Tampilkan postingan dengan label umpak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label umpak. Tampilkan semua postingan

Selasa, 23 Agustus 2016

Jejek Watu Purbakala di Langensari Ungaran

Watu Lumpang Langensari Ungaran
     23 Agustus 2016, Informasi keberadaan watu purbakala ini saya dapat dari komentar di blog saya, tepatnya di Naskah Watu Lumpang  Beji Ungaran
      Beberapa rekan yang domisili di area Langensari kutanya... Akhirnya beberapa waktu lalu saya mendapat kepastian keberadaan watu purbakala tersebut.
    Juga sudah mendapat kepastian keberadaan makam "Wringin Kembar"...
     Setelah melempar ajakan, di grup.... ternyata yang respon dan yang bisa hanya seorang saja.... tak apa2 lah.. yang penting blusuk...  Dan Sengaja kami janjian di Area Situs Wisnu Langensari.
     Menuju lokasi melewati Arca Wisnu Langensari. Kami juga tanya lokasi "Wringin Kembar kepada penjual Sego kucing depan situs Arca Wisnu ini. "Jalan lurus, hanya berjarak kurang dari 100m", kata beliau.
Makam Waringin Kembar
     Benar saja... Tak jauh. Parkir di halaman makam, kemudian kami berdua menelusuri dan mencari watu yang dimaksud. 
    Beberapa warga yang kami temui (ada 3 ibu-ibu) hanya geleng kepala. Rata-rata berkata "Tak Pernah lihat mas". Bukan Dewa Siwa kalau langsung balik kanan, kamu bagi tugas, Mbah eka menyusuri area makam, sedangkan saya mencari di area sawah belakang makam. 
      Di gubuk tak jauh dari makam, ada 2 Bapak-bapak yang sedang beristirahat. Awalnya mereka juga ragu, tapi setelah ngobrol, salah satu bapak tersebut baru teringat. "Oh iya mas, di pojokan sawah dekat rimbunan bambu diantara pohon pisang ada watu yang berlubang tengahnya, mungkin ini yang njenengan maksud", kata Bapak Tersebut.
     Langsung saja, semangat kami berkobar lagi. Segera Kami menuju lokasi.. Dan.....
Jejek Watu Purbakala di Langensari Ungaran
       Tak sabar, segera mengeksplor... Namun langsung kamu di cekam kebingungan. Sebabnya lubang ditengah tembus sampai sisi sebaliknya.


    Awalnya dari kejauhan, kami kira lumpang dengan posisi terbalik. Namun kok ketika sudah sangat dekat terlihat jelas lubangnya tembus. Sungguh, saya pribadi kebingungan.


   Untuk mengurangi kebingungan, kemudian kami coba 'membalik" watu ini.. butuh 2 orang agar tak terlalu menguras energi. Walau tak terlalu besar, namun percayalah berat sekali bila satu orang saja.
Jejek Watu Purbakala di Langensari Ungaran
      Malah menambah kebingungan kami, Watu Lumpang kok tembus, Umpak kok juga tembus.... Akhhh.... Bingung.
    Selain bingung, ditambah rasa gemetar karena "kaliren", memaksa kami untuk melanjutkan berdiskusi 'ini watu apa" di Sego Kucing depan Arca Wisnu Langensari.

   Ya Pengganjal perut murah meriah.... teh anget, 2 mendoan cukup memberikan energi berlebih. Maturnuwun traktirannya Mbah Eka WP. Menjadi supplemen blusukan Kali ini.
    Namun masih saja, kami tak mampu meyakinkan diri watu ini apa, bahkan penjual sego kucing dan warga yang nongkrong malah baru tahu ada tinggalan purbakala di dekat mereka.
     Warga sekitar menyebut watu ini : watu lumpang, untuk sementara kami menyebut demikian.. sampai ada yang memberikan pencerahan kepada kami... ini apa sic...!!!!
Video Amatir :


Blusukan bersama mbah e Eka WP.
Eka WP















Salam Pecinta Situs dan Watu Candi
SSDRMK di Langensari
        Mengetahui, Merawat, Melestarikan...... Begitulah seharusnya!

