Selasa, 30 Desember 2014

Candi Merak

Candi Merak
     Menuju Candi merak.... masih di wilayah yang sama, setelah dari Candi Karangnongko, perempatan jalan ambil lurus terus... sampai ketemu dengan papan petunjuk dan kantor desa karangnongko/lapangan.
Petunjuk 1 : candi merak
Berturut-turut petunjuk itu :
Petunjuk 2 : Candi Merak
    Kantor Desa Karangnongko, Ambil lurus terus.... 

Petunjuk 3
 Di seberang jalan...berhadapan dengan kantor desa, Ada Papan Nama/Petunjuk Ke Candi Merak.... ,





Di belakang papan petunjuk Candi Merak ini lapangan sepakbola.
Petunjuk 4 : Candi Merak









Gapura, Menuju Candi Merak
      Tidak sampai 800m, sampailah ke Candi merak 
Candi Merak : dari sisi belakang
     Candi Merak berlatar belakang agama Hindu yang dibangun sekitar abad VIII - X Masehi. Di perkirakan candi yang dibangun pada masa kerajaan Mataram Kuno, dengan bukti arsitektur candi yang bercirikan seperti halnya candi Sewu, Candi Prambanan dan candi Pawon.
Candi Merak 1925 : Sumber klaten.info 
     Konon candi ini seusia dengan candi Bima yang ada di Kompleks candi Dieng. Prakiraan ini atas dasar adanya kudhu dan kala makara di candi Merak yang identik dengan yang ada di candi Bima di wilayah dataran tinggi kabupaten Wonosobo tersebut.
       Pertama kali ditemukan sekitar tahun 1925. Saat itu candi berada pada sebidang lahan yang ditumbuhi sebatang pohon Joho raksasa. Rupanya rimbunnya pohon Joho menyebabkan banyak burung Merak bertengger dan tidur di atas pohon setiap hari. Saking tuanya umur pohon Joho , suatu ketika pohon tersebut roboh. Dibawah perakaran pohon besar itu ternyata tersimpan reruntuhan sebuah candi yang ditemukan berupa arca dan bebatuan. Candi yang ditemukan saat itu belum memiliki nama, mengingat pohon Joho yang tumbuh kala itu dijadikan “rumah” burung Merak maka sebagai tetenger candi tersebut dinamakan “Candi Merak”
Candi Merak 
reruntuhan 3 Candi Perwara
            Luas kompleks candi Merak sekitar 2.000 meter persegi. Candi Merak terdiri dari satu candi induk yang menghadap ke timur dan tiga candi perwara yang semua menghadap ke barat ke arah candi induk.

       Candi induk berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 8,38 x 8,38 m, tinggi 12 m. Penampil candi berukuran panjang 155 cm & lebar 160 cm. 
Candi Merak : relief di Pipi Tangga candi

     Pipi tangga berukuran panjang 230 cm dan lebar 252 cm. 






Tangga Candi berhias naga dan burung: 







Kala Makara:


Di lantai juga ada kala :








Di dalam Candi Merak terdapat Yoni yang berada di dalam bilik candi utama. Selain Yoni terdapat pula arca Durga yang menempati relung utara dan Ganesha yang berada di relung barat. Selain itu terdapat arca-arca lain di sekitar halaman candi Merak seperti Nandi dan dewa-dewa lain dalam agama Hindu.

    Yoni di dalam Candi utama : 
Yoni Candi Merak

  

Berelief Ular, Kura-kura dan nandi.

     



Atap Candi : 




Arca yang ada di Candi Merak : 

Arca Ganesha : 


Arca Ganesha Candi Merak

Salah satu dewa terkenal dalam agama Hindu dan banyak dipuja oleh umat Hindu, yang memiliki gelar sebagai Dewa pengetahuan dan kecerdasan, Dewa pelindung, Dewa penolak bala/bencana dan Dewa kebijaksanaan. Dalam relief, patung dan lukisan, ia sering digambarkan berkepala gajah, berlengan empat dan berbadan gemuk. Ia dikenal pula dengan nama Ganapati, Winayaka dan Pilleyar. Merupakan salah satu putra Bhatara Guru (Siwa).









