Tampilkan postingan dengan label bergas. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label bergas. Tampilkan semua postingan

Jumat, 18 Januari 2019

Watu Lumpang Senden Jatijajar : Persiapan Save Lumpang

Watu Lumpang Senden Jatijajar
        Jumat 18 Januari 2019. Sebuah kabar menyejukkan datang setelah beberapa hari sebelumnya. "Ada seorang warga ingin memindahkan ke tempat yang lebih layak Watu Lumpang di belakang rumahnya".
    Segera Pak Nanang merespon positif... dan kebetulan saya dijawil. Akhirnya hari ini bisa silaturahmi sekaligus ngobrol rencana aksi "save lumpang" tersebut.
    Beberapa kali tertunda, karena kendala teknis akhirnya, Jumat 18 Januari 2019, berangkat dari Sekretariat Komunitas Dewa Siwa, kami meluncur ke rumah informan, sekaligus senior Komunitas Pecinta Situs dan Watu Candi bapak Aman Johani di Randugunting . 
       Di lokasi ini ada situs Yoni di Makam umum desa. Link Naskah tersebut : Yoni situs Randugunting Bergas (penelusuran 2015). Kondisi saat ini lebih baik (sudah di pagar dan diberi papan peringatan BCB).
       Sampai dirumah beliau, sambil menunggu hujan reda kami  ngobrol ngalor-ngidul tentang visi yang sama yaitu nguri-nguri budaya leluhur. Muaranya memang memberikan semangat bagi saya pribadi, walaupun blog saya ini hanya sebatas cerita hasil penelusuran namun ternyata bisa bermanfaat bagi orang lain. "Memberitahukan orang didaerah tersebut ada situs, selama ini banyak yang abai, bahkan merusak karena tak mengetahui itu batu apa", ungkap Bapak Aman Johani.
    Jadi teringat lomba Blog yang diadakan www.nodiharahap.com, Saya idem dengan tema lomba tersebut, kalau sudah begitu membuncahlah perasaan “Bangga Menjadi Narablog pada Era Digital”... benar benar membuat saya termotivasi. 
     Salah satu cerita nyata, saat saya penelusuran di desa Kenteng Susukan masih di wilayah Kabupaten Semarang, awalnya saya sendiri hanya penasaran ihwal asal muasal nama Desa "Kenteng", saya tanyakan kepada perangkat desa, bagaimana sejarahnya? apakah ada Watu Lumpang, Yoni atau candi? Dengan terkejut perangkat yang bernama Bapak Muhsin menjawab ada 8 Watu Lumpang yang menjadi cikal bakal nama Desa Kenteng ini. 
     Singkat cerita... Setelah saya tuliskan di blog : link naskah Watu Lumpang Desa Kenteng, saat ini Pemerintah Desa membuat museum mini desa Kenteng yang bertujuan mengedukasi warga dan sebagai tempat belajar langsung anak-sekolah, dan itu awalnya hanya sedikit sumbang saran diakhir naskah.
    Dulu pernah kepikiran apa gunanya menulis cerita perjalanan 'blusukan situs' menjadi pertanyaan yang biasanya saya jawab dari beberapa rekan. Jujur saja, motivasi pribadi ya latihan menulis, juga sebagai kenangan, istilahnya titip dokumentasi. 
     Ternyata setelah 10 tahun baru saya rasakan, foto-foto awal blusukan yang saya simpan dilaptop hilang, tapi lewat menjadi blogger ini masih bisa tersimpan dan saya nikmati. Tak hanya satu kali, yang kedua lebih banyak lagi, foto dalam folder 350 destinasi blusukan situs hilang juga saat laptop yang kedua rusak. Untung saya pernah nulis di blog.