Minggu, 24 April 2016

Menelusuri Situs Tlogo Mijen Semarang

Menelusuri Situs Tlogo Mijen Semarang
     Minggu 24 April 2016, Blusukan kami lanjut mengikuti panduan dari Mas Imam, Dari Candi Dudak Mijen, Kami keluar menuju arah Jatibarang. Melewati Situs Duduhan depan mie ayam langganan kami, jalan ke bekas Eskavasi Candi Duduhan, Yoni Duduhan, Yoni Lumpangsari Duduhan, dengan tujuan Desa Tlogo masih di Kelurahan Jatibarang Kecamatan Mijen.      
     Pertigaan ambil ke kiri, kira-kira 500m ada gang sebelah kanan (gang sebelum arah Gunungpati, bila lurus arah Kaligetas). Saat kami sampai disini, terasa ada yang janggal... Ya teman rombongan blusukan kami tak nampak.... Lek Max Trist .... Kami mencoba balik arah, bahkan kami semua...... hmmm entahlah...semoga ga kenapa-kenapa/ barangkali mampir di rumah 'mboknom' kata rekan ... hahahaha. Tinggalah kami ber-empat.
    Sibuk nyari Lek Trist itulah, saya tak sempat ambil gambar petunjuk arah. Mohon Maaf.
Lapik Arca Situs Tlogo Mijen Semarang
    Karena Mas Imam sudah pernah menelusuri Situs Tlogo ini, kami tinggal menuju lokasi. Lapik Arca berada di depan rumah seorang warga. Bapak ..... (nunggu info mas Imam). Saat sampai, tak ada orang di rumah tersebut. Jadilah kami minta ijin kepada depan rumah alias tetangganya. Satu ibu-ibu dan anak gadisnya..... "Meh dibaleni pora lek suryo?neg ra ta baleni dewe lho....? hahahah!"
Lapik Arca Tlogo : Diatasnya dulu ada Arca
    Untuk menjawab rasa penasaran ibu dan anak gadisnya tersebut, kami berinisiatif menjelaskan tentang aktifitas dan kami berasal dari Komunitas DEWA Siwa alias pecinta Situs dan Watu Candi. "Oooo, watu itu pindahan dari sendang sebelum kampung ini", jelas Ibu tersebut --jalan menuju yoni duduhan--end--.
    Sayangnya kami terlupa tanya nama beliau. Kami sempat memberikan kenang-kenangan Stiker dewa Siwa, namun sayangnya yang tertulis di belakang stiker bukan no hp satu diantara kami..... heheheheh.
     "Di belakang rumah ini, juga ada batu kuno mas, tapi kami tak tahu apa.... "lanjut ibu itu.
 Segera kami meluncur, ditambah rasa penasaran kami, "Watu ne alus berbentuk hampir persegi" jelas Mas Imam. Seketika, beribu pertanyaan hinggap di pikiran kami, mungkinkah Menhir????.
    Di belakang rumah persis MENHIR itu berdiri miring.....
Menhir Tlogo Mijen Semarang
Menhir, adalah batu tunggal, biasanya berukuran besar, yang ditatah seperlunya sehingga berbentuk tugu dan biasanya diletakkan berdiri tegak di atas tanah. Istilah menhir diambil dari bahasa Keltik, dari kata men (batu) dan hir (panjang). Menhir biasanya didirikan secara tunggal atau berkelompok sejajar di atas tanah, namun pada beberapa tradisi juga ada yang diletakkan terlentang di tanah. Menhir, bersama-sama dengan dolmen dan sarkofagus, adalah megalit. Sebagai salah satu penciri utama budaya megalitik, pembuatan menhir telah dikenal sejak periode Neolitikum (mulai 6000 Sebelum Masehi)...(sumber : wikipedia)
 Situs Tlogo Mijen Semarang
     Menhir di Tlogo ini terlihat ada sedikit usaha perusakan, "Ooia, grompal watu itu dulu ada yang berusaha memecah untuk dijadikan material pondasi, namun yang memecah itu sakit dan tak dilanjutkan, takut kuwalat katanya..." jelas Ibu tersebut.
    Posisi Menhir tepat di sebelah pondasi...nampaknya menjadi pertanda..... tak lama lagi Menhir ini bernasih seperti yang sudah-sudah.... semoga hanya kekawatiran saja... karena yang terjadi... menhir ini di lindungi!!!
     Blusukan Bareng Dewa Siwa minus Lek Trist yang raib entah kemana :
Di Situs Tlogo Mijen : Lek Suryo, Saya, Mas Imam dan Mbah Eka
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi
Foto bersama Menhir :