Arca Nandi :


Nandi atau Nandiswara adalah lembu yang menjadi Wahana dewa Siwa dalam mitologi Hindu.Dia juga merupakan juru kunci Siwa dan Parvati. Candi yang mempunyai arca Nandi biasanya dikategorikan sebagai candi untuk pemujaan agama Hindu Siwa. Dia juga adalah guru dari 18 Master (18 Siddha), termasuk Patanjali dan Thirumular.



Arca Durga


Durgamahasisuramardhini yang merupakan gabungan dari kata Durga, Mahisa, Asura, dan Mardhini. Arca Dewi Durga memiliki banyak tangan, lebih dari 8, 12 atau pada beberapa arca sampai dengan 16. Dewi Durga adalah nama sakti atau istri Dewa Siwa, Mahisa adalah kerbau, Asura berarti raksasa, sedang Mardhini berarti menghancurkan atau membunuh. Jadi, Durgamahasisuramardhini berarti Dewi Durga yang sedang membunuh raksasa yang ada di dalam tubuh seekor kerbau. 












Relief Agastya

Agastya
      ... adalah seorang resi dari India Selatan. Di dalam sejarah penyebaran Agama Hindu, Resi Agastya adalah sangat terkenal jasa-jasanya. Menurut pustaka Purana dan Mahabharata, beliau lahir di Kasi (Benares) sebagai penganut Siwa yang taat.
     Oleh karena kebesaran dan kesucian Maha Rsi Agastya, maka juga disebut Batara Guru sebagai perwujudan Siwa di dunia mengajarkan dharma. Di dalam sejarah agama Hindu di Indonesia, Maha Rsi Agastya disucikan namanya dalam prasasti-prasasti dan kesusastraaan-kesusastraan kuno. Yang terdahulu sekali menyebut nama beliau ialah prasasti Dinaya di Jawa Timur tahun Saka 682 di mana seorang Raja bernama Gajayana membuat pura suci yang sangat indah untuk Maha Rsi Agastya dengan maksud untuk memohon kekuatan suci untuk mengatasi kekuatan yang gelap.






Gapura : 
Gapura Candi Merak














Close up beberapa batu candi yang menarik...  (Hanya sebagian saja) :

 






Save This... Not Only a Stone.

di Candi Merak

Salam Pecinta Candi

Rabu, 24 Desember 2014

Situs Yoni Sejambu Tuntang

Situs Yoni SeJambu Tuntang
gambar dari atas


   Setelah dari Yoni Situs Jeblosan, Perjalanan Kami Lanjutkan, setelah keluar dari Gang ambil arah Salatiga. Menuju Yoni Situs Selembu Tuntang pedomanya... Setelah SPBU, Dusun Ngreco (dipinggir jalan ada ruko2 penjual anyaman bambu... kemudian ada papan nama (gambar papan nama pondok), di Pertigaan masuk, ada pasar pagi, jalan agak menanjak.  ikuti gang ini,  kira2 500m bila jalan menanjak, ambil kiri ... Setelah jembatan Yoni yang terbelah "teronggok" di sebuah lahan tak terurus....

Yoni Situs Sejambu Tuntang

    Keberadaan Yoni Situs Sejambu ini awalnya ada di bukit di samping yoni ini berada (saat ini). Bukit itu dulunya lahan pertanian warga... kemudian pengembang dijadikan perumahan. Namun dalam prosesnya.... saat penataan lahan ditemukan beberapa batuan candi, batu bata ukuran besar. Juga Yoni yang ditemukan, rusak karena terkena alat penggali "bego". 
  Setelah ditemukan beberapa unsur bangunan kuno inilah.. pembangunan dihentikan.... Menurut sumber (warga yang kebetulan ku temui saat dia mencari rumput), setelah dilaporkan ke dinas pariwisata pembangunan perumahan berhenti, ditambah ternyata lahan ini adalah lahan sengketa. 
Sumber Ngobrol dengan senior Radito 
Lahan itu dulunya bermasalah untuk rebutan antara pihak UKSW n penduduk desa... waktu itu pralambangnya NAMA YUSUF SURYA HIDAYAT.. yusuf mewakili nasrani /uksw.. SURYA mewakili candi/ajaran weda.. Hidayat mewakili islam/ mayoritas penduduk sana... kemunculan candi akibat rebutan lahan... tapi sampai sekarang candi tetaplah candi yang terbengkalai...
     Beberapa Batu Bata yang ditemukan : 