    Yang paling membanggakan sekaligus menumbuhkan semangat adalah, ketika ada rekan yang japri dan ingin diajari nulis. Pikir saya ini hanya lelucon, namun rekan tersebut berulangkali meyakinkan saya. Padahal menurut saya kisah saya ini tak bagus, tak menarik.
    Dari itulah, di tahun 2019 ini saya ingin lebih membagikan manfaat bagi banyak orang, ekspansi manfaat kalau istilah saya, bukan hanya edukasi sejarah,  namun transfer pengetahuan yang lain.  
     Dan mejadi blogger memang sudah menjadi pilihan, bagi pribadi sebagai cara mengekspresikan passion.
---
Moh. Mansori dan Aman Johani
     Kembali ke hari ini, setelah hujan reda, meskipun mendung kian tebal, kami kemudian menuju rumah dimana ada watu lumpang.  
       Kurang dari 5 menit sampailah, karena memang tujuan kami hanya desa di sebelahnya. Yaitu dirumah Bapak Muhamad Mansuri, tujuan kami. Setelah memperkenalkan diri kemudian lanjut dengan cerita watu lumpang. 
     "Awalnya lumpang terpendam, karena menjadi tempat mengalirnya air hujan serta air kamar mandi. Lama-lama tergerus dan sekarang mulai nampak. Sempat saya ingin memindahkan ke depan, namun 4 orang ternyata tak kuat", Bapak Muhamad Mansuri mengawali Cerita.
 Watu Lumpang Senden Jatijajar #1
    Obrolan sambung-menyambung tentang kemungkinan bahwa dugaan Kutaraja 'mamrati' mungkin saja pernah berlokasi di sekitar sini. ---Ibukota kerajaan Mataram Kuno setelah migrasi dari Kawasan Dieng, sebelum pindah kawasan Kedu--- dan kami semakin bertambah semangat. Segera kami utarakan niat Komunitas kami, untuk turut serta membantu proses pemindahan. 
       Respon positif dari Bapak Mansuri tentang rencana beliau menempatkan didepan rumah, lantai di plester dan diberi pagar. Kamipun usul penambahan papan peringatan BCB.
    Selain Lumpang dibelakang Rumah Bapak Muhammad Mansori, tepat diseberang jalan ada lagi 1 watu lumpang yang berukuran lebih kecil. 
     Saya berani bertaruh, orang lewat tak akan menyangka ini adalah benda yang punya sejuta cerita masa lalu.
 Watu Lumpang Senden Jatijajar #2 
       "Nanti kami akan berkoordinasi dengan Bapak Kadus, mencoba mengusulkan pelestarian ini", kata Bapak Moh Mansuri. kami mengangguk dan bergembira. Semoga harapan yang baik itu segera bersambut.
 Watu Lumpang Senden Jatijajar #2 : Aman Johani, Moh Mansuri, Pak Nanang dan Bu Wahyuni
     Alangkah bagusnya bila kedua lumpang ini diletakkan berdampingan, selain kepercayaan warga bahwa ini watu lumpang berpasangan, yang lebih penting adalah pelestarian benda cagar budaya ini.
 Watu Lumpang Senden Jatijajar #2
     Lumpang yang kedua, nampak terlihat sudah rusak, namun menyelamatkan yang dengan kondisi apa adanya lebih baik dari pada mengabaikannya.
 Watu Lumpang Senden Jatijajar #2
      Salam Pecinta Situs dan Watu Candi
      Sampai bertemu dipenelusuran berikutnya...
 Watu Lumpang Senden Jatijajar #2
nb: 
Nantikan kabar selanjutnya tentang 'project save lumpang" ini...