Mari Kunjungi dan Lestarikan
@ssdrmk di Tlogo Mijen Semarang
    

     Karena hari sudah beranjak sore, saya berpamitan kepada rekan lain... untuk mendahului pulang..... Sepertinya mereka berencana tetap melanjutkan ke beberapa situs lagi.....
---- to be continue--- perjalanan menelusuri sejarah berikutnya.

nb : dan kisah menular pada saya.... sebenarnya saya ambil gambar Menhir lebih dari 10x...namun tak satupun yang bisa clear... semua terlihat blur... foto saya yang jelas itu hasil jepretan lek Suryo.... Menhir ini jadi saksi....Kamera saya rusak.... dan Menhir Tlogo Mijen menjadi jepretan terakhir kamera saya....---- ach...  padahal saya sudah minta ijin----

Kamis, 21 April 2016

Jejak Peradaban Hindu Di Dusun Nglarangan Desa Candi Bandungan

Situs Nglarangan Desa Candi Bandungan
     Kamis, 21 April 2016, tradisi Blusukan "Kemisan" berlanjut. Kali ini saya menjadi penumpang yang benar-benar diantar ke lokasi: Trims to Lek Suryo Idein. Awalnya hasil blusukan beliau beberapa saat yang lalu bersama rekan DEWA SIWA yang lain : Lek Wahid. Saat hasil penelusuran di posting di grup... membuat saya ingin segera nyusul alias njaluk diterke. 
Gambar 1 : Menuju Candi Gedong songo (google street)
      Singkat cerita, jadilah saya menuju Dusun Larangan Desa Candi, Tak Jauh dari Kompleks Candi Gedongsongo.
    Start dari Perpustakaan Ambarawa jam 3 sore kami melaju melewati Bandungan, jalanan relatif tak ramai, mungkin efek cuaca agak mendung. 
Gambar 2
     Setelah sampai di SPBU, Bandungan, belok kanan mengikuti arah menuju  Candi Gedongsongo (gambar 1). 
     Kira-kira 500 meter kemudian, di sebelah kiri ada Gapura dan papan arah menuju Dusun Larangan, ikuti petunjuk tersebut. (Gambar 2). Masuk ke perkampungan di dusun Nglarangan, kira-kira 500m ketemu dengan pertigaan. Tepat di pertigaan ada Poskamling. 
Watu candi di Poskamling Dsn Nglarangan Desa Candi bandungan
     Watu purbakala yang saya ingin telusuri tepat berada di Poskamling ini. Info keberadaan watu purbakala di lokasi ini tak jelas kami dapatkan. "Ya watu itu dah ada sejak nenek moyang" jelas pencari rumput yang kebetulan berada dekat dengan kami. Sebenarnya ada beberapa ibu-ibu yang awalnya penasaran dengan aktifitas kami mendokumentasikan watu purbakala ini. Namun sayangnya dengan wajah yang sama sekali tak welcome. "Ndherek mirsani watu niki bu",... kami mencoba beramah-tamah... namun yang kami dapat hanya lirikan saja. Kejadian ini kami kami alami 3 kali dengan ibu yang berbeda (tentunya dengan beragam respon, bahkan  ada yang hanya melihat saja= cuek.
   Padahal kami berharap ditanya, kemudian akan kami tanya balik... hehehehe--- 
   Entah apa yang terjadi, namun kami positif saja, yang penting niat kami baik. Dalam hati saya, sangat ingin tahu ihwal sejarah dusun yang diberi nama Nglarangan ini... sangat penasaran namun penasaran itu tak terjawab. (Adakah yang bisa bercerita?)

   Watu purbakala, yang masih terlihat dengan baik ada 2 Yoni, Umpak, Lapik arca.
Yoni, 
    Ada 2 Yoni yang berbeda bentuk dan ukuran di Dusun Nglarangan ini, Sebelumnya saya akan selipkan ulasan mengenai Yoni :
    Yoni adalah landasan lingga yang melambangkan kelamin wanita. Pada permukaan yoni terdapat sebuah lubang berbentuk segi empat di bagian tengah – untuk meletakkan lingga.
   Yoni merupakan bagian dari bangunan suci. Bentuk Yoni berdenah bujur sangkar, sekeliling badan Yoni terdapat pelipit-pelipit, seringkali di bagian tengah badan Yoni terdapat bidang panil. 