    Saat Beranjak Pulang, Di perlihatkan oleh warga ,batu bata yang sudah dikumpulkan dan didata pihak dinas pariwisata..., namun kata bapak itu sudah lama sekali tidak ada tindak lanjut.
      Batu bata jumbo yang sudah diamankan dirumah warga : 




Bata Berelief... TERAKOTA



     Kalau prasangka saya, masalah2 yang timbul tentunya secara tak kasat mata saya yakin ada pengaruh dari alam lain yang mendiami situs ini. Mestinya sebuah situs dulunya sakral sekali, unsur-unsur alam tentunyaa mengikat disini.  "Terang aja marah lahh... rumah siapa yang dirusak tapi diam aja....", begitu mungkin penunggu situs ini.  ---- 
Close up Yoni Situs Sejambu :



Situs Yoni Sejambu Tuntang
    Letak yang berada dibukit, menjadikan secara umum dulunya bukit itu memang terdapat sebuah bangunan peribadatan Hindu. Selain bukti berupa Yoni, juga terdapat sisa Batu Bata dan sumur kuno di bawah bukit....
   Cukup identik, sebuah bangunan pemujaan yang berada di ketingggian dan dekat dengan sumber mata air.
          Ketika suasana mendung, saya dan mas Pman sepakat untuk melanjutkan perjalanan ke tujuan utama blusukan kami kali ini. namun sesaat setelah kami melaju pelan... pandangan kami terhenti, terlihat 3 batu umpak di samping rumah seorang warga : 
Umpak di situs Selembu Tuntang
      Kejadian sedikit tak mengenakkan terjadi saat saya ambil gambar umpak ini, saat itu rumah di samping umpak ini pintu tutup semua, jadi saya langsung ambil gambar. tapi ketika selesai dan berjalan ke motor. Ada orang dari dalam yang dengan raut muka marah... "nopo koe mas?!!!, .."ku jawab :" Maaf pak saya ambil gambar batu itu, tapi jika tidak boleh ya saya hapus, sebelumnya saya mohon maaf tadi rumah tutup, saya tidak minta ijin. Langsung saya tunjukkan pula layar kamera kepada bapak itu. Seketika itu raut mukanya berubah, lebih bersahabat, serta malah menceritakan kalo dia memang diserahi tanggungjawab menjaga dan menyimpan ke3 umpak itu serta banyak batu bata di kumpulkan di gudang rumahnya. (Seperti gambar batu bata di kranjang di atas)
   Pengalaman sangat berharga bagi saya... dengan kejadian ini......
----

Save This
Not Only a STONE!!
Yoni terbelah 2, di Yoni yang kedua (terbelah juga)

Salam Pecinta Candi

Rabu, 17 Desember 2014

Yoni Situs Jeblosan Lopait Tuntang

Yoni Situs Jeblosan Lopait Tuntang
       Selasa, 16 Desember 2014 selepas dhuhur.. Seperti yang kami sepakati antara saya dan Mas Pman... Kami Meluncur Ke Arah Salatiga dari Ambarawa, Melalui rute Jalur Tembus Tambakboyo, Ngasinan - Tuntang .... di Sekitar Ngasinan di jalan dekat jembatan Tuntang, Mas PMan menunjukkan ada salah satu rumah yang memajang Yoni, Lumpang dan batuan candi lain (Di Depan Rumah!!! ) ... sebenarnya mo tanya-tanya pemilik rumah .. tapi kuurungkan karena tujuan utamaku situs di daerah Pabelan dan Candirejo Tuntang.
    Namun tanpa direncana, saat diperjalanan, Pman menawariku untuk melihat sebentar 2 Yoni yang terbelah. Salah satunya di Situs Jeblosan Lopait Tuntang.
    Jadilah Mampir ke Lopait.
      Jalur Masuknya.... Setelah Gedung PIKK Tuntang (Yang berada di seberang Wisata Rawa Permai).. sebelum SPBU Tuntang ada gang sebelah kiri (mohon maaf tak bisa ambil gambar jalan masuk (lain waktu jika ada kesempatan akan saya update)....
     Melewati Kantor Desa Lopait, Lurus saja nanti dari kejauhan akan terlihat tugu dengan Burung Garuda di atasnya, tepatnya di pertigaan jalan, Yoni yang terbelah itu berada:

Yoni di Situs Jeblosan Lopait Tuntang
      Yoni yang Terbelah.... dengan kondisi yang telah di cat, kemudian diberi angka 68.
Yoni Situs Jeblosan Lopait Tuntang

     Mungkin maksudnya.... 68 Tahun indonesia merdeka.... dan berarti itu ditulis 2 tahun yang lalu... 
      Pergeseran lokasi, kerusakan Yoni (terbelah).. serta pengecatan membuat hilang sambungan pengetahuan untuk generasi depan. Buktinya... ada anak-anak SD yang kebetulan lewat.. saat kutanya mereka bilang ga ada yang tahu itu apa... hanya menjawab... "tugu 17an" ....

Yoni yang terbelah : 


Yoni Jeblosan Lopait Tuntang


Mr. Pman di Yoni Terbelah Situs Jeblosan
      Menurut Mas Pman... Dulu sebelum dibangun tugu ini.... Yoni ini masih belum dicat...dan masih terlihat wujud aslinya... Sedih mas?  



   


  Yoni (Sanskerta: योिन; yoni) adalah kata yang mempunyai arti bagian/tempat (kandungan) untuk melahirkan. Kata ini mempunyai banyak arti, di antaranya adalah sumber, asal, sarang, rumah, tempat duduk, kandang, tempat istirahat, tempat penampungan air, dan lain-lain. Dalam buku Kama Sutra dan dalam kaitannya dengan batu candi, yoni berarti pasangan lingga yang merupakan simbol dari alat kelamin wanita (sumber : wikipedia)

Close up Yoni terbelah : 
















Save This...
Not Only a Stone....!!!!


 Yoni terbelahDi Situs Jeblosan Lopait Tuntang
Salam Pecinta Candi

Kamis, 11 Desember 2014

Prasasti Sojomerto, Reban Batang

Prasasti Sojomerto
“Sembah kepada Siwa Bhatara Paramecwara dan semua dewa-dewa dari yang mulia Dapunta SelendraSantanu adalah nama bapaknya, Bhadrawati adalah nama ibunya,Sampula adalah nama bininya dari yang mulia Selendra.”

****

        Tawaran untuk menghadiri pembukaan Pameran Buku Di Pekalongan, 2 Desember 2014 sulit untuk ku tolak, pikirku sekalian mampir Batang... ada janji dengan seorang Karib yang lama ta bertemu adalah Kang Rahwan yang sekarang kebetulan pindah ke dinas yang ngurusi Situs di Batang..(Dulunya beliau di Perpustakaaan daerah Kab. Batang).
    (Bukan) Singkat cerita, Rute Perjalanan kali ini ku lalui lewat Gunungpati - Boja - kaliwungu - Batang - Pekalongan. Acara Pembukaan Pameran Pekalongan selesai sekitar jam 12 siang. kemudian ngobrol dan dijamu sate kambing oleh Brother Egih Sugiharja (lumayan bro dadi panas semangatq blusukan.. hahahah)  dan bersama pula Sista Yusti Hudadiana : (GGMU).... ono kuliner aneh (tapi ga berani nyoba.... lha kelaparan....wediku neg ga cocok : Gule Kacang Ijo.... di Lapangan Soronegen Kota Pekalongan
Egih, Yusti, saya.

