisah Bunda Alam Semesta kepada Resi Baguri. Resi Markandeya bercerita bahwa adalah Raja Suradha yang diusir dari kerajaan oleh rakyatnya sendiri bertemu di sebuah hutan dengan pengusaha Samadhi yang diusir oleh istri dan anak-anaknya. Mereka berdua merasa bahwa kejadian yang menimpa mereka berada di luar kewajaran. Kemudian mereka berdua menemui Resi Sumedha yang mengatakan bahwa mereka mengalami ilusi yang disebabkan Mahadewi bernama Vishnumaya. Mereka berdua ingin mengetahui kisah Mahadewi Vishnumaya atau ibunda para dewa, dan diceritakanlah kisah Dewi Mahatmya yang terdiri dari 3 cerita. Durga Mahishamardini adalah kisah Mahalaksmi, nama lain dari Bunda Alam Semesta yang membunuh asura di kala seluruh dewa tidak sanggup mengalahkan sang asura. 
     Asura Mahisha adalah seorang raja yang kuat dalam bertapa, dia memiliki power of the will (niat yang kuat), power of action (kerja keras), power of knowlege (ilmu yang dalam), tetapi tidak mempunyai power of knowingness / power of wisdom (kesadaran). Brahma menemuinya dan menanyakan apa obsesi sang asura. Mahishasura memohon Brahma agar dia dapat hidup abadi dan Brahma menyampaikan bahwa itu berada di luar kewenangannya. Kemudian Mahishasura meminta bahwa dia tidak bisa dikalahkan oleh seluruh manusia dan dewa, dan dia hanya dapat dikalahkan oleh seorang perempuan. 
      Brahma mengabulkan permohonannya, dan Mahishasura bergembira karena Trimurti yaitu Brahma, Shiva dan Vishnu pun termasuk dewa sehingga dia tidak dapat dikalahkan oleh mereka. Kalau mereka tidak mengalahkannya, apalagi makhluk ciptaan mereka yang berjenis perempuan, maka menurut pikirannya dia tidak akan dapat dikalahkan. 
      Mahishasura kemudian dengan para panglima dan pasukannya mengalahkan para dewa dan menguasai tiga dunia. Di bawah penguasaan Mahishasura yang lalim kondisi masyarakat tiga dunia semakin menderita. Di kala Trimurti kewalahan menghadapi permasalahan, maka Bunda Alam Semesta akan datang membantu. Dalam lain kisah tentang Bhandasura, para dewa yang tidak dapat menyelesaikan masalah mendapat bantuan dari Bunda Alam Semesta yang mewujud sebagai Dewi Lalita Parameswari.
      Para dewa menghadap Vishnu, Shiva dan Brahma menyampaikan kesewenang-wenangan Mahishasura dan keangkuhan bicaranya bahwa tidak ada satu pun dewa termasuk Trimurti yang dapat menaklukkannya. Vishnu, Shiva dan Brahma dan seluruh dewa sedang memuncak kemarahannya akibat tindakan Mahishasura. Dan, kekuatan kemarahan terhadap kejahatan tersebut memunculkan sinar yang sangat cemerlang yang membentuk wujud seorang perempuan. Dewi yang muncul ini kemudian diperkuat dengan berbagai senjata oleh semua dewa. 
       Bunda Alam Semesta yang mewujud sebagai akibat kemarahan para dewa ini merupakan kekuatan yang akan mengalahkan Mahishasura. Sang dewi berkata, “Aku adalah pengantin abadi dari ParamaPurusha. Kekuatanku menciptakan alam semesta. Dia adalah “belahan jiwaku”…… Aku hanya aspek lain dari prinsip abadi. Sama seperti sepotong besi yang ditarik oleh sebuah magnet, Dia menjiwai aku. Jika Mahishasura ingin hidup, dia harus berdamai dengan dewa dan kembali ke bumi atau ke dunia lain. Apabila dia tidak ingin hidup dia harus menghadapiku dalam pertempuran!” 
     Mahishasura tidak mau tunduk kepada sang dewi dan bersama pasukannya menyerang Sang dewi. Sang dewi segera menciptakan pasukan yang sebanding. Mahisha menarik busur dan meluncurkan banyak anak panah, dan pertempuran dimulai. Setiap anak panah Mahisha dijatuhkan sang dewi dengan anak panahnya. Dalam waktu singkat pasukan Mahishasura telah dapat dikalahkan pasukan sang dewi. Sang dewi kemudian melemparkan Pasa (tali pengikat) untuk mengikat Mahisha akan tetapi Mahisha mengambil wujud sebagai singa dan mencoba menerkan sang dewi. Sang dewi menebasnya dengan pedangnya dan matilah sang singa. 