: yoni nglarangan : Berdenah kotak bujur sangkar
     Pada salah satu sisi yoni terdapat tonjolan dan laubang yang membentuk cerat. Pada penampang atas Yoni terdapat lubang berbentuk bujur sangkar yang berfungsi untuk meletakkan lingga. Pada sekeliling bagian atas yoni terdapat lekukan yang berfungsi untuk menghalangi air agar tidak tumpah pada waktu dialirkan dari puncak lingga. Dengan demikian air hanya mengalir keluar melalui cerat.
cerat yoni nglarangan
     Bagian yoni secara lengkap adalah nala (cerat), Jagati, Padma, Kanthi, dan lubang untuk berdirinya lingga atau arca. Lingga dan Yoni mempunyai suatu arti dalam agama setelah melalui suatu upacara tertentu. Sistem ritus dan upacara dalam suatu religi berwujud aktivitas dan tindakan manusia dalam melaksanakan kebaktiannya terhadap Tuhan, dewa-dewa, roh nenek moyang dalam usahanya untuk berkomunikasi dengan mereka. 
Yoni sederhana : Nglarangan Candi Kec. bandungan
     Dalam ritus dan upacara religi biasanya dipergunakan bermacam-macam sarana dan peralatan, salah satu di antaranya adalah arca.
   Yoni sederhana (yang nampaknya berusia lebih tua dari Yoni yang penuh ukiran disebelahnya)... ---kesimpulan saya pribadi---. (kami belum dafat info lebih lanjut, ini yoni atau lapik arca). 
     Namun saya memberanikan diri menyimpulkan ini Yoni dari keberadaan Cerat dan lubang dimana lingga berada.--bila nanti ada sejarahwan/ arkeolog , dengan senang hati bila tulisan saya ini dikoreksi----
Lapik Arca, 
Lapik Arca Dsn. Nglarangan Desa Candi Kec. Bandungan
    Di sebelah depan PosKamling, di semen lapik arca. Dari Bapak Pencari rumput dulunya ada arca diatas lapik ini. "Sekitar 10 tahun yang lalu masih ada. bentuknya seperti patung. Makanya sekarang bawahnya di semen seperti itu biar tak hilang", jelas beliau.
   Saya tak mengambil secara detail lapik arca ini, karena saat ambil gambar (hanya 2 kali jepretan)... ada pandangan tak bersahabat dari seorang ibu pemilik warung sebelah poskamling. Itu juga yang membuat saya urung beli air minum di warung beliau...padahal dahaga sudah menyiksa. --lebay tapi tenan---
Umpak
    Sementara itu ada 2 watu purbakala, saya duga termasuk dari struktur bangunan suci yang erat pula kaitan dengan kedua Yoni dan lapik arca ini : bisa umpak, bisa pula kiasan pada atab bangunan suci atau pagar kompleks peribadatan.
    Sementara watu purbakala yang satu sangat abstrak bagi saya untuk mengetahui bagaimana bentuknya, karena nampak sudah terbelah alias pecah







    Video Amatir Blusukan di Dusun Nglarangan Desa Candi bandungan (Property pinjam Lek Suryo) : (Proses uplod You tube)

    Blusuk di temani guide :
Suryo idein : sang pengantar di Situs Nglarangan Candi Kec. Bandungan

Salam Pecinta Situs dan Watu Candi...
@ssdrmkdi Nglarangan Desa Candi Bandungan
Mari Kunjungi dan Lestarikan

--Perjalanan lanjut..... Ke Candi Garon Sumowono, melewati Candi Asu Bandungan.