       Selain silaturahmi.... kumanfaatkan pula belajar di Perpus pekalongan yang sekarang sudah sangat modern.... wah jadi ngiri dengan perpustakaan digitalnya---end---.
      Saat Ngobrol itulah saya sempatkan untuk berkomunikasi dengan kang Rahwan Astyo Wibowo,karena memang saya utang janji untuk silaturahmi sekaligus ingin minta tolong guide blusukan ke sojomerto dan tentu nya bisa pula situs yang lain, karena mas ku yang satu itu sekarang yang ngurusi situs pula.... sungguh harapan saat itu sangat besar...
     Namun apalah daya, ternyata beliau mendapat tugas dari kantor untuk tes...(mungkin kenaikan jabatan : amin!..) dan dengan waktu selesai nya menurut kang rahwan itu sekitar jam 3. Dilema bagi saya, karena sebisa mungkin jam 5 harus sudah sampai lagi di Gunungpati.
       Apa boleh buat, walau mengecewakan kang Rahwan namun 'Show Must Go on".... putar otak..... akhirnya jadilah saya nembak Bro Egih untuk Menggambarkan peta lokasi.... entah kebetulan/ ngepas2 kan...(hahaha) bro egih ijin sama kantor untuk pulang gasik dan memberikan pedoman jalan terdekat dari rumahnya...di daerah Batang pula.
    Tanpa diduga (Saya merasa dimudahkan).... saat di rumah Bro egih...ada tetangga yang memberikan rekomendasi agar aku lewat rute Jalur Pantura saja. (Arahan Bro Egi kata beliau terlalu jauh..lewat jalur tengah).... Ancer2nya Setelah kota Batang... Cari terminal Banyuputih...

       Masuk jalan di samping terminal Banyuputih... Kemudian lurus lewati Limpung..(Jalan relatif sudah bagus, namun sobat hati2 banyak yang ngebut... dan ugal2an terutama pelajar) melalui Jalur Limpung - Bawang. sampai ketemu dengan Reban.. sampai dengan Kecamatan Reban disitulah Dusun Sojomerto berada.... Dimana berdiri Prasasti Sojomerto yang melegenda itu.

    Hujan Gerimis mengiringi blusukan saya kali ini.. tantangan berat... saya lupa bawa jas ujan (celana)... namun kepalang basah... terjang terus.... (kehujanan dari batas kota Batang. 

     Petunjuk yang paling mudah, cari saja SD Sojomerto 01
     Selain hadangan hujan.... Letak Prasati Sojomerto pun minim petunjuk... (neg ono kang Rahwan ta protes ki).... jadilah.... saya hampir setengah jam muter2 nyari petunjuk itu.... = kesasar. Hikmah dari Kesasar itu saya jadi tahu..... Air yang melimpah...daerah tinggi nan subur....wajar bila Syailendra bermula disini... Sungguh suatu daerah yang bikin ngiri...jauh dari polusi dan kebisingan...sungai dan saluran air depan rumah warga bebas sampah dan bening....

         Akhirnya hujan mereda dan nampak seseorang untuk ditanya.... haha.. Kata Ibu itu. petunjuknya papan penjual Madu : 
(saya ambil gambar papan nama "Madu" dari dalam gang..) 
     Prasasti ini berada ditengah perkampungan dan Masuk Gang... yang hanya cukup untuk motor....  perempatan gang ambil kanan... ketemu pos kampling ambil kanan lagi.. 10m dari pos kampling, berada di pekarangan seorang warga Prasasti Sojomerto berdiri Gagah!
Prasasti Sojomerto : Di Halaman Rumah Seorang Warga
Sojomerto : dari samping
       Prasati Sojomerto beraksara Kawi dan berbahasa Melayu Kuna. Prasasti ini tidak menyebutkan angka tahun, berdasarkan taksiran analisis paleografi diperkirakan berasal dari kurun akhir abad ke-7 atau awal abad ke-8 masehi.   










Prasasti Sojomerto
   Prasasti ini bersifat keagamaan Siwais. Isi prasasti memuat keluarga dari tokoh utamanya, Dapunta Selendra, yaitu ayahnya bernama Santanu, ibunya bernama Bhadrawati, sedangkan istrinya bernama Sampula. 
     Bahan prasasti ini adalah batu andesit dengan panjang 43 cm, tebal 7 cm, dan tinggi 78 cm. Tulisannya terdiri dari 11 baris yang sebagian barisnya rusak terkikis usia (sumber : wikipedia)









Bunyi Prasati Sojomerto
  1. ... – ryayon çrî sata ...
  2. ... _ â kotî
  3. ... namah ççîvaya
  4. bhatâra parameçva
  5. ra sarvva daiva ku samvah hiya
  6. – mih inan –is-ânda dapû
  7. nta selendra namah santanû
  8. namânda bâpanda bhadravati
  9. namanda ayanda sampûla
  10. namanda vininda selendra namah
  11. mamâgappâsar lempewângih

------

     Papan nama Prasasti Sojomerto "HANYA ORANG TERTENTU YANG MASIH BISA MEMBACA...!... hahahaha.... (tertawa sedih maksudku kang Rahwan)



Save This..
Not Only a Stone
Di Prasasti Sojomerto
Salam Pecinta Candi.!!
Sampai ketemu di Situs yang lain...