Minggu, 23 September 2018

Ada Yoni di Dekat Candi Ngempon : Blusukan Project Videografi

(1) Di Candi Ngempon











(2) Di Candi Ngempon
       
   Minggu, 23 September 2018. Butuh 2 kali ke lokasi ini, untuk saya memantapkan hati menulis kisah ini... selain itu, pas momentum waktunya dengan salah satu impian pribadi yaiitu membuat video dokumenter. 
      Bersama rekan-rekan yang sama-sama tertarik pula, tak banyak alasan, dan punya level semangat yang sama, kebetulan memanfaatkan ada momentum lomba... jadilah bonus  naskah ini. Untuk projectnya rahasia dulu saja ya... tapi ya masih seputaran dunia persitusan, suatu saat nanti pasti saya ceritakan dalam kisah blusukan/ channel youtube saya. 
      Perjalanan yang pertama Saya, Mas Miko, bu Noorhayati dan Pak Nanang dan bu Nanang setelah blusukan Watu Lumpang di belakang coke merah, tanpa kami rencana, ngumpul di Toko Mas Dhany, di bonusi guide. "Ada watu mirip Yoni plug in", mas Dhany meyakinkan kami.   kemudian mampir di Candi Ngempon 
the couple
    Jadilah, Setelah parkir kemudian menyusuri jalan setapak di samping Candi Ngempon (Saat sampai disini jam 4 candi ngempon sudah terkunci). 
   Melewatinya, melewati temuan baru kemudian menyeberangi sungai. 
     Sungai dengan batuan-batuan besar sungguh sangat eksotis. Walaupun saat kami menyeberang dua rekan senior butuh perjuangan ekstra tapi malah menambah keseruan. Saya membayangkan sungai ini tanpa sampah... pasti sangat indah. 
    "Tanpa sengaja saat saya mencoba blusukan mencari jejak, berkeliling memeriksa sejauh 100m / mengelilingi seperti tentara memeriksa perimeter keadaan sekelilingnya... saat anjlok dari trap diatasnya, yang saya injak ya batu ini. walaupun tertutup daun namun membuat saya histeris sejadi-jadinya", jelas Mas Dhany. Kemudian karena pertimbangan agar batu ini tak dijadikan alas pancikan, atau diinjak-injak, kami berinisiatif memindahkan ke lokasi yang sekarang, 2m kearah atas. Jadi aman", tambah Mas Dhany. 
    Berada dibawah pohon kelapa, 
     Sayangnya, ada 2 musibah... 
Yang pertama, Sandal Jepit Mas Miko pedhot  di sini, hehehehhe. yang kedua... Helm bu Noorhayati hilang di tempat parkir.. (di perjalanan yang kedua, saya dengar kabar pencuri helm yang biasa beroperasi di parkiran Candi Ngempon katanya sudah ditangkap--semoga!)
     Bagian bawah, yang nampaknya adalah potongan, 
Add caption

     Kami memang belum yakin ini yoni, bisa jadi adalah bagian struktur bangunan, baik atap atau dasar sebuah bentuk bangunan. Bagian penampang atas struktur (mirip Yoni) dimana ada lubang lingga. Tapi saya memang ragu. 
di Candi Ngempon : belum teregristrasi
       Bisa jadi itu adalah lubang kuncian. Saya sendiri terus terang masih bingung. Semoga ada pembaca yang memberi pencerahan. 
       Bersama di perjalanan yang pertama, selfie mode on...

saya, Pak Nanang, Mas Miko, Bu Nanang, Mas Dhany dan Bu Noorhayati
     Perjalanan kedua, hari ini, saat selesai mengambil gambar video untuk project bareng tim. Eh ada mahasiswa Arkeolog dari UGM yang tanpa kami duga ketemu saat akan kami jadikan model pengunjung Candi Ngempon. 
    Singkatnya, ketiga mahasiswi ini penasaran juga ingin ikut serta blusukan Yoni. "Lokasi hampir berdekatan dengan Yoni di penelusuran yang pertama", jelas Pak Nanang yang kali pertama menemukan keberadaan Yoni ini. (Ingat, menemukan dalam arti yang saya maksud bukan seperti Graham bell menemukan telepon, atau saat James Watt menemukan lampu lho ya...--kadang ada yang baper mempermasalahkan kata yang sebenarnya tak penting, bukan itu esensinya).
     "Kalau yang satu ini 100% saya yakin Yoni", kata salah satu mahasiswi yang turut diblusukan ini.
     Tak ada informasi mengenai keberadaan Yoni di area ini, apakah awalnya adalah satu bagian dengan Candi Ngempon dan berpindah karena pernah akan di curi. Atau memang insitu, sebagai pendukung keberadaan Candi Ngempon....
Yoni Ngempon
     Mungkin belum teregristrasi pihak terkait, semoga pihak BCB / Juru Kunci Candi Ngempon atau Pamong Budaya ada yang membaca blog saya yang sederhana ini kemudian mengamankan. 
     Jejak masih terlihat bagian Cerat Yoni, 
Cerat Yoni Ngempon
    Lubang Yoni dimana seharusnya lingga berada sudah berisikan tanah.
Lubang Lingga Yoni Ngempon
    Sampai ketemu lagi di blusukan happy selanjutnya, "sedulur kui opo anane!"
Dari kanan : Mas Artdie, Pak Nanang, 3 Masiswa Arkeologi UGM (saya lupa anamanya), Bu Nanang,
Saya dan Mas Eka Budi