Kamis, 17 Maret 2016

Menelusuri jejak peninggalan situs di Kalitaman Salatiga

Relief watu candi : Yang tersisa di kalitaman Salatiga
  Kamis, 17 Maret 2016. Blusukan #Udantambahedan, kali ini sebenarnya ke area pabelan, tepatnya di yoni situs Getas Kauman Lor. Namun Karena beberapa waktu yang lalu Kang Hendrie dan Lek Suryo posting watu candi ber-relief. Saya terpancing juga untuk menengok terlebih dahulu. maka Jadilah. Kami meluncur ke arah Salatiga. Beberapa rekan yang saya ajak ternyata angkat tangan dan geleng kepala. Dari Ambarawa, saya melaju (kali ini menjadi boncenger). Sesampainya di Tuntang nampaknya mendung mulai bergelayut dilangit. 
    Dan sesampainya di Blotongan hujan Menyambut kami. Tepat Kami berhenti.... di sebelah kiri jalan ada dusun NGRECO!!!!... sebuah nama yang tendensius bagi saya pribadi..... semoga tak lama kami bisa menelusurinya..... (bagaimana kawan-kawan dewa siwa?)
watu candi berelief yang tersisa
Situs Kalitaman Salatiga
      Situs ini berada tepat didepan kolam renang Kalitaman Salatiga. Dengan petunjuk yang sangat mudah. Tak Jauh dari Ramayana Mall, paling 100m saja arah kebelakang.
Warung Waringin kalitaman salatiga
      Singgah sebentar, teh anget (saya) dan susu anget (lek suryo suka susu) untuk menghangatkan badan kami, di warung tepat diseberang situs ini
        Setelah ngobrol sebentar dengan ibu bakul di Warung "Waringin" tersebut tentu aslinya percakapan kami dalam bahasa jawa.
Kami : "Bu tugu di depan itu apa ya?
Ibu : "Itu Tugu peringatan cikal bakal nama Kalitaman. Dulu diresmikan oleh walikota, sekitar tahun 1975"
Kami : "Ada batu candi yang ada ukirannya apakah masih ada bu?"
Ibu : "Kata orang sih masih mas.... Tapi saya malah tak pernah lihat."
Kami : "Kalau di area kolam renang didalam ada juga ngga bu?"
Ibu: "Wah saya ga tahu, coba aja tanya penjaganya."
 
Tugu Kalitaman
 Kurang lebih obrolan kami seperti itu. Kemudian Mulailah Kami Mengeksplor Situs Kalitaman, Walaupun hujan masih cukup deras, air tumpah dari langit sangat banyak....tapi bagi kami:  udanblusukantambahedyan
     




     Yang masih tersisa dari Situs Kalitaman ini : 
watu candi di Kalitaman : relief nya masih nampak jelas
   Dibawah pohon ringin, sekaligus watu candi yang menurut dugaan saya pribadi umpak. Ada akar pohon Beringin yang tembus ditengah lubang umpak tersebut. (--nunggu rusak---)
watu candi kalitaman salatiga
    Disampingnya masih watu candi berelief yang memiliki kontur melengkung, bukan kotak persegi. 
--Keunikan tiada tara--- melengkungnya presisi sekali!!!
    Dan disampingnya lagi ada batu mirim alas permainan tradisional Dakon.... "This is wonderful indonesia guys!!. Batu Dakon pecah, masih di Situs Kalitaman Salatiga : 
watu dakon situs kalitaman salatiga

   Mirip dengan lubang di watu lumpang, tempat itual menetapkan tanah perdikan / 'sima' namun watu dakon ini punya lubang yang lebih banyak. 
    Belum dapat sumber secara pasti kegunaan masa lalu sebagai apa.... 
     Di sisi yang lain, dibawah pohon ringin juga masih ada watu candi yang terlihat. 
     Di taruh pula Kentongan yang (mungkin) cukup tua : 
   Sementara di bawah Tugu Kalitaman (---baca Situs Kalitaman Salatiga ini) Ada sendang warga yang boleh siapapun mandi disini. bila tak hujan deras seperti saat saya disini, banyak warga yang mandi disini.
   Sendang Kalitaman : 











Bahan Bacaan : 
  1. http://jurnalwarga.com/2014/05/28/banyak-benda-bersejarah-tak-terawat-salatiga-butuh-museum.html

   Dari sumber diatas itu pula ternyata tak jauh dari kalitaman, yaitu desa Pancuran terdapat beberapa watu candi. Sungguh patut ditelusuri lagi (segera).

Salam Pecinta Situs Watu Candi
di SItus Kalitaman Salatiga
Yuk Ketahui, Kunjungi dan lestarikan....