Rabu, 10 Desember 2014

Situs Watu Gentong Banyukuning


20 November 2014,       
      Blusukan ke Situs Watu Gentong ini, sebenarnya tujuan kedua setelah ekspedisi ke Candi 9 Gedong Songo. Jam sebenarnya sudah menunjukkan setengah 5 sore. Dan karena itu salah satu tim blusukan ijin pulang.... katanya di cari mama...hahahaha Virose Arrizona : dimarahi mama pora? wkwkwkwk.    Jadilah tinggal Saya, Mas Kusbi, Mas Pman, Mba Derry dan putranya.
Gang masuk arah Situs Watu Gentong
       Situs ini berada di Desa Banyukuning Kecamatan Bandungan. Tepatnya di RT 05/ II. Dari Arah pasar Bandungan, Jalan Masuk Ke Banyukuning 'ancer-ancer / pedomannya" : sebelum SPBU ada gang sebelah kiri... Ikuti jalan masuk itu.... setelah ketemu gang (seperti dalam gambar disamping) 
      Sekitar 500m... lurus saja sampai ketemu dengan Masjid. Watu gentong di Banyukuning (saat ini) di tempatkan di sisi depan kanan dan kiri masjid. 
     Beberapakali, jika ada situs di masjid yang saya temui umumnya di alih fungsikan, namun Watu Gentong di Masjid ini malah di "muliakan", dengan diberi pagar dan di beri penutup tampah. 
Situs Watu Gentong Banyukuning
     Dibeberapa literatur yang saya baca.... keberadaan Watu Gentong ini mengindikasikan di sini dulunya ada sebuah bangunan suci untuk ibadah. Watu Gentong yang diisi air suci untuk membersihkan diri dari segala yang buruk sebelum masuk ke tempat suci. apakah dulunya ada bangunan tempat ibadah/ candi sebelum dibangun masjid, perlu dikaji lebih mendalam.
         Sumur dan gentong sama - sama tempat air... air adalah simbol wisnu .. sumur itu simbol pandito, air simbol ajaran suci,timba simbol ngangsu kawruh, walaupun air(ajaran suci) diambil terus menerus tidak pernah habis karena timbul dari ibu pertiwi... kalo gentong istilahnya simbol ajaran yang suci untuk sebuah keluarga.. fungsinya untuk minum dan buat tirta saat pemujaan... bukan istilah wudu dlm ajaran islam tapi tirta dalam ajaran weda.. tempatnya pasti di utara rumah/ petilasan dsb...
 ENTONG - GENTa ONG.. GEN / Watak NTA / aNTA / berkelanjutan tidak pernah habis/ nonstop ONG / simbol ajaran suci/Tuhan...... dari segi bentuk BUNDAR artinya sempurna . AIR simbol wisnu kalo secara ajaran vertikal AIR itu sungsum tulang belakang manusia... siapa saja dalam meditasi bisa menggerakkan sungsum di tulang belakang manusia itu bisa berjumpa dengan TUHAN di DALAM DIRINYA... atau secara kundalini yoga dari cakra muladara sampai sahasra cakra...
       (Sumber : interview Mas Radito)
     Untuk memperkuat, argumen ada beberapa bukti yang perlu di cermati, Di Samping masjid ada Gbeberapa tumpukan batu, yang kami curigai adalah sisa-sisa bangunan candi. 
    Batu bundar berlubang ditengah dan 2 batu persegi itu kami yakin adalah yang masih tersisa dari sebuah wujud bangunan candi.

Situs Watu gentong Banyukuning
Kami mencurigai tumpukan ini, ada beberapa batu candi: 
Gilang menunjuk salah satu batu candi yang nampak.
Komunitas Berpose 
ki-ka : Mba Derry, Mas Pman, Gilang (derry Junior) dan Mas Kusby
Save This..
Not Only a STONE...
Situs Watu Gentong Banyukuning Bandungan
Salam Pecinta Candi