     Salam Pecinta Situs dan Watu Candi 














     #hobikublusukan


Selasa, 07 Agustus 2018

Situs purbakala di Kantor Desa Bergas Kidul : Watu Umpak


Umpak : Situs purbakala di Kantor Desa Bergas Kidul
Selasa 7 Agustus 2018. Sebenarnya bukan termasuk blusukan, karena terus terang saja serba kebetulan. Bagaimana tidak... ceritanya panjang sekali...
Umpak Bergas Kidul : Sumber dari website dinas
Cerita berawal sekitar tahun 2011-an ketika saya mencari sisik melik keberadaan Yoni yang berubah fungsi menjadi pawon atau alas kompor salah satu (konon perangkat desa) warga Bergas Kidul (Saat itu saya mendapatkan sumber informasi berasal dari sebuah website instansi, namun saat ini instansi tersebut telah pisah dengan instansi induknya, website ini telah hilang, untung saja saya sudah menyimpan dalam bentuk screenshoot).
Beberapakali pas blusukan disekitar area desa Bergas Kidul, selain bertanya situs yang dituju, juga tak lupa untuk bertanya keberadaan yoni ini. Bahkan awal-awal kenal dengan Mas Dhany (paling beliau lupa, jika saya sudah bertanya) malah saya titip pesan untuk dia mencari keberadaan di dapur rumah perangkat kenalannya. Sayangnya berlalu-nya tahun berlalu pula informasi tersebut.
Posisi Watu Umpak 2015
Sampai kemudian 2015, saat saya tak sengaja lewat di depan kantor Desa Bergas Kidul, tak sengaja saat menoleh ..eh di pojok dekat tangga masuk ada batu candi yang menyedot perhatian saya. Tanpa pikir panjang saya balik kanan dan memastikan secara langsung.
Yeah…!!,benar sekali, 'Watu Umpak' dugaan waktu itu.  Karena sudah menjelang waktu Magrib, tak satupun ada yang bisa saya tanya. Akhirnya ya hanya mencoba mendokumentasikan secara detail
Dalam Kenangan 2016 : Di watu Umpak Bergas Kidul
Dan sialnya saya terlupa terhadap info tentang keberadaan Yoni yang selama ini saya sangat cari-cari ingin saya telusuri. 
Tak ingat lagi bentuk, ciri dan bagaimana rupanya. Saking lupanya, saat kedua rekan lama ini blusukan setahun kemudian saya belum sadar juga, (sekitar tahun 2016).
Sekitar pertengahan 2017 Umpak ini sudah tak ada ditempatnya ketika saya kembali lewat. 
Timbul rasa menyesal, belum sempat mengupas tuntas.
Situs purbakala di Kantor Desa Bergas Kidul : Watu Umpak
Namun, hari ini. Agustus 2018 saat datang ke Kantor Desa bersama mobil perpusling, tepat didepan mobil batu itu di tempatkan,  saya seperti ingin meruntuki diri saja. 
Situs purbakala di Kantor Desa Bergas Kidul : Watu Umpak
Ternyata ini (umpak), adalah batu candi yang selama ini saya cari-cari. 
Karena ternyata, setelah saya amati lebih lama, saya ‘pegang’, sentuh secara langsung, nampaknya detail mirip gambar yang saya dapatkan dari website xxxx tersebut. 
Semua orang pasti pernah salah”, itu saja permakluman dari saya, namun saya sangat menyesal baru tersadar watu candi inilah yang disebut Yoni itu. (yang baru ngeh ternyata di deskripsi dibawah gambar adalah umpak. Dengan ukuran yang sama persis.
Posisi Watu Umpak Bergas Kidul 2015
Lega…. Plong sekaligus tertawa geleng kepala mengutuki kealphaanku. Seperti sebuah peribahasa gajah dipelupuk mata tak Nampak, semut di ujung laut jelas terlihat.
Namun semoga pihak desa segera merealisasikan ide membuat wisata edukasi sejarah. 
Agar segera diamankan, tak keburu dicolong mafia laknat (maaf tapi memang seperti itu pengucapannya---hehehhe).  
Detail Watu Umpak terkini (2018),


Di Kantor desa ini sendiri ada beberapa benda tinggalan kuno lain selain umpak, ada kentongan kuno juga lumbung padi kuno yang konon adalah tinggalan di masa kerajaan Demak.
Sampai Ketemu lagi di penelusuran berikutnya.....