Senin, 29 Februari 2016

Umpak Kalisidi : Menelusuri jejak Kampung Kuno Tejomanik #1

Umpak Kalisidi
Umpak Kalisidi Ungaran
     Senin, 29 Februari 2016, "Blusukan tahun kabisat" kalau saya membuat istilah untuk petualangan kami kali ini. Setelah dapat info keberadaan umpak serta perkampungan dan makam kuno di Kalisidi Ungaran/ lereng Gunung Ungaran bagian Barat. Kami, Saya dan lek Suryo dan tentu saja di pandu oleh "Ranger" Mbah Eka W. Prasetya
      "Ada kampung kuno di dekat curug lawe", seru mbah Eka waktu itu, saat menceritakan hasil solo explorer -nya. Tentu saja menjadikan saya tak sabar segera menelusuri. Setelah obrolan di message fb, tercapailah kesepakatan ketemuan di Kampung Seni Lerep Ungaran. (Dekat Watu Gunung yang ada Arca Nandi). Di Kampung seni lerep ini ada juga beberapa lumpang yang saya pribadi yakini hasil karya para leluhur. Menurut info saya di dalam Kampung Seni (yang sekarang sudah tutup) ada beberapa arca (Naskah  penelusuran tersendiri)
Perkampungan Kuno Tejomanik-Nyahmati
Gambar 1 : ikuti petunjuk jalan
     Dari lokasi berkumpul, kemudian kami lewat jalur dalam, (ada jalur lewat Jalan Ungaran-Gunungpati). Kami melewati kantor kecamatan kemudian mengikuti petunjuk menuju Curug Lawe-Benowo Kalisidi. Tujuan kali ini memang area dekat dengan Curug tersebut. Namun sekali lagi saya ta akan mengeksplor pemandangan curug yang memang indah tersebut.
    Gambar 1 : ikuti saja petunjuk tersebut, di setiap pertigaan ada. Salut untuk Pemerintah Desa Kalisidi yang sadar wisata dan potensi alamnya. Rute yang kami tempuh juga melewati situs Sitoyo. Pemandangan khas pedesaan yang alami, jalur berkelok, menanjak, kiri kanan sawah dan air jernih mengalir di sungai. Suara gemericiknya meneduhkan. Pas rasanya blusukan kali ini menghilangkan kejenuhan rutinitas pekerjaan. "Ngilangi Stress", seru Lek Suryo.
     Mampir di Pos / ticketing terlebih dahulu. Dan memberitahukan maksud kami, bukan berkunjung ke curug tapi melihat umpak dan pemukiman-makam kuno. (jika tak menyampaikan ada tiket dan motor harus parkir di lokasi ini). Untungnya juga, ranger kami ternyata masih kerabat dengan Pak Kades Kalisidi. Saat penelusuran sendirinya beberapa hari sebelumnya banyak informasi yang didapat serta kemudahan. Kata Mbah eka saat memulai obrolan "Saya sepupunya pak Kades".... heheheheh.-----
menuju lokasi : umpak kalisidi - curug lawe
       Kawasan wisata ini termasuk di lingkungan Perkebunan PT Zanzibar, sehingga aksesnya sangat terbatas. Kami sangat beruntung karena silsilah mbah Eka Tadi. Sangat membantu sekali. Dari pos tiket, kami bermotor lagi arah naik, melewati jalur jalan beton. Kira2 500m sesampainya di jalan agak mendatar, di kanan pohon besar, kiri gumuk kecil. Umpak itu ada di sini :
Umpak Kalisidi 
    Menurut sumber yang Mbah Eka dapat, watu umpak ini dulunya adalah sebuah batas wilayah yang menjadi alas 'tetenger' : bisa berupa lingga patok ataupun arca.  

         Sementara watu yang berukuran lebih kecil adalah umpak sebuah bangunan pos pengamatan wilayah. 





    Karena kesorean kabut mulai turun ditambah cuaca tak bersahabat. Gerimis mulai turun.... berdiskusi cukup lama antara kami terus menelusuri Makam Nyah Mati dan Perkampungan Kuno Tejomanik tetap lanjut atau kami sementara sudahi disini..... 2 suara lanjut.
menelusuri tejomanik
Akhirnya kami nekat... tetap melanjutkan di temani tebalnya kabut. 

    Menelusuri jalur beton, kami melajukan motor pelan-pelan.... untungnya 'pen' di kaki masih cukup berahabat. Karena penanda bantuanya hanya sebuah pohon kelapa.... membuat kami kesulitan untuk mencarinya, ketika dari jauh terlihat dahan kelapa, eh sudah dekat ternyata pohon palem. Setelah beberapa jarak tak ketemu, akhirnya kami memutuskan rehat sambil menikmati pemandangan 'wonderful Indonesia' yang memikat
di salah satu area perkebunan cengkeh kalisidi... : the other wonderful indonesia.
Video Amatir : (proses Upload)
    Bersambung ke penelusuran Tejomanik berikutnya.....

     Blusukan bersama DEWA SIWA crew : SayaLek Suryo,  dan Mbah Eka







Mari kunjungi dan lestarikan