Rabu, 28 September 2016

Ada Yoni di Pasar Gladag Solo

     Rabu, 28 September 2016. Dan lagi... acara seminar di Solo area jika pulangnya tak menelusuri jejak watu purbakala pastinya ada yang kurang bagi saya. 
gambar dari pak yophie
     Apalagi ini penelusuran dengan dibiayai kantor.... wkwkwkwk.
   Beberapa rekan saya minta rekomendasinya, kemudian datanglah rekomendasi dari Pak Yophie... "Tengok Yoni di Pasar Gladag Solo saja. Belakang gapura persis! ", jelas beliau. 
    Singkat cerita, saat kegiatan berlangsung, sambil mengikuti kegiatan saya lembar ajakan untuk menemani penelusuran di Pasar Gladag. 
     Di luar dugaan... respon luar biasa datang dari mas Yogga Wahyudi.
     Berbekal petujuk arah dari rekan yang ikut seminar (kebetulan rumahnya di Solo)... sekitar jam 1 saya meluncur. Janjian dengan Mas Yogga di gerbang pasar Gladag.
Gapura Pasar Gladag
      Sambil nunggu mas Yogga, saya mengeksplor sendiri, walaupun dibawah tatapan mata aneh orang sekitar saya... Tapi cuek saja.
    Berada di belakang persis Gapura Pasar Gladag.
    Gapura Keraton PBX, sangat megah dan bersejarah gapura berwarna putih ini....












     Ditengah keramaian PKL pasar Gladag :
 Yoni di Pasar Gladag Solo
     Bapak parkir yang kebetulan di area Yoni ini cerita, "Batu itu, dulu dipakai untuk menyembelih hewan hasil buruan sultan", saya mengangguk saja. ya hanya cerita itu yang saya dapat. 
 Yoni di Pasar Gladag Solo
        Lubang lingga sudah di tutup semen, cerat yoni masih terlihat jelas, dibeberapa bagian yoni sudah aus, rusak.
 Yoni di Pasar Gladag Solo
     Seperti janjinya, mas Yogga menjadi partner blusukan Solo raya ini. "Itu di sebelah kanan ada lagi.... ", tunjuk Mas Yogi. Persis di seberang jalan... Melongo saya, segera saya menyebari jalan dan..... namun saat saya kesini, ditutupi tumpukan barang PKL, sehingga yoni ini tak kelihatan.
     
      Yoni, salah satu media mendekatkan diri umat hindu kepada sesembahannya; dewa Siwa yang dimanifestasikan dalam bentuk Lingga-Yoni. (Sayangnya tak ada lagi Lingga). 
Yogga Wahyudi
     Keterangan lebih lanjut mengenai asal usul Yoni ini berasal, apakah insitu atau pindahan saya belum memperolehnya.
      Setelah Ngobrol santai sambil menikmati pemandangan lalu lalang orang lewat tanpa peduli dengan sejarah watu purbakaini, kami merasa cukup, Mas Yogga menawari saya untuk guide Yoni Kijing Sraten Kartasura, Yoni warna-warni Bangak Boyolali, Yoni Jalan Tol dan Yoni Mie Ayam Pengging (link terhubung segera setelah naskah selesai, yang butuh perjuangan berat nulisnya.. jeda nulis dan blusukan cukup lama)

---
Jadilah kami meluncur....

     Maturnuwun Mas Yogga....




Ketahui dan lestarikan..... 

Salam Pecinta Situs dan Watu Candi

nb : 
Mohon maaf kualitas gambar mengecewakan, maklum SLR rusak... dan pakai hp saja. namun yang pasti bukan alatnya, yang penting penelusuranya.... idem? 
     