Salam Pecinta Situs dan Watu Candi 

#hobikublusukan

Kamis, 12 Oktober 2017

Jejak Peradaban di Pagersari Bergas : struktur batuan Candi di 3 makam keramat.

Banon jadi nisan di makam keramat Pagersari
Kamis 12 Agustus 2017. Rencana sebenarnya menelusuri jejak di Tingkir Salatiga untuk kemisan kali ini, namun karena sesuatu hal yang membuat kami berpikir ulang dan mengganti tujuan. Segera, saya dan Lek  Suryo diskusi alternatif lain. Setelah menyepakati kami minta guide Mas Dhanny saja. 
Singkat cerita, hanya Mba Laiva yang merespon ajakan ritual blusukan hari Kamis ini. Dari perpustakaan kami menuju Karangjati dimana Bos Dhanny berada.
Berkoordinasi sebentar, permintaan guide kami hari ini yaitu sekitar area desa Pagersari, dan mas Dhanny bilang Ok!!. Cuuss.... kami langsung gasspoll. Melewati jalur sidorejo sebelah kantor kecamatan Bergas tembus jalan Bandungan, kemudian ambil arah Kalitaman.
Dan ternyata ... eh ternyata, mas Dhanny curang bin gak sehat mungkin, karena buktinya Mas Dhanny sama sekali tak tahu destinasi yang kami maksud sehingga sampai ngrepoti guide
struktur batuan Candi di  makam keramat Pagersari
Mohon maaf ta berani nulis namanya, soalnya saya tak sanggup melawan ketenarannya... jadi pembaca jangan tanya atau cari tahu ya.... don't kepo pokoknya. (Tapi kami ucapkan terimakasih banyak nggeh ....buat beliau)
Destinasi pertama, setelah Kantor desa Pagersari tanya saja jalan menuju Makam desa, menyusuri jalan berpaving, dimana kanan kiri hamparan persawahan. 
Banon di makam Pagersari
Dipinggir jalan sebelah kanan kita akan menjumpai makam yang terpisah sebelum makam desa, kira-kira 100m. Sebenarnya dua kali, beberapa bulan lalu lewat menelusuri Watu Lumpang Pagersari. 
Tapi ternyata sekali lagi saya tak cukup jeli, melupakan protap blusukan.... jangan lupa tengok minimal 101m di perimeter sekelilingnya... jadilah saya geleng kepala tanda penyesalan.
Di kompleks makam ini, ada beberapa nisan yang memakai batu bata berukuran jumbo, khas bangunan masa kuno = banon.
Makam yang lain menggunakan nisan dari batu kotak 'struktur batuan candi'. Beberapa yang tertangkap dalam dokumentasi kami.


        Mari Ketahui, Lestarikan dan uri-uri budaya lokal kita, Kalo bukan kita siapa lagi, kalo tidak sekarang kapan lagi?

Suryo

ssdrmk

Destinasi kedua

 struktur batuan Candi di  makam keramat Segeni Pagersari Bergas
dari makam pertama yang kami telusuri kami berlanjut ke makam kedua. 
Keluar kembali menuju jalan desa Pagersari, ambil kiri sampai ketemu dengan usaha pembuatan Batako, kami parkir di situ dan kemudian melanjutkan dengan jalan kaki menyusuri pematang sawah.
 struktur batuan Candi di  makam keramat Segeni, Pagersari
Warga mengenal dengan makam Segen,. Tapi tak ada yang tahu ihwal sejarah makam ini. 5 makam yang kesemuanya memakai nisan dari struktur batuan candi berbentuk Kotak.

Bukti nyata dulu area ini (termasuk makam penelusuran 1) ada sebuah bangunan suci, tapi entah dimana lokasinya. 
Kenapa bisa kami simpulkan demikian? 
Selain banyaknya struktur batu candi yang tersisa, secara Geografi sangat mendukung dugaan kami. 
Apalagi di sebelah utara adalah Gunung Ungaran yang didalam naskah pujangga dari Sunda mengatakan gunung suci tempat dewa merindukan dewi dewi..