     Kemudian Mahisha mengambil wujud sebagai gajah dan melemparkan batu-batu besar ke arah sang dewi dan singa yang dinaikinya. Batu-batu tersebut dihancurkan oleh sang dewi dan kemudian sang dewi kembali membunuhnya dengan pedang. Selanjutnya Mahisha mengambil wujud sebagai seekor kerbau dan menanduk sang dewi. Sang dewi memukulnya dengan menggunakan trisula sampai sang asura pingsan. Pingsan sebentar sang asura siuman kembali dan menerjang sang dewi dengan mengeluarkan raungan yang memekakkan telinga. Sang dewi segera menginjaknya sehingga kerbau tersebut tidak dapat bergerak dan kemudian mengakiri hidup sang asura dengan sebuah cakra. 
      Mahisha adalah lambang dari obsesi (kama, nafsu) dan kemarahan (krodha) seorang penguasa yang membuatnya menjadi serakah (lobha). Ketiga sifat itu seharusnya dilepaskan karena ketiganya menutupi cermin kesadaran sehingga cerminnya tidak nampak lagi. Kama, krodha dan lobha lebih tangguh daripada musuh yang terlihat mata. Kadang-kadang kemarahan mengambil wujud sebagai orang yang tersenyum yang sangat membahayakan karena kita dapat dibuat lengah dan tidak waspada bahwa dia menyelipkan pisau di bawah ketiaknya. Mahishasura selalu berubah wujud, seperti pikiran yang berubah wujud dan berkembang biak sangat cepat. 
      Jika kita memukulnya sebagai kerbau dia akan mewujud sebagai gajah. Bila kita membunuh sebagai gajah dia akan mengambil bentuk yang lain, sehingga manusia sulit mengalahkannya. Energi kita akan habis untuk melawannya. Keinginan satu dipotong akan berubah wujud menjadi keinginan lainnya. Kecuali kita dapat memotong sampai ke akar-akarnya, ke sumbernya, atau menaklukkan esensinya. Keinginan adalah bukan wujud luar dari tindakan tetapi adalah kecenderungan yang dalam. Bahkan seseorang yang nampaknya tidak bertindak apa-apa bisa saja menyimpan keinginan yang dalam. 
      Kekotoran dari kama, krodha dan lobha ini dapat dihapus dengan karma yoga, melayani tanpa kepentingan pribadi. Sedangkan keinginan dari kama, krodha dan lobha dapat dihapus oleh upasana, kedekatan dengan Yang Maha Kuasa. Setelah karma yoga dan upasana kita harus masuk selalu berupaya untuk selalu berada dalam kesadaran. Ajnana atau ketidaktahuan lebih halus bentuknya daripada kekotoran dan keinginan. Ketidaktahuan akan Kebenaran, Avidya atau Ajnana membuat kita menginginkan sesuatu. 
     Mengapa angin bertiup kuat? Sebab, matahari tertutup oleh awan, yang menimbulkan kegelapan dan kemudian badai topan mulai bertiup berupaya menumbangkan pohon diri. Kala Atman ditutupi oleh awan ketidaktahuan, angin keinginan mulai berhembus dan mendatangkan badai kemarahan dan kekerasan. Kisah Devi Mahatmya mengajarkan transformasi dari sifat alam tamas, rajas dan satvik. Tamas mewakili kemalasan, rajas mewakili kemarahan. Satvik pun merupakan kaca transparan yang menghalangi antara kita dengan Kebenaran. Kita dapat melihat kebenaran tetapi tidak dapat mencapainya. (sumber cerita : triwidodo.wordpress.com)
Dewi Durga Situs Pidodo
         Dewi Durga dikenal juga menguasai ilmu pangiwa. Dewi Durga Bertangan delapan di masing masing bersenjatakan Cakram; petir; teratai; ular; pedang; gada; terompet kerang; trisula
     Seperti yang terlihat, Arca Dewi Durga telah rusak. Tanpa Kepala dan pecah/ terputus bagian bawah (tepat di kaki). Hingga nampak terpisah lembu yang diinjak sang dewi.
    Sementara itu, tangan kiri dewi Durga yang memegang Asura Mahisa masih nampak terlihat, walapun tentu saja aus di di semua sisi.
Asura Mahisa : situs Pidodo Demak
   