Minggu, 18 September 2016

Ada Umpak di Makam Grendem Desa Campurejo Boja

Umpak di Makam Grendem Desa Campurejo Boja
           Sabtu 18 September 2016, tujuan ketiga edisi blusukan Sabtu nekat. Setelah yoni gowok desa Ungaran Boja, Candi Ngularan Boja. Kemudian kami lanjut ke daerah campurejo, dimana di area tersebut ada 2 situs yang sudah saya ketahui :  Yoni campurejo dan lumpang CV. Merapi Campurejo (hanya lek Trisno yangg berhasil masuk, entah pakai ilmu apa.  Yang lain sempat merasakan arogansi pak satpam. Hahaha... Kasian ....). 
Umpak di Makam Desa Campurejo Boja
      Kembali ke destinasi kita kali ini, petunjuk-nya adalah makam di kanan jalan (dari Boja) masuk gang cari lagi makam dusun Grendem, ikuti jalan kampung tersebut, sedikit berliku, jadi saya sarankan tanya saja kepada warga, dimana makam Dsn. Grendem Desa Campurejo.
    Langsung mudah dikenali dengan keberadaan watu purbakala di depan makam, dekat pendapa makam. Kami menduga batu ini adalah sebuah umpak. Alas tiang dari kayu.. jadi dugaan kami selanjutnya adalah dulu sekali ada bangunan yang besar sekali, melihat lubang di umpak  ini. Warga sekitar menyebutnya dengan punden desa Grendem.
     Selain umpak persegi panjang ini yang nampak, ada pula 2 patok yang di susun sedemikian rupa menjadi makamm dengan posisi umpak di tengah.
Sayangnya karena kami terburu-buru, kami tak secara detail dan teliti memeriksa 2 patok tersebut, barangkali ada inkripsi tulisan atau angkat tahun... sayang sekali. 
    Kami juga mencoba menelusuri di beberapa area makam namun hasilnya nihil. Entah, barangkali masih ada yang terpendam di tanah, menunggu warga menggali pusara dan menemukan struktur yang lain..
 Setelah dari sini, kami memutuskan untuk melanjutkan blusukan ke situs serat rawi. Singkat cerita, situs tersebut berupa makam punden, yang menurut cerita warga adalah prajurit dari Mataram Islam, yang dimakamkan sini, karena huru-hara ditengah perjalanan. Maaf no picture karena ada hal tertentu yang tak bisa kami jelaskan.
   Karena jam sudah durasi pulang, saya dan mbah eka tak ikut lagi penelusuran selanjutnya..... 
      Mblusuk bersama... Guide hunter  Mas Imam; mas eka slims, mbah eka wp., lek suryo, jagad.
Umpak Grendem Campurejo Boja
Salam Pecinta Situs Watu candi
saya dan jagad di situs Umpak Makam Dsn Grendem Desa Campurejo Boja
Ketahui, kunjungi dan Lestarikan....

Menelusuri Jejak Candi di Dusun Ngularan Desa Candi Boja Kendal

     18 September 2016, Setelah destinasi pertama yaitu : yoni Gowok Ngabean Boja Kendal, Kami lanjut ke Daerah Karangmanggis, Boja. Di sini ada Yoni Situs Karangmanggis.. Saat saya kesini sekitar tahun 2015, ketika ngobrol dengan Ibu yang punya rumah diberi informasi di desa Candi  Ada reruntuhan candi. Namun Baru Saat ini, setelah Mas Imam berhasil menelusurinya saya bisa ke sini dan blusukan. 
Candi Karangmanggis Boja :       
     Petunjuk yang paling mudah, tulisan Quatra di pinggir jalan, bila dari arah Gonoharjo sebelah kiri, Yoni Karangmanggis masuk gang sementara Reruntuhan Candi di Dusun Ngularan Desa Candi  maju lagi arah ke Boja kira-kira 100m kemudian ambil gang ke kanan.
    Berada di pekarangan rumah seorang warga RT 03 RW II Dusun Ngularan, Desa Candi Boja Kabupaten Kendal.
 Jejak Candi di Dusun Ngularan Desa Candi Boja Kendal
      Saat kami tiba, yang langsung ada di pikiran kami sama semua,  "Penasaran dengan bentuk waktu purbakala" ini di sisi yang terpendam. Ketika mencoba meminta ijin si empunya rumah ternyata sangat welcome. Jadilah Kami balik : 
Membersihkan : Watu Candi di Dusun Ngularan 
    Setelah kami balik, selain nampak tanah melekat yang tebal juga beberapa hewan yang hidup damai sebelumnya disini; Kalajengking nya besar sekali, saat saya mau foto malah mumpet.
     Kami berupaya membersihkan dengan peralatan seadanya. Dan bersyukurnya, Ibu pemilik rumah  menawari ember, sikat dan tentu saja air artesis yang mengalir.... Sungguh beruntungnya kami.....
   Perdebatan kami hanya seputar yakin atau tidak ini adalah Arca, yang mengisi relung sebuah Bangunan suci --candi-- yang tinggal bentuk kasarnya karena proses lapuk atau malah pernah ada usaha perusakan.
     Perdebatan kami akhirnya mendapat pencerahan ketika ibu si empunya rumah bilang "Riyen kulo alit, tasih ketingal tangan lan sikile", kurang lebih-nya bila diterjemahkan bahasa indonesia "Saat kecil masih terlihat bentuk tangan dan kakinya". "Teng Kebun mriko nggeh tasih kathah mas, watu kadhos ngoten", sambil telunjuknya menunjuk arah.
      Setelah kami bersihkan :
arca yang lapuk di Dusun Ngularan Desa Candi Kec. Boja