Beberpa dokumentasi struktur batuan candi berbentuk kotak yang kami jepret :



Video amatir: 


Destinasi ketiga, mohon maaf saya pisah karena begitu eksotisnya alam dan saya merasa wajib membuat naskah sendiri yang terpisah.
----bersambung---

Suryo
Salam pecinta SITUS DAN WATU CANDI

ssdrmk : segeni Pagersari


#raperlutenar

Situs Makam Keramat Sigundil Pagersari Bergas ; rangkaian 3 makam Keramat Pagersari



Situs Makam Keramat Sigundil Pagersari Bergas
   Kamis, 12 Oktober 2017. Lanjutan dari rangkaian penelusuran 3 makam keramat (sebelumnya 2 situs makam keramat Pagersari Bergas dalam satu naskah).
Makam SiGundil Bergas
      Dari Situs Makam Sigeni Pagersari Bergas, kami kemudian balik lagi menuju jalan Desa Pagersari, ambil kiri setelah kira-kira 200m, ada pertigaan ambil kanan, masuk jalan gang berbelok 30m sampailah di parkiran makam Sigundil.
      Karena guide no name sudah hafal kami langsung saja menuju lokasi makam keramat yang berada di atas bukit Sigundil kira-kira 15 menit mendaki setelah makam umum Sigundil. 
      Sebelumnya, dimakam inipun ada makan yang nisannya memakai tatanan watu candi. 
Situs Makam Keramat Sigundil Pagersari Bergas
      Namun karena salah satu dari kami terkena durasi jam 4.30 (dan itu bukan saya wkekekkek...) maka kami melewatkanya.
      Saya sarankan jika ke Sigundil membawa bekal minum dan snack lebih dari cukup biar apa yang kami alami tak terjadi.
Situs Makam Keramat Sigundil Pagersari Bergas
"Kita jalan kaki kurang lebih 15 menit saja", jelas guide no name tersebut. 
Struktur batu candi yang tergeletak begitu saja
Benar saja, tak sampai 15 menit sampailah kami, suasana makam khas keramat langsung menyergap kami, selain sepi, sunyi juga tak ada orang berziarah disini walau pun hari ini adalah kamis, biasanya sudah umum warga ziarah kubur mendoakan pendahulu mereka.
Terdiri dari beberapa trap yang masing - masing ada makam yang bisanya dari tatanan waktu candi. 
Dari guide tersebut kami dapat cerita, warga meyakini dulu ini ada sebuah bangunan suci = candi, "Ada jejak tatanan batu candi bagian terluar, masyarakat menyebut ini bagian dari pagar candi tersebut.
Situs Makam Keramat Sigundil Pagersari Bergas
Masih di kompleks makam keramat Sigundil, ada gua yang dulu keluar sumber air yang sangat jernih. 
Jejak pagar bangunan suci masa lalu di Makam Sigundil
Namun sejak pohon besar yang sangat tua mati mendadak (jika tak salah pohon tersebut 'semego') air tersebut tak lagi muncul dan mati. 
Sigundil Pagersari : ssdrmk
Menyisakan tatanan batu alam yang berukuran besar berserakan menyamarkan keberadaan gua tersebut, ditambah suluh akar yang bergelantungan, benar benar membutuhkan nyali tinggi bila ingin menelusuri gua tersebut, bagaimana tidak di luar saja tumpukan daun dan buah pohon liar bertumpukan sangat tebal pertanda tak ada orang yang menjamahnya.
Sempat mengabadikan sekali disini, walau agak gemetar, sehingga hasilnya tak tajam (yang memotret takut ada ular).
Saat saya ; Lek Suryo dan Mbak Laiva mengabadikan situs ini, lewat gambar dan video tanpa kami sadari Mas Dhanny dan guide no name hilang tak nampak hidung mereka. (dan ternyata :....)





Video amatir (subscribe ya) : 




Salam pecinta situs dan waktu candi

Suryo

Dhany  dan Guide

ssdrmk : Makam Sigundil


























#takperlutenar


     Dan ternyata :

Bukit Sigundil



Ada surga tersembunyi di Sigundil ini. Di puncak Sigundil ada sisi puncak bukit yang eksotis dengan batu batu alam yang berukuran besar, pemandangan dari lokasi ini pun sangat amazing sekali. Gambar foto - foto kami tak cukup menggambarkan keindahan sesungguhnya.













 #pesonaindonesia