    Perwujudan Asura Mahisa yang telah di takhlukkan oleh sang dewi durga :













      








Lembu Perwujudan asura mahisa : Situs Pidodo Demak
     










      Lembu yang diinjak Dewi Durwa, Perwujudan Asura Mahisa :







     Yoni Situs Pidodo Karangtengah kabupaten Demak :
Yoni Situs Pidodo Demak
     Selain Arca Dewi Durga, di Situs Desa Pidodo Karangtengah Kabupaten Demak ini terdapat pula Yoni.
Yoni situs Pidodo Demak
     Yoni telah mengalami kerusakan hebat, Terdapat bekat 'plathok-plathokan' benda tajam, sisa usaha penghancuran.

Umpak Situs Pidodo Demak
     Juga peninggalan umpak yang telah mengalami perubahan bentuk.
    Umpak digunakan sebagai penyangga tiang sebuah Bangunan. Keberadaan Umpak ini memperkuat dugaan kami bahwa di pidodo ini dulunya ada sebuah Bangunan suci yang digunakan oleh umat untuk beribadat umat agama Hindu pada jaman dulu. 
Umpak Situs Pidodo Karangtengah Demak

    Dan tentu saja watu candi yang beukuran kecil, di tata di sekitar Arca Dewi Durga
Watu candi Situs Pidodo Karangtengah Demak

     Suhu Panas yang kami rasakan saat menuju lokasi, terasa berbeda saat kami berada di area situs Pidodo. 
     Terasa sejuk, semilir dan membuat kami betah berlama-lama. Jajaran pohon besar, asem, trembesi dan aura tenang di Situs ini membuat kami sejenak beristirahat.
    




      Mblusuk bersama Pandawa Lima 'Tukang  Mblusuk'. 
Situs Pidodo Karangtengah Demak 
      Saat kami di situs ini banyak anak kecil yang penasaran dengan kami. Kata mereka saat kami tanya, "Apa yang dilakukan kakak2 itu ya, kan itu patung angker?"... Setelah melihat kami melambaikan tangan dan mengajak foto bersama, kemudian kami sedikit memberikan penjelasan, akhirnya penasaran mereka terobati. "Oh ini peninggalan sejarah ya kak?", mereka manggut-manggut, nampaknya mereka baru mengetahui.
   Ternyata sejarah memang diputus.... entahlah...apa tujuannya.
      Namun satu keuntungan untuk arca Dewi durga ini. Orang akan takut berbuat macam-macam.

Salam Pecinta Situs
Situs Pidodo Karangtengah Demak 
     

     Sebelum kami berlanjut ke Situs Pilangrejo Kec. Wonosalam Kabupaten Demak, kami 'ngisi perut" terlebih dulu : Mie Ayam Buyaran.









     Sampai ketemu di kisah Mbolang Situs selanjutnya...
Mari Kunjungi dan Lestarikan....
Gabung yuk...di Grup FB Pecinta Situs DEWA SIWA