    Saat selesai, kembali Mas Imam menunjukkan kembali  (seperti petunjuk ibu tersebut), kebetulan mas Imam ini bebeapa waktu sebelumnya sudah menelusuri, hanya berjarak kurang dari 50m, tepat didepan rumah (di tengah kebun milik warga lain) :
Watu Candi di Dusun Ngularan Desa Candi Boja Kendal

      Dari beliau juga cerita, watu ini mirip sekali bentuknya.... (kami sebenarnya ingin mengangkat tapi karena sdm sudah loyo... juga harus ijin yang punya tanah juga... akhirnya kami tunda keinginan itu. 
Dari sisi yang lain :  Jagad Pramudhita
     Pemikiran kami bila tinggalan disatukan, pihak desa tahu... sadar sejarah, kemudian watu purbakala ini bisa jadi icon desa... trus bisa jadi wisata sejarah.... apa tidak keren sekali??? namun sayang kesadaran ini belum ada.....---
     Kemudian, penelusuruan berlanjut, 10m masuk kedalam, ada lagi : 
     Yang menurut hemat kami jumlahnya, seharusnya lebih dari satu .....
    Kami sendiri masih ragu apakah ini umpak sebuah tiang kayu yang juga unsur dari bangunan suci... atau salah satu unsur sebuah bangunan suci yang saat ini banyak orang mengenal dengan istilah candi... Kami masih tanda tanya. "???"
      Kemudian, 5 m di sebelahnya malah lebih dahsyat lagi, RERUNTUHAN watu .... berpola dan yakin 100% bahwa di area ini dulu ada bangunan Suci!
Reruntuhan Candi di Dusun Ngularan Desa Candi Boja Kendal

     Tanpa bermaksud macam-macam, dan melawan peringatan warga "wingitnya watu bulat itu", kami menyatukan watu bulat dan reruntuhan candi, agar semakin diketahui oleh warga awam... bahwa reruntuhan ini tak main-main.... DULU sekali ada sebuah bangunan suci!
dikumpulkan ceceran watu suci jaman itu 

    Saat kami selesai dan beristirahat sejenak, datanglah crew dewa : Lek Suryo. dan jadilah foto bersama kami pandawa lima minus  Jagad Pramudhita
    Mblusuk bersama... Guide hunter  Mas Imam; Double  : Eka W Prasetya - Eka Budhi dan Generasi berikutnya : Jagad Pramudhita
Dusun Ngularan Desa Candi Boja Kendal
Salam Pecinta Situs Watu candi

Mari Selamatkan

Yoni Gowok, Desa Ngabean, Boja Kendal

    Sabtu, 17 September 2016 .. 
Yoni Gowok, Desa Ngabean, Boja Kendal
    Sudah sejak lama, ketika mengikuti postingan dari rekan region barat, Kendal Area Mas Imam yang sangat menggoda untuk segera "njaluk diterke". Hehehehe.. bagi saya pribadi, area kendal lereng gunung Ungaran, dulu sebelum terkotak administratif kabupaten/kota, saya sangat yakin menjadi satu wilayah sebuah kerajaan yang pernah ada di Lereng Gunung Karungrungan* (Naskah Bujangga Manik = Gunung Ungaran)
      Begitu menariknya..... Akhirnya dengan beberapa rekan yang lain yang merespon ajakan blusukan weekend, Kami janjian di Terminal Cangkiran Mijen Semarang abis dhuhur.. Namun seperti biasa.... (semoga tak terulang), sing ngeterke malah nunggu... wkwkwkw..  Di area ini dekat sekali ada Beberapa situs yang sudah berhasil kami telusuri, antara lain : Yoni Mbah Badur dan Petirtaan Cangkiran, Yoni di Masjid pertigaan Cangkiran dan Lumpang Setra
      Dari Terminal Cangkiran, kami yang akhirnya berempat (Saya, Anak Saya, Mas Imam, Mbah Eka dan Mas Eka) melaju menyusuri jalan arah gonoharjo. Melewati bekas peternakan sapi Presiden RI ke 2, kemudian kira-kira 1 km... ada pertigaan, dimana pertigaan tersebut pas jalan sebelum jembatan.
    Masuk menuju Dusun Gowok, Desa Ngabean, Kira-kira 500m tepat didepan pabrik tahu.... Yoni ini berada. Tak menunggu lama, kami segera "menyentuhnya"... 
Yoni Gowok, Desa Ngabean, Boja Kendal
     Secara Administratif, Yoni ini berada di Dusun Gowok, Desa Ngabean Kecamatan Boja Kabupaten Kendal. Yoni menjadi manifestasi Siwa dalam ajaran Hindu seharusnya ada pasangan Yoni yang dinamakan Lingga dan berada atau terletak di atas Yoni, Namun Lingga sudah Hilang.
     Kondisi Yoni sudah ditumbuhi lumut di hampir seluruh bagian, dan beberapa sudut sudah rusak, entah aus ataupun (sempat akan) dirusak/ dihancurkan, entah. Namun masih digunakan oleh orang-orang tertentu untuk ritual....
    Sayangnya pengertian masyarakat hanya sampai disitu, berbau mistis, bukan watu purbakala peninggalan budaya masa lalu, hasil cipta karsa leluhurnya yang di uri-uri.... Bukan-Bukan itu ternyata. Sayang sekali!!!
     Yoni merupakan bagian dari bangunan suci dan ditempatkan di bagian tengah ruangan suatu bangunan suci. Yoni biasanya dipergunakan sebagai dasar arca atau lingga. Yoni juga dapat ditempatkan pada ruangan induk candi. 
     Bentuk Yoni berdenah bujur sangkar, sekeliling badan Yoni terdapat pelipit-pelipit, seringkali di bagian tengah badan Yoni terdapat bidang panil. 
Penampang atas Yoni Gowok Boja
   Pada salah satu sisi yoni terdapat tonjolan dan lubang yang membentuk cerat. Pada penampang atas Yoni terdapat lubang berbentuk bujur sangkar yang berfungsi untuk meletakkan lingga. Pada sekeliling bagian atas yoni terdapat lekukan yang berfungsi untuk menghalangi air agar tidak tumpah pada waktu dialirkan dari puncak lingga. Dengan demikian air hanya mengalir keluar melalui cerat. 
Cerat Yoni Gowok Boja
    Bagian-bagian yoni secara lengkap adalah nala (cerat), Jagati, Padma, Kanthi, dan lubang untuk berdirinya lingga atau arca. Lingga dan Yoni mempunyai suatu arti dalam agama setelah melalui suatu upacara tertentu. Sistem ritus dan upacara dalam suatu religi berwujud aktivitas dan tindakan manusia dalam melaksanakan kebaktiannya terhadap Tuhan, dewa-dewa, roh nenek moyang dalam usahanya untuk berkomunikasi dengan mereka. Dalam ritus dan upacara religi biasanya dipergunakan bermacam-macam sarana dan peralatan, salah satu di antaranya adalah arca.
     
Video Amatir : (file hilang)

   Foto bersama, Mblusuk bersama... Guide hunter  Mas Imam & Double Eka :  Mbah Eka W. Prasetya - Eka Budi (Awalnya kami kesulitan mencari alas untuk selftimer namun masalah terpecahkan, difoto sama anak saya... jadi mohon maaf bila ada ruang kosong di gambar... maklum masih belajar)
Yoni Gowok Ngabean Boja Kendal
    Blusukan membawa generasi baru saya, Salam Pecinta Situs Watu candi
Yoni di Gowok Ngabean Boja : Regenerasi bersama Jagad
Ketahui dan ... Yuk mari Lestarikan

--
Penelusuran Berlanjut.....

Jumat, 16 September 2016

Menelusuri jejak Keberadaan Watu Lumpang Baran Ambarawa #2 : Lumpang 5,6,7.

     Jumat -16 September 2016, Naskah ini adalah sambungan dari penelusuran " Menelusuri jejak Keberadaan Watu Lumpang Baran Ambarawa #1. Bermula informasi yang simpang siur kami terima mengenai jumlah lumpang yang tersebar di Baran. Setelah ketiga kalinya saya jadi guide rekan yang ingin kembali menelusuri akhirnya  saya malah menemukan bonus lumayan mengejutkan.
    Masih di Baran Ambarawa. Beda orang bisa pula mendapatkan informasi yang berbeda. Di penelusuran 1 dan 2, saya tak ketemu dengan lumpang yang ke 5, 6 dan 7 ini. (Apakah masihkah berlanjut? baca secara lengkap dulu saja!)
       Entah berjodoh atau apalah, ketika kami bertanya tepat didepan masjid dekat poskamling, kalau tidak salah ada  di perempatan, (Awalnya informasi Lumpang yang ke 5 ada di sekitar perempatan ini, tapi sekarang tak tahu rimbanya). 
     Cerita kembali saya sampaikan :
Lumpang 5 Baran Ambarawa
       Watu lumpang yang ke 5 berada di depan rumah mbah Salamah, Rt 4 RW IV Baran Ambarawa. 
      Awalnya lumpang ini posisinya tengkurap, kemudian atas berkat kerja keras duet sejoli ini : Mbah Eka dan Lek Sur jadilah penampakan dalam gambar tersebut. 
      Teronggok di pinggir jalan depan halaman warga, dan generasi kita tak tahu menahu ini apa, bagaimana fungsinya.....
     Untuk prosesnya bisa ditengok di video amatir yang saya sertakan ini 








Ketahui dan lestarikan
Lumpang 5 Baran Ambarawa
      Dari Lumpang ke 5, kami berjalan kaki sekitar 100m, kemudian segera nampak 2 watu lumpang yang berada di depan rumah warga
Lumpang 6, Baran Ambarawa
      Didekatnya ada lagi Lumpang ke 7 di dekat kandang ayam di samping rumah sebelah kanan.
Lumpang 7 Baran Ambarawa
Video Amatir Lumpang 6,7 :

     Dari pemilik rumah, konon watu lumpang ini hasil penyelamatan nya dari daerah Kupang. Saat itu beberapa watu lumpang di Kupang Ambarawa banyak yang dihancurkan, kemudian dua yang tersisa ini diamankan beliau, yang juga asli orang Kupang Ambarawa.

Ketahui, lestarikan....
Lumpang  6 dan 7.
     Setelah cukup mengorek informasi kami mencoba lagi menelusuri keberadaan cerita rakyat tentang watu kelir masih di Baran Ambarawa.
watu kelir baran
     Namun kelir atau relief juga sisa gambar sudah tak berbekas, hanya warga mengenalnya dengan watu kelir. Seorang bapak pemilik ruah di dekatnya kami tanya lebih detail tah tahu mitos, legenda atau cerita tutur tinular ihwal watu ini.
   Semoga kelak yang baca coretan saya ini ada yang mau berbagi cerita tentang watu kelir ini, supaya tak putus cerita untuk generasi mendatang bahkan sekarang.
     Keberadaan sendang tak jauh dari watu kelir ini pun sudah muksa berganti menjadi rumah.
      Penelusuran Baran Ambarawa ini berlanjut atau tidak, semuanya tergantung pada informasi yang kami dapat. 

Salam Pecinta Situs dan Watu Candi...


   Sampai Ketemu di penelusuran-Penelusuran Yang lain.

Rabu, 14 September 2016

Mencari Jejak Purbakala di dekat Sumber Air Seleses Gebugan Bergas

     Rabu, 14 September 2016, lanjutan dari penelusuran Watu Lumpang Wujil, Jika Mbah Eka bolong wudele alias lagi apikan.... yo begini. Minta diantar satu bonusnya satu ...hehehehe.
     Dari watu lumpang Wujil, kami kembali lagi ke arah Ungaran di area yang kami tuju ini banyak tersebar beberapa situs yang kebetulan sudah saya telusuri : Yoni Candirejo 1, Situs Makam Ndowo , Yoni Situs Bugangan, Yoni LPG Candirejo watu lumpang candirejo, Lingga Pathok Gebugan.
     Belum lagi ada yoni Gintungan (Maaf Link belum ada karena di lokasi ini tahap kami mengeskavasi bersama warga) jika sudah selesai...coba nanti ada ceritanya.
   Sebelumnya, beberapa waktu sebelum ini, saya sempat menelusuri Seleses bersama Mas Eka Budi... Namun di Seleses ada Arcanya...tapi dulu, sebelum di colong!!!
Maaf Dokumentasi Seleses kelas HP.... :


watu yang kami duga unsur watu candi yang terbawa arus
    Semoga, mas Eka berkenan kiri Gambar yang lebih bagus.....
Unsur bagian bangunan suci di dekat Sumber Air Seleses Gebugan Bergas      
     Setelah sampai di Gebugan, melalui jalan yang sedang proses betonisasi, ambil kanan (menuju Pabrik Tahu), yang merupakan jalan menuju Sumber Air Seleses.
     Dari Jalan Kampung 100m kemudian cari parkiran....
    Kemudian berjalan kaki kira-kira 50m, tak kan ada orang yang menyangka di tengah-tengah lebatnya rerumputan setinggi betis, ada watu purbakala :

      Berada di tanah tegalan milik Bapak diatas rawa. Kondisi tegalan ini sungguh rimbun dan tanaman sangat rapat hingga sangat lembab. 

Watu candi di dekat Sumber Air Seleses Gebugan Bergas
      Karena kami yakin tak hanya satu watu ini, kemudian kami mencoba menyusuri beberapa meter kearah kanan dan memang, dibawah semak-semak ada satu lagi :
    Setelah bersepakat, saya mencoba memindahkan watu itu untuk saya dekatkan agar semakin terlihat jelas bahwa di lokasi ini masih terlihat jelas jejak bersejarah.
     Karena melihat watu yang kedua tersebut, kami melanjutkan lagi penelusuran di area rawa di bawah tegalan ini. Memutar lewat tandon Air Seleses Milik PDAM. Tanggul rawa sedang dalam perbaikan, sehingga airnya disurutkan, semoga lain waktu dengan air yang utuh. Sorry No Picture. Kami sangat penasaran dengan kemungkinan watu yang lain, terlupa untuk mendokumentasikan suasana pemandangan.... Begitu banyak watu bertebaran di persawahan, aliran air sungai... dlll.

       Dilihat dari topografi sangat yakin kami, jika area ini dulunya adalah area sakral nan suci.
     Pencarian jejak ini saya didampingi sang pencari jejak alias Strider (ingat Film LoTR?) : Tenan owk beliau juwal mahal disini tak mau foto... mungkin 3 hari tak mandi...jadi malu....hehehehe.
    Setelah hasil belum kami dapat.. Kami bersepakat untuk melanjutkan penelusuran, mencoba mencari jejak di 2 makam di perjalanan pulang kami (mohon maaf kami tak bisa memberikan informasi makam yang mana? hehehe). Dan hasilnya :
Makam Candi yang memakai watu candi 


Salam Pecinta Situs Watu candi

Ketahui lebih, dan Yuk Lestarikan...